KEMASYARAKATAN
“Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Aqidah
Akhlak”
DOSEN PENGAMPU:
Dr. H. MUKHTAR MAS’UD, M.A
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
M. GUNAWAN 2020203886208034
A. RIFALDI TEGAR 2020203886208035
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas
berkat limpahan Rahmat dan karunia-Nyalah sehingga kita masih diberi kesehatan
serta umur yang panjang. Tak lupa pula shalawat dan salam kita kirimkan kepada
baginda Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai suri tauladan
ummat manusia sepanjang zaman hingga hari Kiamat.
Alhamdulillah ‘alaa kulli haal atas izin Allah kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Hubungan Dan Manfaat Ilmu Akidah Dengan Sosial
Kemasyarakatan”. Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pembelajaran Aqidah Akhlak, selain itu penulisan makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan pembaca serta penulis mengenai hubungan dan manfaat ilmu
akidah dengan sosial kemasyarakatan.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Dr. H. Mukhtar
Mas’ud, M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Aqidah Akhlak
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan pada bidang yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang terlibat membantu kami dalam proses penyusunan makalah
ini hingga selesai.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna sehingga masih membutuhkan banyak perbaikan, maka dari itu saran dan
masukan yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan dalam
penyusunan makalah berikutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1 Pengertian Aqidah.............................................................................................3
2.2 Unsur-Unsur Aqidah........................................................................................7
2.3 Implementasi Aqidah Islam Dalam Perilaku Manusia..............................10
2.4 Hubungan dan Manfaat Aqidah dengan Sosial Kemasyarakatan.............12
BAB III PENUTUP...................................................................................................16
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….…..16
3.2 Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
hidupnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan membangun peradaban. Hai
ini menunjukkan bahwa seseorang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain,
begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain manusia saling memerlukan satu sama lain,
apapun status dan keadaannya. Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia selalu
hidup bersama dalam interaksi dan interdepedensi dengan sesamanya. Untuk
menjamin keberlangsungan kehidupan bersama tersebut, di dalam masyarakat
terdapat aturan, norma atau kaidah sosial sebagai sarana untuk mengatur roda
pergaulan antar warga masyarakat. Dalam rangka mengembangkan sifat sosialnya
tersebut, manusia selalu menghadapi masalah-masalah sosial yang berkaitan dekat
dengan nilai-nilai. Itulah sebabnya, selain ada agama, aqidah, hukum, politik, adat
istiadat, juga ada akhlak, moral dan etika.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu aqidah ?
2. Apa saja manfaat ilmu aqidah dengan sosial kemasyarakatan ?
3. Bagaimana hubungan dan manfaat ilmu aqidah dengan sosial kemasyarakatan ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara terminologi (istilah) menurut Prof. Dr. TM. Hasbi Ash Shiddieqy
adalah urusan yang harus dibenarkan dalam hati dan diterimanya dengan cara
puas, serta tertanam kuat kedalam lubuk jiwa dan tidak dapat diguncangkan oleh
badai subhat. Dengan demikian, aqidah itu merupakan keimanan atau
kepercayaan dan sebagai organ tubuh yang berdiri tegak diatas syari’at Islam.
Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan Nasiruddin Razak yang menyatakan
bahwa aqidah masalah fundamental dalam Islam dan ia merupakan titik tolak
permulaan muslim. Sebaliknya tegaknya aktivitas keislaman dalam hidup dan
kehidupan seorang itulah yang dapat menerangkan bahwa oarng itu memiliki
aqidah atau menunjukkan kualitas iman yang ia miliki.
Pengertian keimanan atau aqidah itu tersusun dari enam perkara yaitu :
3
b. Ma’arif dengan alam yang ada dibalik alam semesta ini
Dari beberapa pendapat diatas walaupun tentang masalah aqidah dan keimanan
itu disamakan, namun ada pula perbedaannya. Kalau aqidah itu hanya sekedar suatu
kepercayaan terhadap sesuatu tanpa dalil, sedang keimana merupakan kepercayaan
terhadap sesuatu yang disertai dengan dalil yaitu al qur’an dan al hadits. Dengan
demikian apabila orang itu beraqidah belum tentu dia beriman, sedang kalau orang
itu beriman maka dia sudah dapat dipastikan mempunyai aqidah. Jadi pebedaannya
adalah tentang ruang lingkupnya.
Menurut Hasbi As Sidiqi, Aqidah adalah keimanan yang tumbuh dari suatu
sumber yang tak dapat dirasakan yang memaksa manusia untuk memperoleh sesuatu
tanpa dalil. Dari pengertian aqidah baik secara etimologi dan terminologi dapat
diketahui bahwa aqidah adalah kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu yang
harus diakui kebenarannya tanpa keraguan sedikitpun. Kemudian agama menetapkan
baik melalui al qur’an dan al hadits bahwa didalam kerangka aqidah harus memuat
enam rukun pokok yaitu :
4
Artinya: Itulah Allah, Tuhan kamu; tidak ada tuhan selain Dia; pencipta segala
sesuatu, maka sembahlah Dia; Dialah pemelihara segala sesuatu.
2) Iman Kepada Malaikat
Iman kepada rosul Allah karena mereka merupakan manusia pilihan Allah
yang diberi tugas untuk menyampaikan risalah kepada manusia ke jalan yang
lurus agar manusia selamat di dunia dan akhirat. Pada hakekatnya para nabi dan
rosul Allah itu manusia biasa yang mempunyai sifat-sifat manusiawi yaitu makan,
minum, tidur, berumah tangga dan lain-lain. Dan mereka juga mati.
5) Iman Kepada Hari Akhir
Iman kepada hari akhir maksudnya kita wajib percaya akan danya hari
akhir membawa kita tentang adanya kehidupan kembali setelah mati, juga adanya
5
pembalasan terhadap segala amal perbuatan kita.
6) Iman Kepada Taqdir Allah
Iman kepada taqdir Allah itu sudah termasuk iman kepada Allah. Yang
dimaksud iman kepada taqdir Allah adalah kita wajib mempercayai bahwa segala
makhluk- makhluk yang diciptakan itu menurut ketentuan dari Allah. Jadi iman
terhadap taqdir Allah bahwa segala yang terjadi pada diri, Allahlah yang
menentukan dengan kata lain segala apa yang telah ditentukan Allah itu pasti
terjadi, sesuai dengan apa yang sudah ditentukan-Nya.
Aqidah atau iman sebagai sendi pokok hidup dan kehidupan manusia
merupakan cahaya penerang dikala manusia berada di dalam kegelapan. Manusia
dalam mengarungi samudra kehidupan tidak lepas dari segala goncangan-
goncangan yang menyebabkan manusia terombang ambing sehingga sering kali
jatuh kedalam lembah kesesatan. Namun dengan adanya aqidah manusia
mempunyai pegangan dalam hidup.
Aqidah adalah ruh-ruh dari setiap pribadi anggota masyarakat, kalau
aqidah ada berarti ia hidup, kalau aqidah tidak ada berarti ia jadi orang yang mati
ruh, atau dengan kata lain aqidah itu adalah nur. Tanpa aqidah manusia buta,
terjerambab kedalam ranjau dan belukar hidup dan terperosok kedalam lembah
kesesatan.
Umat islam mempunyai kesadaran yang sangat tinggi, akan peran aqidah
tauhid sebagai sendi dalam agama islam, begitu pentingnya masalah tauhid
sehingga aliran mu’tazilah menjadikan salah satu ajaran pokoknya. Dan mereka
lebih suka dipanggil dengan sebutan “Ahlulul Adli Wat Tauhid” (Golongan
keadilan dan ketauhidan ) sebutan itu diambil dari dua prinsip dari lima prinsip
yang menjadi dasar semua ajaran kepercayaan aliran mu’tazilah. Adapun kelima
prinsip utama itu adalah :
1. Ke Esaan ( At Tauhid )
6
2. Keadilan ( At ‘Adlu )
7
merupakan dasar dari segala aktifitas seseorang dan yang mendorong seseorang
untuk menjalankan segala aktifitasnya. Iman kepada Allah SWT adalah suatu
aqidah dan harus diyakini di dalam hati dan selanjutnya harus diucapkan dengan
dua syahadat kemudian dibuktikan dan diwujudkan dengan anggota badan dalam
bentuk melaksanakan perintah-perintah Allah SWT
Unsur aqidah yang ketiga adalah pengamalan dengan semua anggota badan.
Karena iman seseorang tidak cukup hanya dengan keyakinan dalam hati dan
diucapkan dengan lisan semata, namun perlu diwujudkan dan dibuktikan dalam
bentuk perbuatan dengan semua anggota badan, dalam hal ini sebagai pelaksanaan
syari’at Islam yang merupakan ketaatan dan kepatuhan terhadap Allah SWT.
Dalam membahas unsur-unsur yang ada dalam aqidah maka akan dikaitkan
dengan iman, Islam dan ihsan, karena semua itu merupakan yang tak terpisahkan.
a) Iman
Pengertian kata iman berasal dari bahasa arab dari masdar (kata jadian)
dari kata kerja ( fi’il ) artinya membenarkan dan mempercayai. Sedang
menurut terminologi sebagaimana diungkapkan oleh Drs. Nasiruddin Razak
8
sebagai berikut : Iman adalah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan
terdahulu dari sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan tidak boleh
dicampuri oleh keragu-raguan dan dipengaruhi oleh prasangka. Sebagaimana
hadits yang artinya: Iman adalah keyakinan atau kebenaran di dalam hati dan
diucapkan dengan lisan dan di praktikkan dalam bentuk amal perbuatan
anggota badan. Maka iman merupakan perwujudan dalam agama Islam yang
terdapat dalam tiga aspek yang saling berkaitan yaitu iman, Islam, ihsan.
b) Islam
Ditinjau dari segi bahasa islam berasal dari kata “Salima” yang berarti
selamat sentosa. Dari kata itu dibentuk kata aslama yang artinya memelihara
dalam keadaan selamat sentosa dan berarti juga menyerahkan diri, tunduk
patuh dan taat.28 Sedang menurut Prof. Dr.Harun Nasution Islam adalah
agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan oleh Tuhan kepada masyarakat
manusia melalui nabi Muhammad SAW sebagai rosul.29 Humsidi
Tatapangrasa mengatakan bahwa islam itu mempunyai beberapa ciri yaitu :
Menyerahkan diri, yaitu menyerahkan diri kepada kehendak Tuhan,
maka seseorang muslim ialah orang yang telah mnyerahkan dirinya
kepada Tuhan, tunduk kepada perintah-perintan dan larangan- larangan-
Nya atau kepada ketentuan apapun yang telah ditetapkan oleh-Nya.
Damai yaitu damai dengan sesama manusia, jadi islam adalah agama
yang membawa ajaran perdamaian bagi umat manusia.
Selamat yaitu selamat dunia akhirat, siapapun akan selamat sejahtera
dunia akhirat apabila menganut agama islam.30
Dengan demikian Islam merupakan unsur yang kedua dan yang ketiga
dari unsur-unsur aqidah. Dengan kata lain Islam disini disebut juga syari’ah.
Karena Islam merupakan realisasi dari iman atau tasdiq dalam hati yang harus
di ucapkan yaitu dengan syahadat dua.
9
c) Ihsan
Ihsan berasal dari bahasa Arab dari kata kerja (fi’il) yang berarti berbuat
baik. Jadi menurut garis besarnya ihsan itu terdiri dari ibadah dan aqidah
dengan pembagian sebagai berikut :
a. Ibadah : An Ta’buda Allaha
b. Aqidah : Ka annaka tara-hu, fa in lam takun tara-hu fa-ina-hu yaraka.
Sedang menurut H. Salim Bahreisy mengemukakan ihsan dengan dua
pengertian yaitu :
a. Mengerjakan sesuatu dengan sebaik-baiknya dan sempurna-
sempurnanya.
b. Berbuat kebaikan dengan orang lain, menolong, memberi
sodaqoh dan sebagainya.
Tanpa aqidah yang benar, seseorang akan terbenam dalam keraguan dan
berbagai prasangka, yang lama kelamaan akan menutup pandangannya dan
menjauhkan dirinya dari jalan hidup kebahagiaan.
Tanpa aqidah yang lurus, seseorang akan mudah dipengaruhi dan dibuat
ragu oleh berbagai informasi yang menyesatkan keimanan.
Oleh karena itu, akidah sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan sehari-
hari. Beberapa implementasi aqidah dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat
dari beberapa sisi, antara lain:
a) Aqidah dalam individu
10
kekuasaan Allah swt, berbuat kebaikan karena tiap gerakan kita diawasi Allah
dan malaikat, mengamalkan ayat- ayat Al Quran, menjalani risalah nabi, dan
bertindak penuh perhitungan agar tidak terjadi kesalahan, serta berikhtiar
sebelum bertawakal. Kemampuan beraqidah pada diri sendiri akan membuat
hubungan kita dengan Allah dan manusia lain menjadi lebih baik.
b) Aqidah dalam keluarga
11
Implementasi aqidah yang terakhir adalah implementasi aqidah terhadap
pemerintahan yang dapat membuahkan hasil yang bagus untuk rakyat dan
negaranya. Contohnya saat menyelesaikan sebuah masalah pemerintahan.
Dalam menyelesaikan masalah pemerintahan, semuanya disandarkan pada
ketetapan Al- qur'an dan hadist. Apabila permasalahan tersebut tidak
memiliki penyelesaian yang pasti dalam Al-qur'an dan hadist, maka akan
dibuat keputusan bersama yang berasaskan kedua sumber ajaran tersebut.
Segala keputusan yang didasarkan pada Al-Quran dan Hadist adalah benar dan
diridhoi Allah. Dengan begitu, nantinya akan dihasilkan suatu kehidupan
berbangsa dan bernegara yang insyaallah juga akan diridhoi Allah SWT.
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang sudah ribuan abad lamanya
menghuni bumi. Dalam prosesnya, pembinaan kepribadian manusia dipengaruhi oleh
lingkungan dan didukung oleh faktor pembawaan manusia sejak lahir. Terkait dengan
itu, manusia sebagai makhluk sosial, tidaklah terlepas dari nilai- nilai kehidupan
sosial. Oleh karena nilai akan selalu muncul apabila manusia mengadakan hubungan
sosial atau bermasyarakat dengan manusia lain. Allah sendiri, sebagai pencipta
manusia sebagai makhluk sosial itu, menyeru mereka semua dengan firman-Nya (QS.
AL-Hujarat, ayat 13):
12
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia
di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa dia antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal”
Dari ayat ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa perbedaan adalah sesuatu yang
tercipta secara alamiah dan bawaan dari penciptaannya. Oleh karena itu,
bermasyarakat merupakan sesuatu yang bersifat alamiah pula dan menjadi tujuan dari
fitrah manusia.
Aqidah secara bahasa berarti ikatan, secara terminologi berarti landasan yang
mengikat yaitu keimanan. Jadi yang dimaksud disini aqidah adalah landasan
keimanan yang mengikat setiap umat muslim dengan berlandaskan kepada ajaran
Al-Quran dan Hadits. Pembahasan aqidah merupakan pembahasan yang paling
penting dibandingkan dengan berbagai perkara lainnya. Hal ini disebabkan aqidah
merupakan asas, kaidah berfikir, tolak ukur suatu perbuatan, dan standar
(acuan) bagi seorang muslim serta masyarakatnya memecahkan berbagai persoalan
(problematika) yang terjadi dalam kehidupannya di dunia.
Dengan demikian, aqidah menjadi landasan bangunan peradaban manusia,
tempat keluarnya berbagai aturan dan peraturan kehidupan, norma, dan tata nilai
masyarakat. Aqidah pula yang menentukan cara dan arah pandang, cita-cita, dan
tujuan yang dianut oleh para pemeluknya.
Berkaitan dengan hal tersebut, dari hidup Rasulullah SAW. fakta
menunjukkan bahwa Rasulullah SAW bukan hanya membina para shahabatnya
dengan aqidah yang kuat, namun juga membangun masyarakat Islam di Madinah
untuk selalu bersandar pada aqidah Islam walaupun ayat-ayat tasyri’ (hukum)
belum seluruhnya diturunkan. Rasulullah menjadikan syahadat Laa Ilaaha Illallah
sebagai asas bagi segalanya, asas kehidupan muslim, asas yang menghubungkan
interaksi sesama muslim, asas untuk menyelesaikan berbagai perkara kezaliman,
menyelesaikan perselisihan, asas bagi kekuasaan dan mengatur pemerintahan.
13
Permasalahan ini dapat kita simak dalam Piagam Madinah antara kaum Muhajirin
dan Anshar dengan Yahudi dimana antara lain disebutkan:
Sesuai dengan fungsinya sebagai dasar agama, maka keberadaan aqidah Islam
sangat menentukan bagi seorang muslim, sebab dalam sistem teologi agama ini
diyakini bahwa sikap, perbuatan, dan perubahan yang terjadi dalam perilaku dan
aktivitas seseorang sangat dipengaruhi oleh aqidah yang dianutnya. Untuk itu
signifikansi akidah dalam kehidupan seseorang muslim dapat dilihat paling tidak
dalam 4 hal, yaitu:
Di atas keyakinan dasar inilah dibangun ajaran Islam lainnya, yaitu syari’ah
(hukum Islam) dan akhlaq (moral Islam).Oleh karena itu, pengamalan ajaran
Islam lainnya seperti shalat, puasa, etika Islam (akhlak) dan seterusnya,
dapat diamalkan di atas bangunan keyakinan dasar tersebut. Tanpa keyakinan dasar,
pengamalan ajaran agama tidak akan memiliki makna apa-apa.
b. Akidah Islam berfungsi membentuk kesalehan seseorang di dunia
Sebagai modal awal mencapai kebahagiaan di akhirat. Hal ini secara
fungsional terwujud dengan adanya keyakinan terhadap kehidupan kelak di hari
kemudian dan setiap orang mempertanggungjawabkan perbuatanya di dunia.
14
hukum Tuhan yang telah ditetapkan oleh Allah. Dengan demikian, relasi antara
aqidah dengan sosial kemasyarakatan sangat erat kaitannya yakni adanya saling isi
mengisi dan tunjang menunjang antara satu dengan yang lainnya. Keduanya terdapat
persamaan dasar, yakni sama-sama menyelidiki dan menentukan ukuran baik dan
buruk dengan melihat pada amal perbuatan manusia. Aqidah adalah landasan
bangunan peradaban manusia, tempat keluarnya berbagai aturan dan peraturan
kehidupan, norma, dan tata nilai masyarakat. Sedangkan sosial kemasyarakatan
adalah cara mengimplementasikan akidah dengan nilai-nilai masyarakat dan juga
peraturan kehidupan agar sesuai dengan ajaran yang diperintakan
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Nizar, N. (2018). Hubungan Etika Dan Agama Dalam Kehidupan Sosial. Jurnal
Arajang, 1(1), 27–35. Https://Doi.Org/10.31605/Arajang.V1i1.44
17
FOTO BUKU RUJUKAN
18