Anda di halaman 1dari 19

PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA

Disusun Oleh:

KELOMPOK 6

ULVA
LISA SISWANTI
SELVIANI
RENA ASTUTI
EKA SRINILA NOVA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
BONE
20022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Kasih karuniaNya sehingga Makalah yang berjudul Pemilihan Umum di
Indonesia ini dapat kami selesaikan sebagaimana adanya.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada dosen pengampu yang senantiasa
mendampingi dan membimbing kami dalam penyusunanan makalah ini. Tak lupa juga
saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang telah memberikan
dukungan dan semangatnya kepada saya, sehingga makalah ini dapat saya selesaikan tepat
pada waktunya.
Penulis menyadari akan kekurangan penyususnan makalah ini, untuk itu saya
mengharapkan masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun demi penyempurnaan
makalah ini dikemudian hari. Akhirnya, semoga makalah ini dapat menjadi referensi
dalam pembelajaran.

Watampone, 18 Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I.....................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN..........................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN PEMILU........................................................................................3
2.2 SEJARAH PEMILU...............................................................................................4
2.3 SISTEM PEMILU DI INDONESIA.......................................................................8
2.4 PENYELENGGARA DAN SENGKETA HASIL PEMILU DI INDONESIA. . .12
BAB III................................................................................................................................14
4.1 KESIMPULAN.....................................................................................................14
4.2 SARAN.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemilu dalam negara-negara demokrasi termasuk di Indonesia, merupakan


suatu proses yang meletakkan kedaulatan rakyat sepenuhnya ditangan rakyat itu
sendiri melalui sistim pergantian kekuasaan secara damai yang dilakukan secara
berkala sesuai dengan prinsip-prinsip yang digariskan oleh konstitusi. Prinsip-
prinsip dalam pemilihan umum yang sesuai dengan konstitusi antara lain prinsip
kehidupan ketatanegaraan yang berkedaulatan rakyat (demokrasi) ditandai bahwa
setiap warga negara berhak ikut serta dan aktif dalam setiap proses pengambilan
keputusan kenegaraan.

Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif
(tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi
massa, lobby dan lain-lain kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda di Negara
demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik
agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakaioleh para kandidat atau politikus
selalu komunikator politik.

Pemilu langsung merupakan salah satu jalan terbaik dan dinilai paling
bijaksana untuk memilih perwakilan dalam sistem pemerintahan. Itu semua
berdasarkan dalam Pancasila sila ke 4 yang menjelaskan bahwa untuk ikut serta
dalam system pemerintahan maka kita harus menunjuk perwakilan. Perwakilan
tersebut dapat dipilih melalui Pemilu baik pemilihan Presiden maupun Kepala
Daerah masing – masing secara langsung dan sesuai hati nurani masing – masing
dengan harapan orang yang terpilih dapat menjadi wakil dalam system
pemerintahan untuk memperjuangkan aspirasi rakyat.

Dalam pelaksanaannya, Pemilu dilaksanakan dan diawasi oleh Komisi


Pemilihan Umum (KPU). KPU menjadi lembaga independent yang bertugas untuk
1
mengatur, mengawasi dan melaksanaan pemilu ini agar dapat terlaksana dengan
demokratis. Mulai dari seleksi bakal calon, persiapan kertas suara, hingga
pelaksanaan pemilu ini. Dalam pelaksanaan pemilu di lapangan banyak sekali
ditemukan penyelewengan – penyelewengan. Kecurangan ini dilakukan oleh para 3
bakal calon seperti money politics, intimidasi, pendahuluan start kampanye,
kampanye negatif, manipulasi data dan lain-lain.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Pada makalah ini, penulis mengajukan rumusan masalah terbatas sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan pemilihan umum?


2. Bagaimanakah sejarah pemilihan umum di Indonesia?
3. Bagaimana sistem pemilihan umum di Indonesia?
4. Siapakah penyelenggara dan sengketa hasil pemilihan umum di Indonesia?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan rumusan masalah sebagaimana tersebut


di atas yaitu :

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemilihan umum.


2. Untuk mengetahui sejarah pemilu di Indonesia.
3. Untuk mengetahui jalannya sistem pemilihan umum di Indonesia.
4. Untuk mengetahui penyelenggara dan sengketa hasil pemilu di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PEMILIHAN UMUM

Menurut teori demokrasi klasik pemilu merupakan suatu Transmission of Belt


sehingga kekuasaan yang berasal dari rakyat dapat beralih menjadi kekuasaan
negara yang kemudian menjelma dalam bentuk wewenang pemerintah untuk
memerintah dan mengatur rakyat.

Berikut beberapa pernyataan beberapa para ahli mengenai pemilu Moh.


Kusnardi dan Harmaily Ibrahim : pemilihan umum tidak lain adalah suatu cara
untuk memilih wakil-wakil rakyat. Dan karenanya bagi suatu negara yang
menyebut dirinya sebagai negara demokrasi, pemilihan umum itu harus
dilaksanakan dalam wakru-waktu tertentu. Bagir Manan : Pemilhan umum
yang diadakan dalam siklus lima (5) tahun sekali merupakan saat atau
momentum memperlihatkan secara nyata dan langsung pemerintahan oleh
rakyat. Pada saat pemilihan umum itulah semua calon yang diingin duduk
sebagai penyelenggara negara dan pemerintahan bergantung sepenuhnya pada
keinginan atau kehendak rakyat.

Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk


mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-
ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan,
sampai kepala desa. Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut
konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji
dan programprogramnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama
waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara. Setelah
pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu
ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang
sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan
disosialisasikan ke para pemilih.

3
Dalam konstitusi negara kita, pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 (UUD RI 1945) menyebutkan: “Kedaulatan
adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat”. Makna kedaulatan rakyat yang dimaksud sama
dengan makna kekuasaan tertinggi, yaitu kekuasaan yang terakhir dalam
wewenang untuk membuat keputusan.

Pemilu dianggap sebagai bentuk paling riil dari demokrasi serta wujud paling
konkret keiktsertaan(partisipasi) rakyat dalam penyelenggaraan negara. Oleh
sebab itu, sistem & penyelenggaraan pemilu hampir selalu menjadi pusat
perhatian utama karena melalui penataan, sistem & kualitas penyelenggaraan
pemilu diharapkan dapat benar-benar mewujudkan pemerintahan demokratis.
Pemilu sangatlah penting bagi sebuah negara, dikarenakan:

 Pemilu merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat.


 Pemilu merupakan sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh
legitimasi.
 Pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam proses
politik.
 Pemilu merupakan sarana untuk melakukan penggantian pemimpin
secara konstitusional.

2.2 SEJARAH PEMILIHAN UMUM

Di Indonesia, ketentuan dan peraturan pemilu diatur dalam perundang-


undangan. Pemilu di Indonesia pertama kali diselenggarakan di tahun 1955.
Dikutip dari laman resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU), pada 18 Agustus
1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera menetapkan
Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI untuk
pertama kalinya.

Mohammad Hatta mendorong pembentukan partai-partai politik untuk


persiapan rencana penyelenggaraan pemilu pada tahun 1946. Maklumat X

4
melegitimasi partai-partai politik yang telah terbentuk sebelumnya sejak masa
pemerintahan Belanda dan Jepang.

Amanat Maklumat X selain pembentukan partai-partai politik adalah


menyelenggarakan pemilu untuk memilih anggota DPR pada Januari 1946.
Sayangnya, rencana tersebut tidak dapat terlaksana karena tidak adanya
perundang-undangan untuk mengatur penyelenggaraan pemilu, rendahnya
stabilitas keamanan negara serta pemerintah dan rakyat yang fokus
mempertahankan kemerdekaan.

1. Pemilu Tahun 1955

Pemilu nasional pertama di Indonesia dilaksanakan sebanyak dua kali


untuk memilih anggota DPR pada 29 September 1955 dan anggota
Konstituante pada 25 Desember 1955.

Melansir laman Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kota Batam,


pemilu tahun 1955 menggunakan sistem proporsional. Artiya, kursi yang
tersedia dibagikan kepada partai politik sesuai dengan imbangan perolehan
suara yang didapat oleh partai politik tersebut.

Oleh karenanya, sistem itu disebut sebagai sistem berimbang. Sebab,


wilayah negara adalah daerah pemilihan, akan tetapi karena terlalu luas
maka dibagikan berdasar daerah pemilihan dengan membagi sejumlah
kursi melalui perbandingan jumlah penduduk.

Pada 5 Juli 1959, Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden di mana UUD


1945 dijadikan sebagai Dasar Negara, serta penggantian Konstituante dan
DPR hasil pemilu dengan DPR-GR.

Selain itu, kabinet yang ada diganti dengan Kabinet Gotong Royong dan
Ketua DPR, MPR, BPK dan MA diangkat menjadi pembantu Soekarno
dengan jabatan menteri.

5
2. Pemilu Tahun 1971

Setelah pemerintahan Presiden Soekarno, MPRS menetapkan Soeharto


sebagai Pejabat Presiden pada 12 Maret 1967. Lalu, tanggal 27 Maret 1968
Soeharto ditetapkan sebagai Presiden sesuai hasil Sidang Umum MPRS
(TAP MPRS NO. XLIV/MPRS/1968).

Adapun mengenai pembagian kursi, cara pembagian yang digunakan pada


pemilu 1971 berbeda dengan pemilu 1955. Pada periode itu, mereka
menggunakan UU Nomor 15 Tahun 1969 sebagai dasar, maka semua kursi
terbagi habis di setiap daerah pemilihan.

Pada laman Kemendikbud dijelaskan bahwa pemilu 1971 diikuti oleh 10


partai politik dan 1 ormas, yaitu NU, Parmusi, PSII, PERTI, Partai Kristen
Indonesia, Partai Ktolik, Partai Murba, IPKI, PNI, serta Golkar.

Hasilnya, Golkar ditetapkan sebagai partai suara terbanyak diikuti NU,


PNI, dan Parmusi.

3. Pemilu Tahun 1982, 1989, 1992, dan 1997

Presiden Soeharto memerintah selama 32 tahun dengan enam kali


penyelenggaraan pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Tingkat I
dan DPRD Tingkat II.

Sementara itu, Presiden dan Wakil Presiden ditentukan dari hasil Sidang
Umum MPR. Meski Soeharto menjadi Presiden selama 32 tahun, Wakil
Presiden selalu berganti setiap periode.

4. Pemilu Tahun 1999

Bergulingnya pemerintahan Presiden Soeharto lantas membuat pemilu


dipercepat dan dilaksanakan pada tahun 1999. Padahal, seharusnya pemilu
baru diadakan lagi pada tahun 2002.

6
Dengan persiapan yang tergolong singkat, pemilu 1999 diselenggarakan
pada 7 Juni 1999. Pemilu pada tahun itu terlaksana secara damai tanpa ada
kekacauan.

Cara pembagian kursi hasil pemilihan ini menggunakan sistem


proporsional. Namun, penetapan calon terpilih berbeda dengan pemilu
sebelumnya, yaitu dengan menentukan peringkat perolehan suara suatu
partai di Dapil.

Para calon terpilih ditetapkan berdasarkan suara terbesar atau terbanyak


dari daerah tempat seseorang dicalonkan.

Kemudian dari hasil Sidang Umum MPR, Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dilantik menjadi
Presiden dan Wakil Presiden.

Pasangan Abdurrahman Wahid - Megawati Soekarnoputri kemudian


digantikan oleh pasangan Megawati Soekarnoputri - Hamzah Haz dari
Sidang Istimewa MPR RI, 23 Juli 2001.

5. Pemilu Tahun 2004

Dalam pemilu 2004 Presiden dan Wakil Presiden dapat dipilih langsung
oleh rakyat lantaran terjadi perubahan amandemen UUD 1945.

Terdapat dua macam pemilihan umum di periode 2004, yang pertama


untuk memilih anggota parlemen dan yang kedua melakukan pemilihan
presiden.

Selain itu, pemilu periode 2004, dilaksanakan dua putaran. Putaran pertama
pada 5 Juli 2004 dan putaran kedua pada 20 September 2004.

Hasilnya, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla


terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2004 - 2009.

7
6. Pemilu Tahun 2009

Pemilu tahun 2009 dilaksanakan pada 8 Juli untuk memilih Presiden dan
Wakil Presiden, sedangkan pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD
dilaksanakan pada 9 April 2009.

SBY kembali terpilih sebagai Presiden dengan Wakil Presiden Boediono


untuk periode 2009 - 2014.

7. Pemilu Tahun 2014

Pada pemilihan umum tahun 2014, pelaksanaannya tidak berbeda jauh dari
tahun sebelumnya. Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD tahun 2014
diselenggarakan pada 9 April (dalam negeri) dan 30 Maret sampai 6 April
2014 (luar negeri).

Sementara itu, pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan pada 9


Juli 2014. Hasilnya, pasangan Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla
ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2014 - 2019.

8. Pemilu Tahun 2019

Dilaksanakan pada 17 April 2019, pemilu periode ini diikuti oleh 14 partai
politik nasional dan 4 partai politik lokal Aceh.

Pemilu tahun 2019 dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf
Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden untuk tahun 2019 - 2024.

2.3 SISTEM PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA

Sistem Pemilihan Umum merupakan metode yang mengatur serta


memungkinkan warga negara memilih/mencoblos para wakil rakyat diantara
mereka sendiri. Metode berhubungan erat dengan aturan dan prosedur merubah
atau mentransformasi suara ke kursi di parlemen. Mereka sendiri maksudnya
adalah yang memilih ataupun yang hendak dipilih juga merupakan bagian dari
sebuah entitas yang sama.

8
Terdapat bagian-bagian atau komponen-komponen yang merupakan sistem itu
sendiri dalam melaksanakan pemilihan umum diantaranya:

 Sistem hak pilih

 Sistem pembagian daerah pemilihan.


 Sistem pemilihan
 Sistem pencalonan.

Bidang ilmu politik mengenal beberapa sistem pemilihan umum yang berbeda-


beda dan memiliki cirikhas masing-masing akan tetapi, pada umumnya
berpegang pada dua prinsip pokok, yaitu:

a. Sistem Pemilihan Mekanis

Pada sistem ini, rakyat dianggap sebagai suatu massa individu-individu


yang sama. Individu-individu inilah sebagai pengendali hak pilih masing-
masing dalam mengeluarkan satu suara di tiap pemilihan umum untuk satu
lembaga perwakilan.

b. Sistem pemilihan Organis

Pada sistem ini, rakyat dianggap sebagai sekelompok individu yang hidup
bersama-sama dalam beraneka ragam persekutuan hidup. Jadi persekuuan-
persekutuan inilah  yang diutamakan menjadi pengendali hak pilih.

Bangsa Indonesia telah menyelenggarakan pemilihan umum sejak zaman


kemerdekaan. Semua pemilihan umum itu tidak diselenggarakan dalam kondisi
yang vacuum, tetapi berlangsung di dalam lingkungan yang turut menentukan
hasil pemilihan umum tersebut. Dari pemilu yang telah diselenggarakan juga
dapat diketahui adanya usaha untuk menemukan sistem pemilihan umum yang
sesuai untuk diterapkan di Indonesia.

1. Zaman Demokrasi Parlementer (1945-1959)

Pada masa ini pemilu diselenggarakan oleh kabinet BH-Baharuddin


Harahap (tahun 1955). Pada pemilu ini pemungutan suara dilaksanakan 2

9
kali yaitu yang pertama untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
pada bulan September dan yang kedua untuk memilih anggota Konstituante
pada bulan Desember. Sistem yang diterapkan pada pemilu ini
adalah sistem pemilu proporsional.

Pelaksanaan pemilu pertama ini berlangsung dengan demokratis dan


khidmat,  Tidak ada pembatasan partai politik dan tidak ada upaya dari
pemerintah mengadakan intervensi atau campur tangan terhadap partai
politik dan kampanye berjalan menarik. Pemilu ini diikuti 27 partai dan satu
perorangan.

Akan tetapi stabilitas politik yang begitu diharapkan dari pemilu tidak
tercapai. Kabinet Ali (I dan II) yang terdiri atas koalisi tiga besar: NU, PNI
dan Masyumi terbukti tidak sejalan dalam menghadapi beberapa masalah
terutama yang berkaitan dengan konsepsi Presiden Soekarno zaman
Demokrasi  Parlementer berakhir.

2. Zaman Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Setelah pencabutan Maklumat Pemerintah pada November 1945 tentang


keleluasaan untuk mendirikan partai politik, Presiden Soekarno mengurangi
jumlah partai politik menjadi 10 parpol. Pada periode Demokrasi Terpimpin
tidak diselanggarakan pemilihan umum.

3. Zaman Demokrasi Pancasila (1965-1998)

Setelah turunnya era Demokrasi Terpimpin yang semi-otoriter, rakyat


berharap bisa merasakan sebuah sistem politik yang demokratis & stabil.
Upaya yang ditempuh untuk mencapai keinginan tersebut diantaranya
melakukan berbagai forum diskusi yang membicarakan tentang sistem
distrik yang terdengan baru di telinga bangsa Indonesia.

Pendapat yang dihasilkan dari forum diskusi ini menyatakan bahwa sistem
distrik dapat menekan jumlah partai politik secara alamiah tanpa paksaan,
dengan tujuan partai-partai kecil akan merasa berkepentingan untuk

10
bekerjasama dalam upaya meraih kursi dalam sebuah distrik. Berkurangnya
jumlah partai politik diharapkan akan menciptakan stabilitas politik dan
pemerintah akan lebih kuat dalam melaksanakan program-programnya,
terutama di bidang ekonomi.

Karena gagal menyederhanakan jumlah partai politik lewat sistem


pemilihan umum, Presiden Soeharto  melakukan beberapa tindakan untuk
menguasai kehidupan kepartaian. Tindakan pertama yang dijalankan adalah
mengadakan fusi atau penggabungan diantara partai politik,
mengelompokkan partai-partai menjadi tiga golongan yakni Golongan
Karya (Golkar), Golongan Nasional (PDI), dan Golongan Spiritual (PPP).
Pemilu tahun1977 diadakan dengan menyertakan tiga partai, dan hasilnya
perolehan suara terbanyak selalu diraih Golkar.

4. Zaman Reformasi (1998- Sekarang)

Pada masa Reformasi 1998, terjadilah liberasasi di segala aspek kehidupan


berbangsa dan bernegara. Politik Indonesia merasakan dampak serupa
dengan diberikannya ruang bagi masyarakat untuk merepresentasikan
politik mereka dengan memiliki hak mendirikan partai politik. Banyak
sekali parpol yang berdiri di era awal reformasi. Pada pemilu 1999 partai
politik yang lolos verifikasi dan berhak mengikuti pemilu ada 48 partai.
Jumlah ini tentu sangat jauh berbeda dengan era orba.

Pada tahun 2004 peserta pemilu berkurang dari 48 menjadi 24 parpol saja.
Ini disebabkan telah diberlakukannya ambang batas(Electroral Threshold)
sesuai UU no 3/1999 tentang PEMILU yang mengatur bahwa partai politik
yang berhak mengikuti pemilu selanjtnya adalah parpol yang meraih
sekurang-kurangnya 2% dari jumlah kursi DPR. Partai politikyang tidak
mencapai ambang batas boleh mengikuti pemilu selanjutnya dengan cara
bergabung dengan partai lainnya dan mendirikan parpol baru.

Untuk partai politik baru. Persentase threshold dapat dinaikkan jika dirasa
perlu seperti persentasi Electroral Threshold 2009 menjadi 3% setelah

11
sebelumnya pemilu 2004 hanya 2%. Begitu juga selanjutnya pemilu 2014
ambang batas bisa juga dinaikan lagi atau diturunkan.

2.4 PENYELENGGARA DAN SENGKETA HASI PEMILU DI


INDONESIA

Sukses pemilu tidak hanya ditentukan dari terlaksananya pemungutan suara,


tetapi juga penyelesaian sengketa yang terjadi. Masalah penyelesaian sengketa
pemilu di Indonesia mulai ramai dibahas khususnya sejak Pemilu 2004.

Sengketa atau perselisihan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1) sengketa dalam
proses pemilu (khususnya yang terjadi antar-peserta pemilu atau antarkandidat)
yang selama ini ditangani panitia pengawas pemilu; dan (2) sengketa atau
perselisihan hasil pemilu. Sesuai ketentuan UUD 1945, UU Pemilu, dan UU
MK; wewenang penyelesaian perselisihan hasil pemilu berada di tangan
Mahkamah Konstitusi.

Sebenarnya ada lagi sengketa yang ketiga, yang tidak diatur di dalam UU,
yakni: (3) sengketa peserta atau calon yang keberatan atas penetapan KPU atau
KPUD. Sejumlah masalah terjadi dalam pemilu dan pilkada terjadi sebagai
akibat kekurangan aturan main yang perlu diperbaiki pada masa mendatang.
Salah satu masalah yang kerap muncul adalah keputusan penyelenggara pemilu
mengenai peserta pemilu dan kandidat presiden (serta kandidat kepala daerah).
Gagalnya calon peserta pemilu serta bakal kandidat presiden dan kepala daerah
akibat keputusan penyelenggara pemilu masih terus terjadi.

Persoalan di atas merupakan masalah hukum pemilu yang semakin lama


banyak terjadi. Dapat dikatakan bahwa masalah ini merupakan suatu sengketa
atau perselisihan dalam tahapan pemilu yang semestinya ada mekanisme
penyelesaiannya. Sengketa dalam pemilu semestinya tidak hanya dilihat dalam
konteks antarpeserta pemilihan, tetapi bisa juga sengketa antara pihak yang
merasa dirugikan dengan penyelenggara pemilihan yang mengeluarkan
keputusan itu. Justru hal yang terakhir ini kurang diatur mekanismenya.

12
Penetapan peserta pemilu, calon anggota DPR/DPRD, calon presiden, dan
calon kepala daerah merupakan tahapan penting dalam proses pemilu. Siapa
yang menentukan lolosnya-tidaknya kandidat? Apabila seseorang dinyatakan
tidak lolos adakah saluran hukum untuk mengadu? Kerangka hukum dalam
soal ini mengandung kelemahan, yaitu penetapan satu lembaga untuk satu soal
yang amat penting dalam proses demokrasi ternyata tidak dapat diuji dan harus
diterima. Tidak ada alat uji untuk mengetahui apakah keputusan dan/atau
penetapan itu mengandung kesalahan ataukah tidak.

Lembaga manakah yang seharusnya menangani dan menyelesaikan sengketa


atau perselisihan jenis ketiga itu, atau yang terjadi pada masa penyelenggaraan
tahapan pemilu (dispute on election stages) antara pemilih atau peserta pemilu
dengan penyelenggara pemilu? Konflik hukum sudah semestinya diselesaikan
oleh lembaga peradilan karena lembaga peradilan memiliki kewenangan dan
legitimasi dalam menyelesaikan konflik hukum. Masalahnya, ada
kekhawatiran bahwa lembaga peradilan kita kurang mempunyai kapasitas dan
kredibilitas dalam menyelesaikan sengketa dalam proses atau tahapan pemilu.
Hal ini yang harus diperbaiki. Bisa saja penyelesaiannya ditangani oleh
Peradilan Umum atau Peradilan Tata Usaha Negara, tetapi dengan catatan
adanya penguatan kelembagaan..

Apakah kita perlu Pengadilan Pemilu untuk menyelesaikan ketiga macam


sengketa di atas? Menurut hemat Penulis, tidak diperlukan adanya Peradilan
Pemilu (Election Court) atau Hakim Pemilu (Election Judge) dalam arti yang
selama ini dipahami, yakni menyelesaikan gugatan pemilu (election petition)
karena sudah ada lembaga Mahkamah Konstitusi. Untuk penyelesaian
keberatan atas keputusan KPU, sudah ada Peradilan Umum atau Peradilan Tata
Usaha Negara. Yang diperlukan adalah penguatan kapasitas dari hakim- hakim
yang menangani perkara pidana pemilu dan hakim yang menangani “sengketa
hukum dalam proses pemilu” agar sesuai dengan kerangka hukum, sistem, dan
tujuan pemilu.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Di dalam negara demokrasi, pemilihan umum merupakan salah satu unsur


yang sangat vital, karena salah satu parameter mengukur demokratis tidaknya
suatu negara adalah dari bagaimana perjalanan pemilihan umum yang
dilaksanakan oleh negara tersebut. Demokrasi adalah suatu bentuk
pemerintahan oleh rakyat. Implementasi dari pemerintahan oleh rakyat adalah
dengan memilih wakil rakyat atau pemimpin nasional melalui mekanisme yang
dinamakan dengan pemilihan umum. Jadi pemilihan umum adalah satu cara
untuk memilih wakil rakyat dan pemimpinnya. Harapan warga dari
terselenggaranya pemilu adalah terpilihnya wakil rakyat yang sesuai dengan
keinginan rakyat. Tantangan yang ada adalah adanya warga yang tidak
menunaikan hak pilihnya atau golput karena kecewa dengan kinerja pemimpin
sebelumnya.

Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "Luber" yang merupakan


singkatan dari "Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia". Kemudian di era
reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan singkatan dari "Jujur
dan Adil".

Sejak awal kemerdekaan Indonesia telah mengalami pasang surut dalam


sistem pemilu. Dari pemilu terdahulu hingga sekarang dapat diketahui bahwa
adanya upaya untuk mencari sistem pemilihan umum yang cocok untuk
Indonesia . sejak awal pemerintahan yaitu demokrasi parlementer, terpimpin,
pancasila dan reformasi, dalam kurun waktu itulah Indonesia telah banyak
mengalami transformasi politik dan sistem pemilu.

Melihat fenomena politik Indonesia, sistem pemilihan umum proprosinal


tertutup memang lebih menguntungkan , tetapi harus diikuti dengan
transparansi terhadap publik kalau tidak akan menimbulkan oligarki
pemerintahan. Pada akhirnya konsilidasi partai politik dan sistem pemilihan

14
umum sudsah berjalan denganm baik. Akan tetapi, itu belum berarti kehidupan
kepartaian Indonesia juga sudah benar-benar siap untuk memasuki zaman
global. Sejumlah kelemahan yang bisa diinventarisir dari kepartaian kita
adalah rekrutmen politik, kemandirian secara pendanaan, kohesivitas
internal,dan kepemimpinan.

3.2 SARAN

Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan kehidupan politik


Indonesia semakin kompleks. Diharapkan dengan semakin banyaknya
pengalaman dan perkembangan politik Indonesia dapat menciptakan stabilitas
nasional. Tugas pembangunan kehidupan politik pada masa yang akan datang
bukan hanya tugas partai politik saja, tetapi semua elemen pemerintahan dan
tidak ketinggalan masyarakat juga harus ikut berpartisipasi mengembangkan
perpolitikan di Indonesia. Manejemen dan kepemimpinan juga haruis terus
ditingkatkan, ongkos politik yang tidak terlalu mahal dan transparansi terhadap
publik harus dekembangkan dan ditumbuhkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara agar stabilitas nasional dan politik kita semakin kokoh.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://syah8400.blogspot.com/2015/06/makalah-pemilu-diindonesia.html

https://www.academia.edu/people/search?utf8=%E2%9C%93&q=pemilu+indonesia

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6329581/sejarah-pemilu-di-indonesia-dari-
masa-ke-masa-mulai-1955-hingga-2019

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEw
iHoM7H2IT8AhUFT3wKHeTwDyEQFnoECCoQAQ&url=https%3A%2F
%2Fmedia.neliti.com%2Fmedia%2Fpublications%2F45207-ID-penanganan-
sengketa-pemilu.pdf&usg=AOvVaw2roVcPPq3mxIBez4kF1_uG

16

Anda mungkin juga menyukai