M.A.S.T.E.R.P.L.A.N
Kerjasama
2014
ii
HALAMAN PENGESAHAN
3. Anggota Pelaksana
a. Dr. Ir. Hermansyah. MSi.
b. Dr. Ir. Mohammad Hasil Tamzil. MSi.
c. Ir. I Putu Sudrana. MS.
d. Ir. Uhud Abdullah MP.
Mataram,
Nopember 2014
Ketua,
iii
SUSUNAN TIM
Pelaksanaan penyusunan Masterplan Kawasan Peternakan di NTB ini
merupakan kerja sama antara Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB
dengan Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
Penanggung Jawab
Anggota 1
Ketua Tim
Anggota 2
Anggota 3
Anggota 4
iv
DAFTAR ISI
Halaman pengesahan
Susunan tim penyusun
Daftar isi
Daftar tabel
Daftar gambar
Daftar lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
METODE KAJIAN
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH
BAB IV POTENSI PETERNAKAN NTB
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB VI KESIMPULAN
Lampiran
ii
iii
iv
v
vii
viii
1
4
9
16
28
74
76
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Ibu Kota, Luas Wilayah, dan Ketinggian Dari Permukaan Laut
Menurut Kabupaten/Kota.
Tabel 3.2 Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan di Provinsi Nusa Tenggara
barat tahun 2013.
Tabel 3.3 Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Produksi Padi Sawah dan Ladang
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012
Tabel 3.4 Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Produksi Jagung, Ubi Kayu dan
Ubi Jalar Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012
Tabel 3.5 Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Produksi Kacang Tanah, Kacang
Kedele Dan Kacang Hijau Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012
Tabel 3.6 Estimasi produksi dedak halus padi menurut kabupaten/kota di Nusa
Tenggara Barat
Tabel 3.7 Potensi Lahan Perkebunan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012
Tabel 3.8 Luas Kawasan Hutan Terhadap Daratan Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2012
Tabel 3.9 Produksi Ikan Menurut Kabupaten/Kota ahun 2008 2012
Tabel 4.1 Populasi ternak selama lima tahun terakhir di NTB
Tabel 4.2 Populasi ternak menurut jenis kelamin tahun 2013
Tabel 4.3 Populasi ternak menurut struktur umur di NTB tahun 2013
Tabel 4.4 Populasi ternak betina menurut umur di NTB tahun 2013
Tabel 4.5 Populasi ternak besar menurut Kabupaten/Kota dan Pulau di NTB 2012
Tabel. 4.6 Populasi ternak kecil menurut Kabupaten/Kota dan Pulau di NTB
2012
Tabel 4.7 Populasi ternak unggas menurut Kabupaten/Kota dan Pulau di NTB
2013
Tabel 4.8 Populasi ternak pemakan hijauan dalam Unit Ternak (UT) 2012
Tabel 4.9. Perkembangan produksi daging lima tahun terakhir di NTB (dalam kg)
Tabel 5.1 Populasi ternak pemakan hijauan/herbivora (ekor) di 10 kabupaten/kota
di Provinsi NTB 2013
Tabel 5.2 Populasi ternak pemakan hijauan (UT) tahun 2013 di NTB
Tabel 5.3 Populasi Penduduk Provinsi NTB
Tabel 5.4 Nilai LQ Ternak Herbivora di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tabel 5.5 LQ Ayam Buras di Provinsi NTB Lima Tahun Terakhir.
Tabel 5.6 Nilai LQ Ayam Petelur di NTB Lima Tahun Terakhir
Tabel 5.7 Hasil Analisis LQ Ayam Pedaging di NTB
Tabel 5.8 Nilai LQ Itik di Provinsi Nusa Tenggara Barat Lima Tahun Terakhir.
Tabel 5.9 Wilayah Potensial Pengembangan Ternak di NTB berdasarkan LQ
Tabel 5.10 Nilai RPr dan RPs Sapi di NTB antara tahun 2009-2013
Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013
Tabel 5.12 Nilai RPr dan RPs Kuda di NTB antara tahun 2009-2013
Tabel 5.13 Nilai RPr dan RPs Kambing di NTB antara tahun 2009-2013
Tabel 5.14 Nilai RPr dan RPs Domba di NTB antara tahun 2009-2013
Tabel 5.15 Rincian Potensi pengembangan ternak herbivora di Provinsi NTB
9
10
11
11
12
13
14
15
15
16
18
19
19
20
21
22
23
24
28
29
30
31
33
35
38
40
42
44
45
46
47
48
49
vi
53
54
55
56
56
57
vii
DAFTAR GAMBAR
29
34
36
39
41
58
61
61
73
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran .1. Populasi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK)
Kabupaten Lombok Utara.
Lampiran.2. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten
Lombok Utara.
Lampiran 3.Populsi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK)
wilayah Kota Mataram.
Lampiran 4. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan wilayah
Kota Mataram.
Lampiran. 5. Populsi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK)
Kabupaten Lombok Barat
Lampiran 6. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kab.
Lombok Barat.
Lampiran 7. Populsi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) di
Kabupaten Lombok Tengah.
Lampiran 8. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di
Kabupaten Lombok Tengah.
Lampiran 9. Populasi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK)
Kabupaten Lombok Timur
Lampiran 10. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kab.
Lombok Timur
Lampiran 11. Populsi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) di
Kabupaten Sumbawa Barat.
Lampiran 12. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di
Kabupaten Sumbawa Barat
Lampiran 13. Populasi ternak herbivora (UT) & ketersediaan pakan di Kab
Sumbawa
Lampiran 14. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di Kab.
Sumbawa
Lampiran 15. Populsi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) di
Kabupaten Dompu.
Lampiran 16. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di
Kabupaten Dompu.
Lampiran 17. Populasi ternak herbivora (UT) & ketersediaan pakan (ton BK) di
Kab. Bima.
Lampiran 18. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di
Kabupaten Bima.
Lampiran 19. Populsi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) di
Kota Bima.
Lampiran 20. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di Kota
Bima.
Lampiran 21. Populsi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) di
P Lombok
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
87
ix
87
88
88
89
89
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dipanjatkan karena berkat rahmat dan hidayahNya, maka penyusunan Masterplan Kawasan Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB) dapat terselesaikan. Masterplan ini disusun untuk menjadi panduan pengembangan
peternakan di Propinsi NTB.
Dengan terselesaikannya penyusunan Masterplan ini, tim penyusun mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi NTB yang telah
memberikan kepercayaan kepada Fakultas Peternakan Unram untuk melaksanakan
kegiatan ini.
2. Dekan Fakultas Peternakan Unram yang telah menugaskan kepada kami sebagai tim
penyusun Masterplan.
3. Para dosen dan alumni Fakultas Peternakan Unram yang telah membantu dalam
pengumpulan data.
Kami berharap Masterplan ini dapat digunakan dan bermanfaat untuk penyusunan
rencana pengembangan peternakan NTB.
BAB I. PENDAHULUAN
dikembangkan sangat tergantung dari daya dukung, luas area berpotensi, sumberdaya manusia
setempat dan potensi komoditas peternakan yang ada. Komoditas ternak yang dikembangkan di
NTB adalah untuk hewan runinansia besar yaitu sapi dan kerbau, untuk hewan ruminansia kecil
kambing dan domba, untuk unggas ayam dan itik baik pedanging dan petelur.
Selama lima tahun terakhir populasi sapi terjadi peningkatan, akan tetapi populasi kerbau,
kuda dan domba selama periode yang sama mengalami fluktuasi, sementara populasi kambing
dan babi terjadi sedikit peningkatan. Disamping itu terjadi peningkatan populasi unggas baik
ayam kampung, ayam ras dan itik. Di sisi lain, populasi penduduk NTB cenderung meningkat
dari tahun ke tahun, sehingga kebutuhan sandang, pangan dan papan juga meningkat. Oleh
karena itu yang kemudian terjadi antara alih fungsi lahan, bahkan akan terjadi kompetisi
kapasitas daya tampung lahan yang dihuni manusia dengan lahan yang dijadikan basis produksi
peternakan.
Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dikaitkan dengan peningkatan permintaan
produk hewani bagi manusia tersebut perlu diatur wilayah pengembangan kawasan sehingga
pengembangan peternakan dapat dilakukan secara maksimal, tanpa terganggu oleh alih fungsi
lahan.. Pemprov NTB memiliki lahan untuk pengembangan peternakan, yaitu terdapat di
lima kabupaten dan kota di Pulau Lombok serta di lima kabupaten dan kota di Pulau
Sumbawa. Pengembangan peternakan di NTB di kedua Pulau tersebut akan berhasil
apabila dilakukan melalui perencanaan pengembangan wilayah peternakan sesuai
dengan keunggulan komoditas yang dituangkan dalam Masterplan.
pemerintah),
c.
Sumberdaya
alam
(sawah,
tegal,
kebun,
padang
=
PR / PRt
Keterangan:
PiR
PiRt
PR
PRt
=
Pi Rt
PR (1 + n) PRt
PR
=
PRt
Pij
Pij(t)
PiR
PiR(t)
Pij
yang berarti jumlah populasi ternak tertentu di wilayah referensi lebih sedikit
dibandingkan wilayah penelitian.
Begitu juga dengan nilai Rps yang lebih besar dari 1 maka RPs dikatakan
(+) yang menunjukkan pertumbuhan populasi ternak tertentu di wilayah studi
(kabupaten) lebih tinggi dari pertumbuhan nilai produksi komoditi yang sama di
wilayah referensi (provinsi) dan sebaliknya jika RPs lebih kecil dari 1 maka RPs
dikatakan negatif.
Dari analisis model ratio pertumbuhan (MRP) diperoleh nilai riil dan nilai
nominal. Selanjutnya dengan mengombinasikan kedua perbandingan nilai
tersebut akan diperoleh deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial pada tingkat
wilayah penelitian dengan empat klasifikasi, meliputi:
a. Klasifikasi I yakni RPr (+) dan RPs (+), artinya komoditi tersebut
pertumbuhannya dominan, baik pada wilayah kabupaten maupun pada
wilayah studi (provinsi).
b. Klasifikasi II
tersedia di wilayah tersebut hingga populasinya surplus, dan atau sebaliknya. Analisis
overlay dalam studi ini hanya mengkaji potensi pengembangan ternak pemakan
hijauan (herbivore), tidak menganalisis potensi ternak unggas.
Pada Analisis Overlay, terdapat beberapa kemungkinan hasil kombinasi, sbb:
A). DD (+), MRP (+), LQ >1 (+), ada kecenderungan komoditi tersebut punya daya
dukung, tumbuh dominan dan surplus.
B). DD (+), MRP (+), LQ >1 (-), ada kecenderungan komoditi tersebut punya daya
dukung dan tumbuh dominan
C). DD (+), MRP (-), LQ >1 (+), kecenderungan komoditi tersebut punya daya dukung
dan surplus
D). DD (+), MRP (-), LQ >1 (-), komoditi tersebut hanya tercatat punya daya dukung
E). DD (-), MRP (+), LQ >1 (+), kecenderungan komoditi tersebut tumbuh dominan
dan surplus.
F). DD (-), MRP (+), LQ >1 (-), komoditi tersebut hanya tumbuh dominan.
G). DD (-), MRP (-), LQ >1 (+), kecenderungan komoditi tersebut mengalami surplus.
10
Kabupaten/Kota
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Bima
Sumbawa Barat
Lombok Utara
Kota Mataram
Kota Bima
Kecamatan
10
12
20
24
8
18
8
5
6
5
Jumlah
Desa/Kelurahan
122
139
254
166
81
198
65
33
50
38
3.3. Pertanian
Luas panen, rata-rata prodduksi dan produksi padi sawah dan ladang disajikan
pada Tabel 3.4. Terlihat bahwa produksi padi di NTB mencapai 1,7 juta - 2,1 juta ton
dengan produksi 46-53 kwintal/ha sawah. Berikutnya rata-rata produksi jagung, ubi
kayu dan ubi jalar tertera pada Tabel 3.5. Produksi kacang tanah, kedelai dan kacang
hijau disajikan pada Tabel 3.6. Luas sawah yang yang ditanami dua kali dan satu kali,
tidak ditanami dan yang ditanami dengan tanaman lain disajikan pada Tabel 3.3, dan
luas kebun yang belum dimanfaatkan disajikan pada Tabel 3.4.
11
Tabel 3.3. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Produksi Padi Sawah dan Ladang
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012
Luas anen
Rata2 Produksi
Produksi
No Kabupaten/Kota
(Ha)
(Kw/Ha)
(Ton)
1 Lombok Barat
32.086
49,07
157.445
2 Lombok Tengah
88.356
48,84
431.549
3 Lombok Timur
71.423
50,34
359.564
4 Sumbawa
86.024
48,65
418.489
5 Dompu
35.435
46,98
166.459
6 Bima
69.135
51,80
358.127
7 Sumbawa Barat
17.884
53,43
95.548
8 Kota Mataram
5.115
53,43
27.328
9 Kota Bima
7.471
51,12
38.189
10 Lombok Utara
12.519
49,15
61.533
Jumlah
425.448
49,69
2.114.231
Tahun 2011
418.062
49,45
2.067.137
Tahun 2010
374.284
47,41
1.774.499
Tahun 2009
374.279
49,98
1.870.775
Tahun 2008
359.714
48,67
7.750.677
Sumber: BPS NTB, 2013; dimodifikasi
Tabel 3.4. Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Produksi Jagung, Ubi Kayu dan Ubi
Jalar Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012
Jagung
No Kabupaten/Kota
Luas
Panen
(Ha)
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Rata2
Luas Rata2
Luas Rata2
Produksi
Produksi
Produksi
Produksi
Panen Produksi
Panen Produksi
(Ton)
(Ton)
(Ton)
(Kw/Ha
(Ha) (Kw/Ha
(Ha) (Kw/Ha
1 Lombok Barat
4.515
53,07
23.960
428
129,83
5.557
240
120,83
2.900
2 Lombok Tengah
3.100
54,92
17.025
835
129,84
10.841
131
127,02
1.664
3 Lombok Timur
15.163
56,69
85.960
1.132
134,43
15.217
246
117,95
2.902
4 Sumbawa
35.234
54,60
192.391
321
131,95
4.236
79
126,65
1.001
5 Dompu
27.905
54,94
153.305
55
130,52
718
94
115,12
1.082
6 Bima
18.273
55,54
101.482
1.012
131,21
13.279
57
118,62
676
7 Sumbawa Barat
5.113
53,71
27.462
104
132,34
1.376
10
119,60
119
--
--
--
--
--
--
--
--
--
9 Kota Bima
1.351
56,15
7.586
94
128,79
1.211
113,53
57
10 Lombok Utara
6.376
52,54
33.503
1.998
135,32
27.037
328
118,98
2.832
Jumlah
117.030
54,92
642.674
5.979
132,92
79.472
1.100
120,30
13.233
8 Kota Mataram
12
Adapun luas panen dan produksi tanaman kacang tanah, kacang kedele dan
kacang hijau menurut kabupaten/kota tahun 2012 adalah seperti tersaji pada Tabel 3.5.
Berdasarkan data pada Tabel 3.5. nampak bahwa kacang tanah terutama diproduksi
petani di Kabupaten Bima, Lombok Utara dan Lombok Tengah. Kemudian kedele
terutama diproduksi petani di Kabupaten Bima, Lombok Tengah dan di Kabupaten
Dompu. Adapun tanaman kacang hijau kebanyakan dihasilkan petani di Kabupaten
Sumbawa, Dompu dan Sumbawa Barat. Selengkapnya mengenai produksi ketiga
komoditas holtikultura NTB tersebut tersaji pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Produksi Kacang Tanah, Kacang
Kedele Dan Kacang Hijau Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Bima
Sumbawa Barat
Kota Mataram
Kota Bima
Lombok Utara
Kacang Tanah
Luas
Rata2 Produksi
Panen Produksi (Ton)
(Ha) (Kw/Ha
1.705 17,57
2.996
4.182 15,23
6.370
1.137 15,59
1.772
937
10,60
990
457
12,77
583
9.902 13,59
13.453
166
9,69
161
---217
13,93
302
6.808 18,01
12.263
Kacang Kedele
Luas
Rata2 Produksi
Panen Produksi (Ton)
(Ha)
(Kw/Ha
2.851 11,66
3.323
19.473 12,58
24.501
839
13,62
1.142
1.128 10,00
3.128
10.607 11,18
11.862
21.659 11,54
24.995
1.469
9,92
1.457
379
10,56
400
2.480 13,48
3.343
3
10,56
3
Kacang Hijau
Luas
Rata2 Produksi
Panen Produksi (Ton)
(Ha) (Kw/Ha
371
11,62
431
347
11,36
394
730
11,70
854
17.311 12,40 21.457
5,330 11,79
6.282
1,771 13,00
2.302
1,871 12,72
2.381
3
11,38
3
13
10,35
13
28
12,42
35
Jumlah
Tahun 2011
Tahun 2010
Tahun 2009
Tahun 2008
25.508
26.319
25.044
28.750
25.541
62.888
75,042
86,649
87,920
76,154
27.775
45.351
45.511
34.536
40.017
No Kabupaten/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
15,25
14,42
13,44
13.43
12.67
38.890
37.964
33.666
38.615
32.348
11,79
11.74
10.75
10.90
12.49
74.154
88.100
93.122
95.846
95.106
12.30
10.99
9.78
9.93
11.18
34.152
50.702
50.012
33.774
39.756
13
unggas adalah dedak dan jagung, sedangkan bahan utama sumber protein adalah
tepung ikan dan tepung atau bungkil kedelai.
14
Perkebunan
Potensi perkebunan NTB tersaji pada Tabel 3.7. berikut:
Tabel 3.7. Potensi Lahan Perkebunan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012
Dimanfaatkan (Ha)
No
Kabupaten/Kota
Total
Belum
Sudah
Ha
%*
1 Lombok Barat
69.312,81
24.024,19
25,73
93.377,00
2 Lombok Tengah
54.828,23
42.251,77
43,52
97.080,00
3 Lombok Timur
10.030,17
51.164,83
32,97
155.195,00
4 Sumbawa
145.470,38
22.317,12
13,30
167.787,50
5 Dompu
33.506,91
17.663,84
34,52
51.170,75
6 Bima
43.606,88
23.406,12
53,68
67.013,00
7 Sumbawa Barat
26.255,25
4.275,50
14,00
30.530,75
8 Kota Mataram
899,26
50,74
5,34
950,00
9 Kota Bima
370,23
1.879,77
83,54
2.250,00
10 Lombok Utara
0.00
31.311,29
100.00
31.311,29
Jumlah
478.280,12
218.345,17
31.34
696.625,29
Tahun 2011
484.054.16
211.724,65
30.43
695.778,81
Tahun 2010
447.737.56
217.576,44
32.70
665.314,00
Tahun 2009
451.592.00
213.721,00
32.12
665.313,00
Tahun 2008
457,441.90
207,872.10
31.24
665,314.00
Sumber: BPS NTB, 2013
Tanaman perkebunan yang ditanam adalah jarak pagar, jarak kepyar, tembakau,
wijen, tebu, kemiri, lontar, vanili, lada, kapuk, asam, kakao, pinang, mete, cengkeh,
kelapa dan kopi.
15
3.5. Kehutanan
Luas hutan di NTB meliputi 53.18% dari luas daratan. Hutan kritis lebih 400 ribu ha.
Tabel 3.8. Luas Kawasan Hutan Terhadap Daratan Menurut Kabupaten/Kota Thn.2012
Luas (Ha)
Persen Luas Lahan Hutan
No Kabupaten/Kota
(%)
Kritis (Ha)
Daratan
Hutan
1 Lombok Barat
105.392,00
41.981,94
39.83
12.147,41
2 Lombok Tengah
120.840,00
20.334,30
16.83
8.356,06
3 Lombok Timur
160.555,00
64.508,67
40.18
26.528,27
4 Lombok Utara
80.953,00
36.518,12
45.11
14.638,89
5 Sumbawa Barat
184.902,00
125.335,76
67.78
28.534,37
6 Sumbawa
664.398.00
389.675,35
58.65
129.275,57
7 Dompu
232.460.00
139.892,98
60.18
63.841,22
8 Bima
438.940.00
250.396,42
57.05
157.193,23
9 Kota Bima
20.750.00
3.079,33
14.84
3.849,17
10 Kota Mataram
6.130.00
0
0
0
Jumlah
2.015.320,00
1.071.722,87
53,18
444.409,19
Sumber: BPS NTB, 2013 dimodifikasi
3.6. Perikanan
Pada bidang perikanan (Tabel 3.9), dapat dilihat bahwa produksi ikan di NTB
mencapai 98 ribu ton per tahun dan produksi yang tertinggi di Kabupaten Sumbawa,
diikuti Bima, berikutnya Lombok Barat dan Lombok Timur.
Tabel 3.9. Produksi Ikan Menurut Kabupaten/Kota tahun 2008 2012
No
Kabupaten/Kota
2012
2011
Lombok Barat
9,361.6
9,202.4
Lombok Tengah
1,662.4
1,645.7
Lombok Timur
12,585.2 13,095.3
Sumbawa
44,536.0 43,176.6
Dompu
21,940.2 37,659.6
Bima
29,200.9 21,986.8
Kota Mataram
1,521.0
1,764.2
Kota Bima
2,062.8
1,483.7
Sumbawa Barat
3,337.3
3,084.3
Lombok Utara
6,640.6
7,071.3
Jumlah
132,648.0 140,169.9
Sumber: BPS NTB, 2013
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tahun
2010
9,211.1
1,469.4
15,683.5
41,099.0
6,631.7
24,592.9
1,706.9
1,373.5
3,133.6
6,980.9
111,882.4
2009
9,174.8
1,442.0
15,402.8
38,785.9
5,328.1
17,786.4
1,605.7
1,305.9
3,016.0
5,411.94
99,259.4
2008
13,785.2
1,173.5
13,683.8
36,987.4
2,075.2
20,860.9
2,843.6
3,965.5
2,875.6
0
98,979.7
16
2009
2010
2011
2012
2013
Kuda
77,837
76,622
72,909
77,520
75,293
Sapi
592,875
695,951
784,019
916,560 1,002,731
Kerbau
155,307
155,904
141,511
144,261
138,393
Kambing
439,989
490,830
579,250
627,282
584,149
Domba
25,878
29,539
37,500
37,875
31,160
Babi
49,316
54,066
48,051
62,766
55,615
Ayamburas 4,335,130 4,493,288 4,358,440 5,014,749 5,486,144
Ayam Ras
1,894,146 3,209,632 3,428,656 3,846,085 5,221,478
Itik
520,221
568,122
605,362
831,010 1,088,350
Keterangan: r = pertumbuhan rata-rata per tahun
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB (2014)
R
-0.74
14.09
-2.74
7.75
6.09
4.43
6.28
31.05
21.00
Jumlah ternak kecil seperti kambing sebesar 584.149 ekor, domba 31.160 ekor, babi
17
55.615 ekor. Berikutnya jumlah unggas di NTB tahun 2013 yang terdiri dari ayam
buras 5.486.144,
18
menunjukkan bahwa ketersediaan telur itik untuk bahan baku telur asin semakin
berkurang. Demikian pula ketersediaan ayam buras sebagai bahan baku restoran
Ayam Taliwang dirasakan semakin berkurang. Hal ini karena kurangnya program
pengembangan perunggasan, khususnya itik dan ayam buras, pada Dinas/Instansi
terkait baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Populasi sapi meningkat cukup besar setiap tahun sejak tahun 2008.
Peningkatan populasi sapi sesuai dengan tujuan program BSS-NTB untuk mencapai
populasi lebih dari satu juta ekor pada tahun 2013. Pertumbuhan populasi ternak
kerbau dan kuda nampak datar cenderung menurun yang menunjukkan bahwa populasi
ternak tersebut cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Ternak kerbau
perlu mendapat perhatian karena selain dapat mensubstitusi ternak sapi, ternak kerbau
merupakan ternak khas Kabupaten Sumbawa yang telah menjadi aset nasional.
Perkembangan populasi ternak sangat dipengaruhi oleh perbandingan antara
populasi ternak jantan dan betina. Untuk menghasilkan populasi yang maksimal, harus
diupayakan agar perbandingan jumlah pejantan dan betina induk optimal. Sebagai
contoh, apabila program pengembangan sapi dilakukan dengan sistem perkawinan
alam, maka perbandingan antara jumlah induk dan jumlah pejantan sebaiknya sekitar
20:1. Populasi sapi, kerbau, kambing, dan domba yang berjenis kelamin betina
mencapai antara 64-76%. Hal ini cukup kondusif untuk perkembangan populasi ternak
tersebut. Dengan semakin banyak ternak betina diharapkan jumlah anak-beranaknya
akan semakin banyak sehingga secara langsung akan meningkatkan populasi.
Jantan
(ekor)
331.061
50.448
35.907
212.272
9.196
31.320
Betina
(%)
36,12
34,97
46,32
33,84
24,28
49,90
(ekor)
585.499
93.813
41.613
415.010
28.679
31.446
(%)
63,88
65,03
53,68
66,16
75,72
50,10
19
Anak
Muda
Dewasa
Jumlah
(ekor)
(%)
(ekor)
(%)
(ekor)
(%)
(ekor)
230.698
25,17
240.964
26,29
444.990
48,55
916.560
Kerbau
32.834
22,76
35.632
24,7
75.795
52,54
144.261
Kuda
11.868
15,31
13.721
17,7
51.938
67,00
77.520
184.484
29,41
170.307
27,15
272.429
43,43
627.282
8.245
21,77
8.333
22
21.297
56,23
37.875
27.234
43,39
24.184
38,53
11.348
18,08
62.766
Sapi
Kambing
Domba
Babi
Anak
(ekor)
(%)
Muda
(ekor)
(%)
Dewasa
(ekor)
(%)
Jumlah
(ekor)
119.886
20,47
114.662
19,58
351.042
59,95
585.590
17.441
18,59
19.908
21,22
56.464
60,19
93.813
6.163
14,81
7.093
17,05
28.357
68,15
41.613
105.509
25,42
103.188
24,86
206.313
49,71
415.010
4.776
16,65
6.700
23,36
17.203
59,98
28.679
11.800
37,53
12.126
38,56
7.519
23,91
31.446
20
Semakin besar proporsi ternak betina dewasa semakin banyak pula jumlah anak
yang dihasilkan. Data pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kecuali ternak babi,
proporsi populasi ternak terbanyak (sekitar 60%) adalah induk, sekitar 20% muda
(bibit) dan 20% adalah anak. Proporsi demikian cukup baik untuk perkembangan
populasi ke depan, dengan catatan ternak muda yang berkualitas diprioritaskan sebagai
ternak bibit pengganti induk atau pengganti pejantan. Oleh karena itu, kebijakan
pengendalian pengeluaran ternak betina bibit perlu mendapat perhatian.
Keadaan populasi berdasarkan pulau dan kabupaten/kota sangat diperlukan
untuk penyusunan perencanaan pengembangan ternak sesuai dengan daya dukung
wilayah. Populasi ternak besar, ternak kecil, dan unggas di NTB adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.5. Populasi ternak besar menurut Kabupaten/Kota dan Pulau di NTB 2012
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kab./Kota/Pulau
Mataram
Lombok Barat
Lombok Utara
Lombok Tengah
Lombok Timur
Jumlah P. Lombok
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
Jumlah P. Sumbawa
TOTAL
Sapi (ekor)
1.994
80.881
76.086
137.200
110.979
407.140
54.393
197.141
96.205
148.089
13.592
509.420
916.560
Kerbau (ekor)
22
8.564
435
18.894
4.864
32.779
13.264
54.022
20.411
23.072
713
111.482
144.261
Kuda (ekor)
754
4.026
612
2.361
5.277
13.030
5.787
39.660
8.119
8.483
2.441
64.490
77.520
21
Sumbawa 64.490 ekor (83,19%) dari pada di Pulau Lombok 13.030 ekor (16,81%).
Hal ini menunjukkan bahwa Pulau Sumbawa memiliki keunggulan komparatif untuk
pengembangan ternak besar di NTB karena masih terdapat padang penggembalaan
yang luas. Populasi ternak kecil di NTB adalah sebagai berikut (Tabel 4.6 ).
Tabel. 4.6. Populasi ternak kecil menurut Kabupaten/Kota dan Pulau di NTB
No
Kab./Kota/Pulau
1
Mataram
2
Lombok Barat
3
Lombok Utara
4
Lombok Tengah
5
Lombok Timur
Jumlah P. Lombok
6
Sumbawa Barat
7
Sumbawa
8
Dompu
9
Bima
10
Kota Bima
Jumlah P. Sumbawa
TOTAL
Kambing (ekor)
2.346
40.297
28.208
76.076
77.263
224.190
16.149
38.368
62.889
270.332
15.355
403.093
627.282
Domba (ekor)
11
2.955
632
7.623
11.221
1.711
1.617
78
21.458
571
25.435
37.875
Babi (ekor)
1.692
34.196
8.089
1.250
25
45.252
500
7.764
4.154
12.418
62.766
22
buras di Pulau Lombok 3.559.056 ekor (70,97%) dan di Pulau Sumbawa 1.455.693
ekor (29,03%). Ayam ras petelur di Pulau Lombok tercatat 184.562 ekor (99,95%) dan
di Sumbawa 90 ekor (0,05%). Ayam ras pedaging di Pulau Lombok 2.474.686 ekor
(67,59%) sedangkan di Pulau Sumbawa 1.186.747 ekor (32,41%). Populasi itik di
Lombok 675.508 ekor (81,29%) dan di Pulau Sumbawa 155.502 ekor (18,71%).
Tabel 4.7. Populasi ternak unggas menurut Kabupaten/Kota dan Pulau di NTB 2013
No
Kab./Kota/Pulau
1
Mataram
2
Lombok Barat
3
Lombok Utara
4
Lombok Tengah
5
Lombok Timur
Jumlah P. Lombok
6
Sumbawa Barat
7
Sumbawa
8
Dompu
9
Bima
10 Kota Bima
Jumlah P. Sumbawa
TOTAL
Buras
(ekor)
72.202
804.098
126.562
1.449.838
1.106.356
3.559.056
85.149
678.451
184.426
443.144
64.523
1.455.693
5.014.749
Petelur
(ekor)
2.513
121.760
4.902
30.753
24.634
184.562
90
90
184.652
Pedaging
(ekor)
22.150
491.630
3.659
628.393
1.328.854
2.474.686
2.000
332.800
75.355
282.613
493.979
1.186.747
3.661.433
Itik (ekor)
19.164
133.661
6.503
389.409
126.771
675.508
8.006
11.693
33.895
85.129
16.779
155.502
831.010
23
menghitung daya dukung wilayah (carryng capacity). Populasi ternak di NTB dalam
unit ternak adalah tersaji pada Tabel 4.8. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa
perbandingan populasi di NTB dalam UT antara sapi, kerbau, kuda, dan kambingdomba adalah 73,80%, 11,96%, 7,16%, dan 7,09%. Proporsi ini menunjukkan bahwa
sapi merupakan ternak yang memiliki potensi pengembangan terbesar di NTB,
sehingga sangat tepat jika ternak sapi menjadi ternak unggulan. Ditinjau per pulau,
antara Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa memiliki proporsi, untuk sapi adalah
44,5% dan 55,6%, kerbau 23% dan 77%, kuda 17% dan 83%, kambing dan domba
35% dan 65%. Apabila dibuat klasifikasi berdasarkan populasi per kabupaten/kota,
maka Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Bima, dan Sumbawa dapat
dikategorikan ke dalam kabupaten yang memiliki potensi besar, yaitu dengan populasi
ternak pemakan hijauan di atas 100.000 UT. Kabupaten Lombok Barat, Lombok
Timur, Lombok Utara, Sumbawa Barat, dan Dompu, masuk dalam kategori sedang,
dengan populasi di atas 50.000 sampai 100.000 UT. Kota Bima dan Kota Mataram
masuk kategori kecil, dengan populasi di bawah 50.000 UT.
Tabel 4.8. Populasi ternak pemakan hijauan dalam Unit Ternak (UT) 2012
No
Kb+Db
Jumlah
Mataram
1.356
15
588
212
Lombok Barat
54.999
5.995
3.140
3.893
Lombok Utara
51.738
305
477
2.539
Lombok
4
93.296
13.226
1.842
6.904
Tengah
5 Lombok Timur
75.466
3.405
4.116
7.640
Jumlah P. Lombok
276.855
22.945
10.163
21.187
6 Sumbawa Barat
36.987
9.285
4.514
1.607
7 Sumbawa
134.056
37.815
30.935
3.599
8 Dompu
65.419
14.288
6.333
5.667
9 Bima
100.701
16.150
6.617
26.261
10 Kota Bima
9.243
499
1.904
1.433
Jumlah P. Sumbawa
346.406
78.037
50.302
38.568
TOTAL
623.261
100.983
60.466
59.864
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB (2013)
2.413
69.137
55.009
1
2
3
Kab./Kota/Pulau
Sapi
Kerbau
Kuda
116.419
93.505
336.483
54.363
209.269
94.424
148.289
13.479
519.825
856.308
24
Tabel 4.8 juga nampak bahwa populasi ternak pemakan hijauan (sapi, kerbau,
kuda, kambing dan domba) mencapai 856.308 UT, sama dengan populasi tahun 2011.
Namun ternak sapi meningkat dari 597.266 UT menjadi 623.261 UT atau naik sekitar
6%. Untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak tersebut, berarti setiap hari harus
tersedia pakan hijauan kurang lebih 29.970.780 kg atau 10.939.335 ton per tahun.
Dengan asumsi bahwa 1 ha lahan sumber pakan dapat menampung 1,5 UT,
maka pada kondisi sekarang diperlukan lahan sumber pakan sebanyak 570.872 ha.
Lahan tersebut dapat terdiri atas sawah, tegal, kebun, ladang, padang penggembalaan,
wilayah pinggiran hutan, dan lahan-lahan lain yang potensial sebagai sumber pakan
ternak. Pertanyaannya, apakah dengan kondisi penggunaan lahan seperti sekarang,
NTB masih memiliki daya dukung lahan untuk memenuhi kebutuhan pakan hijauan
ternak? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu dilakukan studi lapangan yang
mendalam. Jika ternyata daya dukung lahan secara alamiah sudah tidak mendukung,
maka harus
diintroduksi
teknologi
pakan ternak
2009
2010
2011
2012
2013
r (%)
Kuda
Sapi
Kerbau
Kambing
Domba
Babi
AyamBuras
Ayam Ras
Itik
Jumlah
245069
5253746
1262607
2255511
126088
1373551
7179028
3363423
268616
21327639
300832
8025429
1680134
2804264
187616
1987022
8669106
5934320
450929
30039652
334399
10958111
1878542
4622849
285723
2473067
6898583
9211887
619076
37282235
297707
12431831
2385107
5070365
230597
2542467
10160840
26170000
841777
60130682
306141
13884310
2259540
4935270
187857
2884990
40969400
11342450
1148970
77918928
6.44
28.61
16.64
24.05
15.82
21.35
87.71
64.77
44.41
38.96
25
Tabel 4.9 memperlihatkan, selama lima tahun terakhir semua produksi daging
dari semua jenis ternak menunjukkan peningkatan positif setiap tahunnya. Khusus
ternak sapi sejalan dengan program BSS, peningkatan produksi daging sapi sangat
signifikan, yaitu rata-rata 28,61% per tahun. Untuk ternak kambing, domba, dan babi
terlihat mengalami peningkatan tajam yaitu di atas 100%. Hal tersebut diduga karena
kesalahan pencacatan.
2.7. Inseminasi Buatan pada Sapi
Inseminasi buatan telah dilakukan sejak 30 tahun yang lalu di NTB dengan
maksud untuk meningkatkan reproduktivitas dan reproduktivitas sapi Bali, namun
demikian hingga sekarang produktivitas dan reproduktivitas sapi di NTB masih relatif
rendah. Untuk pelaksanaan inseminasi fasilitas dan infrastruktur pendukung
semestinya sudah tersedia dengan pengembangan pelaksanaan yang telah dikerjakan
selama 30 tahun. Di samping itu semen beku sapi Bali dan semen sapi impor tersedia
di NTB untuk mendukung pelaksanaan inseminasi buatan. Bila dibanding dengan
hasil kelahiran pedet jumlah realisasi inseminasi dan jumlah akseptor relatif sangat
tinggi, oleh karena itu diperkirakan masih terdapat ruang untuk meningkatkan jumlah
anak yang lahir dari hasil IB.
Berdasarkan data pelaksanaan inseminasi buatan di NTB menunjukkan terjadi
penurunan target pelaksanaan inseminasi buatan di NTB pada tiga tahun terakhir. Pada
tahun 2011 target IB 71.298 dosis straw, lalu tahun 2012 turun menjadi 48.087 dosis
straw dan tahun 2013 menjadi 35.730 dosis straw. Nampak dilihat bahwa terjadi
penurunan tajam dari target, realisasi, akseptor dan kelahiran hanya 20-50% dari
target. Pada tahun 2011 realisasi pelaksanaan IB mencapai 62.514 dosis straw semen
beku dengan akseptor 59.366 ekor sapi betina dan jumlah pedet yang lahir sebanyak
32.046 ekor. Pada tahun 2012 realisasi pelaksanaan IB mencapai 45.674 dosis straw
semen beku dengan jumlah akseptor sebanyak 26.013 ekor sapi betina dan pedet yang
lahir dari hasil IB sebanyak 9.387 ekor. Pada tahun 2013 target IB lebih rendah namun
akseptor sapi lebih banyak dari tahun 2012 sehingga terjadi peningkatan jumlah anak
yang lahir. Pada tahun 2013 tersebut realisasi pelaksanaan IB mencapai 31.372 straw
26
semen beku dengan akseptor 29.818 ekor sapi betina dan jumlah pedet yang lahir
16.064 ekor.
Inseminasi buatan telah dilaksanakan di seluruh kabupaten di NTB, namun
target, realisasi, akseptor dan anak sapi yang lahir hasil IB di Pulau Lombok jauh lebih
tinggi dibanding dengan Pulau Sumbawa. Pelaksanaan IB mungkin lebih sulit
dilaksanakan di Pulau Sumbawa dibanding dengan di Pulau Lombok, karena sapi di
Sumbawa kebanyakan dipelihara secara ekstensif sementara di Lombok dipelihara
secara intensif.
Kegiatan IB telah dilaksanakan secara luas di Kabupaten Lombok Tengah,
Lombok Timur , Lombok Barat dan Lombok Utara. Di Kabupaten Lombok Barat dan
Lombok Tengah realisasi IB lebih rendah dari target, namun di kabupaten lain realisasi
IB melampaui target. Realisasi IB tertinggi di Kabupaten Lombok Timur, berikutnya
Lombok Tengah dan Lombok Barat. Angka kelahiran dari IB terbanyak terjadi di
Kabupaten Lombok Timur, kemudian di Lombok Tengah dan berikutnya Lombok
Utara.
Pelaksanaan inseminasi yang tertinggi di tiga kabupaten yaitu di Lombok
Timur, Lombok Tengah dan Lombok Barat, tetapi akseptor terbanyak yaitu berada di
Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok Utara. Perbedaan program dan
pelaksanaan IB di masing-masing daerah tersebut kemungkinan disebabkan oleh
kondisi lapangan setempat, iklim dan pola pemeliharaan. Kabupaten Lombok Timur
paling unggul baik dari realisasi inseminasi, jumlah akseptor dan pedet yang
dihasilkan.
Dalam pelaksanaan IB di NTB tersedia semen beku dari berbagai bangsa sapi
yaitu sapi Bali, Simental, Limousin, Brangus, Angus, Brahman, Ongole dan sapi FH.
Delapan jenis bangsa sapi tersebut tersedia di NTB baik diproduksi di dalam negeri
dan didatangkan dari luar negeri. Pelaksanaan inseminasi umumnya menggunakan
semen beku sapi Bali, diikuti sapi Simental dan Limousin. Tingkat kelahiran dibanding
dengan jumlah semen beku yang diinseminasikan yang tertinggi adalah semen beku
asal sapi Bali, kemudian Limousin dan Simental.
27
jumlah
peternak pemilik sapi yang terlibat 25.000 orang. Dari data tersebut kebuntingan
melalui pelaksanaan IB lebih dari dua kali. Data tersebut menunjukkan bahwa sapi
dengan IB jarak beranaknya lebih panjang dibandingkan kawin alam. Data tersebut
berdasarkan laporan pada tahun 2008, di mana pada tahun tersebut relatif sangat kecil
produksinya dibandingkan dengan periode sesudahnya.
28
Hasil dan pembahasan kajian ini diuraikan sesuai dengan tipe dan jenis analisis yang
digunakan, meliputi hasil kajian berdasarkan Analisis Location Qoetion (LQ), Analisis
Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Analisis Potensi Pengembangan Berdasarkan Daya
Tampung, Analisis Overlay dan Analisis SWOT. Uraian tentang potensi ternak di Provinsi
NTB berdasarkan masing-masing jenis analisis tersaji berikut ini.
5.1. LQ Ternak Herbivora
Pemetaan kawasan dilakukan menggunakan analisis LQ, yang metode kajiannya
diuraikan pada Bab IV. Hasil analisis LQ penelitian ini membandingkan antara jumlah
populasi ternak besar dan ternak kecil pemakan herbivore di setiap wilayah
kabupaten/kota dengan populasi penduduk di masing-masing kabupaten/kota . Berikut
ini pada Tabel 5.1. tersaji rincian populasi ternak pemakan herbivora (dalam ekor) di
Provinsi NTB, tahun 2013.
Tabel 5.1.: Populasi ternak pemakan hijauan/herbivora (ekor) di 10 kabupaten/kota
di Provinsi NTB 2013
No Kabupaten/Kota
1
2
3
4
5
Mataram
Lombok Barat
Lombok Utara
Lombok Tengah
Lombok Timur
Jumlah P. Lombok
6 Sumbawa Barat
7 Sumbawa
8 Dompu
9 Bima
10 Kota Bima
Jumlah P. Sumbawa
TOTAL
Sapi
Kerbau
Kuda
2.181
88.485
83.239
150.099
121.413
445.417
59.507
215.675
105.250
162.012
14.870
557.314
26
6.634
415
19.083
5.081
31.239
13.275
50.857
22.078
20.483
461
107.154
665
3.819
623
2.365
5.241
12.713
5.783
38.282
9.580
7.969
966
62.580
1.984
40.714
29.929
89.026
87.135
248.788
16.681
35.002
70.271
197.157
16.250
335.361
60
1.341
0
824
9.565
11.790
1.687
1.840
134
15.543
166
19.370
1.002.731
138.393
75.293
584.149
31.160
Kambing
Domba
29
Adapun jumlah ternak pemakan hijauan berdasarkan unit ternak (UT) per
kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2013 adalah seperti tercantum pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2.: Populasi ternak pemakan hijauan (UT) tahun 2013 di NTB
No Kabupaten/Kota
1 Mataram
2 Lombok Barat
3 Lombok Utara
4 Lombok Tengah
5 Lombok Timur
Jumlah P. Lombok
6 Sumbawa Barat
7 Sumbawa
8 Dompu
9 Bima
10 Kota Bima
Jumlah P. Sumbawa
TOTAL
Sapi
Kerbau
1.661
23
67.408
5.920
63.411
370
114.345 17.030
92.492
4.534
339.319 45.332
164.301 45.385
80.179 19.702
123.421 18.279
11.328
411
763.880 123.502
1.661
424.562
763.880 67.408
Jika data ternak herbivora pada Tabel 5.2. dibuat dalam ilustrasi tersendiri,
hasilnya nampak pada Gambar 5.1.
30
Berdasarkan data pada Tabel 5.2. ternak sapi menempati peringkat pertama dari
segi jumlah ternak pemakan hijauan di NTB dengan total 763.880 unit ternak (UT).
Menyusul setelah sapi adalah kerbau dengan populasi 123.502 UT, kemudian kambing
73.252 UT, kuda 60.234 UT dan domba 3.418 UT. Data pada Table 5.1. dan Tabel 5.2.
juga menunjukkan bahwa Pulau Sumbawa memiliki populasi ternak herbivora lebih
banyak dibandingkan dengan populasi ternak sejenis di Pulau Lombok. Jumlah
populasi ternak herbivora di Pulau Sumbawa mencapai 557.314 UT sedangkan
populasi ternak sejenis di Pulau Lombok hanya 445.417 UT.
Hasil analisis LQ ternak herbivora dalam penelitian ini diperoleh dengan
membandingkan antara jumlah populasi ternak herbivora dengan populasi penduduk di
setiap kabupaten/kota di NTB. Adapun jumlah penduduk kabupaten/kota di NTB
diperoleh dari Badan Pusat Statistik NTB, 2013.
Adapun populasi penduduk kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2013 tertera
pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Populasi Penduduk Provinsi NTB
Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Mataram
Lombok Barat
Lombok Utara
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
204.676
300.364
100.500
414.602
524.126
1.544.268
60.201
216.066
113.164
222.883
208.534
312.797
103.064
460.629
599.362
1.684.386
58.407
206.963
110.514
224.403
413.210
613.161
203.564
875.231
1.123.488
3.228.654
118.608
423.029
223.678
447.286
31
Sapi
0.02
0.66
1.87
0.78
0.49
2.30
2.33
2.15
1.66
0.46
Kerbau
0.002
0.36
0.07
0.72
0.15
3.71
3.99
3.27
1.52
0.10
Kuda
0.10
0.38
0.19
0.16
0.28
2.97
5.51
2.61
1.09
0.40
Kambing
0.04
0.52
1.15
0.80
0.61
1.10
0.65
2.47
3.46
0.87
Domba
0.03
0.52
0.22
2.02
3.37
1.03
0.14
8.23
0.27
32
namun daerah ini strategis bagi pengembangan sapi karena sukses menjadi pilot
proyek pengembangan sapi di bawah dua lembaga asing (ACIAR dan JICA).
Nilai LQ kerbau juga relatif mirip dengan fenomena yang ditampilkan sapi.
Yakni bahwa Kabupaten Sumbawa juga merupakan basis ternak kerbau di Provinsi
NTB dengan nilai LQ sebesar 3,99; diikuti Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) dengan
nilai LQ kerbau 3,71; kemudian Kabupaten Dompu dengan LQ sebesar 3,22; dan
Kabupaten Bima dengan LQ nilai 1,52. Tampilnya Pulau Sumbawa mendominasi
kawasan basis pengembangan kerbau terutama terkait dua hal. Yakni perbandingan
jumlah ternak dengan populasi manusia yang belum begitu ketat di wilayah itu. Selain
itu juga disebabkan karena persyaratan teknis bagi pengembangan kerbau seperti
tersedianya kawasan berrawa relatif masih banyak terhampar di Pulau Sumbawa
dibandingkan di Pulau Lombok. Sejauh yang tergambar dalam Tabel 5.4. dapat
disimpulkan bahwa Pulau Lombok relatif kurang tepat bagi pengembangan kerbau.
Hal ini terkait relatif padatnya jumlah penduduk di wilayah ini.
Basis pengembangan kuda di Provinsi Nusa Tenggara Barat juga terkonsentrasi
di Pulau Sumbawa dengan rincian wilayah pengembangan berturut-turut adalah
Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu dan Bima. Sekali lagi hal ini menunjukkan bahwa
basis pengembangan ternak besar di Provinsi NTB berlokasi di Pulau Sumbawa.
Pengembangan kambing di NTB berdasarkan analisis LQ terkonsentrasi di
Kabupaten Bima dengan nilai LQ 3,46; diikuti Dompu (LQ= 2,47); Lombok Utara
(LQ = 1,15) dan Sumbawa Barat (LQ= 1,10). Domba terkonsentrasi Kabupaten Bima
dengan nilai LQ sebesar 8,23, Sumbawa Barat (nilai LQ= 3,37); Kabupaten Lombok
Timur dengan nilai LQ sebesar 2,27 dan Kabupaten Sumbawa (nilai LQ= 1,03).
5.2. LQ Unggas
Ternak unggas yang dibahas pada kajian ini meliputi ayam bukan ras (buras),
ayam petelur, ayam pedaging dan itik. LQ unggas dihitung berdasarkan jumlah
populasi masing-masing jenis unggas di suatu wilayah kabupaten/kota dibandingkan
dengan total populasi unggas di wilayah referensi. Rincian LQ unggas di NTB sbb:
33
2009
0.96
0.90
1.46
0.97
1.08
1.31
1.07
1.17
0.88
0.77
2010
0.494
1.062
1.745
1.160
0.799
1.718
1.386
1.302
0.782
0.591
2011
1.29
1.13
1.83
1.11
0.83
1.61
1.32
1.27
0.86
0.20
2012
1.20
1.00
1.73
1.12
0.83
1.73
1.28
1.21
1.06
0.22
2013
1.22
1.08
1.90
0.83
1.17
1.90
1.44
1.31
1.06
0.24
34
Gambar 5.2. Nilai LQ Ayam Buras di Provinsi NTB Lima Tahun Terakhir
Kabupaten Lombok Tengah merupakan kabupaten wilayah yang memiliki
kelompok peternak ayam buras tertinggi di Nusa Tenggara Barat. Tercatat 25
kelompok peternak ayam buras di Lombok Tengah yang sudah menjalankan aktivitas
usaha dengan baik. Tingginya jumlah kelompok peternak ayam buras di Lombok
Tengah dapat dianggap sebagai kekuatan, sehingga ke depan Lombok Tengah dapat
dikembangkan menjadi sentra penghasil ayam buras untuk wilayah NTB.
35
ditunjukkan oleh nilai LQ ternak ini selama lima tahun terakhir yang selalu berada di
atas 4 (terakhir pada 2013 nilai LQ ayam petelur Lombok Barat mencapai 4,35). Kota
Mataram dan Kabupaten Lombok Utara semakin memperlihatkan potensi diri sebagai
daerah basis ayam petelur seperti terlihat dari nilai LQ ayam petelur kedua daerah pada
tahun 2013 masing-masing sebesar 3,29 untuk Kota Mataram dan 2,12 untuk
Kabupaten Lombok Utara. Ayam petelur, dengan demikian layak lebih dikembangkan
di wilayah ini.
Tabel 5.6. Nilai LQ Ayam Petelur di NTB Lima Tahun Terakhir
Kabupaten/Kota
2009
2010
2011
2012
2013
Mataram
Lombok Barat
Lombok Utara
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
0.02
4.98
0.01
0.29
0.48
0.00
0.00
0.00
0.18
0.00
2.66
4.25
0.01
1.09
0.11
0.00
0.00
0.00
0.00
0.67
1.36
4.49
0.01
1.35
0.12
0.00
0.00
0.00
0.00
0.67
1.14
4.12
1.82
0.65
0.50
0.00
0.00
0.00
0.01
0.00
3.29
4.35
2.12
0.46
0.77
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
36
Gambar 5.3. Hasil analisis LQ ayam petelur di NTB lima tahun terakhir.
37
penggunaan kandang terbuka yang dibangun pada daerah dataran tinggi yang bersuhu
sejuk.
Berdasarkan hal tersebut maka direkomendasikan sentra pengembangan ayam
ras petelur dipusatkan di Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara,
terutama di daerah-daerah dataran tinggi yang bersuhu sejuk. Kota Mataram, meskipun
dari hasil analisis potensinya menempati rangking ke 2, namun karena Kota Mataram
adalah kota pemukiman padat penduduk serta berlokasi di daerah pantai dengan suhu
yang relatif tinggi, sehingga Kota Mataram kurang layak direkomendasikan sebagai
lokasi untuk pengembangan ayam ras petelur.
5.2.3.Ayam Pedaging
Hasil analisis LQ ayam pedaging 10 kabupaten yang ada di Provinsi Nusa
Tenggara Barat menarik dicermati. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu wilayah
kabupaten-kota di NTB yang secara konsisten menjadi daerah basis ayam pedaging,
setidaknya berdasarkan analisis LQ selama lima tahun terakhir. Rincian mengenai
hasil analisis LQ ayam petelur di NTB tersaji pada Tabel 5.7 dan Gambar 5.4.
Nilai LQ ayam pedaging di Kota Bima yang pada tahun 2011 dan tahun 2012
relatif tinggi yakni masing-masing 2,20 dan 2,27; lalu pada tahun 2013 melorot
menjadi 0,97. Artinya, dalam waktu relatif singkat Kota Bima beralih dari berstatus
konsentrasi ayam pedaging menjadi non basis komoditas itu. Perlu ada penelitian
tersendiri untuk menggali penyebab melorotnya posisi Bima sebagai basis ayam
pedaging.
Fenomena serupa terjadi di Lombok Timur yakni LQ ayam pedagingnya tahun
2011 sebesar 1,32; naik menjadi 1,36 setahun kemudian dan pada tahun 2013 nilai LQnya adalah sebesar 0,73. Kabupaten Bima lain lagi, yakni pada tahun 2011 nilai LQnya sebesar 1,18; kemudian turun menjadi 0,92 pada tahun 2012 dan tiba-tiba LQ-nya
melonjak menjadi 2,02 pada tahun 2013.
Fenomena nilai LQ yang naik tajam lalu merosot lagi setiap pergantian tahun
dan atau sebaliknya juga terjadi di hampir seluruh daerah di NTB. Diduga hal itu
38
terjadi sebagai akibat fluktuasi nilai ayam pedaging yang relatif tajam dari suatu
periode pemeliharaan ke periode berikutnya. Pemeliharaan ayam pedaging yang relatif
padat modal membuat peternak harus cermat dan jeli memperhatikan fluktuasi harga
pasar input dan harga jual ayam potong. Kelalaian memperhatikan fluktuasi harga dan
ketidak pekaan mempergunakan insting dalam berdagang ayam pedaging membuat
peternak berpotensi merugi dan pada gilirannya kapok mengusahakan ternak ini bila
salah perhitungan.
Tabel 5.7. Hasil Analisis LQ Ayam Pedaging di NTB
Kabupaten/Kota
2009
2010
2011
2012
2013
Mataram
Lombok Barat
Lombok Utara
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
0.88
1.05
0.05
1.05
0.84
0.33
1.07
0.43
1.22
1.74
1.68
0.73
0.03
0.62
1.40
0.02
0.65
0.46
1.34
1.73
0.48
0.66
0.02
0.65
1.32
0.32
0.12
0.57
1.18
2.20
0.51
0.84
0.07
0.67
1.36
0.06
0.86
0.68
0.92
2.27
0.62
0.83
0.08
1.17
0.73
0.06
0.75
0.65
2.02
0.97
39
Gambar 5.4. Hasil Perhitungan LQ Ayam Pedaging di NTB Lima Tahun Terakhir.
Kota Bima dipandang sebagai daerah yang sangat strategis untuk pengadaan
daging khususnya untuk melayani kebutuhan warga Kota Bima, Kabupaten Bima dan
Kabupaten Dompu, serta untuk memenuhi kebutuhan daging warga di wilayah
Provinsi NTT bagian barat (Pulau Flores dan Pulau Sumba).
5.2.4. Itik
Perkembangan LQ itik di NTB lima tahun terakhir tertera pada Tabel 5.8 dan
Gambar 5.5. Hal unik terkait LQ itik adalah cenderung berbaliknya beberapa daerah
dari semula menjadi basis ternak itik menjadi wilayah non basis. Setidaknya hal itu
terjadi di Kabupaten Lombok Tengah, Kota Mataram, Dompu dan di Kabupaten Bima.
LQ itik di Kabupaten Lombok Tengah, pada tahun 2011, misalnya, mencapai 2,02,
lalu LQ-nya merosot menjadi 1,82 pada tahun 2012 serta turun lagi menjadi 1,15 pada
tahun 2013. Hal serupa terjadi di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima.
Fenomena sebaliknya dialami Kabupaten Lombok Timur ditandai melonjaknya
nilai LQ itik dari semula 0,68 pada tahun 2011, menurun menjadi 0,57 setahun
kemudian serta pada tahun 2013 nilai LQ itik di Kabupaten Lombok Timur adalah
40
sebesar 1,48. Fenomena LQ ternak itik seperti dialami Lombok Timur terjadi juga di
Kota Bima (lihat Tabel 5.8).
Tabel 5.8. Nilai LQ Itik di Provinsi Nusa Tenggara Barat Lima Tahun Terakhir.
Kabupaten/Kota
2009
2010
2011
2012
2013
Mataram
Lombok Barat
Lombok Utara
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
1.92
0.87
0.43
1.25
0.95
0.76
0.41
1.65
1.39
0.71
0.87
0.99
0.58
1.72
0.71
0.84
0.14
1.79
1.20
0.43
1.63
0.99
0.56
2.02
0.68
0.55
0.15
1.61
1.30
0.37
1.93
1.00
0.54
1.82
0.57
0.98
0.13
1.35
1.22
0.34
1.22
0.77
0.51
1.15
1.48
0.96
0.11
1.22
0.31
1.00
41
Gambar 5.5: Grafik LQ Ternak Itik di Provinsi NTB Lima Tahun Terakhir
Adapun Kabupaten Dompu meskipun berdasarkan hasil analisis LQ potensial
bagi pengembangan itik, namun karena daerah ini sebagian besar wilayahnya relatif
kering, secara ekologis perlu dipertimbangkan dengan matang jika hendak
dikembangkan sebagai sentra ternak itik. Oleh sebab itu pengembangan itik ke depan
layak dipusatkan di Kabupaten Lombok Timur.
Sistem budidaya ternak itik selama ini memberikan kontribusi besar dalam
pengadaan telur konsumsi bahan baku telur asin. Daerah persawahan dengan dua kali
panen padi dalam setahun merupakan daerah penghasil dedak (bahan pakan sumber
energi), serta merupakan daerah berkembangnya biota akuatik seperti keong mas, ikan
sapu-sapu, duckweed dan lain sebaginya sebagai bahan pakan sumber protein bagi
ternak itik.
Pengembangan itik di Lombok Timur didukung tersedianya daerah persawahan
berpengairan teknis dengan dua kali panen padi setiap tahun dengan areal panen
21.911 Ha. Tingginya luas daerah persawahan ini berkontribusi langsung pada
pengadaan dedak halus sebagai bahan pakan sumber energi, dengan produksi
diestimasi mencapai 1.785.575 ton per tahun. Kabupaten Lombok Timur juga strategis
sebagai sentra budidaya ternak itik di masa mendatang selaras dengan meningkatnya
42
luas lahan basah yang dapat ditanami padi sebagai akibat beroperasinya bendungan
Pandanduri yang kini dalam proses penyelesaian. Bendungan tersebut diprediksi
mampu mengairi minimal lima kecamatan di Kabupaten Lombok Timur dan satu
kecamatan di wilayah Lombok Tengah yang selama ini tergolong daerah kering.
Kawasan di Lombok Timur yang dapat dialiri oleh bendungan Pandanduri adalah
Kecamatan Sakra, Sakra Timur, Sakra Barat, Keruak dan
Jerowaru. Sedangkan
Kerbau
Kuda
Kambing
Sapi
Domba
Itik
43
44
a) Klasifikasi I yakni RPr (+) dan RPs juga (+) menunjukkan populasi sapi Bali
bertumbuh baik di wilayah referensi (provinsi) dan di wilayah studi. Wilayah
yang termasuk ke dalam klasifikasi ini adalah Mataram, Lombok Utara, Lombok
Tengah, Sumbawa Barat, Dompu dan Kabupaten Bima.
Tabel 5.10. Nilai RPr dan RPs Sapi di NTB antara tahun 2009-2013
Kabupaten/kota
Mataram
Lombok Barat
Lombok Utara
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
NTB
RPr
2.83
1.25
1.04
1.39
16.50
1.44
-8.45
1.13
1.88
0.39
1.70
Nominal
+
+
+
+
+
+
+
+
+
RPs
2.42
0.67
1.05
2.13
0.37
2.20
0.23
1.41
2.47
-0.29
1.00
Nominal
+
+
+
+
+
+
+
b) Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), mengindikasikan pertumbuhan populasi
sapi menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tidak menonjol di wilayah
studi. Lombok Barat dan Lombok Timur masuk ke dalam klasifikasi ini.
c) Klasifikasi III yakni RPr (-) dan RPs (+), artinya sapi mempunyai pertumbuhan
tidak menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tumbuh baik di wilayah
studi (kabupaten). Penelitian ini tidak menemukan adanya wilayah NTB dengan
klasifikasi seperti ini.
d) Klasifikasi IV yakni RPr (-) dan RPs (-), bermakna sapi tidak
memiliki
45
a. Klasifikasi I yakni RPr (+), RPs (+) menunjukkan komoditas kerbau lebih baik
pertumbuhan populasinya di wilayah studi dan di wilayah referensi (provinsi).
Tidak ada kabupaten/kota di NTB yang masuk ke dalam klasifikasi I.
Tabel 5.11. Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013
Kabupaten/kota
RPr
Mataram
Lombok Barat
Lombok Utara
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
NTB
-2.41
-3.61
-2.07
-1.20
-81.93
-1.11
50.76
-1.44
-1.28
1.94
-2.94
Nominal
RPs
Nominal
+
+
-
1.20
1.11
1.21
1.07
1.05
0.98
0.82
1.03
0.97
0.82
1.0
+
+
+
+
+
+
+
b. Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), mengindikasikan pertumbuhan populasi
kerbau menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tidak menonjol di
wilayah studi. Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima masuk ke dalam kriteria
sebagaimana tercantum dalam klasifikasi II.
c. Klasifikasi III yakni RPr (-) dan RPs (+), artinya kerbau mempunyai
pertumbuhan tidak menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun bertumbuh
baik di wilayah studi (kabupaten). Klasifikasi wilayah seperti ini terjadi di
Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, KLU dan Dompu.
d. Klasifikasi IV yakni RPr (-) dan RPs (-), bermakna sapi tidak
memiliki
46
a. Klasifikasi I yakni RPr (+), RPs (+) menunjukkan komoditas kuda lebih baik
pertumbuhan populasinya di wilayah referensi (provinsi) maupun di wilayah
studi. Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima masuk dalam klasifikasi ini.
b. Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), mengindikasikan pertumbuhan populasi
menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tidak menonjol di wilayah studi
(kabupaten). Tidak ada kabupaten/kota di Provinsi NTB yang masuk ke dalam
klasifikasi III.
c. Klasifikasi III yakni RPr (-) dan RPs (+), artinya ternak kuda mempunyai
pertumbuhan tidak menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun bertumbuh
baik di wilayah studi (kabupaten). Kabupaten-kota di NTB yang masuk ke dalam
klasifikasi III adalah Mataram, Lombok Utara, Lombok Timur dan Kabupaten
Bima.
d. Klasifikasi IV yakni RPr (-) dan RPs (-), bermakna kuda tidak
memiliki
RPr
-1.01
-0.58
-1.04
0.00
-65.97
0.16
22.21
0.57
-0.61
2.62
Nominal
+
+
RPs
1.70
0.61
2.06
0.01
2.88
0.49
22.21
1.40
1.57
3.76
Nominal
+
+
+
+
+
+
47
RPr
4.45
1.83
1.07
1.25
3.55
1.36
15.89
1.04
1.68
0.45
1.53
Nominal
+
+
+
+
+
+
+
+
+
RPs
2.42
0.67
1.05
2.13
0.37
2.20
0.23
1.41
2.47
-0.29
1.0
Nominal
+
+
+
+
+
+
+
b. Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), mengindikasikan pertumbuhan populasi
menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tidak menonjol di wilayah studi.
Kabupaten Sumbawa, Lombok Barat dan Lombok Timur masuk ke dalam
klasifikasi II.
c. Klasifikasi III yakni RPr (-) dan RPs (+), artinya kambing mempunyai
pertumbuhan tidak menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun bertumbuh
baik di wilayah studi (kabupaten). Daerah yang masuk ke dalam klasifikasi ini
adalah Kabupaten Bima.
d. Klasifikasi IV yakni RPr (-) dan RPs (-), bermakna kambing tidak memiliki
pertumbuhan baik di wilayah referensi maupun wilayah studi. Kota Bima berada
dalam klasifikasi ini.
48
domba yang potensial pada tingkat wilayah studi dengan klasifikasi sbb:
a. Klasifikasi I yakni RPr (+), RPs (+) menunjukkan domba lebih baik pertumbuhan
populasinya di wilayah studi dan di wilayah referensi (provinsi). Klasifikasi ini
tidak terisi kabupaten kota manapun di NTB.
b. Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), mengindikasikan pertumbuhan populasi
domba menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tidak menonjol di wilayah
studi. Hanya Kota Bima yang masuk ke dalam klasifikasi ini.
c. Klasifikasi III yakni RPr (-) dan RPs (+), artinya domba mempunyai pertumbuhan
tidak menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun bertumbuh baik di wilayah
studi (kabupaten). Tidak ada kabupaten-kota di NTB yang tercatat dalam
klasifikasi ini.
d. Klasifikasi IV yakni RPr (-) dan RPs (-), bermakna domba tidak
memiliki
pertumbuhan baik di wilayah referensi maupun wilayah studi. Kecuali Kota Bima,
sembilan daerah NTB lainnya masuk ke dalam kriteria ini.
Tabel 5.14. Nilai RPr dan RPs Domba di NTB antara tahun 2009-2013
Kabupaten/Kota
Mataram
Lombok Barat
Lombok Utara
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
Total
Riel
-72.16
-5.28
-2.15
-1.08
-17.62
-1.05
-95.40
-1.32
-1.14
2.19
-2.65
Nominal
Riel
Nominal
+
-
-2.07
1.93
2.09
1.84
1.82
1.69
1.41
1.78
1.68
1.42
1.00
Barat
mengacu
pada
standar
penggunaan
pakan
sebagaimana
49
4,407,18
Mataram
1.528,84
Lombok Barat
Lombok
Tengah
-16.097,33
-8.088,23
Lombok
Timur
-8.586,47
Sumbawa Barat
-3.165,88
Sumbawa
Dompu
Kabupaten
Bima
Kota Bima
146.745,30
-1.474,85
122.090,53
-1.687,99
Bayan
Sandubaya, Mataram, Sekarbela,
Selaparang, Cakranegara
Kuripan, Kediri, Labuapi
Batu Kliang Utara, Praya Barat Daya, Praya
Timur, Praya,Praya Barat
Pringgabaya, Jerowaru, Sakra Timur, Sakra
Barat, Wanasaba, Sambelia, Keruak,
Sukamulia,
Poto Tano, Brang Rea, Sekongkang
Labangka, Lenangguar, Lunyuk, Rhee,
Plampang, Alas Barat, Batu Lanteh, Alas,
Buer, Ropang
Kilo, Dompu, Pajo, Hu'u, Woja
Wera, Sanggar, Langgudu, Tambora, Sape,
Palibelo, Wawo, Lambitu, Belo, Parado
Rasanae Timur, Rasanae Barat
Jml
Kec
5
6
10
12
20
8
24
8
18
5
50
51
Mataram yang tersebar di ruang terbuka hijau. Tanaman tersebut potensial terganggu
dan gejala ke arah itu menonjol terutama pada musim kering yang dilakukan peternak
dengan memotong tanaman penghijauan di dalam kota pada sore maupun malam hari.
Adapun enam kabupaten/kota lain di NTB relatif kurang potensial bagi
pengembangan ternak pemakan hijauan karena wilayah tersebut berstatus over/
kelebihan populasi dibandingkan daya dukungnya. Wilayah yang dimaksudkan adalah
Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur untuk wilayah Pulau
Lombok. Kemudian di Kabupaten Sumbawa Barat, Dompu, Kota Bima untuk wilayah
Pulau Sumbawa. Namun demikian, meskipun telah kelebihan populasi, tercatat ada
beberapa kecamatan yang masih berpeluang bagi pengembangan ternak pemakan
herbivora, meliputi Kuripan, Kediri dan Labuapi di Kabupaten Lombok Barat.
Kemudian Kecamatan Batu Kliang Utara, Praya Barat Daya, Praya Timur, Praya,
Praya Barat di Kabupaten Lombok Tengah. Kecamatan Pringgabaya, Jerowaru, Sakra
Timur, Sakra Barat, Wanasaba, Sambelia, Keruak dan Sukamulia di Kabupaten
Lombok Timur.
Sebagai catatan, daerah yang tidak potensial lagi bagi pengembangan ternak
herbivora sebaiknya dilakukan peningkatan produktivitas per unit ternak karena tidak
memungkin lagi bagi penambahan jumlah populasi. Sebaliknya bagi daerah yang
ketersediaaan daya dukung lahan dan pakan masih longgar bisa diprioritaskan bagi
pengembangan populasi ternak herbivora dengan tidak mengabaikan perbaikan
produktivitas melaui peningkatan mutu genetik.
Pengembangan ternak herbivora untuk Pulau Sumbawa meliputi Kecamatan
Poto Tano, Brang Rea dan Sekongkang untuk wilayah Kabupaten Sumbawa Barat, lalu
Kecamatan Kilo, Dompu, Pajo, Hu'u dan Woja untuk Kabupaten Dompu serta di
Kecamatan Rasanae Timur, Rasanae Barat di Kota Bima. Kecamatan lain di luar itu
sudah kelebihan jumlah ternak pemakan herbivora dibandingkan daya dukungnya.
Khusus untuk pengembangan ternak unggas, tidak dilakukan analisis daya
dukung secara khusus karena pengusahaan ternak ini relatif tidak membutuhkan areal
untuk pakan secara khusus seperti terjadi pada ternak herbivora. Pemeliharaan ternak
52
Overlay
digunakan
untuk
mengambil
kesimpulan
dengan
menggabungkan beberapa hasil analisis yakni hasil analisis daya tampung, analisis
Location Quetion (LQ) dan analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP). Analisis
overlay dalam studi ini hanya mengkaji potensi pengembangan ternak pemakan
hijauan (herbivora) dan tidak menganalisis potensi ternak unggas.
Ada tujuh kombinasi kemungkinan yang terjadi pada hasil analisis Overlay sbb:
A. DT (+), MRP (+), LQ >1 (+), ada kecenderungan komoditi tersebut memiliki
potensi pengembangan, tumbuh dominan dan surplus.
B. DT (+), MRP (+), LQ >1 (-), ada kecenderungan komoditi tersebut memiliki potensi
pengembangan dan tumbuh dominan.
C. DT (+), MRP (-), LQ >1 (+), kecenderungan komoditi tersebut memiliki potensi
pengembangan dan surplus
D. DT (+), MRP (-), LQ >1 (-), komoditi tersebut memang memiliki potensi
pengembangan
E. DT (-), MRP (+), LQ >1 (+), kecenderungan komoditi tersebut tumbuh dominan
dan surplus
F. DT (-), MRP (+), LQ >1 (-), komoditi tersebut tumbuh dominan
G. DT (-), MRP (-), LQ >1 (+), kecenderungan komoditi tersebut adalah surplus.
53
Mataram
Lombok Barat
+
-
+
-
Lombok Utara
4
5
6
7
8
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
+
+
+
+
+
+
+
-
Bima
Kota Bima
10
Kecenderungan
tumbuh dominan, potensi pengembangan
surplus, tumbuh dominan, potensi
pengembangan
surplus, tumbuh dominan
surplus, tumbuh dominan
surplus, potensi pengembangan
surplus, tumbuh dominan
surplus, tumbuh dominan, potensi
pengembangan
-
54
Mataram
Lombok Barat
Lombok Utara
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
+
+
-
Sumbawa
+
+
-
+
-
8 Dompu
9 Bima
10 Kota Bima
Kecenderungan
potensi pengembangan
potensi pengembangan
surplus
surplus, tumbuh dominan, potensi
pengembangan
surplus
Surplus, potensi pengembangan
tumbuh dominan
55
pelosok Indonesia. Adapun Mataram, Lombok Utara dan Kabupaten Bima juga
memiliki daya tampung dan prospektif bagi pengembangan kuda (Tabel 5.18).
Tabel 5.18.: Hasil analisis overlay kuda di NTB
No Kabupaten/kota LQ MRP DD
1
2
3
4
5
6
Mataram
Lombok Barat
Lombok Utara
Lombok Tengah Lombok Timur
Sumbawa Barat +
+
+
-
Sumbawa
+
+
-
+
-
8 Dompu
9 Bima
10 Kota Bima
Kecenderungan
potensi pengembangan
potensi pengembangan
surplus
surplus, tumbuh dominan, potensi
pengembangan
surplus
Surplus, potensi pengembangan
tumbuh dominan
56
LQ MRP DD
Mataram
Lombok Barat
Lombok Utara
4
5
6
7
8
9
10
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
-
Kecenderungan
tumbuh dominan, potensi
pengembangan
Surplus, tumbuh dominan, potensi
pengembangan
surplus, tumbuh dominan
Surplus
surplus, tumbuh dominan
potensi pengembangan
surplus, tumbuh dominan
surplus, potensi pengembangan
Surplus
LQ MRP DT
+
+
+
+
+
+
+
+
-
Kecenderungan
potensi pengembangan
potensi pengembangan
surplus
surplus
Surplus, potensi pengembangan
Surplus, potensi pengembangan
-
57
2014
II
20152017
III
20172018
IV
20202025
20252030
Kegiatan
Catatan
Dibahas dalam
detil plan
Bagi semua
kabupaten/ kota
Disesuaikan
Replikasi dan pembinaan di se kab/ kota
dengan komoditas
prioritas
Terciptanya kawasan peternakan efisien, Industri
produktivitas tinggi dan ramah lingkungan
peternakan
modern
58
PENYUSUNAN
MASTERPLAN
KAWASAN (2014)
PERBAIKAN
MODEL MELALUI
UMPAN BALIK
(2020-2030)
JUMLAH BESAR
INDUSTRI
(2030)
PILOT PROYEK
DI KABUPATEN/
KOTA
(Peternakan: efisien,
produktif dan ramah
lingkungan (2015)
REPLIKASI DI
KABUPATEN
DAN KOTA DI
NTB (2020)
59
60
61
62
63
64
Analisis SWOT ternak sapi khusus difokuskan ke arah pengembangan sapi Bali
yang dominan dipelihara penduduk, yakni melingkupi sekitar 97,6 persen dari total
populasi ternak sapi di NTB. Analisis SWOT sapi Bali dilakukan dengan
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap ternak ini, sbb:
Kekuatan:
Bibit sapi Bali yang diproduksi peternak NTB paling banyak dicari karena
merupakan sapi dengan klasifikasi terbaik di level nasional.
Fertilitas sapi Bali tinggi dan tahan terhadap depresi inbreeding
Persentase karkas tinggi dan dagingnya lebih disukai dibandingkan daging spesies
ternak besar lokal lainnya.
Daya adaptasinya baik terhadap lingkungan, tahan terhadap parasit internal dan
bebas penyakit jembrana.
Kelemahan
Sifat alami sapi Bali adalah liar dan dapat muncul jika dipelihara di alam bebas.
Cenderung terjadi penurunan mutu genetik baik karena inbreeding maupun
disebabkan seleksi negatif.
Persilangannya dengan bangsa sapi jenis lain menghasilkan sapi jantan infertil atau
majir/mandul (F1).
Angka kematian pedet relatif tinggi.
Peluang
Permintaan sapi Bali dari luar NTB belum terpenuhi.
Potensi wilayah NTB masih memungkinkan untuk pengembangan ternak sapi Bali.
Harga sapi Bali menarik, trend harganya naik terus.
Kultur masyarakat NTB suka memelihara sapi Bali.
Daerah pesaing relatif terbatas, bahkan dapat dikatakan tidak ada.
Ancaman
Angka pencurian ternak relatif tinggi.
Alih fungsi lahan menyebabkan penyempitan area peternakan.
65
66
67
Bertemperamen jinak.
Kerbau belang dan karapan harganya lebih mahal dibandingkan kerbau biasa.
Kelemahan
Peka terhadap keseimbangan kalsium dan fosfor pakan, sehingga terjadi gangguan
perkembangan otak (enchephalo malacia).
Peluang
Ancaman
Alih fungsi lahan lar dan so mengakibatkan areal pengembangannya terus terdesak
68
69
Kekuatan:
Anak yang dilahirkan lebih dari 1 ekor setiap kelahiran (bersifat polytocus/prolifik)
Sesuai kondisi alam Indonesia, tahan penyakit
Mampu hidup dengan memanfaatkan pakan bermutu rendah
Daging kambing dan domba disukai kalangan tertentu, dikesankan baik untuk
menjaga stamina.
Bisa menghasilkan susu.
Pupuk kompos produk kambing lebih disukai bagi penanaman holtikultura.
Pangsa pasar bagus.
Kelemahan
Kurang tahan lembab.
Image yang berkembang adalah daging kambing mengandung kolesterol tinggi.
Penyakit Malignant Catarrhal Fever (MCF) pada sapi Bali bila domba dipelihara
bersama sapi Bali.
Bila dipelihara dengan cara dilepas di alam bebas, keberadaannya sulit dikontrol
karena memiliki sifat merusak yang besar.
Variasi jenis bibit kambing yang tersedia terbatas.
Peluang
Kebutuhan pakan tidak banyak sehingga bisa dipelihara petani di lahan sempit.
Ancaman
Kampanye swasembada daging cenderung ditujukan pada sapi dan kerbau saja.
70
71
Kelemahan
Pertumbuhan lambat
Peluang
Ancaman
Kehadiran kuliner cepat saji berbahan baku ayam (McDonald, KFC dll.)
dan ayam buras dapat diuraikan isu dan masalah strategis serta kebijakan dan kegiatan
yang bisa dilakukan untuk menjawab persoalan kedua jenis unggas itu di NTB meliputi:
72
73
Kuda
Ayam buras
Sapi
Itik
Kerbau
Kambing
Ayam petelur
Domba
Ayam potong
Gambar 5.10.: Lokasi pilot proyek komoditas ternak di NTB sesuai hasil kajian.
74
75
Dompu dan Bima. Kuda di Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu dan
Bima. Kambing di Kabupaten Bima, Dompu, Lombok Utara dan Sumbawa
Barat. Domba di Kabupaten Bima, Sumbawa Barat, Lombok Timur dan
Sumbawa. Ayam Buras
6.2. Saran
6.2.1. Strategi pengembangan ternak sebagaimana terurai dalam pembahasan
penelitian ini dalam penjabarannya tidak sepenuhnya harus dilakukan secara
kaku dan mengikat karena daya dukung bagi pengembangan sesuatu jenis
ternak bisa diperbaiki misalnya dengan memperbaikan pola penanganan jumlah
dan mutu pakan.
6.2.2. Strategi pengembangan kawasan peternakan dilakukan secara bertahap yang
didahului
dengan
pengembangan
model
peternakan
yang
efisien,
76
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Kecamatan
Limbah
Ketersediaan
Hijauan
Kebutuhan
ton/tahun
Populasi
UT
Total
Selisih
ton/th
UT
Pemenang
3,205.80
3,485.70
6,691.50
8,515.44
19,425.84 -12,734.35
-5,582.18
Tanjung
5,037.62
5,079.00
10,116.62
10,584.64
24,146.20 -14,029.58
-6,149.96
Gangga
6,509.33
10,655.40
17,164.73
9,926.72
22,645.34
-5,480.61
-2,402.46
Kayangan
11,652.45
5,620.80
17,273.25
15,791.49
36,024.34 -18,751.09
-8,219.65
Bayan
32,310.73
79,850.85 112,161.58
22,405.29
51,112.07
61,049.51
26,761.43
KLU
67,223.58 153,353.79
10,053.89
4,407.18
Lampiran.2. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kab. Lombok Utara.
Jan
Hijauan
alam (ton
BK)
8,724.31
Limbah
pertanian
(ton BK)
326.63
Feb
8,724.31
Mar
Bln
Ketersediaan
Ternak (UT)
(ton BK)
Kebutuhan
(ton BK)
Selisih (ton
BK)
Selisih (UT)
9,050.95
67,223.58
13,024.57
-3,973.62
-20,509.02
731.87
9,456.18
67,223.58
11,764.13
-2,307.95
-12,733.50
8,724.31
7,356.80
16,081.11
67,223.58
13,024.57
3,056.54
15,775.70
Apr
8,724.31
19,565.94
28,290.26
67,223.58
12,604.42
15,685.84
83,657.79
Mei
8,724.31
9,027.25
17,751.56
67,223.58
13,024.57
4,726.99
24,397.38
Jun
8,724.31
8,724.31
67,223.58
12,604.42
-3,880.11
-20,693.91
Jul
8,724.31
756.47
9,480.78
67,223.58
13,024.57
-3,543.79
-18,290.51
Agst
8,724.31
11,458.40
20,182.71
67,223.58
13,024.57
7,158.14
36,945.26
Sept
8,724.31
8,724.31
67,223.58
12,604.42
-3,880.11
-20,693.91
Okt
8,724.31
8,724.31
67,223.58
13,024.57
-4,300.26
-22,194.87
Nop
8,724.31
689.90
9,414.21
67,223.58
12,604.42
-3,190.21
-17,014.44
Des
8,724.31
8,802.66
17,526.98
67,223.58
13,024.57
4,502.41
23,238.24
Jml
104,691.75
58,715.93
163,407.68
67,223.58
153,353.79
10,053.89
4,407.18
77
Kecamatan
Ketersediaan
Limbah
Hijauan
Total
Populasi
UT
Kebutuhan
Selisih
ton/tahun
UT
Ampenan
600.05
145.70
745.76
496.88
1,133.51
-387.75
-169.97
Sekarbela
1,711.92
269.25
1,981.17
587.07
1,339.25
641.92
281.39
Mataram
1,254.42
268.20
1,522.62
248.20
566.21
956.41
419.25
Selaparang
848.66
178.43
1,027.08
215.09
490.68
536.40
235.14
Cakranegara
712.03
141.51
853.54
197.11
449.65
403.89
177.05
Sandubaya
Kota Mataram
2,044.99
7,172.07
383.95
1,387.04
2,428.93
8,559.11
478.74
2,223.09
1,092.13
5,071.43
1,336.80
3,487.68
585.99
1,528.84
Lampiran 4. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan wilayah Kota
Mataram.
Bln
Hijauan alam
(ton BK)
Limbah
pertanian
(ton BK)
Ketersediaan
(ton BK)
Ternak
(UT)
Kebutuhan
(ton BK)
Selisih
(ton BK)
Selisih
(UT)
Jan
115.59
115.59
2,223.09
430.72
-315.14
-1,626.52
Feb
115.59
12.05
127.63
2,223.09
389.04
-261.41
-1,442.26
Mar
115.59
220.83
336.41
2,223.09
430.72
-94.31
-486.77
Apr
115.59
311.35
426.94
2,223.09
416.83
10.11
53.90
Mei
115.59
375.87
491.46
2,223.09
430.72
60.73
313.46
Jun
115.59
109.27
224.85
2,223.09
416.83
-191.98
-1,023.88
Jul
115.59
356.42
472.01
2,223.09
430.72
41.28
213.08
Agst
115.59
423.86
539.45
2,223.09
430.72
108.73
561.17
Sept
115.59
157.99
273.58
2,223.09
416.83
-143.25
-764.02
Okt
115.59
75.21
190.80
2,223.09
430.72
-239.93
-1,238.34
Nop
115.59
565.71
681.30
2,223.09
416.83
264.47
1,410.49
Des
115.59
370.81
486.39
2,223.09
430.72
55.67
287.32
1,387.04
2,979.36
4,366.40
2,223.09
5,071.43
-705.03
-309.06
Jumlah
78
Kecamatan
Limbah
Ketersediaan
Hijauan
Populasi
UT
Total
Kebutuhan
Selisih
ton/tahun
UT
GunungSari
4,296.53
3,302.70
7,599.23
6,726.85
15,345.63
-7,746.39
-3,395.68
Batu Layar
1,402.10
3,178.80
4,580.90
4,519.66
10,310.48
-5,729.58
-2,511.60
Lingsar
7,336.43
1,530.15
8,866.58
6,482.05
14,787.19
-5,920.60
-2,595.33
Narmada
8,633.48
2,472.15
11,105.63
6,129.62
13,983.20
-2,877.57
-1,261.40
Labuapi
6,378.98
4,039.50
10,418.48
1,447.10
3,301.19
7,117.29
3,119.91
Kediri
6,042.77
7,940.70
13,983.47
2,339.31
5,336.55
8,646.92
3,790.43
Kuripan
5,370.89
9,272.70
14,643.59
2,350.81
5,362.78
9,280.81
4,068.30
Gerung
14,867.46
6,745.65
21,613.11
11,376.53
25,952.70
-4,339.60
-1,902.29
Lembar
10,304.84
3,532.05
13,836.89
20,231.84
46,153.88
10
Sekotong
Kab. Lobar
17,382.89
82,016.36
25,015.80
67,030.20
42,398.69
149,046.56
19,829.04 45,235.01
81,432.81 185,768.59
-32,316.99 -14,166.35
-2,836.31
-36,722.03
-1,243.32
-16,097.33
Lampiran 6. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kab. Lombok Barat.
Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst
Sept
Okt
Nop
Des
Jumlah
Hijauan
alam (ton
BK)
5,585.85
5,585.85
5,585.85
5,585.85
5,585.85
5,585.85
5,585.85
5,585.85
5,585.85
5,585.85
5,585.85
5,585.85
67,030.20
Limbah
pertanian
(ton BK)
1,515.23
2,737.34
23,180.88
11,312.19
1,524.51
1,161.91
12,698.69
9,116.51
1,147.40
6,862.12
9,408.36
1,351.20
82,016.36
Ketersedia
an (ton
BK)
7,101.08
8,323.19
28,766.73
16,898.04
7,110.36
6,747.76
18,284.54
14,702.36
6,733.25
12,447.97
14,994.21
6,937.05
149,046.56
Ternak
(UT)
Kebutuhan
(ton BK)
Selisih (ton
BK)
Selisih
(UT)
81,432.81
81,432.81
81,432.81
81,432.81
81,432.81
81,432.81
81,432.81
81,432.81
81,432.81
81,432.81
81,432.81
81,432.81
81,432.81
5,777.61
14,250.74
15,777.61
15,268.65
15,777.61
15,268.65
15,777.61
15,777.61
15,268.65
15,777.61
15,268.65
15,777.61
185,768.59
-8,676.52
-5,927.56
12,989.12
1,629.39
-8,667.25
-8,520.89
2,506.94
-1,075.24
-8,535.40
-3,329.64
-274.44
-8,840.56
-36,722.03
-44,782.05
-33,871.75
67,040.64
8,690.10
-44,734.18
-45,444.73
12,939.03
-5,549.64
-45,522.13
-17,185.22
-1,463.69
-45,628.67
-16,097.33
79
Kecamatan
Limbah
1 Praya Barat
20,193.99
2 Praya Barat Daya 22,708.02
3 Pujut
20,134.06
4 Praya Timur
11,606.62
5 Janapria
8,856.59
6 Kopang
9,444.09
7 Praya
8,591.95
8 Praya Tengah
11,453.86
9 Jonggat
17,610.57
10 Pringgarata
11,787.14
11 Batukliang
7,338.38
12 Batukliang Utara
5,794.00
13 Lombok Tengah
155,519.27
Hijauan
19,974.90
16,083.75
31,139.25
7,729.80
6,440.10
7,640.55
6,639.15
6,447.45
8,915.55
6,462.75
6,051.75
27,757.35
151,282.35
Total
40,168.89
38,791.77
51,273.31
19,336.42
15,296.69
17,084.64
15,231.10
17,901.31
26,526.12
18,249.89
13,390.13
33,551.35
306,801.62
Populasi
UT
Kebutuhan
Selisih
16,918.75
13,679.75
32,519.34
5,461.57
8,940.61
8,505.78
5,630.22
11,728.19
13,663.56
8,474.14
7,585.20
9,469.50
142,576.62
38,595.91
31,206.93
74,184.75
12,459.20
20,395.76
19,403.81
12,843.95
26,754.93
31,169.99
19,331.63
17,303.73
21,602.31
325,252.90
ton/tahun
UT
1,572.98
689.53
7,584.84
3,324.86
-22,911.44 -10,043.37
6,877.21
3,014.67
-5,099.07 -2,235.21
-2,319.17 -1,016.62
2,387.15
1,046.42
-8,853.61 -3,881.04
-4,643.87 -2,035.67
-1,081.74
-474.19
-3,913.60 -1,715.55
11,949.05
5,237.94
-18,451.28 -8,088.23
Hijauan
alam (ton
BK)
12,606.86
12,606.86
12,606.86
12,606.86
12,606.86
12,606.86
12,606.86
12,606.86
12,606.86
12,606.86
12,606.86
12,606.86
Jumlah 151,282.35
Limbah
Ketersediaan
pertanian
(ton BK)
(ton BK)
0.00 12,606.86
303.53 12,910.40
17,051.04 29,657.90
4,717.01 17,323.87
4,302.70 16,909.56
349.88 12,956.74
4,082.82 16,689.68
4,026.12 16,632.98
3,790.47 16,397.33
8,418.20 21,025.07
22,846.55 35,453.41
3,103.33 15,710.19
72,991.65
Ternak
(UT)
Kebutuhan
(ton BK)
Selisih (ton
BK)
Selisih
(UT)
142,576.62
142,576.62
142,576.62
142,576.62
142,576.62
142,576.62
142,576.62
142,576.62
142,576.62
142,576.62
142,576.62
142,576.62
7,624.22
24,950.91
27,624.22
26,733.12
27,624.22
26,733.12
27,624.22
27,624.22
26,733.12
27,624.22
26,733.12
27,624.22
-15,017.36
-12,040.51
2,033.68
-9,409.25
-10,714.66
-13,776.38
-10,934.54
-10,991.24
-10,335.78
-6,599.15
8,720.30
-11,914.03
-77,508.94
-66,430.41
10,496.42
-50,182.64
-55,301.45
-73,474.01
-56,436.31
-56,728.96
-55,124.18
-34,060.14
46,508.25
-61,491.76
224,274.00 142,576.62
325,252.90
-100,978.91
-44,264.73
80
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Keruak
Jeroaru
Sakra
Sakra Barat
Sakra Timur
Terara
MontongGading
Sikur
Masbagik
Pringgasela
Sukamulia
Suralaga
Selong
Labuhan Haji
Pringgabaya
Suela
Aikmel
Wanasaba
Sembalun
Sambelia
Kab. Lotim
Ketersediaan
Limbah
Hijauan
Total
2,912.76
2,658.15
5,570.91
6,739.11 15,470.55
22,209.66
3,355.25
1,641.00
4,996.25
7,055.00
2,197.20
9,252.20
4,362.54
2,499.15
6,861.69
5,177.43
2,787.75
7,965.18
5,058.09
1,615.20
6,673.29
5,040.75
2,292.00
7,332.75
5,061.48
1,752.30
6,813.78
3,766.83
4,203.15
7,969.98
1,703.28
743.25
2,446.53
3,855.74
1,661.85
5,517.59
2,979.63
1,993.35
4,972.98
7,610.79
2,338.95
9,949.74
21,019.38
6,951.75
27,971.13
14,240.77
7,445.85
21,686.62
21,750.46
4,397.40
26,147.86
13,257.56
3,006.45
16,264.01
2,496.20
7,772.10
10,268.30
14,169.96
7,063.95
21,233.91
151,613.02 80,491.35 232,104.37
Populasi
UT
Kebutuhan
2,105.64
4,998.80
2,434.15
3,156.84
1,453.57
7,126.08
5,399.83
5,562.27
5,642.08
11,197.21
760.08
3,647.08
3,721.81
5,615.30
6,216.91
6,446.81
13,139.05
6,636.94
6,130.96
8,939.45
110,330.86
4,803.49
11,403.51
5,552.90
7,201.54
3,315.95
16,256.37
12,318.36
12,688.93
12,871.00
25,543.63
1,733.93
8,319.91
8,490.38
12,809.91
14,182.33
14,706.79
29,973.46
15,140.52
13,986.26
20,393.12
251,692.27
Selisih
ton/tahun
UT
767.42
336.41
10,806.15 4,736.94
-556.65
-244.01
2,050.67
898.92
3,545.74 1,554.30
-8,291.19 -3,634.50
-5,645.07 -2,474.55
-5,356.18 -2,347.91
-6,057.22 -2,655.22
-17,573.65 -7,703.52
712.61
312.37
-2,802.32 -1,228.41
-3,517.39 -1,541.87
-2,860.17 -1,253.77
13,788.80 6,044.40
6,979.83 3,059.65
-3,825.60 -1,676.97
1,123.49
492.49
-3,717.96 -1,629.79
840.80
368.57
-19,587.89 -8,586.47
Lampiran 10. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kab. Lombok Timur
Bln
Hijauan alam
(ton BK)
Limbah
pertanian
(ton BK)
Ketersediaan
(ton BK)
Ternak
(UT)
Kebutuhan
(ton BK)
Selisih
(ton BK)
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst
Sept
Okt
Nop
Des
Jml
6,707.61
6,707.61
6,707.61
6,707.61
6,707.61
6,707.61
6,707.61
6,707.61
6,707.61
6,707.61
6,707.61
6,707.61
80,491.35
758.84
33,780.47
37,127.60
26,572.35
2,083.08
10,628.27
3,444.44
3,239.73
618.62
4,262.12
7,927.64
150,443.15
6,707.61
7,466.45
40,488.08
43,835.21
33,279.96
8,790.70
17,335.88
20,152.05
9,947.34
7,326.23
20,969.73
14,635.25
230,934.50
110,330.86
110,330.86
110,330.86
110,330.86
110,330.86
110,330.86
110,330.86
110,330.86
110,330.86
110,330.86
110,330.86
110,330.86
110,330.86
21,376.60
19,307.90
21,376.60
20,687.04
21,376.60
20,687.04
21,376.60
1,376.60
20,687.04
21,376.60
20,687.04
21,376.60
251,692.27
-14,668.99 -75,710.92
-11,841.45 -65,332.15
19,111.48 98,639.89
23,148.18 123,456.95
11,903.36 61,436.67
-11,896.34 -63,447.15
-4,040.72 -20,855.34
-1,224.55
-6,320.26
-10,739.69 -57,278.36
-14,050.37 -72,518.04
282.70
1,507.72
-6,741.35 -34,794.08
-20,757.76
-9,099.29
Selisih
(UT)
81
Sekongkang
Jereweh
Maluk
Taliwang
Brang Ene
Brang Rea
Seteluk
Limbah
1,348.81
1,737.30
521.76
9,229.76
1,709.57
5,844.34
10,327.05
Ketersediaan
Hijauan
7,550.70
14,553.00
1,489.95
6,341.40
1,980.60
9,353.10
13,858.05
Populasi
UT
Total
8,899.51 3,515.19
16,290.30 7,827.00
2,011.71 2,450.31
15,571.16 12,336.19
3,690.17 3,906.93
15,197.44 5,970.03
24,185.10 14,465.53
Poto Tano
3,955.00
44,425.50
48,380.50 11,533.46
26,310.70
34,673.60
99,552.30
134,225.90 62,004.64
141,448.07
No
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
KSB
Kebutuhan
8,019.03
17,855.35
5,589.76
28,141.92
8,912.68
13,619.14
32,999.48
Selisih
ton/tahun
UT
880.48
385.96
-1,565.05
-686.05
-3,578.05 -1,568.46
-12,570.76 -5,510.47
-5,222.51 -2,289.32
1,578.30
691.86
-8,814.38 -3,863.84
22,069.8
9,674.43
0
-7,222.17 -3,165.88
Lampiran 12. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di Kabupaten
Sumbawa Barat
Bln
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst
Sept
Okt
Nop
Des
Jumlah
Hijauan
alam (ton
BK)
Limbah
pertanian
(ton BK)
Ketersedia
an (ton
BK)
Ternak
(UT)
Kebutuhan
(ton BK)
8,296.03
8,296.03
8,296.03
8,296.03
8,296.03
8,296.03
8,296.03
8,296.03
8,296.03
8,296.03
8,296.03
8,296.03
1,204.50
8,057.83
10,328.53
3,906.47
895.52
921.41
3,009.33
1,680.95
347.73
1,739.72
2,581.61
8,296.03
9,500.53
16,353.86
18,624.56
12,202.50
9,191.55
9,217.44
11,305.35
9,976.97
8,643.75
10,035.74
10,877.63
62,004.64
62,004.64
62,004.64
62,004.64
62,004.64
62,004.64
62,004.64
62,004.64
62,004.64
62,004.64
62,004.64
62,004.64
12,013.40
10,850.81
12,013.40
11,625.87
12,013.40
11,625.87
12,013.40
12,013.40
11,625.87
12,013.40
11,625.87
12,013.40
99,552.30
34,673.60
134,225.90
62,004.64
141,448.07
Selisih
(ton BK)
-3,717.37
-1,350.29
4,340.46
6,998.69
189.10
-2,434.32
-2,795.96
-708.05
-1,648.90
-3,369.65
-1,590.13
-1,135.77
-7,222.17
Selisih
(UT)
-19,186.44
-7,449.85
22,402.37
37,326.35
976.00
-12,983.04
-14,430.78
-3,654.44
-8,794.12
-17,391.72
-8,480.67
-5,862.01
-3,165.88
82
Kecamatan
Lunyuk
Orong Telu
Alas
4
5
Ketersediaan
Hijauan
Limbah
11,721.46
Total
Populasi
UT
Kebutuhan
Selisih
ton/tahun
64,512.47
UT
79,395.30
91,116.76
11,662.15
26,604.29
28,279.44
2,153.84
9,378.60
11,532.44
5,236.15
11,944.97
-412.53
-180.84
4,349.87
13,765.35
18,115.22
3,095.27
7,061.08
11,054.15
4,845.65
Alas Barat
6,295.44
31,469.70
37,765.14
5,639.23
12,864.50
24,900.64
10,915.35
Buer
2,954.17
11,901.75
14,855.92
3,488.18
7,957.40
6,898.52
3,024.01
Utan
7,554.41
16,421.85
23,976.26
11,791.71
26,899.83
-2,923.57
-1,281.57
Rhee
2,348.01
37,292.81
39,640.82
4,058.73
9,258.97
30,381.85
13,318.07
Batulanteh
4,352.73
28,222.80
32,575.53
4,180.83
9,537.51
23,038.02
10,098.86
Sumbawa
2,959.03
5,862.21
8,821.24
5,238.51
11,950.35
-3,129.11
-1,371.66
10
Labuhan Badas
6,003.88
847.08
6,850.96
9,502.55
21,677.70
-14,826.74
-6,499.39
11
Unter Iwes
5,354.18
13,170.29
18,524.46
8,201.41
18,709.47
-185.01
-81.10
12
Moyo Hilir
15,661.43
18,562.95
34,224.38
21,715.31
49,538.04
-15,313.67
-6,712.84
13
Moyo Utara
4,183.90
4,688.40
8,872.30
10,426.35
23,785.10
-14,912.80
-6,537.12
14
Moyo Hulu
9,801.61
43,788.98
53,590.59
24,507.64
55,908.05
-2,317.46
-1,015.87
15
Ropang
9,909.06
4,268.18
14,177.23
6,023.94
13,742.11
435.12
190.74
16
Lenangguar
85,541.10
85,541.10
7,133.01
16,272.18
69,268.92
30,364.46
17
Lantung
168.75
168.75
3,013.51
6,874.57
-6,705.82
-2,939.54
18
Lape
9,565.06
171.90
9,736.96
9,112.44
20,787.76
-11,050.80
-4,844.18
19
Lopok
9,548.56
15,885.75
25,434.31
16,634.28
37,946.95
-12,512.65
-5,485.00
20
Plampang
18,344.81
43,878.30
62,223.11
16,251.82
37,074.46
25,148.65
11,024.07
21
Labangka
38,440.59
80,335.80
118,776.39
6,425.97
14,659.24
104,117.16
45,640.40
22
Maronge
6,087.90
3,875.85
9,963.75
7,264.46
16,572.05
-6,608.30
-2,896.79
2,448.75
13,921.65
667,460.10
16,525.17
18,451.58
863,656.39
19,066.34
12,174.03
231,843.80
43,495.08
27,772.01
528,893.68
-26,969.91
-9,320.43
334,762.71
-11,822.43
-4,085.67
146,745.30
23 Empang
24 Tanaro
Kab. Sumbawa
14,076.42
4,529.93
196,196.29
Lampiran 14. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di Kab. Sumbawa
Hijauan alam
(ton BK)
Jan
55,621.68
Feb
55,621.68
Mar
55,621.68
Apr
55,621.68
Mei
55,621.68
Jun
55,621.68
Jul
55,621.68
Agst
55,621.68
Sept
55,621.68
Okt
55,621.68
Nop
55,621.68
Des
55,621.68
Jumlah 667,460.10
Bln
Limbah pertan
(ton BK)
25,882.85
95,853.33
135,798.30
152,011.68
3,007.13
13,768.36
9,536.08
2,665.50
9,156.48
14,132.93
461,812.63
Ketersediaan
(ton BK)
55,621.68
55,621.68
81,504.53
151,475.00
191,419.97
207,633.35
58,628.81
69,390.04
65,157.76
58,287.17
64,778.15
69,754.61
1,129,272.73
Ternak (UT)
231,843.80
231,843.80
231,843.80
231,843.80
231,843.80
231,843.80
231,843.80
231,843.80
231,843.80
231,843.80
231,843.80
231,843.80
231,843.80
Kebutuhan
(ton BK)
44,919.74
40,572.67
44,919.74
43,470.71
44,919.74
43,470.71
44,919.74
44,919.74
43,470.71
44,919.74
43,470.71
44,919.74
528,893.68
Selisih
(ton BK)
10,701.94
15,049.01
36,584.79
108,004.29
146,500.24
164,162.64
13,709.07
24,470.30
21,687.04
13,367.44
21,307.44
24,834.87
600,379.05
Selisih (UT)
55,235.81
83,029.02
188,824.71
576,022.86
756,130.26
875,534.07
70,756.48
126,298.32
115,664.22
68,993.22
113,639.67
128,179.97
263,179.86
83
Kecamatan
Ketersediaan
Hijauan
Limbah
Populasi
UT
Total
Kebutuhan
Selisih
ton/tahun
UT
Hu'u
5,845.85
12,372.90
18,218.75
5,046.22
11,511.70
6,707.06
2,940.08
Pajo
4,951.51
13,483.50
18,435.01
4,718.22
10,763.43
7,671.58
3,362.88
Dompu
12,523.49
22,846.80
35,370.29
12,136.69
27,686.82
7,683.48
3,368.10
Woja
12,312.42
22,933.65
35,246.07
15,060.56
34,356.90
889.17
389.77
Kilo
2,558.17
27,387.30
29,945.47
9,249.03
21,099.35
8,846.11
3,877.75
Kempo
4,766.63
43,183.35
47,949.98
28,579.83
65,197.74
-17,247.76
-7,560.66
Manggalewa
8,657.69
23,071.65
31,729.34
13,951.42
31,826.68
-97.34
-42.67
Pekat
8,385.99
27,800.70
36,186.69
23,672.76
54,003.48
-17,816.79
-7,810.10
60,001.76
193,079.85
253,081.61
112,414.73
256,446.11
-3,364.50
-1,474.85
Kab.Dompu
Lampiran 16. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di Kabupaten
Dompu.
Bln
Hijauan
alam (ton
BK)
Limbah
pertanian
(ton BK)
Ketersediaan
(ton BK)
Ternak (UT)
Kebutuhan
(ton BK)
Selisih (ton
BK)
Selisih (UT)
Jan
16,089.99
16,089.99
112,414.73
21,780.35
-5,690.37
-29,369.64
Feb
16,089.99
3,167.84
19,257.82
112,414.73
19,672.58
-414.76
-2,288.31
Mar
16,089.99
9,033.70
25,123.68
112,414.73
21,780.35
3,343.33
17,255.89
Apr
16,089.99
15,869.23
31,959.22
112,414.73
21,077.76
10,881.46
58,034.43
Mei
16,089.99
11,892.13
27,982.12
112,414.73
21,780.35
6,201.76
32,009.09
Jun
16,089.99
4,678.23
20,768.22
112,414.73
21,077.76
-309.55
-1,650.92
Jul
16,089.99
3,009.30
19,099.29
112,414.73
21,780.35
-2,681.07
-13,837.76
Agst
16,089.99
4,654.49
20,744.48
112,414.73
21,780.35
-1,035.88
-5,346.47
Sept
16,089.99
882.02
16,972.01
112,414.73
21,077.76
-4,105.75
-21,897.36
Okt
16,089.99
15.41
16,105.40
112,414.73
21,780.35
-5,674.95
-29,290.09
Nop
16,089.99
3,831.89
19,921.87
112,414.73
21,077.76
-1,155.89
-6,164.75
Des
16,089.99
2,967.54
19,057.53
112,414.73
21,780.35
-2,722.83
-14,053.30
60,001.76
253,081.61
112,414.73
256,446.11
-3,364.50
-1,474.85
Jumlah 193,079.85
84
Kecamatan
Ketersediaan
Populasi
UT
Kebutuhan
Limbah
Hijauan
Total
13,814.04
12,232.95
26,046.99
8,213.44
18,736.92
Selisih
ton/tahun
UT
7,310.07
3,204.41
Monta
Parado
2,337.29
6,208.05
8,545.34
2,979.32
6,796.57
1,748.77
766.58
Bolo
10,528.51
1,865.55
12,394.06
9,131.82
20,831.96
-8,437.91
-3,698.81
Mada Pangga
15,031.08
6,193.35
21,224.43
12,735.08
29,051.90
-7,827.48
-3,431.22
Woha
7,463.13
3,089.55
10,552.68
4,811.15
10,975.43
-422.74
-185.31
Belo
3,428.95
14,993.10
18,422.05
7,274.84
16,595.72
1,826.32
800.58
Palibelo
7,474.46
13,719.30
21,193.76
4,345.36
9,912.84
11,280.92
4,945.06
Langgudu
7,056.81
50,003.10
57,059.91
8,309.80
18,956.73
38,103.17
16,702.76
Wawo
11,809.73
17,531.10
29,340.83
9,238.09
21,074.40
8,266.43
3,623.64
10
Lambitu
1,464.29
9,195.75
10,660.04
2,836.99
6,471.89
4,188.15
1,835.90
11
Sape
5,500.57
39,989.40
45,489.97
13,205.54
30,125.13
15,364.84
6,735.27
12
Lambu
12,658.55
6,948.45
19,607.00
9,721.51
22,177.20
-2,570.21
-1,126.67
13
Wera
8,805.63
193,549.35
202,354.98
17,618.77
40,192.81
162,162.17
71,084.79
14
Ambalawi
3,990.85
6,756.90
10,747.75
10,379.53
23,678.30
-12,930.55
-5,668.18
15
Donggo
14,510.77
6,794.25
21,305.02
9,805.98
22,369.89
-1,064.87
-466.79
16
Soromandi
1,943.26
9,194.40
11,137.66
16,785.29
38,291.43
-27,153.77
-11,903.02
17
Sanggar
5,377.24
99,764.10
105,141.34
14,757.35
33,665.21
71,476.13
31,332.00
18
Tambora
8,442.61
26,111.85
34,554.46
7,607.62
17,354.88
17,199.59
7,539.54
141,637.77
524,140.50
665,778.27
169,757.48
387,259.24
278,519.03
122,090.53
Kab. Bima
Lampiran 18. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di Kabupaten Bima
Bln
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst
Sept
Okt
Nop
Des
Jumlah
Ketersediaan
(ton BK)
Ternak (UT)
Kebutuhan
(ton BK)
Selisih (ton
BK)
Selisih (UT)
43,678.38
43,678.38
43,678.38
43,678.38
43,678.38
43,678.38
43,678.38
43,678.38
43,678.38
43,678.38
43,678.38
43,678.38
18,074.84
31,065.34
31,805.25
11,224.27
2,799.13
13,932.21
7,127.76
11,744.48
13,864.47
43,678.38
43,678.38
61,753.22
74,743.72
75,483.62
54,902.65
46,477.51
57,610.59
50,806.14
43,678.38
55,422.86
57,542.84
169,757.48
169,757.48
169,757.48
169,757.48
169,757.48
169,757.48
169,757.48
169,757.48
169,757.48
169,757.48
169,757.48
169,757.48
32,890.51
29,707.56
32,890.51
31,829.53
32,890.51
31,829.53
32,890.51
32,890.51
31,829.53
32,890.51
31,829.53
32,890.51
10,787.86
13,970.82
28,862.71
42,914.19
42,593.11
23,073.12
13,587.00
24,720.08
18,976.61
10,787.86
23,593.33
24,652.33
55,679.30
77,080.37
148,968.81
228,875.69
219,835.41
123,056.64
70,126.43
127,587.50
101,208.59
55,679.30
125,831.11
127,237.85
524,140.50
141,637.77
665,778.27
169,757.48
387,259.24
278,519.03
122,090.53
85
Kecamatan
1
2
3
4
5
Rasanae Barat
Mpunda
Rasanae Timur
Raba
Asakota
Kota Bima
Ketersediaan
Limbah Hijauan
Total
Populasi
UT
Kebu
tuhan
3,107.54
0.00
13,291.61
0.00
3,055.86
19,455.02
710.09
1,696.85
5,240.16
2,914.01
3,470.58
14,031.69
1,619.90
3,870.93
11,954.12
6,647.58
7,917.27
32,009.80
677.85
0.00
6,220.35
0.00
1,805.85
8,704.05
3,785.39
0.00
19,511.96
0.00
4,861.71
28,159.07
Selisih
ton/tahun
UT
2,165.49
-3,870.93
7,557.84
-6,647.58
-3,055.55
-3,850.73
949.26
-1,696.85
3,313.03
-2,914.01
-1,339.42
-1,687.99
Lampiran 20. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di Kota Bima.
Bln
Hijauan alam
(ton BK)
Limbah
pertanian (ton
BK)
Ketersediaan
(ton BK)
Jan
725.34
725.34
14,031.69
2,718.64
-1,993.30
-10,288.01
Feb
725.34
903.38
1,628.71
14,031.69
2,455.55
-826.83
-4,561.84
Mar
725.34
2,555.55
3,280.89
14,031.69
2,718.64
562.25
2,901.93
Apr
725.34
3,423.86
4,149.19
14,031.69
2,630.94
1,518.25
8,097.34
Mei
725.34
4,160.47
4,885.80
14,031.69
2,718.64
2,167.16
11,185.36
Jun
725.34
581.77
1,307.11
14,031.69
2,630.94
-1,323.83
-7,060.44
Jul
725.34
972.85
1,698.18
14,031.69
2,718.64
-1,020.46
-5,266.88
Agst
725.34
1,603.32
2,328.66
14,031.69
2,718.64
-389.98
-2,012.81
Sept
725.34
1,333.48
2,058.82
14,031.69
2,630.94
-572.13
-3,051.34
Okt
725.34
176.02
901.36
14,031.69
2,718.64
-1,817.28
-9,379.51
Nop
725.34
1,695.71
2,421.04
14,031.69
2,630.94
-209.90
-1,119.45
Des
725.34
2,048.62
2,773.96
14,031.69
2,718.64
55.32
285.53
8,704.05
19,455.02
28,159.07
14,031.69
32,009.80
-3,850.73
-1,687.99
Jumlah
Ternak (UT)
Kebutuhan
(ton BK)
Selisih (ton
BK)
Selisih (UT)
86
Kabupaten
Kebutuhan
Populasi
UT
ton/tahun
163,407.68
67,223.58
153,353.79
10,053.89
4,407.18
1,387.04
8,559.11
2,223.09
5,071.43
3,487.68
1,528.84
Ketersediaan
Limbah
Hijauan
Total
58,715.93
104,691.75
7,172.07
Selisih
UT
KLU
Mataram
Lobar
82,016.36
67,030.20
149,046.56
81,432.81
185,768.59
-36,722.03
-16,097.33
Loteng
155,519.27
151,282.35
306,801.62
142,576.62
325,252.90
-18,451.28
-8,088.23
Lotim
151,613.02
80,491.35
232,104.37
110,330.86
251,692.27
-19,587.89
-8,586.47
P. Lombok
455,036.65
404,882.69
859,919.34
403,786.95
921,138.98
-61,219.64
-26,836.01
Lampiran 22. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di P Lombok.
Bln
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst
Sept
Okt
Nop
Des
Jumlah
Hijauan
alam (ton
BK)
Ternak (UT)
Kebutuhan
(ton BK)
Selisih (ton
BK)
Selisih (UT)
33,740.22
33,740.22
33,740.22
33,740.22
33,740.22
33,740.22
33,740.22
33,740.22
33,740.22
33,740.22
33,740.22
33,740.22
1,841.87
4,543.62
81,590.01
73,034.10
41,802.67
3,704.14
28,522.68
38,469.34
8,335.59
15,974.15
47,772.64
21,555.64
35,582.09
38,283.84
115,330.24
106,774.32
75,542.90
37,444.36
62,262.90
72,209.56
42,075.82
49,714.38
81,512.87
55,295.86
403,786.95
403,786.95
403,786.95
403,786.95
403,786.95
403,786.95
403,786.95
403,786.95
403,786.95
403,786.95
403,786.95
403,786.95
78,233.72
70,662.72
78,233.72
75,710.05
78,233.72
75,710.05
78,233.72
78,233.72
75,710.05
78,233.72
75,710.05
78,233.72
-42,651.63
-32,378.88
37,096.52
31,064.27
-2,690.82
-38,265.69
-15,970.82
-6,024.16
-33,634.24
-28,519.34
5,802.81
-22,937.86
-220,137.45
-178,642.08
191,465.89
165,676.10
-13,888.12
-204,083.69
-82,430.05
-31,092.43
-179,382.60
-147,196.61
30,948.33
-118,388.96
404,882.69
367,146.45
772,029.13
403,786.95
921,138.98
-149,109.85
-65,363.22
87
Kabupaten
Limbah
1 SumbawaBarat
2
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
Ketersediaan
Hijauan
Total
Populasi
UT
Kebutuhan
Selisih
ton/tahun
UT
34,673.60
99,552.30
134,225.90
62,004.64
141,448.07
-7,222.17
-3,165.88
196,196.29
667,460.10
863,656.39
231,843.80
528,893.68
334,762.71
146,745.30
60,001.76
193,079.85
253,081.61
112,414.73
256,446.11
-3,364.50
-1,474.85
141,637.77
524,140.50
665,778.27
169,757.48
387,259.24
278,519.03
122,090.53
19,455.02
8,704.05
28,159.07
14,031.69
32,009.80
-3,850.73
-1,687.99
598,844.34
262,507.11
P. Sumbawa
590,052.34 1,346,056.90
Lampiran 24. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di wilayah P
Sumbawa.
Bln
Hijauan alam
(ton BK)
Limbah
pertanian
(ton BK)
Ketersediaan
(ton BK)
Ternak
(UT)
Kebutuhan
(ton BK)
Selisih (ton
BK)
Selisih (UT)
Jan
124,411.40
124,411.40
590,052.34
114,322.64
10,088.76
52,071.01
Feb
124,411.40
5,275.71
129,687.11
590,052.34
103,259.16
26,427.95
145,809.38
Mar
124,411.40
63,604.77
188,016.17
590,052.34
114,322.64
73,693.53
380,353.72
Apr
124,411.40
156,540.29
280,951.69
590,052.34
110,634.81
170,316.87
908,356.66
Mei
124,411.40
187,562.61
311,974.01
590,052.34
114,322.64
197,651.37
1,020,136.12
Jun
124,411.40
169,391.47
293,802.87
590,052.34
110,634.81
183,168.06
976,896.32
Jul
124,411.40
10,709.82
135,121.22
590,052.34
114,322.64
20,798.58
107,347.51
Agst
124,411.40
36,967.71
161,379.11
590,052.34
114,322.64
47,056.47
242,872.10
Sept
124,411.40
20,560.29
144,971.69
590,052.34
110,634.81
34,336.87
183,130.00
Okt
124,411.40
3,204.66
127,616.06
590,052.34
114,322.64
13,293.42
68,611.20
Nop
124,411.40
28,168.27
152,579.67
590,052.34
110,634.81
41,944.86
223,705.91
Des
124,411.40
35,595.17
160,006.57
590,052.34
114,322.64
45,683.93
235,788.03
Jumlah 1,492,936.80
717,580.78
2,210,517.58
590,052.34
1,346,056.90
864,460.68
378,941.67
88
Ketersediaan
Pulau
1 Lombok
Limbah
455,036.65
2 Sumbawa 451,964.44
NTB
907,001.10
Hijauan
Total
Populasi
UT
Kebutuhan
Selisih
ton/tahun
UT
404,882.69
859,919.34
403,786.95
921,138.98
-61,219.64
-26,836.01
1,492,936.80
1,944,901.24
590,052.34
1,346,056.90
598,844.34
262,507.11
1,897,819.49
2,804,820.58
993,839.29
2,267,195.88
537,624.70
235,671.10
Hijauan
alam (ton
BK)
Limbah
pertan (ton
BK)
Ketersediaan
(ton BK)
Ternak (UT)
Jan
158,151.62
1,841.87
159,993.49
993,839.29
192,556.36
-32,562.87
-168,066.44
Feb
158,151.62
9,819.33
167,970.95
993,839.29
173,921.88
-5,950.93
-32,832.70
Mar
158,151.62
145,194.79
303,346.41
993,839.29
192,556.36
110,790.05
571,819.61
Apr
158,151.62
229,574.39
387,726.01
993,839.29
186,344.87
201,381.14
1,074,032.76
Mei
158,151.62
229,365.29
387,516.91
993,839.29
192,556.36
194,960.55
1,006,248.00
Jun
158,151.62
173,095.61
331,247.24
993,839.29
186,344.87
144,902.37
772,812.63
Jul
158,151.62
39,232.50
197,384.12
993,839.29
192,556.36
4,827.76
24,917.46
Agst
158,151.62
75,437.05
233,588.67
993,839.29
192,556.36
41,032.31
211,779.67
Sept
158,151.62
28,895.88
187,047.50
993,839.29
186,344.87
702.64
3,747.40
Okt
158,151.62
19,178.81
177,330.44
993,839.29
192,556.36
-15,225.92
-78,585.42
Nop
158,151.62
75,940.91
234,092.54
993,839.29
186,344.87
47,747.67
254,654.24
Des
158,151.62
57,150.81
215,302.43
993,839.29
192,556.36
22,746.07
117,399.07
Jumlah 1,897,819.49
1,084,727.23
2,982,546.71
993,839.29
Kebutuhan
(ton BK)
2,267,195.88
Selisih (ton
BK)
715,350.83
Selisih (UT)
313,578.45