PENDAHULUAN
1
kesejahteraan hewan, mampu melakukan pengawasan keamanan dan mutu pangan
asal hewan, melakukan penilaian terhadap kelayakan desain RPH dan pengolahan
limbah yang semuanya merupakan bagian dari fungsi kesehatan masyarakat
veteriner.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tata laksana pengelolaan RPH.
2. Mengetahui dan memahami pemeriksaan daging untuk menghasilkan daging
yang ASUH.
3. Mengetahui kelayakan desain RPH Kota Kediri dan cara pengolahan limbah.
4. Mengetahui peran dokter hewan di RPH Kota Kediri seperti melakukan
pemeriksaan antemortem dan postmortem, menerapkan prinsip kesejahteraan
hewan, melakukan pengawasan keamanan dan mutu pangan asal hewan.
1.4 Manfaat
1. Mengetahui RPH yang sesuai dengan standar SNI terkait dengan penyediaan
daging yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH).
2. Mampu menganalisa dan menangani kasus-kasus penyakit yang terjadi di
RPH dan dalam menghasilkan produk asal hewan yang aman, sehat, utuh dan
halal (ASUH).
3. Mengetahui dan memahami kelayakan desain RPH dan cara pengolahan
limbah.
4. Mengetahui peran dokter hewan di RPH seperti menerapkan prinsip
kesejahteraan hewan, melakukan pemeriksaan antemortem dan postmortem,
2
melakukan pengawasan keamanan dan mutu pangan asal hewan.
BAB II
ANALISIS SITUASI
3
Rumah potong hewan Kediri sudah mengacu pada standar rumah potong
hewan Indonesia (RPHI). Rumah potong hewan Kediri berlokasi di kelurahan
Pojok Kecamatan mojoroto dengan luasan 5000m2. Bangunan RPH terdiri dari
kandang istirahat sapi, tempat pemotongan, unit pengolahan limbah, tempat
pemotongan Babi, kandang istirahat Babi, Laboratorium, ruang pelayuan.
Dasar operasional UPTD RPH adalah perda No.16 tahun 2009 yang
merupakan perubahan perda kota Kediri No. 3 tahun 2006 tentang retribusi rumah
potong hewan. Fungsi dari UPTD RPH Kota Kediri yaitu melakukan
pengendalian pemotongan ternak betina produktif, pengendalian penyakit
zoonosis, memproduksi daging yang berkualitas ASUH (Aman, sehat, utuh dan
halal), penghasil PAD kota Kediri. Tipe atau jenis UPTD RPH kota Kediri adalah
Twin abbatoir (satu lokasi RPH terdapat dua jenis pemotongan ternak yaitu ternak
sapi dan babi) dengan syarat yang harus dipenuhi yakni lokasi pemotongan sapi
harus lebih tinggi dari tempat pemotongan babi. Peralatan dan petugas
pemotongan sapi dan babi harus terpisah, harus ada pagar pembatas antara gedung
pemotongan sapi dan babi minimal setinggi 3m. Setiap harinya UPTD RPH
Kediri rata-rata memotong 20 ekor sapi dan 3-4 ekor babi.
Jumlah karyawan UPTD RPH kota Kediri terdiri dari:
Kepala UPTD RPH : 1 orang
Mantri hewan : 2 orang
Keur master : 1 orang
Tenaga dokter hewan : 2 orang
Staf administrasi : 2 orang
Staf UPTD : 6 orang
Tenaga kontrak : 3 orang
4
NA O
B P J
G
FI
E
H
M
C
K
L
5
2.2 Visi dan Misi
Visi
Mewujudkan produksi daging yang berkualitas ASUH (Aman Sehat Utuh dan
Halal)
Misi
1. Melengkapi sarana dan prasarana RPH
2. Meningkatkan mutu pelayanan
3. Meningkatkan sumber daya manusia dengan mengikut sertakan dalam
pelatihan-pelatihan teknis
4. Sertifikasi halal dari MUI jawa timur
Bagan Standart Operasional Proses Pemotongan Sapi di RPH Kota Kediri
Pemeriksaan antemortem
6
Darah dan limbah cair setiap hari ditampung di petak yang berada di belakang
rumah potong hewan. Limbah cair akan digunakan untuk pengairan tanaman dan
yang lain seperti darah akan disalurkan ke pembuangan limbah cair dan berujung
ke TPA. Limbah padat yang berada di rumah potong hewan akan digunakan
sebagai kompos.
BAB III
METODE KEGIATAN
7
3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan
Program Profesi Dokter Hewan (PPDH) PKH UB dilaksanakan di Rumah
Potong Hewan (RPH) Kota Kediri Kelurahan Pojok Kecamatan Mojoroto pada
tanggal 20 februari - 31 februari 2017.
3.4 PelaksanaanKegiatan
Pelaksanaan Kegiatan Tanggal N
o
drh. Bahtiar ● Pemeriksaan antemortem ● .1
Mahasiswa PPDH ● Pemeriksaan postmortem ●
●
8
drh. Bahtiar ● Pemeriksaan antemortem ● .4
Mahasiswa PPDH ● Pemeriksaan postmortem ●
●
drh. Bahtiar ● .7
Pemeriksaan antemortem ●
Mahasiswa PPDH ●
Pemeriksaan postmortem ● .8
drh. Bahtiar ●
Mahasiswa PPDH ● Pemeriksaan antemortem ●
Pemeriksaan postmortem ● .9
drh. Bahtiar ●
Mahasiswa PPDH ●
Pemeriksaan antemortem ●
●
Pemeriksaan postmortem ●
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Kecamatan Mojoroto. Bangunan RPH terdiri dari kandang istirahat sapi, tempat
pemotongan, unit pengolahan limbah, tempat pemotongan Babi, kandang istirahat
Babi, Laboratorium, ruang pelayuan, rumah jaga, dan kamar mandi.
10
dipotong. Kandang istirahat yang berada di samping bangunan utama kurang
dipergunakan secara optimal karena tidak semua hewan ditempatkan diruangan
tersebut. Hewan yang akan dipotong ditempatkan diluar ruangan yang berada di
samping tempat pemotongan. Tempat pemeriksaan antemortum juga dilakukan
diluar ruangan.
11
Gambar 4.1.4 Tempat pemotongan babi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 95 tahun 2012 tentang kesehatan
masyarakat dan kesejahteraan hewan unit usaha Rumah Potong Hewan (RPH)
harus menerapkan upaya penjaminan higiene dan sanitasi dilakukan dengan
penerapan cara yang baik pada setiap proses produksi produk hewan. Rumah
potong hewan kota Kediri melakukan usaha penjaminan higiene dan sanitasi yang
sesuai dengan PP No. 95 Tahun 2012 yaitu pemeriksaan antermotem, penjaminan
kebersihan sarana, prasarana, peralatan, dan lingkungannya, penjaminan
kecukupan air bersih, penjaminan kesehatan dan kebersihan personel, penerapan
kesejahteraan hewan saat dipotong, penjaminan penyembelihan yang halal dan
bersih, pemeriksaan kesehatan jeroan dan karkas, dan pencegahan tercemarnya
karkas, daging, dan jeroan dari bahaya biologis, kimiawi, dan fisik. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan di lapang kebersihan personel masih kurang baik.
Sebagian besar pekerja RPH kota Kediri masih belum menggunakan pakaian
standar serta hair net. Pakaian yang digunakan oleh pekerja pun sebagian besar
tidak dijaga kebersihannya. Kebersihan personel juga berpengaruh terhadap
kemungkinan tercemarnya bahaya biologis, kimiawi, dan fisik. Perlu adanya
tindakan dari pihak RPH agar petugas pemotongan dapat menerapkan higiene dan
sanitasi yang baik pada RPH.
12
Gambar 4.1.5 Tempat penampungan limbah
RPH kota Kediri memiliki Instalasi pengolahan air dan limbah (IPAL)
yang berada di belakang ruang pemotongan dan ruang pencucian jeroan. Instalasi
ini memiliki dua tempat untuk masing-masing jenis limbah padat dan cair. Tempat
di sebelah ruang jeroan disediakan untuk menempatkan limbah padat. Instalasi
pengolahan limbah cair memiliki dua jenis sumur. Berdasarkan Permentan Nomor
13 Tahun 2010 pasal 22 menyatakan bahwa sarana penanganan limbah harus
memenuhi persyaratan meliputi
a. Memiliki kapasitas sesuai dengan volume limbah yang dihasilkan;
b. Didisain agar mudah diawasi,mudah dirawat, tidak menimbulkan bau dan
memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan;
c. Sesuai dengan rekomendasi upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dari
Dinas yang membidangi fungsi kesehatan lingkungan.
Limbah yang dihasilkan dapat berupa limbah cair maupun limbah padat. Limbah
cair sebagian besar berasal dari air pembersih ruang potong, air pembersih
intestinal. Limbah padat berasal dari isi rumen dan isi intestinal. Limbah yang ada
masuk ke dalam saluran kemudian bermuara dipetak penampungan yang berlokasi
dibelakang bangunan RPH. Limbah rumah potong hewan Kediri pada limbah cair
dimanfaatkan untuk pengairan tanaman warga dan untuk limbah padat sebagian
sebagai pupuk. Pengolahan limbah di RPH Kediri sudah cukup baik
pemanfaatannya.
13
sehat,utuh dan halal. Dokter hewan berkewajiban mengawasi kesehatan hewan
yang akan disembelih melalui pemeriksaan antemortem, dan pemeriksaan
postmortem untuk menghasilkan bahan asal pangan hewan yang ASUH.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter hewan bertujuan untuk mencegah
terjadinya penyakit foodborne disease melalui produk daging. Dokter hewan juga
menjamin hewan yang akan disembelih diperlakukan secara baik berpegang pada
prinsip kesejahteraan hewan. Pemeriksaan postmortem bertujuan untuk
pengawasan terhadap keamanan pangan dan mutu pangan bahan asal hewan
sehingga dapat memberikan jaminan kepadakonsumen terhadap daging yang akan
diedarkan. Tugas dokter hewan juga mengawasi pengolahan limbah cair dan padat
sehingga tidak mencemari lingkungan. Hal tersebut juga dapat berpengaruh
terhadap penyebaran penyakit melalui limbah sehingga aspek kesehatan
masyarakat veteriner di RPH dapat terpenuhi dengan adanya peranan dokter
hewan sebagai medik veteriner.
14
saat penggiringan sapi dilakukan secara satu persatu secara bergantian. Kandang
penggiring harus memenuhi persyaratan yakni lantai tidak licin, dan tidak
berlubang. Penerapan kesejahteraan hewan pada saat penyembelihan di UPTD.
RPH Kediri dengan menggunakan pemingsanan. Penyembelihan dengan
pemingsanan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan aman untuk juru
sembelih. Teknik perobohan sapi yang digunakan menggunakan tali yang
diikatkan pada kaki ternak yang dihubungkan dengan ring-ring besi yang terdapat
di lantai RPH kemudian dilakukan penarikan tali hingga ternak rebah.
Penyembelihan menggunakan pisau yang tajam dan dapat langsung memutus tiga
saluran dengan sekali potong dengan membaca basmallah. Juru sembelih akan
membiarkan ternak yang disembelih untuk memastikan pendarahan telah berakhir
serta dilakukan penyiraman sapi dengan air sebelum melakukan pengulitan. Hal
ini bertujuan menjaga kebersihan hewan dan juga untuk memicu pembuluh darah
perifer mengalir kembali menuju jantung sehingga bersih dari sisa darah.
Berdasarkan UU 18 tahun 2009 kesejahteraan hewan adalah segala urusan
yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran
perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi
hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang
dimanfaatkan manusia. Penanganan hewan yang tepat sebelum dan saat
dilakukan penyembelihan sangat berpengaruh bagi kehalalan, mutu dan keamanan
daging. Menurut PP Nomer 95 tahun 2012 Prinsip kesejahteraan hewan yaitu:
bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa sakit, cidera dan penyakit, bebas
dari ketidaknyamanan, penganiayaan dan pelayahgunaan, bebas dari rasa takut
dan tertekan, bebas mengekspresikan perilaku alami. Penerapan kesejahteraan
hewan di RPH kota Kediri telah sesuai dengan PP No 95 tahun 2012 yaitu
melakukan penyembelihan dengan meminimalisir segala bentuk ketakutan dan
stres serta mengakhiri penderitaan hewan sesegera mungkin. Pemotongan sapi di
RPH terdiri dari beberapa tahapan mulai dari tahap pengistirahatan, pemeriksaan
antemortem, tahap penyembelihan, dan tahap penyiapan karkas (Soeparno, 2005)
Adapun urutan cara menyernbelih hewan yang dapat diuraikan
sebagai berikut.
15
1. Hewan yang akan disembelih direbahkan, kemudian kakinya diikat,
lalu dihadapkan ke sebelah rusuknya yang kiri agar mudah
menyembelihnya;
2. Menghadapkan diri ke arah kiblat. begitu pula hewan yang akan
disernbelih.
3. Potonglah urat nadi dan kerongkongannya yang ada di kiri kanan
leher, sampai putus agar lekas mati. Saat menyembelih membaca Basmallah
5. Setelah hewan benar-benar mati, baru boleh dikuliti.
16
terlebih dahulu, karena dapat menular ke manusia. Pemeriksaan pada lubang
kumlah lainnya juga dilakukan untuk melihat keadaan hewan yang akan dipotong
sehat.
Pemeriksaan antemortem dan postmortem diterapkan di Rumah Potong
Hewan (RPH). Berdasarkan data Tahun 2010-2014 Kota Kediri, jumlah sapi yang
dipotong di RPH Kota Kediri sebanyak 20 ekor/hari. Pemeriksaan antemortem
dilakukan mulai pukul 18.00-21.00. Pemeriksaan kesehatan sebelum hewan
disembelih dengan pemeriksaan fisik luar dan pemeriksaan kebuntingan.
Berdasarkan yang ditemui dilapang kebanyakan sapi yang dipotong di rumah
potong hewan termasuk hewan betina yang masih produktif, kondisi sapi sesuai
pemeriksaan fisik terlihat bagian abdomen yang besar dan diikuti keluarnya feses
yang cair. Diindikasikan kemungkinan banyak sapi yang diglonggong dilihat dari
pemeriksaan fisik luar. Hasil pemeriksaan antemortem adalah keputusan dari
Dinas melalui petugas terkait yaitu hewan dapat dipotong, segera dipotong,
dikarantina, ditunda pemotongan dan dilarang dipotong. Pada pemeriksaan
antemortem pada masa rotasi PPDH di Dinas, semua hewan diizinkan untuk
dipotong.
Alur proses pemotongan di Rumah Potong Hewan Kediri
Pemeriksaan antemortem
17
Pemeriksaan post mortem
18
degenarasi, dan gejala penyakit perikarditis. Pemeriksaan organ limpa melalui
inspeksi dan palpasi, pengamatan warna, bentuk dan konsistensi juga dilakukan.
Hal tersebut guna untuk mengetahui adanya kelainan organ limpa. Pemeriksaan
organ ginjal dengan melakukan inspeksi, insisi untuk melihat adanya
pembengkakan dan peradangan pada ginjal. Pemeriksaan selanjutnya pada organ
usus dengan memeriksa Lgl. Mesentrica.
Pada RPH kota Kediri pemeriksaan postmortem dilakukan oleh dokter
hewan meliputi pemeriksaan kepala, hepar, paru-paru, jantung, limpa.
Pemeriksaan visera dan kepala hanya dilakukan secara inspeksi saja. Insisi hanya
dilakukan pada organ hati. Hal ini dikarenakan jumlah petugas dan jumlah hewan
yang disembelih tidak sebanding. Selain itu juga dikarenakan terbatasnya waktu
untuk memeriksa karena pemilik hewan menginginkan daging dapat sampai di
pasar dengan tepat waktu. Hasil pemeriksaan postmortem merupakan keputusan
dari Dinas melalui petugas terkait bahwa daging tersebut layak dikonsumsi
masyarakat. Bagian daging yang tidak layak konsumsi akan dibuang.
Dasar pemeriksaan sesuai SK menteri pertanian No. 413/Kpts/TN. 310/1992
tentang pemotongan hewan potong dan penanganan daging serta hasil ikutannya
meliputi:
a. Pemeriksaan antemortem (pemeriksaan yang dilakukan sebelum dilakukan
pemotongan) dengan keputusan:
- Diijinkan disembelih tanpa syarat (sapi sehat)
- Diijinkan disembelih dengan syarat (ada bagian organ sapi yang
harus dibuang misal : sapi sakit TBC, organ paru-paru harus
dibuang/tidak boleh dikonsumsi)
- Ditunda penyembelihannya (sapi ditunda penyembelihannya
karena dicurigai ada penyakit sehingga perlu pemeriksaan lebih
lanjut.
- Ditolak disembelih (ada penyakit zoonosis yang bisa menular pada
manusia/ konsumen,misal: antraks, rabies, dll).
b. Pemeriksaan postmortem dengan rekomendasi :
- Dapat diedarkan untuk dikonsumsi
- Dapat diedarkan untuk dikonsumsi dengan syarat (daging yang
warna konsistensi dan baunya tidak normal harus dibuang.)
- Dilarang diedarkan dan dikonsumsi (berbahaya bagi manusia
19
karena ada penyakit zoonosis)
Daging yang baik layak dikonsumsi oleh masyarakat akan ditandai dengan
stempel baik oleh keurmaster yang bertugas sebelum dijual. Hal ini sesuai dengan
Perda Nomor 13 tahun 2011 pasal 23 ayat (1) bahwa daging yang dinyatakan baik
diberi tanda oleh juru periksa dengan stempel/cap dan menggunakan tinta stempel
yang tidak beracun pada bagian yang mudah dilihat. Stempel memiliki tulisan
RPH setempat di bagian atas, keputusan hasil pemeriksaan “BAIK”, “BAIK
Bersyarat” atau “AFKIR” dibagian tengah, Nomor Kontrol Veteriner dibagian
bawah. Hal ini diatur dalam SK Mentri Pertanian nomor
295/Kpts/TN.310/7/1992. Semua ternak yang telah dipotong di stempel “BAIK”
dan diedarkan . Salah satu fungsi dari Kedinasan yang memiliki fungsi Kesehatan
Masyarakat Veteriner adalah menyatakan “BAIK”, “BAIK Bersyarat” atau
“AFKIR” menggunakan stempel. Stempel pada sapi berukuran 10 cm berbentuk
bulat, pada babi berukuran 5 cm berbentuk segilima dan pada kambing berukuran
3cm berbentuk bulat.
20
dimanfaatkan untuk proses pelayuan dikarenakan daging harus segera di pasarkan
untuk memenuhi permintaan pembeli.
Menurut Permentan No 13 Tahun 2010 ruangan yang digunakan dalam
proses pelayuan harus bersih, memiliki penggantung karkas agar tidak menyentuh
lantai dan dinding, ruang mempunyai fasilitas pendingin dengan suhu ruang – 4
⁰C sampai + 4⁰C, kelembaban relatif 85-90% dengan kecepatan udara 1 sampai 4
meter per detik; dan. Karkas yang tidak mengalami proses pelayuan kualitas
daging akan berbeda dengan yang mengalami proses pelayuan. Daging yang tidak
mengalami proses pelayuan menjadi lembab karena kandungan air didalamnya
masih tinggi. Hal ini mengakibatkan daging berpotensi sebagai media
pertumbuhan bakteri.
Tidak adanya ruang pemisahan antara daerah kotor dan bersih dapat
meningkatkan terjadinya kontaminasi (Susanto, 2013). Daging yang siap untuk di
pasarkan seharusnya diletakkan di penggantung. Namun dalam prakteknya masih
banyak yang tidak menerapkannya dengan meletakkan daging di lantai. Lantai
merupakan sumber kontaminasi yang sangat besar karena merupakan tempat
mobilisasi semua hal yang ada di RPH. Apabila daging diletakkan dilantai maka
daging tersebut akan menjadi media yang dapat ditumbuhi oleh bakteri untuk
berkembang biak karena mengandung banyak nutrisi didalamnya. Hal ini
memungkinkan terjadinya penyebaran bakteri pada daging yang akan dikonsumsi.
Di RPH Kota Kediri tidak melalui proses pelayuan dan alat transportasi yang
digunakan tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pada PP No 13 tahun
2010. Maka dari itu kebersihan dari lingkungan RPH terutama pada daerah
pemotongan hingga pengemasan daging harus selalu dijaga agar menghasilkan
daging yang baik. Dengan kualitas baik tersebut dan aman untuk dikonsumsi
dapat menjadikan kesehatan masyarakat veteriner yang baik sehingga layak
diedarkan ke pasaran.
Pada saat pendistribusian daging harus tetap dijaga dalam kondisi dingin
(Suada, 2014). Sebelum dilakukan pengangkutan karkas harus bersih, digantung
dan didinginkan hingga suhu 0oC. Menurut SNI 01-6159-1999 alat angkut untuk
daging yaitu box pada kendaraan dalam kondisi tertutup, lapisan box harus dari
21
bahan tidak toksik, tidak mudah korosif, mudah dibersihkan, mudah didesinfeksi,
dilengkapi alat pendingin, suhu ruangan box pengangkut maksimal -18 °C,
dilengkapi alat penggantung karkas. Karkas dapat diletakkan dalam boks tidak
boleh menyentuh lantai, agar kondisi tetap dingin dapat ditambahkan pecahan es
pada tumpukan karkas teratas (Santoso, 2015). Permukaan luar boks ditutup
dengan plastik menghindari dari pencemaran. Pengiriman karkas diusahakan
menggunakan kendaraan tertutup (mobil boks) serta sebaiknya memiliki
pendingin. Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut tidak boleh
mengangkut barang lain selain daging segar .Hal ini bertujuan untuk menjaga
daging tidak rusak dan terhindar dari kontaminasi yang dapat membahayakan
kesehatan masyarakat.
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.7 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan:
1. Penerapaan kesejahteraan hewan di RPH kota kediri sudah sesuai dengan
prinsip kesejahteraan hewan meliputi pengistirahatan, penggiringan sapi
dan pemingsangan. Pemeriksaan antemortem dan pemeriksaan
postmortem sudah dilaksanakan oleh dokter hewan RPH Kota Kediri.
2. Pengawasan keamanan dan mutu pangan asal hewan di lakukan oleh
dokter hewan dengan melakukan pemeriksaan antemortem dan
pemeriksaan postmortem. Dokter hewan berhak memutuskan hewan layak
dipotong atau tidak serta memutuskan daging layak diedarkan atau tidak
pada saat pemeriksaan postmortem.
3. Menurut SNI 01-6159-1999 RPH Kota Kediri sudah memenuhi syarat
namaun terdapat fasilitas pelayuan yang sudah ada tetapi tidak
dipergunakan dengan baik. Pengolahan limbah di RPH Kota Kediri sudah
sesuai dengan Permentan No.13 Tahun 2010 pasal 22.
4. Wewenang dokter hewan di dalam RPH Kota Kediri yaitu dokter hewan
berhak memutuskan hewan layak dipotong atau tidak dan layak diedarkan
atau tidak.
4.8 Saran
Saran-saran yang perlu diberikan kepada RPH Kota Kediri guna memperbaiki
RPH Kota Kediri yaitu:
23
1. Perlu adanya pengawasan terhadap adanya sapi betina produktif yang
dipotong serta permasalahan sapi gelonggongan.
2. Segera diupayakan mendapat sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV)
DAFTAR PUSTAKA
24
Lampiran 1. Pemeriksaan Antemortem PD RPH Kota Kediri
25
Disembelih Jenis kelamin Betina
tanpa syarat Status gizi Baik
Permukaan kulit Tidak ada perubahan
Adanya penyakit Tidak ada perubahan
Cara berdiri Tidak ada perubahan
Frekuensi nafas Normal
26
Disembelih Jenis kelamin Betina
tanpa syarat Status gizi Baik
Permukaan kulit Tidak ada perubahan
Adanya penyakit Tidak ada perubahan
Cara berdiri Tidak ada perubahan
Frekuensi nafas Normal
Bagian yang
Status Hasil Pemeriksaan Jenis Hewan
Diperiksa
Baik dikonsumsi Tidak ada perubahan Kepala dan Lidah
untuk manusia Tidak ada perubahan Paru-paru
Tidak ada perubahan Jantung
Tidak ada perubahan Alat pencernaan
27
Tidak ada perubahan Esophagus
Tidak ada perubahan Hati
Tidak ada kelainan Limpa
Merah segar Karkas
Tidak ada perubahan Kelenjar
pertahanan
28
Merah segar Karkas
Tidak ada peruabahan Kelenjar
pertahanan
29
Tidak ada perubahan Jantung
Tidak ada perubahan Alat pencernaan
Tidak ada perubahan Esophagus
Tidak ada perubahan Hati
Tidak ada kelainan Limpa
Merah segar Karkas
Tidak ada peruabahan Kelenjar
pertahanan
30
Tidak ada perubahan Jantung
Tidak ada perubahan Alat pencernaan
Tidak ada perubahan Esophagus
Tidak ada perubahan Hati
Tidak ada kelainan Limpa
Merah segar Karkas
Tidak ada perubahan Kelenjar
pertahanan
31