Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HUKUM PIDANA I UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ganja/Cannabis)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Karya tulis ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang Hukum terkhusus Hukum
Pidana. Penulis sadar dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak terdapat kekurangan oleh sebab
itu penyusun mengharapkan saran yang membangun agar dapat menjadi acuan dalam penyusunan
karya tulis yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah
ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan pembukaan UUD 1945 alinea 4 dijelaskan bahwasannya didirikan negara indonesia itu
bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum. Pengaplikasian dari memajukan kesejahteraan
umum tersebut diantaranya adalah dengan meningkatkan sumberdaya manusia di indonesia. Kualitas
sumber daya manusia di indonesia merupakan suatu modal dalam memajukan kesejahteraan umum
termasuk kualitas kesehatannya. Salah satu upaya dalam meningkatkan kesehatan adalah meningkatkan
pengobatan dan pelayanan dalam bidang kesehatan seperti halnya menyediakan obat jenis narkotika
yang bermanfaat untuk pengobatan.

Narkotika di satu sisi memiliki manfaat di bidang pengobatan. Namun, di sisi lain narkotika tersebut
memiliki akibat buruk apabila dalam penggunaannya disalah gunakan atau tidak ada pengawasan yang
ketat, seperti halnya menyebabkan ketergantungan (kecanduan) terhadap zat narkotika tersebut.
Dikatakan ada dampak yang buruk akan narkoba seperti yang kita tahu sekarang narkoba sudah menjadi
musuh bersama yang telah menghancurkan generasi muda indonesia, dikatakan positif narkoba juga
banyak digunakan dalam dunia farmasi dan kedokteran.

Maka berdasarkan hal negatif tadi mengenai penggunaan narkotika dibuatlah undang-undang narkotika
untuk mengatur dan mengawasi penggunannya agar tidak terjadi penyalahgunaannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Narkotika dan psikotropika ?

2. Ada berapa jenis narkotika yang diatur dalam Hukum Nasional Indonesia ?

3. Apa yang dimaksud dengan ganja dan bagaimana pengaturannya dalam Hukum Nasional
Indonesia ?

4. Bagaimana pandangan hukum atas kasus Corby (Ratu Ganja Australia) dan Prof.Dr. Akil Mochhtar
S.H, M.H ?

C. Tujuan Penulisan

1. Memberikan pemahaman kepada khalayak khususnya kepada mahasiswa dan umumnya kepada
masyarakat, akan apa itu narkotika dan psikotropika sehingga dalam proses kehidupan kehidupan tidak
ada penyimpangan akan barang-barang tersebut.

2. Mengungkap jenis-jenis narkotika yang diatur dalam UU yang berlaku di negara indonesia, sehingga
pengetahuan akan narkotika akan lebih mendalam dan dapat mengklasifikasikan narkoba tersebut yang
berimbas pada aplikasi kehidupan masyarakat.

3. Memberikan informasi akan ganja dan jenisnya dan hukuman bagi penyalahgunaan ganja itu
sendiri, seperti yang tercantum dalam Undang-undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dengan
demikian dapat menelaah secara kritis mengenai tindak pidana yang berkaitan dengan ganja.

4. Seperti halnya yang dikatakan diatas kita selaku masyarakat dan mahasiswa dapat menelaah dalam
proses penjatuhan hukuman tentang kasus corby (ratu ganja) serta akil mochtar atas keterlibatanya
dengan ganja , yang mana akhirnya kita selaku praktisi hukum dapat ikut andil dalam proses tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Narkotika dan Psikotropika

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang
diperkenalkan khususnya oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang
merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik "narkoba"
ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi
penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika
yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit
tertentu. Narkotika menurut UU No 35 tahun 2009 . Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, digolongkan menjadi tiga golongan sebagaimana tertuang dalam
lampiran undang-undang.

Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah atau sintesis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan aktivitas mental dan
perilaku. Psikotropika digolongkan menjadi 4 golongan.

B. Jenis Narkotika Menurut Hukum Nasional Indonesia

Dalam perkembangan kehidupan yang semakin kompleks hukumpun harus senantiasa bisa dan berubah
untuk bisa mengakomodir dan melindungi hak dan kewajiban setiap masyarakat. Hal itupun yang
melatarbelakangi munculnya Undang-undang tahun No.35 Tahun 2009 tentang narkotika, UU No.35 th
2009 adalah hasil revisi dari UU No.22 Tahun 1997.

Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai jenis dari narkotika dalam hukum nasional indonesia,
terlebih dahulu kita melihat dan menelaah pengertian narkotika yang tertuang dalam UU No 35 Tahun
2009 tentnag narkotika. Narkotika dalam UU no 35 th 2009 adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan- golongan, hampir sama yang
dijelaskan dalam pengertian diatas. Dimana dalam hukum nasional diatur beberapa hal seperti yang
dicantumkan dalam pengertian mengenai golongan, pemakaian, produksi, peredaran, ekspor, impor,
izin, penyalahgunaan, rehabilitasi , dll.

Jenis narkoba yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dibagi
kedalam tiga golongan yang terdiri dari beberapa jenis, berikut penjelasannya :

1. Golongan I Hanya digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan Tidak


digunakan dalam terapi Potensi ketergantungan sangat tinggi Contoh : Heroin (putauw), kokain, ganja,
Tanaman Papaver Somniferum, Opium mentah, Opium masak, Tanaman koka, Daun koka, Kokain
mentah, Kokaina, Tanaman ganja, Tetrahydrocannabinol, Delta 9 tetrahydrocannabinol dll. Itu hanya
sebagian besar contoh dan contoh tersebut yang paling banyak kasusnya. Dalam UU narkotika golongan
I dibagi kedalam 65 jenis.

2. Golongan II, dalam golongan ini narkotika terbagi dalam 86 jenis. Narkoba golongan ini Untuk
pengobatan pilihan terakhir Untuk pengembangan ilmu pengetahuan Potensi ketergantungan sangat
tinggi Contoh : fentanil, petidin, morfin, sabu, ekstasi.

3. Golongan III Digunakan dalam terapi Potensi ketergantungan ringan Contoh : kodein, difenoksilat.
Dalam golongan ini dibagi kedalam 14 jenis.

Penggolongan narkotika tersebut berbanding lurus dengan penjatuhan hukuman kepada para pelaku
penyalahgunaan narkotika. Dalam UU No 35 Tahun 2009 diatur jenis hukuman kepada para pelaku
tindak pidana yang berbeda tergantung kepada Golongan narkotika yang sebgaimana telah dicantumkan
dalam lampiran UU tersebut.

Ketentuan pidana untuk narkotika golongan I dalam pasal 111 ayat 1 Setiap orang yang tanpa hak
atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan
Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah). Pasal 112 ayat 1
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00
(delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

Untuk narkotika golngan II Pasal 117 ayat 1 Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 118 ayat 1 Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor,
mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00
(delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
Untuk narkotika golongan III pasal 122 Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah). Pasal 123 ayat 3 Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

C. Ganja

Ganja yang dalam bahasa Latin dinamakan cannabis, mempunyai beberapa bentuk daun seperti
tembakau yang berwarna hijau, ada yang berjari lima, tujuh, atau sembilan buah daun dalam setiap
batang daunnya. Ganja memiliki banyak istilah di kalangan para pemakai atau junkies seperti cimeng,
rasta, ulah, gelek, buda stik, pepen, hawai, marijuana, dope, weed, hemp, hash (hasish), pot, joint,
sinsemilla, grass, dan ratusan nama jalanan lain yang tersebar di seluruh dunia untuk penamaan ganja.
Sama seperti istilahnya, ganja juga banyak tersebar di berbagai belahan negara lain, utamanya di negara
negara yang beriklim tropis dan sub tropis seperti misalnya di Indonesia, India, Nepal, Thailand, Laos,
Kamboja, Kolombia, Jamaika, Rusia bagian Selatan, Korea, dan Amerika Serikat.

Pada penelitian terakhir tentang ganja, ditemukan ada 3 (tiga) jenis tanaman ganja yaitu : Cannabis
Sativa, Cannabis Indica, dan Cannabis Ruderalis. Ketiga jenis tanaman ganja itu semuanya memiliki
kandungan THC (Tetra Hydro Cannabinol) yang berbeda beda tingkat kadarnya untuk setiap jenisnya.
Jenis Cannabis Indica mengandung THC paling banyak, disusul jenis Cannabis Sativa, dan jenis Cannabis
Ruderalis mengandung THC paling sedikit. THC sendiri adalah zat psikoaktif yang berefek halusinasi dan
ini terdapat dalam keseluruhan pada bagian tanaman ganja, baik daunnya, rantingnya, ataupun bijinya.
Karena kandungan THC inilah, maka setiap orang yang menyalahgunakan ganja akan terkena efek
psikoaktif yang sangat membahayakan.

Seiring dengan perkembangannya ganjapun memiliki efek negatif dan positif. Efek negatif secara umum
adalah pengguna akan menjadi malas, otak lamban dalam berfikir, pusing, depresi, halusinasi, timbulnya
rasa kuatir (ansienitas) selama 10 30 menit, timbulnya perasaan tertekan dan takut mati, gelisah,
bersikap hiperaktif (aktifitas motorik mengalami peningkatan secara berlebihan), jantung berdebar
(denyut jantung menjadi bertambah cepat 50% dari sebelumnya), bola mata memerah (disebabkan
pelebaran pembuluh darah kapiler pada bola mata), mulut kering (karena kandungan THC mengganggu
sistem syaraf otonom yang mengendalikan kelenjar air liur). Efek positif ganja diantranya yaitu :
1. Mengurangirasa sakit pada penderita kanker.

2. Sebagai obat bagi pasien epilepsi.

3. Biji ganja mengandung nutrisi yang sangat tinggi.

4. Tanaman ganja dapat membuat tanah subur kembali.

Menurut Undang-undang No 35 Tahun 2009, ganja atau cannabis ini dimasukan kedalam narkotika
golongan I, itu artinya ganja adalah jenis narkotika dengan kadar tertinggi dan tingkat paling bahaya
dalam penyalahgunaannya. Karena ganja dimsukan kedalam kategori narkotika golongan I maka berikut
adalah beberapa ketentuan ketentuan pidananya :

Pasal 111

1. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

2. Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau


menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon, pelaku dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3
(sepertiga).

Pasal 113

1. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau
menyalurkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

2. Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika


Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu)
kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi 5
(lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 114

1. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,
menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

2. Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual
beli, menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon
atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati,
pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3
(sepertiga).

D. Kasus Corby (ratu ganja australia) dan Akil Mochtar (pemain konstitusi)

Schapelle Leigh Corby (lahir 10 Juli 1977; umur 36 tahun) adalah seorang mantan pelajar sekolah
kecantikan dari Brisbane, Australia yang ditangkap membawa obat terlarang di dalam tasnya di Bandara
Ngurah Rai, Denpasar, Indonesia pada 8 Oktober 2004. Dalam tas Corby ditemukan 4,2 kg ganja, yang
menurut Corby, bukan miliknya. Dia mengaku tidak mengetahui adanya ganja dalam tasnya sebelum tas
tersebut dibuka oleh petugas bea cukai di Bali, namun pernyataan ini ditentang oleh petugas bea cukai
yang mengatakan bahwa Corby mencoba menghalangi mereka saat akan memeriksa tasnya.

Pada tanggal 27 Mei 2005 Corby diputuskan harus menjalani hukuman penjara 20 tahun serta ditambah
denda sebesar Rp 100.000.000, karena melanggar pasal 82, ayat 1a, UU nomor 22 tahun 1997 tentang
Narkotika. Sidang putusannya disiarkan langsung di dua stasiun televisi di Australia. Pada 20 Juli 2005,
Pengadilan Negeri Denpasar kembali membuka persidangan dalam tingkat banding dengan
menghadirkan beberapa saksi baru. Kemudian pada 12 Oktober 2005, setelah melalui banding,
hukuman Corby dikurangi lima tahun menjadi 15 tahun. Pada 12 Januari 2006, melalui putusan kasasi,
MA memvonis Corby kembali menjadi 20 tahun penjara, dengan dasar bahwa narkotika yang
diselundupkan Corby tergolong kelas I yang berbahaya.

Dalam kasus corby dan waktu terjadinya ini UU NO 22 Th 1997 tentang narkotika belum direvisi menjadi
UU no 35 Th 2009, namun dari sisi kepemilikan gajna yang terdapat dalam tas corby kami bisa
menganalisis bahwa hukuman yang dijatuhkan kepada corby memperhatikan beberapa hal seperti,
bahwasanya ganja termasuk kedalam narkotika golongan I yang notabene berbahaya dan hukumannya
pun relatif berat, serta ganja yang diwanya pun dalam bentuk tanaman dan lebih dari 1 kg, sesuai
dengan ketentuan dalam Undang-Undang No 35 Tahun 2009 sebagai berikut :

1. Pasal 111 ayat 1 dan 2

1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

2) Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau


menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon, pelaku dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3
(sepertiga).

2. Pasal 115 ayat 1 dan 2

1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut, atau
mentransito Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

2) Dalam hal perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan I
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau
melebihi 5 (lima) batang pohon beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3
(sepertiga).

Belakangan ini wajah hukum indonesia kembali tercoreng, kewibawaan hukumpun kembali ternonodai,
hukum indonesia tak henti-hentinya ditelanjangi oleh para perilaku para penegak hukumnya, hal ini kini
terjadi dalam lembaga tertinggi bangsa ini yaitu Mahkamah Konstitusi, Prof. Dr. Akil Mochtar S.H, M.H
adalah seorang ketua MK yang melakukan hal itu. Akil selain menerima suap atas beberapa kasus pemilu
yang ditangani MK, singakt cerita dalam proses pengembangan kasus suap yang menderanya ketika
ruang kantornya digeledah oleh KPK ditemukan ganja/ marijuana dan metafetamineatau sabu dalam laci
mejanya. Hal itu pun sontak menjadi pembicaraan khalayak ramai yang semakin menjatuhkan
kredibilitas dari Mahkamah konstistusi.

Untuk 3 linting yang diduga ganja dan satu yang sudah dipakai itu positif ganja atau narkoba golongan
satu jenis ganja Sesuai UU 35 Narkotika Tahun 2009 dilarang penggunaanya di Indonesia, lalu dua pil
berwarna Hijau dan Ungu positif kandung methapetamine sesuai UU tahun 2009 juga dilarang di
Indonesia. Sejalan perkembngannya dengan hasil tes urine akil negatif menggunakan narkoba jenis
tersebut, namun setelah dilakukan tes DNA zat yang terkandung dalam DNA cocok atau sama percis
dengan kandungan ganja. Sampai saat ini proses masih terus bejalan dimana BNN terus berkoordinasi
dengan KPK.

Jika dari penjelasan mengenai akil diatas dan pernyataan juru bicara BNN, Komisaris Besar Sumirat
Dwiyanto, ketika kasus penemuan ganja di ruang kerjanya ketua mahkamah konstitusi itu yang
berpendapat Hukuman bagi penggguna narkotika 4 tahun adalah rehabilitasi, itupun menunggu
perkembangan dan masih melakukan langkah lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-
undangan kata sumirat. kami dapat menganalisis hal apa yang akan dijatuhkan kepada akil atas dasar
kepemilikan dan penggunaan narkoba golongan I, mungkin untuk proses kedepannya menurut kami akil
akan di rehabilitsi atas dasar pasal-pasal berikut :
1. Pasal 54 Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial.

2. Pasal 55 ayat 1, dan 2 : (1) Orang tua atau wali dari Pecandu Narkotika yang belum cukup umur
wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau
perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial, (2) Pecandu Narkotika yang sudah
cukup umur wajib melaporkan diri atau dilaporkan oleh keluarganya kepada pusat kesehatan
masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh
Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial.

3. Pasal 103 ayat 1 dan 2

(1) Hakim yang memeriksa perkara Pecandu Narkotika dapat:

a) memutus untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan dan/atau perawatan


melalui rehabilitasi jika Pecandu Narkotika tersebut terbukti bersalah melakukan tindak pidana
Narkotika; atau

b) menetapkan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan dan/atau perawatan


melalui rehabilitasi jika Pecandu Narkotika tersebut tidak terbukti bersalah melakukan tindak
pidana Narkotika.

(2) Masa menjalani pengobatan dan/atau perawatan bagi Pecandu Narkotika sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman.
BAB III

PENUTUP

E. Simpulan

1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, Psikotropika
adalah zat atau obat baik alamiah atau sintesis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf .

2. Jenis narkoba yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
dibagi kedalam tiga golongan yang terdiri dari beberapa jenis :

1. Golongan I Hanya digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan Tidak


digunakan dalam terapi Potensi ketergantungan sangat tinggi Contoh : Heroin (putauw), kokain, ganja,
dsb.

2. Golongan II Untuk pengobatan pilihan terakhir Untuk pengembangan ilmu pengetahuan Potensi
ketergantungan sangat tinggi Contoh : ekstasi, sabu, dsb.

3. Golongan III Digunakan dalam terapi Potensi ketergantungan ringan Contoh : kodein, difenoksilat,
dsb.

3. Ganja yang dalam bahasa Latin dinamakan cannabis, ganja dalam undang-udang no 35 th 2009
tentang narkotika diklasifikasikan kedalam narkotika golongan I, jenis narkotika berbahaya, seperti
dalam lampiran UU tersebut. Salah satu landasan hukum mengenai penyalahgunaan ganja sepertis pada
pasal 111 ayat 1 dan 2.

4. Schapelle Leigh Corby adalah warga negara australia yang membawa ganja 4,2 kg dalam tasnya dan
dalam proses hukumnya corby dijatuhi hukuman 20 tahun penjara. Sesuai dengan karena melanggar
pasal 82, ayat 1a, UU nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, yang sekarang UU no 35 th 2009 pasal
111 ayat 1 dan 2. Prof. Dr. Akil Mochtar S.H, M.H adalah ketua MK yang terjerat kasus suap dan dalam
perkembangannya terjerat pula kasus narkotika atas ditemukannya tiga linting ganja dan dua pil ekstasi.
Walaupun belum ada putusan mengenai akil dan ganja kami bisa memberikan analisis bahwa mungkin
sang pemain konstitusi ini akan menjalani hukuman rehabilitasi, sesuai dengan pasal 53, 54, dan 103
ayat 1 dan 2 Undang-undang No 35 Tahun 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. C.S.T. Kansil, S.H. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. 1989.

R. Soenarto Soerodibroto, S.H. KUHP DAN KUHAP, Jakarta, Rajawali Pers. 1994.
Kepaniteraan dan Sekretaris Jendral Mahkamah Konstitusi RI , Undang-undang dasar 1945. 2013.

Anda mungkin juga menyukai