Anda di halaman 1dari 13

Sistem Ketatanegaraan

Indonesia
Oleh :
SENDY VANILLA
Menurut L. Ackof sistem adalah setiap kesatuan
secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-
bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama
lainnya.
Pengertian Sistem
Tata negara adalah seperangkat prinsip dasar yang
mencakup peraturan susunan pemerintah, bentuk
negara dan sebagainya yang menjadi dasar peraturan
suatu negara
Ketatanegaraan adalah segala sesuatu mengenai tata
negara
Pengertian Tata Negara
Sistem Ketatanegaraan adalah suatu unsur yang
mencakup tentang susunan pemerintah, bentuk
Negara, serta tugas pemerintah yang berkaitan satu
asma lain demi terwujudnya tujuan Negara Indonesia.

Pengertian Sistem Ketatanegaraan
Sistem ketatanegaraan Indonesia mengikuti konsep
negara hukum (Rechtsstaat)
Karakteristik negara hukum, yaitu :
1. Penyelenggaraan negara berdasar Konstitusi.
2. Kekuasaan Kehakiman yang merdeka.
3. Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia.
4. Kekuasaan yang dijalankan berdasarkan atas prinsip
bahwa pemerintahan, tindakan dan kebijakannya
harus berdasarkan ketentuan hukum (due process
of law ).


Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Ada beberapa konstitusi atau UUD yang pernah
berlaku di Indonesia sejak kemerdekaannya tanggal 17
Agustus 1945 sampai sekarang. Konstitusi-konstitusi
tersebut antara lain:
1. UUD 1945
2. UUD RIS 1949
3. UUDS 1950
4. UUD 1945
5. UUD 1945 hasil amandemen
Di Indonesia pengaturan sistem ketatanegaraan
diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, Undang-
Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, dan Peraturan Daerah. Sedangkan
kewenangan kekuasaan berada di tingkat nasional
sampai kelompok masyarakat terendah yang meliputi
MPR, DPR, Presiden dan Wakil Presiden, Menteri, MA,
MK, BPK, DPA, Gubernur, Bupati/ Walikota, sampai
tingkat RT.

Sebelum diamandemen, UUD 1945 mengatur kedudukan
lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara, serta
hubungan antar lembaga-lembaga tersebut. Undang-
Undang Dasar merupakan hukum tertinggi, kemudian
kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada MPR
(Lembaga Tertinggi). MPR mendistribusikan kekuasaannya
(distribution of power) kepada 5 Lembaga Tinggi yang
sejajar kedudukannya, yaitu Mahkamah Agung (MA),
Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) dan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).

Sistem Ketatanegaraan Sebelum
Amandemen UUD 1945
Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen
UUD 1945, dapat diuraikan sebagai berikut, Undang-
Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan
sepenuhnya menurut UUD. UUD memberikan pembagian
kekuasaan (separation of power) kepada 6 lembaga negara
dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Presiden,
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah
(DPD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah
Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi (MK).

Sistem Ketatanegaraan Setelah
Amandemen UUD 1945
Berusaha mempelajari isi konstitusi hasil amandeman agar
memahami makna konstitusi tersebut.
Melaksanakan isi konstitusi sesuai dengan profesi masing-
masing.
Membantu pemerintah dalam mensosialisasikan isi
konstitusi hasil amandeman kepada warga masyarakat.
Melaporkan kepada yang berwajib apabila ada pihak-pihak
yang melanggar konstitusi.
Mengawasi para penyelenggara Negara agar melaksaakan
tugasnya sesuai konstitusi yang berlaku

Siakap Positif
CIREBON - Ketua Rois Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
KH Sahal Machfud, mengatakan amandemen UUD 1945 ketika era reformasi
1998 tidak hanya memberikan dampak yang positif bagi kehidupan berbangsa
dan negara, namun juga memberikan dampak yang negatif.
Menurutnya dampak negati akibat dari amandemen UUD 1945 yang
dilakukan secara terburu-buru mengakibatkan munculnya peraturan
perundang-undangan yang menyengsarakan rakyat.
"Ketika amandemen UUD 1945 dilakukan dengan tergesa-gesa dan
kurang cermat, akibatnya antara lain lahirnya aturan perundang-undangan
yang merugikan rakyat, bangsa dan negara," kata Sahal, ketika menyakpaikan
sambutannya dalam pembukaan acara Munas dan Konbes PBNU di Pondok
Pesantren Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (15/9/2012).
Sahal mengatakan akibat lain dari munculnya kebijakan otonomi
daerah yang dilaksanakan tanpa persiapan sosial yang matang, sehingga
mengganggu keberadaan Indonesia sebagai Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
"Akibatnya, muncul konflik yang berkepanjangan di banyak daerah. Lemahnya
kendali pemerintah pusat terhadap sektor-sektor strategis di daerah, telah
membuat negara kesatuan ini semakin berjalan ke arah sistem semi federal,"
tuturnya.

Sumber : news.okezone.com
Sikap Negatif
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai