PENDAHULUAN
harus dilakukan oleh pihak yang kompeten dan berwenang yakni seorang dokter
hewan.
Program pendidikan profesi dokter hewan memiliki peran
untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada peserta
didik untuk mengetahui fakta lapangan terkait dengan RPH.
Sehingga pada kesempatan ini peserta didik melakukan kegiatan
PPDH di Rumah Potong Hewan Kota Kediri untuk mengikuti
kegitan administrasi serta lapangan terkait dengan fungsi dan
peran RPH dalam menunjang kesehatan masyarakat veteriner.
1.2 Rumusan Masalah
1
Bagaimana Peran dokter hewan pada Rumah Potong Hewan Kota Kediri ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari PPDH ini adalah agar mahasiswa PPDH :
1. Mampu memahami peran dokter hewan pada rumah potong
hewan Kota Kediri,
2. Mampu melakukan dan menerapkan prinsip Kesejahteraan
Hewan serta pemeriksaan Ante dan Post-Mortem di rumah
potong hewan Kota Kediri,
3. Mampu melakukan Pengawasan hygiene dan sanitasi rumah
potong hewan Kota Kediri.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan PPDH di RPH Kota
Kediri adalah agar mahasiswa PPDH mengetahui prosedur yang diterapkan dalam
menghasilkan produk aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) melalui kegitan
pemeriksaan pemeriksaan antemortem dan postmortem, melakukan pengawasan
keamanan dan mutu pangan asal hewan yang beredar di Kota Kediri, mengetahui
BAB 2
ANALISIS SITUASI
pemeriksaan
kesehatan
hewan
sebelum
dipotong (ante-mortem
dan
b.
1.
2.
60.500,00/ ekor
3. Bea pemotongan hewan babi Rp. 60.500,00 / ekor
4. Bea pemotongan hewan babi diluar jam pemotongan / terpaksa Rp.
71.500,00/ ekor
Biaya / tarip tersebut berdasarkan pada Perda tahun 2009 tentang
retribusi rumah potong hewan. Pembayaran biaya dilakukan sebelum
pelaksanaan pemotongan hewan pada kasir RPH, Kota Kediri.
c.
5.
6.
7.
pemotongan.
b. Sarana Pendukung
sampai
penyembelihan
metatarsus
dan
(pemisahan
metakarpus,
kepala,
pengulitan,
dirawat.
3. Seluruh peralatan logam yang kontak dengan daging dan jeroan
harus terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat atau korosif
(terbuat dari stainless steel atau logam yang digalvanisasi), kuat,
tidak dicat, mudah dibersihkan dan mudah didesinfeksi serta mudah
dirawat.
4. Pelumas untuk peralatan yang kontak dengan daging dan jeroan harus
food grade (aman untuk pangan).
5. Sarana pencucian tangan harus didesain sedemikian rupa sehingga
tidak kontak dengan telapak tangan, dilengkapi dengan fasilitas
seperti sabun cair dan pengering, dan apabila menggunakan tissue
harus tersedia tempat sampah.
6. Peralatan untuk membersihkan dan mendesinfeksi ruang dan
peralatan harus tersedia dalam jumlah cukup sehingga proses
pembersihan dan desinfeksi bangunan dan peralatan dapat dilakukan
secara baik dan efektif.
7. Bangunan utama paling kurang harus dilengkapi dengan:
a. alat untuk memfiksasi hewan (Restraining box);
b. alat untuk menempatkan hewan setelah disembelih (Cradle);
c. alat pengerek karkas (Hoist);
d. rel dan alat penggantung karkas yang didisain agar karkas
8.
BAB III
METODE KEGIATAN
3.1.
3.3.
150130100111019
Metode yang telah digunakan selama PPDH di RPH kota Kediri ini adalah:
1. Memperdalam ilmu melalui diskusi dengan koordinator lapangan dan
dokter hewan yang berwenang di lokasi mengenai masalah-masalah yang
terjadi di lapangan.
2. Mengikuti program atau kegiatan yang sedang berlangsung di RPH Kota
Kediri.
Hasil dari pelaksanaan PPDH ini akan dilaporkan secara tertulis kepada pihak
RPH Kota dan Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya.
1.4 Jadwal Kegiatan
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Koasistensi
Hari/Tanggal
9 September
Jenis Kegiatan
Pemeriksaan antemortem dan
Pembimbing
Bpk Wawan
Bpk Sunaryo
Pemeriksaan antemortem di
Drh Bahctiar
Drh Bahctiar
2015
10 September
2015
11 September
2015
12 September
2015
13 September
Drh Bahctiar
Pemeriksaan antemortem di
Drh Bahctiar
Drh Bahctiar
postmortem
Bapak Harisodin
2015
14 September
Pemeriksaan antemortem di
2015
di
RPH
Kota
Kediri
15 September
2015
10
Drh Bahctiar
Drh Pujiono
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Peran Dokter Hewan di RPH Kota Kediri
Dokter hewan memiliki peran dalam kegiatan operasional RPH yang
bertujuan untuk menghasilkan produk yang beredar aman, sehat, utuh dan halal.
Guna menghasilkan bahan asal pangan hewan yang ASUH dokter hewan
berkewajiban untuk selalu memonitoring kesehatan hewan yang akan disembelih
melalui pemeriksaan antemortem. Pemeriksaan antemortem berperan mencegah
terjadinya penularan penyakit foodborne disease melalui produk daging dan
menjamin bahwa hewan yang akan disembelih diperlakukan berdasarkan prinsip
kesejahteraan hewan yang nantinya akan berpengaruh pada kualitas daging yang
dihasilkan oleh RPH. Tugas pokok lainnya ialah melakukan pemeriksaan post
mortem sebagai bentuk pengawasan berkesinambungan terhadap keamanan
pangan dan mutu pangan asal hewan sehingga akan memberikan jaminan kepada
konsumen terhadap daging yang diedarkan memenuhi kriteria ASUH. Dokter
hewan berperan pula dalam mengawasi pengolahan limbah yang dihasilkan RPH
dengan memastikan dilakukannya pengolahan limbah cair dan padat yang akan
dialirkan sehingga tidak mencemari lingkungan dan terbebas dari resiko
penyebaran penyakit melalui limbah sehingga aspek kesehatan masyarakat
veteriner pada RPH dapat terpenuhi dengan adanya peranan dari dokter hewan
sebagai medik veteriner.
11
perlu
diperbaiki
pencahayaan
pada
kandang
peristirahatan.
12
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
Tetapi
pada
kenyataannya di RPH kota Kediri mayoritas sapi yang dipotong adalah ternak
betina produktif. Hanya saja dilakukan pemeriksaan kebuntingan apabila
dinyatakan bunting maka sapi tersebut tidak boleh dipotong. Hal ini tentu saja
menyimpang dari undang-undang yang berlaku, maka perlu dilakukan
tindakan/larangan terhadap pemotongan betina produktif. Selama proses
pendidikan profesi dokter hewan di RPH Kota Kediri ada beberapa sapi
dalam keadaan bunting sehingga ternak tersebut tidak boleh dipotong.
13
b. Proses Pemotongan
Pemotongan hewan ruminansia besar (sapi) di RPH kota Kediri dilakukan
pada pukul 23.00 dan berakhir pada pukul 06.00. Prinsip pemotongan yang
dilakukan berdasarkan penerapan syariat islam serta kesejahteraan hewan.
Teknik pemotongan di RPH kota Kediri dilakukan dengan tanpa
pemingsangan. Teknik pemotongan tanpa pemingsangan yang dilakukan yaitu
hewan direbahkan dilantai dengan kaki terikat dan kepala hewan diposisikan
menghadap ke arah kiblat. Sapi dirobohkan secara manual dengan tali dan
ring . Teknik perobohan hewan secara tidak kasar (dibanting, diinjak, ditarik
ekor, ditarik kepala). Kemudian memperhatikan teknik pengikatan dan teknik
penarikan..Penyiraman air dilakukan sebelum pemotongan yang bertujuan
untuk memperlancar sirkulasi darah dengan harapan darah nantinya dapat
keluar dengan tuntas.
hewan yang berwenang. Hewan sehat yang dimaksud berarti: (1) hewan harus
tidak dalam keadaan lelah atau habis dipekerjakan, (2) hewan yang sudah
tidak produktif lagi, dan (3) hewan yang disembelih dalam keadaan darurat
(Lukman, 2009). Selama dua minggu proses pemotongan sapi telah
memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk memperoleh kualitas daging
yang baik.
c. Pemeriksaan setelah pemotongan (post-mortem)
Pemeriksaan postmortem RPH Kota Kediri dilakukan oleh petugas ahli
yang ditunjuk oleh institusi tersebut. Pemeriksaan tersebut meliputi
pemeriksaan kepala dan lidah, pemeriksaan paru-paru, pemeriksaan jantung,
pemeriksaan alat pencernaan, pemeriksaan esophagus, pemeriksaan hati,
pemeriksaan limpa, pemeriksaan karkas, pemeriksaan kelenjar pertahanan.
Keputusan pemeriksaan postmorthem yaitu (1) baik untuk konsumsi manusia,
(2) ditolak untuk dikonsumsi atau diedarkan, (3) karkas dan bagian-bagiannya
diijinkan untuk konsumsi setelah memenuhi syarat-syarat tertentu (Lukman,
2009).
Berdasarkan PP no. 95 tahun 2012, pemeriksaan kesehatan jeroan dan
karkas dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, dan insisi. Hasil pemeriksaan
kesehatan jeroan dan karkas yang aman dan layak dikonsumsi dinyatakan
dalam bentuk (a) pemberian stempel bertuliskan telah diperiksa oleh Dokter
Hewan dan (b) surat keterangan kesehatan daging. Jeroan dan karkas
berdasarkan pemeriksaan kesehatan yang dinayatakan tidak aman dan tidak
layak dikonsumsi wajib dimusnahkan di rumah potong hewan. Cairan yang
digunakan untuk stempel merupakan bahan yang tidak membahayakan atau
dapat mempengaruhi kualitas daging. Bahan yang digunakan terdiri dari
alcohol, gliserin dan kristal violet kemudian ditambah dengan akuades
dengan volume yang telah ditentukan.
Pada saat kegiatan pendidikan profesi dokter hewan (PPDH) di RPH kota
Kediri, ada satu organ hepar yang positif distomatosis di hampir seluruh
bagian hepar sehingga organ tersebut diafkir karena tidak layak konsumsi
(Lampiran 2). Keadaan patologis hepar menunjukkan pengerasan ketika di
15
palpasi, tepi dan permukaannya tidak rata, dan ketika di sayat terlihat jaringan
yang sudah mengalami pengerasan (fibrosis). Pengamatan saluran empedu
terlihat mengalami penebalan dan ketika disayat ditemukan banyak cacing
Fasciola gigantica dewasa.
4.3 Higiene dan Sanitasi RPH Kota Kediri
Higiene dan sanitasi yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan
penyembelihan pada tiap RPH bertujuan untuk menjamin keamanan produk asal
hewan dengan meminimalkan terjadinya kontaminasi produk olehmikrobiologis
yang dapat menurunkan kualitas bahan pangan asal hewan.(Nanang, 2008).
Menurut UU No 18, (2005) higiene merupakan kondisi lingkungan bersih yang
dilakukan dengan cara mematikan/mencegahhidupnya jasad renik patogen dan
mengurangi jasad renik lainnya untukmenjaga kesehatan manusia. Sanitasi
merupakan tindakan yang dilakukanterhadap lingkungan untuk mendukung upaya
kesehatan manusia dan hewan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 95
tahun 2012 tentang kesehatan masyarakat dan kesejahteraan hewan (PP No. 95
Tahun 2012) unit usaha Rumah Potong Hewan (RPH) harus menerapkan upaya
penjaminan higiene dan sanitasi dilakukan dengan penerapan cara yang baik pada
setiap proses produksi produk hewan. Kegiatan sanitasi yang dilakukan oleh pihak
RPH
kota
malang
ialah
selalu
melakukan
pembersihan
pada
tempat
16
17
18
19
20
daging sehingga tidak terjadi kerusakan atau penurunan kualitas daging akibat
tidak layaknya alat transportasi daging.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan :
a. Peran dokter hewan pada RPH Kota Kediri ialah melakukan pengawasan
penerapan terhadap kesejahteraan hewan pada tiap penyembelihan,
higiene dan sanitasi pada lingkungan RPH dan memantau pengolahan
limbah dari RPH serta pelaksanaan pemeriksaan ante mortem dan post
mortem secara rutin oleh dokter hewan guna menjamin keamaan daging
yang akan diedarkan.
b. Penerapan kesejahteraan hewan di
penerapan
kesejahteraan
hewan
kandang
peristirahatan,
21
No
1.
2.
3.
Foto Sapi
Bagian Yang
Diperiksa
Jenis kelamin
Status gizi
Permukaan
kulit
Adanya
penyakit
Cara berdiri
Frekuensi
nafas
Jenis kelamin
Status gizi
Permukaan
kulit
Adanya
penyakit
Cara berdiri
Frekuensi
nafas
Jenis kelamin
Status gizi
Permukaan
kulit
Adanya
penyakit
Cara berdiri
Frekuensi
nafas
23
Hasil
Pemeriksaan
Betina
Baik
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Normal
Jantan
Baik
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Normal
Betina
Baik
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Normal
Status
Hewan
Disembel
ih tanpa
syarat
Disembel
ih tanpa
syarat
Disembel
ih tanpa
syarat
4.
5.
6.
7.
Jenis kelamin
Status gizi
Permukaan
kulit
Adanya
penyakit
Cara berdiri
Frekuensi
nafas
Jenis kelamin
Status gizi
Permukaan
kulit
Adanya
penyakit
Cara berdiri
Frekuensi
nafas
Betina
Baik
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Normal
Betina
Baik
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Normal
Disembel
ih tanpa
syarat
Jenis kelamin
Status gizi
Permukaan
kulit
Adanya
penyakit
Cara berdiri
Frekuensi
nafas
Jenis kelamin
Status gizi
Permukaan
kulit
Adanya
penyakit
Cara berdiri
Frekuensi
Betina
Baik
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Normal
Betina
Baik
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Disembel
ih tanpa
syarat
24
Disembel
ih tanpa
syarat
Disembel
ih tanpa
syarat
8.
9.
10.
nafas
Normal
Jenis kelamin
Status gizi
Permukaan
kulit
Adanya
penyakit
Cara berdiri
Frekuensi
nafas
Jenis kelamin
Status gizi
Permukaan
kulit
Adanya
penyakit
Cara berdiri
Frekuensi
nafas
Jenis kelamin
Status gizi
Permukaan
kulit
Adanya
penyakit
Cara berdiri
Frekuensi
nafas
Betina
Baik
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Normal
Betina
Baik
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Normal
Betina
Baik
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Normal
25
Disembel
ih tanpa
syarat
Disembel
ih tanpa
syarat
Disembel
ih tanpa
syarat
Bagian yang
Diperiksa
Kepala dan
Lidah
Paru-paru
Jantung
Alat
pencernaan
Esophagus
Hati
10. Sapi 2
Limpa
Karkas
Kelenjar
pertahanan
Kepala dan
Lidah
Paru-paru
Jantung
Alat
pencernaan
Esophagus
Hati
11. Sapi 3
Limpa
Karkas
Kelenjar
pertahanan
Kepala dan
Lidah
Paru-paru
Jantung
Hasil
Pemeriksaan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada kelainan
Merah segar
Tidak ada
peruabahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada kelainan
Merah segar
Tidak ada
peruabahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
26
Status
Baik
dikonsumsi
untuk manusia
Baik
dikonsumsi
untuk manusia
Baik
dikonsumsi
untuk manusia
Alat
pencernaan
Esophagus
Hati
12. Sapi 4
Limpa
Karkas
Kelenjar
pertahanan
Kepala dan
Lidah
Paru-paru
Jantung
Alat
pencernaan
Esophagus
Hati
13. Sapi 5
Limpa
Karkas
Kelenjar
pertahanan
Lgl.
Prefemoralis
Lgl. Prescapula
Lgl. Poplitea
Intracostae
Kepala
Insisi Masseter
Paru-paru
Hati
Ginjal
Saluran
pencernaan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada kelainan
Merah segar
Tidak ada
peruabahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada kelainan
Merah segar
Tidak ada
peruabahan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ditemukan
cysticercus
Ditemukan memer
pada os Frontalis
Tidak ditemukan
cysticercus
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada
kelainan,
27
Baik
dikonsumsi
untuk manusia
Baik
dikonsumsi
untuk manusia
14. Sapi 6
Kepala dan
Lidah
Paru-paru
Jantung
Alat
pencernaan
Esophagus
Hati
15. Sapi 7
Limpa
Karkas
Kelenjar
pertahanan
Kepala dan
Lidah
Paru-paru
Jantung
Alat
pencernaan
Esophagus
Hati
16. Sapi 8
Limpa
Karkas
Kelenjar
pertahanan
Kepala dan
Lidah
Paru-paru
Jantung
ditemukan
beberapa
parampistomum.
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada kelainan
Merah segar
Tidak ada
peruabahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada kelainan
Merah segar
Tidak ada
peruabahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
28
Baik
dikonsumsi
untuk manusia
Baik
dikonsumsi
untuk manusia
Baik
dikonsumsi
untuk manusia,
kecuali hati
Alat
pencernaan
Esophagus
Hati
17. Sapi 9
Limpa
Karkas
Kelanjar
pertahanan
Kepala dan
Lidah
Paru-paru
Jantung
Alat
pencernaan
Esophagus
Hati
18. Sapi 10
Limpa
Karkas
Kelenjar
pertahanan
Kepala dan
Lidah
Paru-paru
Jantung
Alat
pencernaan
Esophagus
Hati
Limpa
Karkas
Kelenjar
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Ada Fasciola
hepatica
Tidak ada kelainan
Merah segar
Tidak ada
peruabahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada kelainan
Merah segar
Tidak ada
peruabahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada kelainan
Merah segar
Tidak ada
29
Baik
dikonsumsi
untuk manusia
Baik
dikonsumsi
untuk manusia
pertahanan
peruabahan
30