Anda di halaman 1dari 11

AGAMA SEBAGAI MORAL, AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

ATRIANI SANU (BT2202035)

ST. AISYAH (BT22020039)

AKADEMI KEBIDANAN BATARI TOJA


WATAMPONE
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bone, 16 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. DEFINISI AGAMA DALAM KEHIDUPAN..........................................3
B. PENGERTIAN MORAL...........................................................................4
C. AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL.................................................5
D. AKHALAK MULIA SEBAGAI SUMBER MORAL..............................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................7
A. KESIMPULAN.........................................................................................7
B. SARAN......................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Agama berperan penting dalm kehidupan umat manusia. Agama menjadi
pemandu dalam mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan
bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan manusia
maka internalisasi nila-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi
sebuah keniscayaan yang ditempuh melalui pendidikan, baik pendidikn di
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Pendidikan agama
dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan
berakhlak mulia. Akhlak mulia menyangkut etika, budi pekerti, dan moral sebagai
manifestasi dari pendidikan agama. Agama sebagai alat untuk membawa
kedamaian dan kepuasan jiwa dengan keyakinan tertentu. Agama menunjukkan
bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariat agama, itu
hanya dapat terlaksana dengan akhlak yang baik.
Terutama dalam ajaran agama islam, agama islam merupakan suatu agama
yang santun karena dalam islam menjunjung tinggi pentingnya etika moral dan
akhlak. Moral yang sempurna itu , jika dapat memahami agama islam tersebut.
Sedangkan akhlak merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia,
karena mencakup segala tingkah laku, tabi’at, dan karakter manusia yang baik
maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Sang Khaliq atau sesama
makhluk. Tanpa adanya moral dan akhlak mulia manusia tidak dapat hidup
dengan damai.
Pada makalah ini, kami akan membahas tentang pemahaman agama
sebagai moral akhlak mulia dalam kehidupan.

1
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.Apa definisi agama dalam kehidupan ?
2.Apa pengertian moral ?
3.Apa pengertian agama sebagai sumber moral ?
4. Bagaimana akhlak mulia dalam kehidupan ?

1.3. BATASAN MASALAH


Dari rumusan masalah yang telah ada, kami membatasi masalah yang akan
dibahas yaitu :
1.     Pemahaman tentang agama islam sebagai moral dan akhlak mulia dalam
kehidupan.

1.4. TUJUAN PENULISAN


1.     Untuk mengetahui agama dalam kehidupan.
2.     Untuk mengetahui pengertian moral
3.     Untuk mengetahui agama sebagai sumber moral.

1.5. MANFAAT PENULISAN


Dengan membaca semua rangkaian yang telah kami kerjakan dalam Makalah ini,
kami dapat mengambil manfaatnya, antara lain :
1.     Kita dapat memahami tentang agama islam sebagai moral dan akhalk mulia
dalam kehidupan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI AGAMA DALAM KEHIDUPAN


Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi".
. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal
[1]

dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti
"mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya
kepada Tuhan.
Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang
terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal
yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus
meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang
sempurna kesuciannya
Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya
definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat
dikenakan kepada agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan
nama-nama agama itu. Agama merupakan suatu lembaga atau institusi penting
yang mengatur kehidupan rohani manusia. Untuk itu terhadap apa yang dikenal
sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan
keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar
dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga.
Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa
manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain
atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng
Dumadi, De Weldadige, dan lain-lain.

3
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada
Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu:
·        menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin
berasal dari Tuhan
·        menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari
Tuhan
Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu
penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3
unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran
yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.
2.2 PENGERTIAN MORAL
Moral berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat
kebiasaan.Kata mores ini mempunyai sinonim mos,moris,manner mores atau
manners,moral.
Dalam bahasa Indonesia,kata moral berarti akhlak (bahasa Arab)atau
kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani
yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup.Kata moral ini dalam
bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis ,etika
adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima masyarakat umum tentang
sikap,perbuatan,kewajiban,dan sebagainya.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses
sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.
Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang
mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral
itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai
moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan
dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari
kebudayaan masyarakat setempat.
Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi
dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa
yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan

4
lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik,
begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Jadi moral
adalah tata aturan norma-norma yang bersifat abstrak yang mengatur kehidupan
manusia untuk melakukan perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang
mengatur manusia untuk menjadi manusia yang baik.

2.3 AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL


Agama dalam bahasa Indonesia, religion dalam bahasa Inggris, dan di
dalam bahasa Arab merupakan sistem kepercayaan yang meliputi tata cara
peribadatan hubungan manusia dengan Sang Mutlak, hubungan manusia dengan
manusia, dan hubungan manusia dengan alam lainnya yang sesuai dengan
kepercayaan tersebut.
Dalam studi agama, para ahli agama mengklasifikasikan agama ke dalam
pelbagai kategori. Menurut al-Maqdoosi agama diklasifikasikan menjadi 3
kategori: 1) agama wahyu dan non-wahyu, 2) agama misionaris dan non-
misionaris, dan 3) agama lokal dan universal. Berdasarkan klasifikasi manapun
diyakini bahwa agama memiliki peranan yang signifikan bagi kehidupan manusia
karena di dalamnya terdapat seperangkat nilai yang menjadi pedoman dan
pegangan manusia. Salah satunya adalah dalam hal moral.
Moral adalah sesuatu yang berkenaan dengan baik dan buruk. Tak jauh
berbeda dengan moral hanya lebih spesifik adalah budi pekerti. Akhlak adalah
perilaku yang dilakukan tanpa banyak pertimbangan tentang baik dan buruk.
Adapun etika atau ilmu akhlak kajian sistematis tentang baik dan buruk. Bisa juga
dikatakan bahwa etika adalah ilmu tentang moral. Hanya saja perbedaan antara
etika dan ilmu akhlak (etika Islam) bahwa yang pertama hanya mendasarkan pada
akal, sedangkan yang disebut terakhir mendasarkan pada wahyu, akal hanya
membantu terutama dalam hal perumusan.
Di tengah krisis moral manusia modern (seperti dislokasi, disorientasi)
akibat menjadikan akal sebagai satu-satunya sumber moral, agama bisa berperan
lebih aktif dalam menyelamatkan manusia modern dari krisis tersebut. Agama
dengan seperangkat moralnya yang absolut bisa memberikan pedoman yang jelas

5
dan tujuan yang luhur untuk membimbing manusia ke arah kehidupan yang lebih
baik.

2.4 AKHALAK MULIA SEBAGAI SUMBER MORAL


Akhlak dalam praktiknya ada yang mulia disebut akhlak mahmudah dan
ada akhlak yang tercela yang disebut akhlak madzmumah. Akhlak mulia adalah
akhlak yang sesuai dengan ketentuan-ketentuanan yang diajarkan Allah dan
Rasul-Nya sedangkan akhlak tercela ialah yang tidak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan Allah dan rasul-Nya. Kemudian dari pada itu, kedua kategori akhlak
tersebut ada yang bersifat batin dan ada yang bersifat lahir. Akhlak batin
melahirkan akhlak lahir.
Menurut al-Ghazali sendi akhlak mulia ada empat: hikmah, amarah, nafsu,
keseimbangan di antara ketiganya. Keempat sendi tersebut melahirkan akhlak-
akhlak berupa: jujur, suka memberi kepada sesama, tawadlu, tabah, tinggi cita-
cita, pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, menghormati orang lain, qana’ah,
sabar, malu, pemurah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari hal-hal yang
haram. Sedangkan empat sendi akhlak batin yang tercela adalah keji, bodoh,
rakus, dan aniaya. Empat sendi akhlak tercela ini melahirkan sifat-sifat berupa:
pemarah, boros, peminta, pesimis, statis, putus asa.
Akhlak mulia dalam kehidupan sehari diwujudkan baik dalam hubungannya
dengan Allah – akhlak terhadap Allah, antara lain: tauhid, syukur, tawakal,
mahabbah; hubungannya dengan diri sendiri – akhlak terhadap diri sendiri, antara
lain: kreatif dan dinamis, sabar, iffah, jujur, tawadlu; dengan orang tua atau
keluarga – akhlak terhadap orang tua, antara lain: berbakti, mendoakannya, dll.;
hubungannya dengan sesama – akhlak terhadap sesama atau masyarakat, antara
lain: ukhuwah, dermawan, pemaaf, tasamuh; dan hubungannya dengan alam –
akhlak terhadap alam, antara lain: merenungkan, memanfaatkan. 

6
BAB III
PENUTUP

Adapun sebagai penutup dari makalah ini , kami dapat menarik


kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A.   KESIMPULAN
1.  Bahwa pada hakekatnya agama terutama islam merupakan sumber moral
utama dalam kehidupan bermasyarakat karena di dalam agama di ajarkan mana
akhlak yang baik dan mana akhlak yang buruk dan apa yang dilarang dan apa
yang diperbolehkan.
2.  Dalam pembangunan suatu peradaban pembangunan moral sangatlah mutlak
karena suatu pembangunan tanpa moral yang kuat akan hanya membawa
pembangunan itu kepada suatu kehancuran.
3.  Manusia harus memiliki moral dan akhlak yang baik karena tanpa moral dan
akhlak yang baik manusia itu akan hancur dan hanya menjadi pengikut dari
paham-paham yang menyimpang di dunia ini.
4.  Dalam agama islam ajaran tentang moral dan akhlak telah menjadi inti dari
penyebaran agama islam.

B.    SARAN
1. Dalam pendidikan hendaknya tidak hanya ditanamkan hanya pengajaran
tentang ilmi-ilmu ilmiah tapi juga yang paling penting adalah penanaman
moral dan akhlak mulia pada peserta didik.
2. Dalam pembahasan moral dan akhlak mulia hendaknya dibahas secara tuntas
namun mudah dijangkau dalam pemikiran sehingga tidak tumbuh tindakan-
tindakan yang tidak benar mengatasnamakan moral.
3. Moral dan akhlak mulia hendaknya tidak hanya dipelajari saja, namun
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://agama.kompasiana.com/2010/08/16/agama-adalah-akhlak-mulia/
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama#Definisi
http://publishing.mizan.com/index.php?fuseaction=buku_full&id=2683
http://www.slideshare.net/reginarifenty/makalah-manusia-agama-dan-islam

Anda mungkin juga menyukai