Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH AGAMA HINDU

ETIKA DALAM HINDU

Dosen Pengampu :

Ida Bagus Putra Manik Aryana, S. S,M.Si.

Oleh :

Kelompok 3

1. Ida Ayu Pt. Gangga Brahmastra Wedya Putri (2215091021)


2. Luh Ariami (2217041085)
3. Made Dimas Bayu Putra (2254011005)
4. I Kadek Adi Ganes Warmadewa (2217051046)

ROMBEL 15

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun ide-
ide cemerlangnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama
Hindu yang diampu oleh Bapak Ida Bagus Putra Manik Aryana, S. S.M.Si.

Kami sangat berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat
bagi para pembaca dan juga dapat menambah wawasan dari si pembaca. Kami
mengetahui makalah ini masih belum sempurna, karena keterbatasan pengetahuan
dan wawasan, kami meyakini masih ada kekurangan dalam makalah ini. Maka dari
itu, kami akan menerima saran maupun kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian dari kami, semoga makalah ini bisa menjadi
pedoman dan acuan belajar bagi kita bahkan masyarakat luas.

Singaraja, 15 Maret 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................2


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................2
1.3 Tujuan .........................................................................................................2
1.4 Manfaat .......................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................4

2.1 Pengertian Etika ...........................................................................................4


2.2 Prinsip Dasar Etika dalam Agama Hindu ....................................................7
2.3 Misi untuk Memperbaiki Diri Menuju Manusia Ideal
(Manava Madhava) ...................................................................................10
2.4 Kebenaran, Kebajikan, Kasih Sayang, Kedamaian, dan Tanpa Kekerasan
Dalam Kehidupan Sehari-Hari ...................................................................12
2.5 Implementasi dari Kebenaran, Kebajikan, Kasih Sayang, Kedamaian, dan
Tanpa Kekerasan Dalam Kehidupan Sehari-Hari ......................................14

BAB III PENUTUP ...............................................................................................17

3.1 Kesimpulan ................................................................................................17


3.2 Saran ...........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
menunjang keberlangsungan hidup sebagai manusia yang memiliki
martabat. Ajaran tentang nilai-nilai ketuhanan menjadi peran penting dari
ajaran agama itu sendiri sebagai orientasi untuk menjalani hidup bagi
mereka yang mempercayai adanya Tuhan. Seperti pernyataan yang
dicetuskan dan dipopulerkan oleh Einstein yaitu “ilmu tanpa agama akan
buta dan agama tanpa ilmu akan lumpuh”. Jadi terdapat hubungan yang
sangat erat antara ilmu dengan agama. Inilah yang menjadi dasar kenapa
ilmu agama diterapkan dalam pendidikan yaitu membantu mahasiswa
untuk menjadi insan manusia terpelajar yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi
spiritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral yang
sangat penting.
Dalam Agama Hindu mengajarkan tiga bagian yang sering disebut
dengan tiga kerangka dasar Agama Hindu antara lain yang pertama Filsafat
yang merupakan inti dari ajaran kebenaran Hakikat hidup, yang kedua etika
atau susila yang mengajarkan norma-norma atau aturan bertingkah laku,
baik terhadap Tuhan, sesama, maupun lingkungan, dan yang ketiga
upacara yang mengajarkan simbul-simbul alam semesta beserta isinya
untuk diketahui sebagai pegangan hidup dan juga sebagai bentuk
implementasi pengorbanan suci. Antara bagian yang satu dengan yang
lainnya saling melengkapi dan merupakan satu kesatuan yang bulat
sehingga patut dihayati dan diamalkan untuk mencapai tujuan jagadhita.
Etika atau Susila yang merupakan unsur kedua dari tiga kerangka
dasar agama Hindu, sering juga disebut dengan Dharmasastra. Yang di
mana Dharma artinya menuntun atau membimbing, juga berarti hukum
yang mengatur tentang hak dan kewajiban manusia. Sastra berarti ilmu
pengetahuan. Dharmasastra atau etika dapat didefinisikan sebagai
pedoman atau hukum yang menuntun manusia dalam kehidupan

1
bermasyarakat dan kehidupan sosial lainnya. Tanpa pedoman yang jelas
untuk menuntun masyarakat dalam kehidupan sehari-hari akan mudah
sekali menimbulkan kekacauan.
Dewasa ini banyak orang yang tidak dapat mengamalkan ajaran
Susila dengan baik dan benar. Hal ini lebih disebabkan karena
perkembangan teknologi dan informasi yang sangat cepat berkembang
serta pengaruh-pengaruh budaya barat yang dapat dengan mudahnya
masuk ke dalam budaya Indonesia. Terkadang dalam pelaksanaan tiga
kerangka ajaran Agama Hindu komponen kedua yaitu Susila lebih sering
terlihat diabaikan dibandingkan tattwa maupun upacara. Adapun buktinya
banyak umat Hindu yang mengenakan pakaian yang bermodel kurang
sopan saat pelaksanaan upacara, sehingga dapat dikatakan umat Hindu
menyalahi aturan yang sudah ada, oleh karena itu perlu adanya dasar agama
yang kuat agar ajaran Susila tersebut bukan hanya dipelajari saja namun
juga harus diimplementasikan sesuai dengan waktu, situasi dan tempatnya
dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, Adapun rumusan masalah dari penulisan
makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan etika?
2. Apa prinsip dasar etika dalam Agama Hindu?
3. Bagaimana misi untuk memperbaiki diri menuju manusia ideal (Manava
Madhava)?
4. Apa yang dimaksud dengan kebenaran, kebajikan, kasih sayang,
kedamaian, dan tanpa kekerasan dalam kehidupan sehari-hari?
5. Bagaimana implementasi dari kebenaran, kebajikan, kasih sayang,
kedamaian, dan tanpa kekerasan dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari etika.
2. Untuk mengetahui prinsip dasar etika dalam Agama Hindu.

2
3. Untuk mengetahui misi untuk memperbaiki diri menuju manusia ideal
(Manava Madhava).
4. Untuk mengetahui pengertian kebenaran, kebajikan, kasih sayang,
kedamaian, dan tanpa kekerasan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Untuk mengetahui contoh implementasi dari kebenaran, kebajikan, kasih
sayang, kedamaian, dan tanpa kekerasan dalam kehidupan sehari-hari
1.4 Manfaat
Manfaat yang akan di peroleh dari penulisan makalah tentang Etika
Dalam Hindu ini, untuk dapat menambah ilmu maupun wawasan dan juga
pemahaman tentang apa saja etika di dalam berumat beragama yang baik
dan benar, mengetahui apa saja larangan-larangan di dalam umat Hindu,
serta memberi kesadaran dengan semua umat Hindu untuk tidak cepat
terpengaruh dengn budaya barat.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika


Kata etika berasal dari bahasa Yunani Kuno dengan kata “ethos”
yang memiliki arti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang,
kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan dan cara berpikir. Kemudian,
dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adat kebiasaan. Jadi dapat dikatakan
bahwa etika adalah ilmu yang berkaitan dengan apa yang biasa dilakukan
oleh seseorang atau bisa juga diartikan sebagai ilmu kebiasaan adat. Jika
dilihat dari konsepsi kehidupan beragama, konsepsi etika sangat
bersinggungan dengan konsepsi moral. Yang dimana moral berasal dari
bahasa Latin yaitu mos yang artinya kebiasaan dan adat. Jika dibandingkan
dengan arti kata “etika”, maka secara etimologis kata “etika” sama dengan
kata “moral” itu dikarenakan kedua kata tersebut memiliki arti yang sama
yaitu adat dan kebiasaan. Jadi, dapat disimpulkan juga bahwa etika adalah
ilmu yang membahas mengenai moralitas atau manusia sejauh berkaitan
dengan moralitas.
Etika memiliki 3 fungsi utama, yaitu:
1. Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai
moralitas yang membingungkan.
2. Etika ingin menampilkan keterampilan intelektual, yaitu keterampilan
untuk berargumentasi secara rasional dan kritis.
3. Orientasi etis ini diperlukan dalam mengambil sikap yang wajar dalam
suasana pluralisme.

Dalam kajiannya, ada 5 faktor yang bisa mempengaruhi etika seseorang,


yaitu:

1. Kebutuhan individu
2. Tidak adanya pedoman
3. Perilaku dan kebiasaan individu yang tidak terakumulasi dan tidak
dikoreksi
4. Lingkungan yang tidak etis

4
5. Perilaku dari komunitas

Kemudian secara umum, etika memiliki 2 manfaat, yaitu:

1. Etika dapat mendorong dan mengajak seseorang untuk bersikap kritis


dan rasional. Lalu setelah itu, masyarakat bisa mengambil keputusan
berdasarkan pandangannya sendiri dan bisa dipertanggungjawabkan.
2. Etika bisa mengarahkan masyarakat untuk berkembang menjadi
masyarakat yang lebih tertib, teratur, dan damai dengan cara menaati
norma-norma yang berlaku. Dengan menaati norma-norma yang
berlaku, maka penyimpangan-penyimpangan yang biasa terjadi di
masyarakat dapat dipulihkan untuk mencapai kedamaian, ketertiban,
dan kesejahteraan masyarakat.

Agama Hindu memiliki 5 keyakinan/ kepercayaan yang disebut dengan


Pancasradha. Pancasradha adalah keyakinan agama Hindu yang berkaitan
dengan kekuatan moral pemeluk agama Hindu. Kelima keyakinan tersebut
bersinggungan dengan etika agama Hindu, yaitu:

1. Etika moral berlandaskan Widdhi Sraddha.

Agama Hindu yakin bahwa Tuhan berada dimana-mana, Tuhan


selalu ada dan maha tahu, hal itu mengakibatkan orang untuk selalu
menjaga perilakunya supaya tidak menyimpang dari ajaran-ajaran
Tuhan kapan pun dan juga dimanapun, baik itu dilihat maupun
tidak dilihat.
2. Etika moral berlandaskan pada Atman Sraddha.
Pada keyakinan ini, terdapat etika tidak boleh bohong, karena agama
Hindu yakin dengan Atma yang merupakan dewa pemberi kekuatan
hidup pada setiap makhluk, dan tidak dapat ditipu. Pada dasarnya, Atma
setiap makhluk hidup itu adalah tunggal, tetapi kondisinya berbeda,
karena tubuh dan karmanya itu masing-masing, maka Hindu meyakini
konsep “Bhinneka-Tunggal” yang memiliki arti berbeda-beda satu sama
lain tetapi pada hakikatnya tetap tunggal. Pada dasarnya, manusia
memiliki keadaan yang berbeda-beda, ada yang lebih tua, lebih muda,

5
ada yang statusnya lebih tinggi maupun rendah. Maka, orang yang
memiliki etika dan tata krama yang baik akan menghormati orang yang
status dan usia yang diatasnya, begitu juga sebaliknya, orang yang lebih
tinggi statusnya akan menghargai orang yang dibawahnya. Atas
keyakinan bahwa semua Atma itu adalah tunggal menyebabkan adanya
filsafat “Tat Twam Asi” yang artinya dia adalah kamu, yang kemudian
melandasi etika untuk saling menghargai satu sama lain. Tat Twam Asi
juga menjadi landasan dasar salah satu ajaran etika Hindu yaitu
“Arimbawa” yang memiliki maksud punya pertimbangan kemanusiaan,
rasa kasihan, dapat memaafkan, dan ingin menolong sehingga ketika
orang akan memperlakukan orang lain berpikir dahulu apa resikonya.
3. Moral berlandaskan Karma Phala Sraddha.
Diyakini bahwa setiap perbuatan pasti akan membawa akibat, maka orang
akan menjaga sikap, perilaku, dan pikiran mereka agar terhindar dari
akibat yang buruk, itulah hukum Karma Phala (buah perbuatan).
Keyakinan pada Karma Phala tentu menjadi dasar dan juga kontrol ketika
berpikir, berkata, dan berbuat. Dalam agama Hindu terdapat konsep Tri
Kaya Parisudha yang artinya tiga hal mengenai kesucian atau kebenaran,
yaitu berpikir yang suci dan benar, berkata yang suci dan benar, dan
berperilaku yang suci dan benar. Dengan adanya Karma Phala, membuat
pemeluk agama Hindu berpikir untuk tidak melakukan tindakan yang
merugikan orang lain karena rasa takut akan Karma Phala.
4. Etika moral berlandaskan Punarbawa Sraddha.
Pemeluk agama Hindu meyakini bahwa ada kehidupan setelah kematian.
Diyakini setelah beberapa lama di alam sana seperti surga atau neraka, maka
akan lahir kembali sesuai dengan karma yang didapatkan. Hal ini masuk ke
Wasana Karma yang artinya sisa perbuatan pada kehidupan yang lalu, akan
dinikmati sebagian di kelahiran selanjutnya. Jika pada kehidupan yang lalu,
manusia berperilaku buruk maka akan lahir menjadi makhluk yang lebih
rendah seperti binatang atau memiliki kelainan tergantung seberapa buruk
perilakunya. Begitu sebaliknya, jika pada kehidupan sebelumnya
berperilaku yang baik, maka akan dilahirkan kembali menjadi makhluk

6
yang memiliki derajat yang paling mulia seperti menjadi manusia yang
rupawan, berwibawa, pintar dan lain sebagainya.
5. Etika moral berlandaskan Moksha.

Sorga adalah alam tempat menikmati sukacita bagi arwah yang pada masa
hidupnya banyak melakukan kebaikan, dan pemeluk agama Hindu percaya
akan adanya sorga, maka manusia menjalani kewajiban yoga sebagai
landasan etika. Moksha dipercaya sebagai tempat yang lebih tinggi
dibandingkan sorga. Moksa adalah proses menyatukan Atma dengan
Brahman (Tuhan). Hal ini bisa dicapai untuk orang yang berhasil
melepaskan diri dari keterikatan duniawi, dengan berbuat baik dan
menikmati “Sat cit ananda” atau “Suka tan pawali dukha”, yang artinya suka
yang tak akan pernah kembali menemukan duka, atau bisa disebut mencapai
kebahagiaan abadi. Dengan adanya etika atau sila semakin menghantarkan
manusia untuk dekat dengan sorga dan moksa, keyakinan ini bisa menjadi
dorongan orang untuk beretika, dan lebih semangat untuk menegakkan sila
semasa hidupnya.

2.2 Prinsip Dasar Etika dalam Agama Hindu


Agama Hindu menyebut etika sebagai susila, yang berasal dari dua suku
kata yaitu “su” yang artinya baik, dan “sila” yang artinya kebiasaan atau tingkah
laku. Jadi, kata susila berarti perbuatan atau tingkah laku yang baik. Setiap
manusia harus bisa memainkan perannya untuk kebaikan masyarakat, bangsa,
dan dunia dengan melakukan tindakan yang akan memotivasi kebaikan sosial
dan bertindak sesuai dengan batasan dharma (kebenaran), tugas, hukum sosial,
dan moral. Sehingga dalam hal ini ada empat tujuan hidup manusia (catur
purusa artha), yaitu:
1. Dharma, yang artinya kebenaran. Jadi dalam berbuat/berperilaku, manusia
senantiasa berlandaskan dharma atau kebenaran.
2. Artha, yang merupakan harta atau kekayaan. Artha biasanya digunakan
untuk bersedekah.
3. Kama, artinya keinginan atau nafsu yang bisa mendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu.

7
4. Moksa, yang artinya terbebasnya jiwa (atman) dari ikatan duniawi atau
samsara (kelahiran kembali).

Hindu Dharma menyadari bahwa ada tujuh faktor yang membuat manusia
menyimpang dari ajaran dharma yang mengarahkan untuk berbuat dosa, yaitu
tresna (penderitaan), krodha (kemarahan), lobha (ketamakan), moha
(keterikatan), mada (rasa bangga), matsarya (kecemburuan), dan ahankara
(egoisme). Untuk terhindar dari penyimpangan, maka di dalam filsafat Hindu
terdapat 10 kebajikan yang dikenal dengan “Dharma Laksana” yang ada pada
kitab Manu Smrti, yaitu:

1. Akrodha (tidak marah), jika seseorang tidak bisa membedakan mana yang
benar dan mana yang salah, maka bisa dikatakan bahwa orang tersebut
kehilangan identitas diri. Seseorang yang marah bisa menyakiti diri sendiri
dan orang lain, baik secara fisik, verbal, maupun mental. Jika bisa
mengendalikan kemarahan dalam diri, maka bisa diartikan sebagai sebuah
pemikiran yang baik dalam diri.
2. Asetya (tidak mencuri), secara umum mencuri dapat diartikan sebagai
mengambil dengan paksa hak/benda milik orang lain. Dalam etika Hindu,
mencuri juga termasuk ingin menguasai barang/benda orang lain dan di atas
kebutuhan legistimasi yang bisa menghambat kemajuan orang lain, atau
mengambil kesempatan mereka dengan memiliki sesuatu melalui cara
ilegal. Seseorang yang memegang teguh asetya akan terbebas dari
ketamakan dan tidak akan memiliki keinginan untuk mencuri.
3. Atma Vinigraha (pengendalian pikiran), orang yang pikirannya
terganggu tidak akan bisa membedakan mana yang benar dan salah. Dalam
memberikan kebijaksanaan dan kasih yang mendalam memerlukan
konsentrasi untuk meningkatkan kekuatan pikiran.
4. Dama (pengendalian diri atau pengendalian indera), pengendalian diri
bukan berarti penolakan diri, tetapi bersikap sederhana dalam memuaskan
kebutuhan hidup. Dama adalah pengendalian diri mengenai berbicara lepas
kendali, tidak bergosip, tidak minum berlebihan, dan menjaga tubuh serta
pikiran supaya terkendali. Sedikitnya diskriminasi antara apa yang harus

8
dilakukan dan yang tidak harus dilakukan akan mengarahkan seseorang
pada angan-angan yang menyebabkan khayalan. Kegiatan berkhayal
menjadi tidak sehat karena tidak dapat menyadari tujuan hidup seseorang.
5. Dhi (kemurnian pikiran), seseorang yang memiliki kemurnian pikiran
akan bebas dari temperamen yang tidak baik, rasa sakit, perasaan yang
buruk dan keinginan yang tidak dapat terduga. Kemurnian pikiran dan
intelek adalah hal yang lebih penting daripada kecerdasan.
6. Dhrti (ketetapan dan persistence), seseorang harus bisa menetapkan
pendirian untuk bisa menemukan kebenaran. Hidup yang benar sangat
memungkinkan dengan komitmen seseorang untuk menjalankan
kehidupannya.
7. Ksama (pengampunan atau kesabaran), kebaikan yang utama dalam
moral dan etika hidup adalah pengampunan. Pengampunan bisa membantu
kita untuk mempertahankan kesucian pikiran bahkan jika dalam situasi yang
bersifat provokatif.
8. Satya (kebenaran), untuk menjalani kehidupan yang bermoral dan
beretika, maka seseorang harus melaksanakan kebenaran. Konsep moralitas
bisa saja berubah seiring berjalannya waktu, tetapi kebenaran tidak akan
pernah berubah.
9. Sauca (kemurnian tubuh dan pikiran), terdapat dua jenis kemurnian,
yaitu kemurnian mental dan kemurnian fisik. Kemurnian mental yaitu bebas
dari pemikiran yang negatif, ketamakan, kebencian, kemarahan,
kecemburuan, dll. Kemurnian fisik yaitu menjaga tubuh untuk tetap bersih
dari luar maupun dalam, seperti memakan makanan yang sehat dan bergizi
serta menggunakan pakaian yang bersih dan menjaga kebersihan tubuh.
10. Vidya (pengetahuan), kitab suci agama Hindu menyatakan bahwa
pengetahuan dibagi menjadi dua jenis, yaitu pengetahuan yang lebih rendah
(apara-vidya) yang artinya pengetahuan yang bersifat keduniawian,
pengetahuan ini sangat diperlukan untuk kehidupan di dunia, dan
pengetahuan yang lebih tinggi (para-vidya) yang artinya pengetahuan
spiritual yang mengajarkan bagaimana cara untuk mengatasi kesengsaraan
yang tidak diharapkan, menggapai tujuan tanpa halangan, serta mencapai

9
kekuatan mental dan spiritual untuk mengatasi perjuangan hidup. Tujuan
pengetahuan spiritual ini untuk mencapai penyatuan yang mutlak dengan
Tuhan.

Etika dalam agama Hindu dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari


mengenai tata nilai, perbuatan baik dan buruknya manusia (subha karma/daiwi
sampad, dan asubha karma/asuri sampad), mengenai apa yang harus dikerjakan
dan ditinggalkan, sehingga sebagai manusia kita bisa hidup rukun dan damai.
Pada dasarnya, etika merupakan rasa cinta kasih, kasih sayang, yang dimana
seseorang menjalani dan melaksanakan etika dikarenakan dia mencintai
dirinya sendiri dan juga menghargai orang lain. Dasar dari semua etika Hindu
adalah Tat Twam Asi yang berasal dari bahasa Sanskerta dengan urat kata Tat
yang artinya itu (ia), Twam yang artinya kamu, dan Asi yang artinya adalah.
Jadi Tat Twam Asi artinya ia adalah kamu. Dasar pedoman dari ajaran Tat
Twam Asi adalah Tri Kaya Parisudha, Catur Paramita, dan Tri Parartha.

2.3 Misi untuk Memperbaiki Diri Menuju Manusia Ideal (Manava-


Madhava)
Tugas suci untuk pemeluk agama Hindu salah satunya yaitu menata
dirinya sendiri, masyarakat, serta umat manusia untuk mengenal jati dirinya
sendiri dan berusaha menjadi manusia yang berperikemanusiaan yang
secara ideal disebut manusia “Dharmika” (Manava Madhava). Ruang
lingkup ajaran etika di dalam weda sangatlah luas yaitu kebenaran, kasih,
kebajikan, membenci sifat buruk, ketekunan, tanpa kekerasan, kemurahan
hati, pantang berjudi, membina hubungan yang serasi, kesucian hati,
mementingkan persatuan, percaya diri, pergaulan dengan orang-orang
mulia, bersifat ramah dan manis, sejahtera, damai, bahagia, moralitas,
persahabatan, wiweka, dan yang lainnya. Dalam Sarasamuccaya, Sloka 4
dijelaskan bahwa “menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh sangat
utama, sebabnya demikian karena ia dapat menolong dirinya sendiri dari
keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan cara berbuat baik”

10
Dalam Bhagavad Gita dijelaskan mengenai sifat-sifat keraksasaan
(Asuri Sampat) sebagai lawan dari sifat-sifat kedewaan (Daiwi Sampat).
Sehingga, kecenderungan sifat manusia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Daivi Sampad, yaitu kecenderungan sifat kedewataan yang


mengakibatkan manusia mempunyai budi luhur sehingga dapat
menghantarkan seseorang mencapai kebahagiaan/kerahayuan.
2. Asuri Sampad, yaitu kecenderungan sifat keraksasaan yang
mengakibatkan manusia mempunyai budi luhur yang rendah
sehingga bisa membuat manusia jatuh ke jurang neraka.

Dalam diri seseorang terdapat sifat baik dan buruk. Saramuscaya mengatakan
bahwa hanya manusialah yang bisa mengenal perbuatan baik dan buruk,
karena manusia diberikan kemampuan yang lebih dari makhluk hidup yang
lainnya yaitu berupa pikiran (idep).

Selain itu, ada beberapa pedoman etika dalam agama Hindu demi
menuju manusia yang ideal (manava-madhava), yaitu Tri Kaya Parisudha
yang berasal dari 3 suku kata yaitu Tri yang artinya tiga, Kaya yang artinya
tingkah laku, dan Parisudha yang artinya mulia atau bersih, jadi Tri Kaya
Parisudha yaitu tiga tingkah laku yang baik/mulia. Tiga tingkah laku itu yaitu:

1. Manacika
yaitu berpikir yang baik dan suci. Seseorang bisa dikatakan
manacika jika dia tidak menginginkan sesuatu milik orang lain,
tidak berpikir buruk terhadap semua makhluk, dan yakin serta
percaya terhadap hukum karma.
2. Wacika
yaitu berkata yang baik dan benar. Seseorang bisa dikatakan
wacika jika dia tidak mencaci maki orang lain, tidak berkata-kata
yang kasar, tidak memfitnah dan mengadu domba, serta tidak
berbohong/ingkar janji.

11
3. Kayika

yaitu berbuat yang baik dan jujur. Seseorang bisa dikatakan kayika
jika dia tidak menyiksa, menyakiti atau membunuh, tidak
melakukan kecurangan, mencuri ataupun merampok, dan tidak
berzina atau memperkosa.

2.4 Kebenaran, Kebajikan, Kasih Sayang, Kedamaian, dan Tanpa


Kekerasan dalam Kehidupan Bersama Sehari-hari
Dengan melaksanakan Dharma, maka kebenaran, kebajikan, kasih
sayang, kedamaian, dan tanpa kekerasan dalam kehidupan bersama sehari-
hari dapat diraih dengan mudah. Ada sepuluh macam perbuatan baik yang
patut dilaksanakan oleh pemeluk agama Hindu atau disebut dengan Dasa
Dharma. Dengan melaksanakan ajaran Dharma bisa mengarahkan
masyarakat untuk menciptakan kehidupan yang aman, damai dan tentram.
1. Kebenaran
Kebenaran adalah prinsip dasar hidup dan kehidupan, hal itu
dijelaskan dalam sabda suci Weda. Kebenaran dapat dilaksanakan
dengan mudah jika orang tersebut memiliki keyakinan (Sraddha).
Seseorang akan sejahtera, terhindar dari bencana, dan memperoleh
kemuliaan serta kebijaksanaan apabila orang tersebut senantiasa
mengikuti kebenaran semasa hidupnya.
2. Kebajikan
Dalam ajaran agama Hindu, kata Dharma memiliki arti yang luas
seperti Dharma adalah kebenaran, Dharma adalah bebajikan, Dharma
adalah pengabdian, Dharma adalah tugas suci, dan Dharma adalah
budi luhur. Dalam Sarasamuccaya, 12 dijelaskan bahwa “bagi sang
pandita tak lain hanya orang yang bijak yang melaksanakan Dharma,
dipuji dan disanjung olehnya, karena ia telah berhasil mencapai
kebahagiaan, beliau tidak menjunjung orang yang kaya dan orang
yang selalu birahi cinta wanita, sebab orang itu tidak sungguh
berbahagia, karena adanya pikiran angkara dan masih dapat digoda
oleh kekayaan dan hawa nafsu.”

12
3. Kasih Sayang
Dalam agama Hindu konsep mengenai cinta kasih dan kasih sayang
dijelaskan sebagai berikut.

● Cinta Kasih. Menurut cendikiawan Hindu abad ke 19 yaitu


Svami Vivekanandha, cinta kasih adalah daya penggerak, karena
cinta kasih selalu menempatkan diri sebagai pemberi bukan
penerima. Cinta kasih adalah perasaan rindu, sayang yang harus
dibina dengan penuh kesadaran dan tanpa keterikatan. Dalam
Bhagavad Gita XII.13 dijelaskan mengenai orang yang telah
memahami dan mengaplikasikan cinta kasih yaitu: “dia yang
tidak membenci segala makhluk, bersahabat dan cinta kasih,
bebas dari keangkuhan, sama dalam suka maupun duka dan juga
pemberi maaf.”
● Kasih Sayang, adalah perasaan yang lahir dari cinta kasih dan
diberikan pada saat penuh kesadaran tanpa keterikatan. Ada lima
aspek kepribadian manusia, yaitu:
1) Intelek atau kecerdasan, dengan adanya intelek maka
memungkinkan manusia bisa membedakan mana yang
baik dan benar.
2) Fisik, dalam aspek kepribadian, fisik mencakup
pengembangan kebiasaan memimpin dan mengendalikan
hasrat.
3) Emosi, hendaknya emosi bisa dikendalikan dan dipahami
supaya menjadi alat yang berguna bagi kesejahteraan
hidup.
4) Psikis atau kejiwaan, adalah aspek kepribadian yang paling
sulit dilukiskan, karena aspek kepribadian ini mencakup
kualitas dari diri sendiri yang menjadi sumber kasih.
5) Spiritual, dalam spiritualitas seseorang menghayati
kesatuan yang mendasar dan kemanunggalan segala
ciptaannya.

13
4. Kedamaian dan Tanpa Kekerasan
Kedamaian yang sejati bersumber dari bersatunya atman dengan
Brahman. Dalam puja Trisandhya bait ke-5, mantra ke-2 menyatakan
bahwa semua makhluk hidup sejahtera. Berikut kutipan dalam pustaka
suci mengenai kedamaian dan tanpa kekerasan:
Semoga langit penuh kedamaian. Semoga bumi bebas dari
gangguan-gangguan. Semoga suasana lapisan udara yang meliputi
bumi menjadi luas dan tenang. Semoga perairan yang mengalir
menyejukkan dan semoga semua tanaman serta tumbuhan menjadi
bermanfaat untuk kami

(Atharva Veda: XIX.9.1)

Santam bhutam ca bhavyam ca, Sarvam eva sam astu nah

(Atharva Veda: XIX.9.2)

Artinya: semoga masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang penuh dengan
kedamaian serta ramah kepada kami.

2.5 Implementasi Dari Kebenaran, Kebijakan, Kasih Sayang, Kedamaian, dan


Tanpa Kekerasan Dalam Kehidupan Sehari-hari
Implementasi ialah mewujudkan kehidupan yang benar, bijak, penuh kasih
sayang, damai tanpa kekerasan merupakan tanggung jawab semua manusia
tanpa terkecuali usia, gender, derajat, golongan. Hal yang dapat memandu
pelaksanaannya adalah dharma dalam skup kecilnya adalah Dasa Dharma.
Implementasinya dalam kehidupan sehari-hari meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Dhiriti (bekerja dengan sungguh-sungguh). Seseorang yang
ditugaskan untuk melakukan sesuatu pekerjaan hendaknya
menyelesaikan pekerjaannya dengan penuh rasa tanggung jawab,
mengerjakan dengan sebaik-baiknya, dan bersungguh-sungguh. Dengan
demikian akan tercapai hasil yang maksimal dan memuaskan baik bagi
dirinya maupun orang lain.

14
2. Ksama (mudah memberikan maaf). Ksama merupakan tindakan yang
sangat tinggi bagi setiap manusia, karena setiap manusia tak pernah luput
dari khilaf. Setiap orang pasti pernah berbuat salah dan oleh karena itu
pada suatu saat ia pasti ingin dimaafkan pula oleh orang lain.
Memberikan maaf harus dengan tulus ikhlas.
3. Dama (dapat mengendalikan nafsu). Manusia diharapkan agar selalu
bisa mengendalikan nafsu atau keinginannya. Janganlah menuruti nafsu
dan keinginan karena akan dapat menyulitkan diri sendiri maupun orang
lain. Nafsu tersebut berupa nafsu sexsual, amarah, dan lain-lain
4. Asteya (tidak mencuri). Orang yang menginginkan barang orang lain
atau mencuri adalah orang yang tidak bisa mengendalikan, dan selalu
terjebak oleh nafsu duniawi. Orang dengan sifat seperti ini pada akhirnya
akan menderita karena tidak pernah merasa puas dengan apa yang
dimiliki dan selalu ingin mengambil hak orang lain
5. Sauca (berhati bersih dan suci). Bersih dan suci bukan hanya badannya
saja, tetapi juga pikiran dan hatinya. Dengan hati dan pikiran yang bersih
maka ketentraman dan kedamaian serta ketenangan hiduo akan mudah
didapatkan.
6. Indrayanigraha (dapat mengendalikan keinginan). Manusia
diharapkan selalu bisa mengendalikan semua indra keinginannya atau
nafsunya. Dengan demikian manusia akan lebih mudah mencapai
ketenangan lahir maupun batin.
7. Dhira (berani membela yang benar). Manusia harus berani membela
kebenaran dimuka bumi ini. Menjunjung tinggi kebenaran, kesetiaan,
dan kejujuran tanpa pandang bulu dan tidak takut pada siapapun
8. Widya (belajar dan mengajar). Selain belajar manusia juga dituntut
untuk bisa mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Dengan belajar dan
mengajar akan lebih cepat tercipta masyarakat yang maju, dan tidak
bodoh serta dibodohi oleh masyarakat lain
9. Satya (kebenaran, kesetian, dan kejujuran). Manusia harus
mempunyai sifat setia, jujur, dan selalu berkata serta berbuat yang benar
pula.

15
10. Akrodha (tidak cepat marah). Berusahalah agar tidak marah dan cepat
marah. Karena dengan kemarahan dapat menyakitkan hati orang lain, dan
dapat mencelakakan dirinya sendiri. Kemarahan dapat menimbulkan
kekecewaan terhadap orang lain, dan pada gilirannya orang lain akan
berbalik marah kepada kita.

Kebenaran implementasinya dalam kehidupan sehari-hari adalah berbuat


sesuatu berdasarkan kebenaran akan berbuah kepada keselamatan. Hal ini sejalan
dengan konsep Karma Pahala. Contohnya adalah ketika seorang siswa yang selalu
mengerjakan tugas, ulangan, pembelajaran dengan menaati aturan maka saat
dilaksanakan ujian siswa tersebut akan mendapatkan keselamatan berupa prestasi
yaitu nilai yang bagus dan kemungkinkan mendapat kemudahan dalam mencari
sekolah yang diinginkan.

Kebajikan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika


seseorang mampu mengutamakan Dharma dibandingkan hal lainnya maka orang
tersebut akan mendapat kebahagiaan. Contohnya, sebagai seorang guru yang
merupakan insan terpelajar dengan tugas mulia dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan serta menyalurkan kepada siswa harus terlebih dahulu mementingkan
bagaimana ia bisa menjalankan kewajiban sebagai orang guru yaitu mendidik
siswanya sampai menjadi tau dan mengerti bukan terlebih dahulu mementingkan
seberapa gaji yang ia dapat.

Kasih Sayang implementasinya dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan


melaksanakan Asih yang artinya menyayangi atau mengasihi sesama makhluk
sebagaimana mengasihi diri sendiri. Pelaksanaannya melalui saling asah, asih, dan
asuh. Asah adalah saling menghargai, asih adalah saling mencintai, dan asuh adalah
saling menghormati.

Kedamaian dan Tanpa Kekerasan Dalam Kehidupan Bersama Sehari-


hari implementasinya adalah sebagai Bangsa Indonesia yang merupakan bangsa
majemuk dalam berbagai sudut pandang mengharuskan kita tidak saling bertengkar
karena panatisme dan rasis yang berlebihan tetapi kita harus saling menjaga
kedamaian, antar suku, agama, ras, kelompok dan lainn

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika merupakan ilmu yang berkaitan dengan apa yang bisa dilakukan oleh
seseorang atau bisa juga diartikan sebagai ilmu kebiasaan adat.
Etika juga memiliki 3 fungsi utama, yaitu: sarana untuk memperoleh
orientasi kritis berhadapan dengan berbagai moralitas yang membingungkan,
etika ingin menampilkan keterampilan intelektual, yaitu keterampilan untuk
beragumentasi secara rasional dan kritis, dan yang terakhir orientasi etis ini
diperlukan dalam mengambil sikap yang wajar dalam suasana pluralisme.
Dalam agama Hindu, memiliki 5 keyakinan/kepercayaan yang disebut
dengan Pancasradha, yang dimana memiliki keterkaitan keyakinan yang
bersinggungan dengan etika agama Hindu, yaitu: etika moral berlandaskan
Widdhi Sraddha, Etika moral berlandaskan pada Atman Sraddha, Moral
berlandaskan Karma Pahala Sraddha, Etika moral berlandaskan Punarbhawa
Sraddha, Etika moral berlandaskan Moksha.

3.2 Saran
Diharapkan semua orang dapat selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Spiritual
keagamaan yang dapat menjadikan kita lebih memiliki etika, budi pekerti luhur,
bermoral, bertanggung jawab, serta menjauhi segala larangannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Awayine, Wayan Tantre. 2021. Tat Twam Asi dan Semangat Peduli.
https://kemenag.go.id/read/tat-twam-asi-dan-semangat-peduli-3qdq0,
diakses pada tanggal 20 Maret 2023.

Hindu, Mutiara. 2018. Pengertian Catur Purusa Artha dan Bagian-Bagiannya.


https://www.mutiarahindu.com/2018/05/pengertian-catur-purusa-artha-
dan.html?m=1, diakses pada tanggal 20 Maret 2023.

Santyasa, I Wayan. 2016. Pendidikan Agama Hindu. Bali: Universitas Pendidikan


Ganesha.

18

Anda mungkin juga menyukai