Anda di halaman 1dari 98

LAMPIRAN

: PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR


NOMOR : 6 TAHUN 2012
TANGGAL : 11 JANUARI 2012

TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PERCEPATAN PEMENUHAN PANGAN DAN GIZI


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2012-2015

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR


2012
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

KATA PENGANTAR

Pelaksanaan pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun


2009-2013 didasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD). Dokumen perencanaan tersebut merupakan acuan bagi
semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam proses pembangunan.
Pelaksanaan pembangunan di Provinsi NTT telah memberikan hasil yang
cukup baik, hal ini ditandai dengan menurunnya jumlah penduduk miskin
pada tahun 2008 sebanyak 25.65 persen menjadi 20.48 persen pada
bulan september tahun 2011. Selain keberhasilan tersebut, masih terdapat
sejumlah permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian dari semua
pihak. Di bidang ketahanan pangan dan gizi, pembangunan di Provinsi NTT
masih dihadapkan pada sejumlah persoalan seperti rendahnya ketahanan
pangan keluarga, belum optimalnya pemanfaatan lahan kering dan lahan
tidur, rendahnya pengetahuan keluarga tentang pola gizi berimbang dan
masih banyaknya balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk. i

Untuk mengatasi berbagai permasalahan pembangunan di bidang ketahanan


pangan dan gizi tersebut, secara sektoral telah disusun Rencana Strategis
(Renstra) dari setiap sektor mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah. Untuk
mengsinkronkan berbagai Renstra tersebut agar lebih terukur dan terarah
maka pada tingkat nasional telah disusun Rencana Aksi Nasional Pangan
dan Gizi (RAN-PG). RAN-PG tersebut ditindaklanjuti dengan penyusunan
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG). Berkaitan dengan
penyusunan RAD-PG tersebut Pemerintah Provinsi NTT mendapatkan
dukungan dari World Food Programme (WFP), UNICEF dan Wahana Visi
Indonesia (WVI).

Dokumen RAD-PG Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012-2015 yang


disusun ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari RAN-PG, serta merupakan
dokumen operasional lintas sektor dari RPJMD Provinsi NTT tahun 2009-
2013 dan RPJMD Provinsi NTT tahin 2014-2018. Dokumen ini merupakan
arahan bagi proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
pembangunan pertanian dan kesehatan secara umum dan khususnya
pembangunan bidang ketahananan pangan dan gizi.

Kupang, Januari 2012


RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR LAMPIRAN iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR PETA vi
DAFTAR SINGKATAN vii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 2
1.2. Tujuan 3
1.3. Kondisi Umum Pembangunan Ketahanan Pangan dan Gizi
Provinsi NTT 3
1.3.1. Prevalensi Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk (Berdasarkan
ii Berat Badan/Umur) Provinsi NTT 4
1.3.3. Prevalensi Stunting (Tinggi Badan Berdasarkan Umur) Pada
Anak Balita Provinsi NTT 6
1.3.3. Prevalensi Gizi Ibu 8
1.3.4. Kondisi Kerawanan Pangan Provinsi NTT 10
1.3.5. Kondisi Keamanan Pangan 22
1.3.6. Kondisi PHBS Menurut Kabupaten/Kota 25
1.3.7. Kondisi Kelembagaan Gizi dan Tenaga Gizi 26
1.3.8. Kondisi Kelembagaan Pangan 29
1.4. Permasalahan dan Tantangan yang dihadapi di Provinsi NTT 33

BAB II ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCAPAIAN SASARAN


PEMBANGUNAN PANGAN DAN GIZI 39
2.1. Arah Kebijakan 43
2.2. Strategi Pengembangan Akses Pangan 46

BAB III RENCANA AKSI DAERAH PANGAN DAN GIZI: PROGRAM DAN
KEGIATAN 53

BAB IV PEMANTAUAN DAN EVALUASI 55


4.1. Tim Pelaksana 56
4.2. Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi 56

BAB V PENUTUP 61

LAMPIRAN 63
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Matriks Rencana Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Provinsi
NTT Tahun 2012 - 2015. 64
Lampiran 2: Status Gizi Kurang dan Gizi Buruk Per Kabupaten Provinsi NTT
Tahun 2007 74
Lampiran 3: 280 Kecamatan pada Prioritas 1-6 Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan (FSVA) Provinsi NTT 2010 75
Lampiran 4: Perkembangan Produksi Perikanan Laut dan Perikanan Darat
Provinsi NTT, 2005-2010 78
Lampiran 5: Persentasi Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat di
Kabupaten/Kota Provinsi NTT Tahun 2007 79

iii
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Persentase Balita Menurut Status Gizi BB/U dan Kabupaten/Kota


di Provinsi NTT 5

Gambar 2. Persentase Balita Menurut Status Gizi TB/U di Provinsi NTT 8

Gambar 3. Persentase Balita Menurut Status Gizi TB/U Kabupaten/Kota


di Provisi NTT 9

Gambar 4. Produk-produk Segar (Sayur-sayuran) di Provinsi NTT, 2005-2010 18

Gambar 5. Produk-produk Segar (Buah-buahan) di Provinsi NTT, 2005-2010 18

Gambar 6. Produksi Daging dan Telur (Kg) Tahun 2008-2011 di NTT. 19

iv Gambar 7. Perkembangan Produksi Daging dan Telur Provinsi NTT


2005-2010 (ekor) 20

Gambar 8. Perkembangan Produksi Perikanan Laut dan Darat Provinsi NTT,


2005-2010 (ton) 21

Gambar 9. Persentase Cemaran pada Produk Pangan dari Bahan Asal


Hewan/Pengolahan di Provinsi NTT pada Tahun 2007-2010 23

Gambar 10. Grafik Hasil Pengujian Pangan Jajanan Anak Sekolah Yang Tidak
Memenuhi Syarat (TMS) 24

Gambar 11. Persentase Rumah Tangga dengan Praktek PHBS yang baik 26

Gambar 12. Tenaga Gizi di Puskesmas Kab./Kota di NTT Tahun 2008-2010 28


RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Status Gizi Balita Sangat Pendek dan Pendek Per Kabupaten
Tahun 2007 6

Tabel 2. Persentase Kecamatan Rentan Terhadap Kerawanan Pangan


per Kabupaten 2010 12

Tabel 3. Konsumsi Energi dan Protein per Kapita per Hari Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi NTT Tahun 2007 15

Tabel 4. Konsumsi Kalori dan Protein per Kapita per Hari Pada Tiga Golongan
Terbawah Dari Golongan Pengeluaran Bulanan per Kapita 16

Tabel 5. Kelembagaan Pangan dan Penyuluhan Tingkat Kabupaten/Kota 30

Tabel 6. Kelembagaan Penyuluhan Tingkat Kecamatan 31 v

Tabel 7. Data Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan 32

Tabel 8. Target, Sasaran RAD-PG Provinsi NTT 2012-2015 50

Tabel 9. Program/Kegiatan RAD-PG Provinsi NTT 54

Tabel 10. Pelaksana dan Indikator Monitoring dan Evaluasi RAD-PG


Provinsi NTT 57

Tabel 11. Indikator untuk Evaluasi Pembangunan Ketahanan Pangan dan Gizi 59

Tabel 12. Indikator Penentuan Prioritas Lokasi Sasaran 60


RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

DAFTAR PETA


Peta 1 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Provinsi NTT Tahun 2010 14

vi
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

DAFTAR SINGKATAN

AKE = Angka Kecukupan Energi


AKG = Angka Kecukupan Gizi
AKP = Angka Kecukupan Protein
ASI = Air Susu Ibu
BBLR = Bayi Berat Lahir Rendah
Bimtek = Bimbingan Teknis
BKPP = Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
BOK = Bantuan Operasional Kesehatan
BPK = Balai Penyuluhan Kecamatan
BPS = Badan Pusat Statistik
CDPB = Cara Distribusi Pangan Yang Baik
CPMB = Cara Produksi Makanan Yang Baik
FSVA = Food Security and Vulnerability Atlas
GAKY = Gangguan Akibat Kurang Yodium
GFP = Gender Focal Point
JPKP = Jejaring Promosi Keamanan pangan vii
IRTP = Industri Rumah Tangga Pangan
IPM = Indeks Pembangunan Manusia
ISPA = Infeksi Saluran Pernapasan Atas
KADARZI = Keluarga Sadar Gizi
KEK = Kekurangan Energi Kronis
KLB = Kejadian Luar Biasa
MDGs = Millenium Development Goals
MPCE = Monthly per Capita Expenditure (Pengeluaran Bulanan per Kapita)
NTT = Nusa Tenggara Timur
OPT = Organisme Pengganggu Tanaman
PDMAM = Program Desa Mandiri Anggur Merah
PDRP = Penanggulangan Daerah Rawan Pangan
PHBS = Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PIRT = Produk Industri Rumah Tangga
PJAS = Pengamanan Jajanan Anak Sekolah
PKK = Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
PKP = Penyuluh Keamanan Pangan
PODES = Potensi Desa
POLINDES = Pondok Bersalin Desa
POM = Pengawasan Obat dan Makanan
PPH = Pola Pangan Harapan
PSG = Pemantauan Status Gizi
PUG = Pengarusutamaan Gender
PUSKESMAS = Pusat Kesehatan Masyarakat
PUSTU = Puskesmas Pembantu
RADPG = Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi
RANPG = Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi
RPJMD = Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

RPJMN = Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional


RTRW = Rencana Tata Ruang Wilayah
SDM = Sumber Daya Manusia
SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah
SKPG = Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
SUSENAS = Survei Sosial Ekonomi Nasional
TMS = Tidak Memenuhi Syarat
TTS = Timor Tengah Selatan
TTU = Timor Tengah Utara
UPGK = Upaya Perbaikan Gizi Keluarga
WFP = World Food Programme
WHO = World Health Organization
WUS = Wanita Usia Subur

viii
BAB I PENDAHULUAN
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan yang dilaksanakan di Provinsi NTT ditentukan oleh


banyak faktor, terutama ketersediaan sumberdaya alam, sumber daya
dana, sumberdaya manusia dan kondisi lingkungan yang kondusif.
Sumberdaya manusia merupakan pelaku utama pembangunan,
sehingga sangat dibutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas.

Kualitas sumberdaya manusia sangat ditentukan oleh jumlah asupan


pangan yang dikonsumsi dan unsur gizi yang terkandung di dalamnya,
serta aspek pendidikan dan kesehatan. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka pemenuhan kebutuhan akan pangan dan gizi merupakan investasi
masa depan yang perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan memberikan
arahan bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang
2 pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat.

Rencana pembangunan daerah yang telah dilaksanakan oleh pemerintah


Provinsi NTT bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui pemenuhan kebutuhan sosial dasar masyarakat, terutama
kebutuhan akan pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Berkaitan
dengan pembangunan yang telah dilaksanakan tersebut, pemerintah
masih dihadapkan pada sejumlah persoalan pokok di bidang ketahanan
pangan dan gizi seperti rendahnya tingkat ketahanan pangan keluarga,
terbatasnya akses keluarga dan masyarakat terhadap informasi pasar,
masih banyak balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk serta
masih banyaknya ibu hamil yang mengalami kekurangan energi
kronis (KEK). Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah
Provinsi NTT dan kabupaten/kota telah melaksanakan berbagai
program dan kegiatan prioritas baik yang didanai dari pemerintah, mitra
pembangunan internasional, organisasi masyarakat sipil, organisasi
sosial kemasyarakatan, swasta dan masyarakat pada umumnya. Agar
berbagai program pembangunan yang akan dilaksanakan lebih terukur,
terfokus, terintegrasi dan dapat disinkronkan maka sebagai tindak lanjut
dari Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG), Pemerintah
Provinsi NTT menyusun Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-
PG) Provinsi NTT.

Dokumen RAD-PG yang disusun ini merupakan dokumen operasional


yang berkaitan dengan upaya perbaikan ketahanan pangan dan gizi
masyarakat di Provinsi NTT. Dokumen ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai panduan dan acuan bagi pemerintah pusat, pemerintah provinsi,
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

kabupaten/kota, mitra pembangunan internasional, organisasi sosial


masyarakat, swasta, perguruan tinggi, dan masyarakat pada umumnya
dalam melaksanakan berbagai program dan kegiatan prioritas dalam
rangka meningkatkan ketahanan pangan dan pemenuhan kebutuhan
gizi bagi masyarakat.

1.2 TUJUAN

Tujuan Penyusunan RAD-PG Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012-


2015 adalah:
a. Menyediakan panduan dan arahan bagi pemerintah provinsi dan
21 kabupaten/kota, DPRD provinsi dan kabupaten/kota, mitra
pembagunan internasional, organisasi sosial kemasyarakatan,
perguruan tinggi dan swasta dalam upaya peningkatan ketahanan
pangan dan perbaikan gizi masyarakat;
b. Menetapkan prioritas penanganan masalah pangan dan gizi dan 3
menentukan prioritas intervensi yang tepat sesuai dengan kondisi
yang nyata di masing-masing kabupaten/kota
c. Menyediakan instrumen monitoring dan evaluasi yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja; dan
d. Meningkatkan koordinasi antar pemangku kepentingan yang terlibat
dalam pembangunan ketahanan pangan dan gizi di Provinsi NTT

1.3 KONDISI UMUM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DAN GIZI


DI PROVINSI NTT

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan sangat ditentukan oleh banyak


faktor terutama oleh sumberdaya manusia yang berkualitas. Untuk
menyediakan sumberdaya manusia yang berkualitas, pembangunan dari
aspek pendidikan, kesehatan dan ekonomi harus mendapatkan porsi
yang berimbang dan berkesinambungan. Dari aspek ekonomi, faktor
ketersediaan pangan, kemampuan akses keluarga terhadap pangan,
dan keamanan pangan merupakan faktor yang ikut berkontribusi dalam
pembentukan sumberdaya manusia. Dari aspek kesehatan, faktor
kecukupan unsur-unsur gizi dalam pangan yang dikonsumsi merupakan
faktor yang sangat penting. Selain itu pola asupan gizi pada siklus
kehidupan manusia, terutama pada saat kehamilan menjadi tahapan
penting yang harus diperhatikan, karena sekitar 80 persen otak manusia
mulai dibentuk selama periode kehamilan dan dua tahun pertama
kehidupan (1000 hari pertama kehidupan). Apabila selama periode ini,
ibu hamil dan anak tidak mendapatkan asupan gizi yang memadai, akan
berdampak pada status gizi anak yang akan dilahirkan dan selanjutnya
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

status gizi anak yang rendah akan mempengaruhi kualitas sumberdaya


manusia.

Dari aspek pendidikan, tingkat pengetahuan keluarga tentang pola


konsumsi dan gizi berimbang, pemahaman tentang ketersediaan pangan
dan informasi harga pasar merupakan faktor yang ikut mempengaruhi
asupan gizi yang akan diterima oleh anggota keluarga terutama kelompok
rentan yaitu ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.

Pemerintah provinsi telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Daerah (RPJMD) 2009-2013 sebagai acuan utama dalam
melaksanakan proses perencanaan pembangunan dan penganggaran
di NTT. RPJMD dimaksud memiliki target utama yaitu penurunan jumlah
penduduk miskin menjadi 16.43% pada tahun 2013, artinya dibutuhkan
upaya percepatan karena sampai dengan bulan Maret tahun 2011 jumlah
4 penduduk miskin di NTT sebesar 21.23%. Selain persoalan kemiskinan
tersebut, pemerintah juga bertekad untuk meningkatkan produksi
pangan dan ketahanan pangan di tingkat keluarga serta berupaya untuk
mengatasi permasalahan pembangunan bidang kesehatan termasuk
penanganan ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita yang mengalami
masalah gizi.

Kondisi ketahanan pangan dan status gizi masyarakat di Provinsi NTT


sebagaimana diuraikan dibawah ini:

1.3.1 Prevalensi Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk (Indeks Status
Gizi berdasarkan Berat Badan Menurut Umur) di Provinsi NTT

Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator,


antara lain: bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), status
gizi balita, status wanita usia subur yang mengalami KEK, Anemia
akibat kekurangan zat besi pada ibu hamil, serta gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY). Status gizi dipengaruhi oleh banyak
faktor yang saling terkait. Secara langsung disebabkan oleh 2
(dua) hal, yaitu: anak tidak mendapat asupan gizi yang memadai
dan kemungkinan anak menderita penyakit infeksi.

Prevalensi Balita Gizi Kurang

Prevalensi balita gizi kurang (Indeks status gizi berdasarkan berat


badan menurut umur) di Provinsi NTT pada tahun 2007 sebesar
24.2% menurun menjadi 20.4% pada tahun 2010, sedangkan
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

rerata nasional pada tahun yang sama adalah sebesar 13 persen


(Riskesdas 2007). Kondisi tersebut menempatkan NTT pada
urutan ke 33 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia.

Prevalensi Balita Gizi Buruk

Prevalensi balita gizi buruk di NTT pada tahun 2007 sebesar 9.4%,
pada tahun 2010 menjadi 9.0%. Sedangkan rerata nasional pada
tahun yang sama masing-masing sebesar 5.4 persen dan 4.9%.
Kondisi tersebut menempatkan NTT pada urutan ke 31 dari 33
provinsi yang ada di NTT.

Prevalensi Gizi Kurang dan Gizi Buruk di Kabupaten/Kota dapat


dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1: PERSENTASE BALITA MENURUT STATUS GIZI BB/U 5


PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI NTT

100
GiziBuruk GiziKurang
90

80

70

60

50
40.2 40.8
40 36.7 37.3 37.5 37.9
33.6 33.6 33.9
29.8 30.3 33.0 31.6
30.1
30 26.6
24.7 26.9 29.2
25.3 29.1
22.5 24.2 27.9 29.3
20 21.8 22.3 26.3
14.6 14.4 18.2 23.1 22.5 25.6

10 11.4
10.3 11.1 12 13.3 11.6
8.4 6.7 7.6 8.5 9.3 9.4 7.6 8.8 8.2 8.8
3.2 5.4
0
ManggaraiBarat
Ngada

SumbaBarat

Lembata

Sikka
FloresTimur

Alor

Ende

Belu

TTS
Manggarai

TTU
KotaKupang

SumbaTimur

RoteNdao
NTT

Kab.Kupang

Sumber: Riskesdas 2007

Berdasarkan grafik tersebut di atas, maka dapat dilihat bahwa


5 (lima) kabupaten masih memiliki prevalensi gizi buruk di atas
prevalensi provinsi, yaitu: TTS (13.3%), Manggarai (12%),
Rote Ndao (11.6%), Sumba Timur (10.3%) dan Ende (11.1%),
sementara 11 kabupaten lainnya sudah berada di bawah
prevalensi provinsi, yaitu: Sumba Barat, Kabupaten Kupang,
TTU, Belu, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ngada, Kota
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Kupang dan Manggarai Barat. Rincian status gizi balita menurut


kabupaten dapat dilihat pada lampiran 2.

1.3.2 Prevalensi Stunting (Indeks Status Gizi berdasarkan Tinggi


Badan menurut Umur) pada Anak Balita di Provinsi NTT.

Permasalahan gizi bagi balita merupakan fokus utama


pembangunan yang sedang dilaksanakan pemerintah Provinsi
NTT. Selain permasalahan gizi kurang dan gizi buruk, yang
perlu juga mendapatkan perhatian serius adalah pertumbuhan
terhambat (stunting), yakni tinggi badan tidak sesuai umur pada
balita. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa balita yang
mengalami stunting di Provinsi NTT sebesar 46.7 persen atau
lebih besar dari rerata nasional 36.8 persen. Sedangkan hasil
Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa balita yang mengalami
6 stunting di Provinsi NTT menjadi 58.4 persen, sedangkan di
tingkat nasional mengalami penurunan menjadi 35.6 persen.

Persentase Balita yang mengalami stunting tersebut di atas


menempatkan Provinsi NTT pada peringkat tertinggi di tingkat
nasional pada tahun 2010.

Rincian balita yang mengalami stunting menurut kabupaten/kota


sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Tabel 1 : STATUS GIZI BALITA SANGAT PENDEK DAN PENDEK


PER KABUPATEN, PROVINSI NTT TAHUN 2007
TB/U
KABUPATEN / KOTA Stunting (sangat
Sangat Pendek Pendek pendek + pendek)
% % %
Timor Tengah Selatan 31.6 25.4 57.00
Sumba Barat 31.4 17.7 49.10
Rote Ndao 31.1 23.1 54.20
Ngada 29.2 17.6 46.80
Kupang 26.1 25.3 51.40
Timor Tengah Utara 25.6 34 59.60
Alor 25 23.3 48.30
Sikka 24.2 25.4 49.60
Manggarai Barat 23.1 29.1 52.20
Ende 22.9 19.3 42.20
Manggarai 22.4 15.9 38.30
Sumba Timur 21.3 21 42.30
Belu 21.2 22.2 43.40
Lembata 18.8 22.1 40.90
Flores Timur 17.3 23.5 40.80
Kota Kupang 17.1 15.4 32.50
NTT 24.2 22.5 46.70

Sumber: Riskesdas 2007


RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Berdasarkan data pada tabel diatas, maka situasi stunting


menurut kabupaten/kota dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Tinggi
Yang masuk dalam kategori tinggi adalah data kondisi
kabupaten/kota yang berada pada kisaran 50-59 persen.
Berdasarkan batasan ini, maka kabupaten yang masuk
dalam kategori ini adalah: Timor Tengah Utara, Timor
Tengah Selatan (TTS), Rote Ndao Manggarai Barat dan
Kabupaten Kupang. Apabila dibandingkan dengan rerata
provinsi sebesar 46.70 persen, maka untuk kategori ini
terdapat kesenjangan maksimal sebesar 12.30 persen.

2. Sedang
Yang masuk dalam kategori sedang adalah data kondisi
kabupaten/kota yang berada pada kisaran 40-49 persen. 7
Berdasarkan batasan ini, maka kabupaten yang masuk
dalam kategori ini adalah: Flores Timur, Lembata, Belu,
Sumba Timur, Ende, Sikka, Alor, Ngada dan Sumba Barat.
Apabila dibandingkan dengan rerata provinsi sebesar
46.70 persen, maka untuk kategori ini terdapat kesejangan
maksimal sebesar 2.30 persen.

3. Rendah
Yang masuk dalam kategori rendah adalah data kondisi
kabupaten/kota yang berada pada kisaran 30-39 persen.
Berdasarkan batasan ini, maka kabupaten yang masuk
dalam kategori ini adalah: Kota Kupang dan Manggarai.
Apabila dibandingkan dengan rerata provinsi sebesar 46.70
persen, maka kondisi pada kedua kabupaten ini cukup baik,
walaupun masih jauh dari rerata nasional sebesar 36.5
persen.
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Gambar 2. PERSENTASE BALITA MENURUT STATUS GIZI TB/U


PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI NTT

100.0
SangatPendek Pendek
90.0

80.0

70.0
57.0 59.6
60.0 54.2
51.4 52.2
46.8 48.3 49.3 49.6
50.0 46.8
42.2 42.3 43.4
38.4 40.8 40.9 23.1 25.4 34.0
40.0 17.7 25.3
32.5 17.6 23.3 25.4 29.1
22.5
19.3 21.0 22.2
30.0 15.9 23.5 22.1
15.4
20.0
29.2 31.4 31.1 31.6
22.5 22.9 24.3 25.0 24.2 26.1 23.1 25.6
10.0 18.8 21.3 21.2
17.1 17.3


Manggarai

TimorTengahSelatan

TimorTengahUtara
Lembata

Ende

SumbaTimur

Belu

Ngada

Sikka
NTT

Alor
FloresTimur

SumbaBarat

ManggaraiBarat
Kupang
KotaKupang

RoteNdao
8

Sumber: Riskesdas 2007

Grafik di atas menunjukkan rerata Provinsi NTT untuk sangat


pendek 24.2%, sebanyak 7 Kabupaten masih berada di atas
rerata provinsi yaitu: TTS (31.6%), Sumba Barat (31.4%), Rote
Ndao (31.1%), Ngada (29.2%), Kab. Kupang (26.1%), TTU
(25.6), Alor (25%), Kab. Sikka sama dengan provinsi yaitu 24.2
persen. Delapan kabupaten lainnya sudah berada di bawah rerata
Provinsi, yaitu: Manggarai Barat, Ende, Manggarai, Sumba Timur,
Belu, Lembata, Flores Timur, dan Kota Kupang. Bagi kabupaten
yang berada di bawah rerata provinsi perlu terus diupayakan agar
setiap tahun terjadi penurunan yang signifikan, karena rerata
yang ada masih jauh berada di atas rerata nasional sebesar 13
persen pada tahun 2010.

1.3.3. Kondisi Gizi Ibu

Gizi ibu, terutama ibu hamil dan menyusui, berkolerasi tinggi


dengan status gizi anak. Di NTT 24 persen wanita usia subur
mengalami resiko KEK (Riskesdas, 2010). Sementara itu
penelitian di 7 kabupaten di NTT menunjukkan bahwa 51 persen
anak mengalami stunting dan 24.4 persen kurus (wasting) dari ibu
dengan berat badan rendah (underweight) (hasil kajian bersama
Pemerintah NTT dan badan PBB 2008).
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Sementara itu, kecukupan gizi ibu hamil di Indonesia cukup


memprihatinkan, dari penduduk yang mengkonsumsi energi di
bawah kebutuhan minimal (<70 persen angka kecukupan gizi),
44.2 persen adalah ibu hamil. Di NTT persentase ibu hamil
menderita KEK mencapai 21.6 persen (Profil Kesehatan NTT,
2010). Rendahnya kecukupan gizi perempuan juga berdampak
pada tingginya angka ibu hamil resiko tinggi/komplikasi. Di NTT,
13.2 persen ibu hamil mengalami resiko tinggi di Flores Timur
26.5 persen, dan terendah di Sabu Raijua, yakni 3.7 persen.

Dampak lain dari kurangnya kecukupan gizi ibu hamil adalah


bayi berat lahir rendah (BBLR) yakni berat bayi kurang dari 2500
gr. Di Indonesia, angka BBLR mencapai 11.5 persen dan NTT
termasuk 5 Provinsi yang memiliki BBLR tertinggi (Riskesdas
2007). Persentase BBLR tertinggi terdapat di Kabupaten Sikka
yaitu 38.1 persen. Pada urutan selanjutnya adalah di Kabupaten 9
Sumba Timur dengan persentase BBLR 35.7 persen, posisi ketiga
tertinggi di Kabupaten TTU 26.7 persen sehingga Kabupaten Sikka
memiliki resiko kerentanan tinggi BBLR dan diikuti Kabupaten
Sumba Timur dan TTU, dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 3. PERSENTASE BERAT BADAN LAHIR BERDASARKAN


CATATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI NTT

100
BBLR(<2500g)
90

80

70

60

50
38.1
40 35.7

30 26.7
25.0 24.3 23.1
20.2 20.0 20.0
20 16.7 16.7 15.4
12.5
10 7.7


0
Sikka

Tengah

Manggarai

Ngada
Sumba

Lembata

Manggarai

Selatan
Sumba

Belu

Alor

Ende
FloresTimur
Kupang

KotaKupang

RoteNdao
NTT

Tengah
Timur
Timor

Utara

Barat

Timor

Barat

Sumber: Riskesdas 2007


RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

1.3.4 Kondisi Kerawanan Pangan di Provinsi NTT

Daerah yang Rentan terhadap Rawan Pangan di Provinsi NTT

Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and


Vulnerability Atlas /FSVA) Provinsi NTT tahun 2010 dipergunakan
untuk merekomendasikan kondisi ketahanan dan kerentanan
pangan wilayah sampai pada level kabupaten dan kecamatan.

FSVA ini secara umum disusun dengan tujuan untuk menyediakan


informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan
program, penentuan target serta intervensi kerawanan pangan
dan gizi di tingkat kabupaten dan kecamatan. Secara khusus peta
ini menjawab tiga pertanyaan dasar:

10 1. Dimana daerah yang rentan terhadap kerawanan


pangan?
Lokasi (kabupaten dan kecamatan)

2. Berapa jumlah penduduk yang rentan terhadap


kerawanan pangan?
Estimasi penduduk dan sumberdaya yang diperlukan

3. Mengapa daerah tersebut rentan terhadap kerawanan


pangan?
Kemiskinan, rendahnya produksi pangan, terbatasnya
akses terhadap air bersih, listrik, jalan, fasilitas kesehatan,
rendahnya angka melek huruf perempuan dan angka
harapan hidup.

FSVA dibuat berdasarkan tiga pilar ketahanan pangan yaitu:


(i) ketersediaan pangan; (ii) akses terhadap pangan; dan
(iii) pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan adalah
tersedianya pangan secara fisik di daerah, yang diperoleh baik
dari hasil produksi domestik, impor/perdagangan maupun bantuan
pangan. Ketersediaan pangan ditentukan dari produksi domestik,
masuknya pangan melalui mekanisme pasar, stok pangan yang
dimiliki pedagang dan pemerintah, serta bantuan pangan baik dari
pemerintah maupun dari badan bantuan pangan. Ketersediaan
pangan dapat dihitung pada tingkat nasional, provinsi, kabupaten
atau tingkat masyarakat.
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Akses Pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk


memperoleh cukup pangan, baik yang berasal dari produksi
sendiri, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan
maupun kombinasi diantara keenamnya. Ketersediaan pangan di
suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak semua rumah
tangga memiliki akses yang memadai baik secara kuantitas
maupun keragaman pangan melalui mekanisme tersebut di atas.

Pemanfaatan pangan merujuk pada penggunaan pangan oleh


rumah tangga, dan kemampuan individu untuk menyerap dan
memetabolisme zat gizi (konversi zat gizi secara efisien oleh
tubuh). Pemanfaatan pangan juga meliputi cara penyimpanan,
pengolahan dan penyiapan makanan termasuk penggunaan air
dan bahan bakar selama proses pengolahannya serta kondisi
higiene, budaya atau kebiasaan pemberian makan terutama
untuk individu yang memerlukan jenis makanan khusus, distribusi 11
makanan dalam rumah tangga sesuai kebutuhan masing-masing
individu (pertumbuhan, kehamilan, menyusui dll), dan status
kesehatan masing-masing anggota rumah tangga.

Produksi dan ketersediaan pangan yang cukup di tingkat nasional


dan provinsi tidak secara otomatis menjamin ketahanan pangan
pada tingkat rumah tangga dan individu. Pangan mungkin tersedia
dan dapat diakses namun sebagian anggota rumah tangga
mungkin tidak mendapat manfaat secara maksimal apabila
kelompok ini tidak memperoleh distribusi pangan yang cukup,
baik dari segi jumlah maupun keragaman atau apabila kondisi
tubuh mereka tidak memungkinkan penyerapan makanan karena
penyiapan makanan yang tidak tepat atau karena sedang sakit.

Analisa dan pemetaan untuk masing-masing indikator dijabarkan


pada 280 kecamatan di 20 kabupaten pedesaan dan analisis
ketahanan pangan komposit digunakan untuk menjawab ketiga
pertanyaan di atas dengan memetakan 280 kecamatan yang
memiliki data lengkap untuk 9 indikator terkait ketahanan pangan
kronis. Di antara 280 kecamatan tersebut, ditetapkan 135
kecamatan dengan prioritas yang lebih tinggi (wilayah rentan
terhadap kerawanan pangan) yang terdiri dari 38 kecamatan
prioritas 1, 31 kecamatan prioritas 2, dan 66 kecamatan dengan
prioritas 3 dengan jumlah penduduk sekitar 1.96 juta orang. 145
kecamatan lainnya dikelompokkan menjadi prioritas 4-6 (wilayah
yang lebih tahan pangan).
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Tabel 2: PERSENTASE KECAMATAN RENTAN TERHADAP


KERAWANAN PANGAN PER KABUPATEN 2010

12

Sumber: FSVA NTT 2010

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa Kabupaten TTS, TTU, Rote
Ndao, Kupang, Sabu Raijua, Sumba Barat, Sumba Barat Daya,
Sumba Tengah, Belu, Sumba Timur dan Manggarai memiliki lebih
dari 50 persen kecamatan yang rentan terhadap rawan pangan,
sedangkan Kabupaten Manggarai Barat, Sikka, Ngada, Nagekeo,
Alor, Ende, Lembata, Flores Timur dan Manggarai Timur memiliki
persentase tinggi untuk kecamatan yang lebih tahan pangan.
Sehingga perhatian yang lebih besar perlu diberikan kabupaten
dengan lebih banyak kecamatan rentan rawan pangan.

Pada tingkat kecamatan, terdapat 38 kecamatan prioritas 1


yaitu 17 kecamatan berada di TTS, 7 kecamatan di TTU, 5
kecamatan di Belu, 3 kecamatan di Kupang, 2 kecamatan di
Kupang, 2 kecamatan masing-masing di Sabu Raijua dan Sikka
dan I kecamatan masing-masing di Manggarai dan Sumba
Barat, dengan jumlah penduduk sekitar 447 ribu orang. Tingkat
kerentanan terhadap kerawanan pangan terutama disebabkan
karena tingginya angka kemiskinan, tingginya angka underweight
pada balita, tidak ada akses listrik, tidak ada akses terhadap air
bersih dan tidak ada akses jalan kendaraan roda empat.

Dari 31 kecamatan di prioritas 2 yaitu 19 kecamatan di kabupaten


Sumba Timur, 8 kecamatan di Sumba Barat Daya dan 4 kecamatan
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

di Sumba Tengah dengan jumlah penduduk sekitar 473 ribu orang.


Faktor penentu utama kerentanan pangan di prioritas 2 adalah
tidak ada akses listrik, tingginya angka kemiskinan, rendahnya
angka harapan hidup, tidak ada akses air bersih dan tidak akses
kendaraan roda empat.

Terdapat 66 kecamatan prioritas 3 yaitu 13 kecamatan di TTS, 11


kecamatan masing-masing di kupang dan TTU, 10 kecamatan di
Belu, 7 Kecamatan di Rote Ndao, 5 kecamatan masing-masing di
Sumba Barat dan Manggarai, 3 kecamatan di Sabu Raijua dan 1
kecamatan di Sikka, dengan jumlah penduduk sekitar 1 juta orang.
Kerentanan terhadap tingkat kerawanan pangan pada prioritas 3
terutama di sebabkan karena tingginya angka underweight pada
balita, tidak ada akses listrik, tidak ada akses kendaraan roda
empat, rendahnya angka harapan hidup dan tidak ada akses air
bersih. 13

Terdapat 40 kecamatan pada prioritas 4, dimana 6 kecamatan


masing-masing di kabupaten Alor, Manggarai Barat, Manggarai
Timur dan Belu, 5 kecamatan masing-masing di kabupaten
Kupang dan Sikka, 2 kecamatan masing-masing di kabupaten
Manggarai dan TTU dan kabupaten TTS dan Ende masing-
masing 1 kecamatan.

Dari 56 kecamatan di prioritas 5, 12 kecamatan di kabupaten


Sikka, 11 kecamatan di Alor, 8 kecamatan di Ende, 6 kecamatan
di Lembata, 4 kecamatan di Kupang, kabupaten TTU dan Sumba
Timur masing-masing 3 kecamatan, kabupaten Nagekeo dan
Belu masing-masing 2 kecamatan, kabupaten Manggarai Barat,
Manggarai, Sabu Raijua, Rote Ndao dan TTS masing-masing 1
kecamatan.

Terdapat 49 kecamatan prioritas 6, 18 (seluruh) kecamatan di


kabupaten Flores Timur, 11 kecamatan di Ende, 9 kecamatan di
Ngada, 5 kecamatan di Nagekeo, 3 kecamatan di Lembata, dan
kabupaten Sikka, Belu dan TTU masing-masing 1 kecamatan.

Penentuan prioritas tersebut merupakan acuan utama untuk


menentukan intervensi yang akan dilakukan oleh berbagai
stakeholders, baik pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota,
badan PBB dan kerjasama dengan kemitraan lainnya. Daftar
nama kecamatan untuk setiap prioritas menurut kabupaten
sebagaimana terlihat pada lampiran 3.
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Adapun gambaran secara keseluruhan adalah sebagai berikut:


Peta 1. PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN
PROVINSI NTT TAHUN 2010

14

Pemenuhan kebutuhan pangan baik dari segi jumlah, mutu, gizi


dan keamanannya sangat menentukan kualitas sumber daya
manusia. Pemenuhan kebutuhan pangan di tingkat masyarakat
dan keluarga sangat ditentukan oleh faktor daya dukung
lingkungan, aspek produksi, distribusi, kemampuan akses
keluarga dan tingkat pendidikan keluarga.

Untuk menjamin ketersediaan pangan bagi masyarakat,


pemerintah telah menetapkan prioritas pembangunan baik di
tingkat Nasional yang tertuang dalam RPJMN tahun 2010-2014
maupun di tingkat daerah melalui delapan agenda pembangunan
daerah yang terdapat dalam RPJMD Provinsi NTT 2009-2013.
Delapan agenda pembangunan daerah dimaksud adalah: 1)
Pemantapan Kualitas Pendidikan, 2) Pembangunan Kesehatan,
3) Pembangunan Ekonomi, 4) Pembangunan Infrastruktur,
5) Pembenahan sistem hukum (daerah) dan keadilan, 6)
Konsolidasi Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, 7)
Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Pemuda dan 8) Agenda
Khusus: penanggulangan kemiskinan, pembangunan daerah
perbatasan, pembangunan daerah kepulauan dan pembangunan
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

daerah rawan bencana. Kedelapan agenda tersebut memiliki


keterkaitan yang erat satu dengan yang lainnya, termasuk dalam
upaya mendukung ketahanan pangan, maka pembangunan
agenda lainnya harus berjalan secara sinergis dan terintegrasi.

Melalui agenda pembangunan ekonomi, pemerintah Provinsi NTT


terus berupaya untuk meningkatkan produksi pangan melalui
berbagai kegiatan prioritas. Laporan BPS NTT tahun 2009
menunjukkan bahwa produksi beras pada tahun 2008 sebanyak
332,764 ton dan mengalami peningkatan menjadi 381,056
ton pada tahun 2009, sedangkan produksi jagung pada tahun
2008 sebanyak 673,112 ton dan sedikit mengalami penurunan
menjadi 638,889 ton pada tahun 2009. Produksi pangan tersebut
berdampak pada tingkat konsumsi kalori penduduk NTT. Pada
tahun 2007 konsumsi energi/kalori penduduk NTT sebesar
1,884.6 kkal/kapita/hari. Rincian menurut kabupaten/kota 15
sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3: KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PER KAPITA PER


HARI MENURUT KABUPATEN/KOTA, DI PROVINSI
NTT TAHUN 2007
Kabupaten/Kota Energi (kkal) Protein (g)
Sumba Barat 1,898.5 46.8
Sumba Timur 1,826.6 52.1
Kupang 1,840.6 41.0
Timor Tengah Selatan 2,080.9 50.5
Timor Tengah Utara 1,862.0 45.4
Belu 1,723.9 46.2
Alor 1,561.1 42.5
Lembata 1,867.5 50.5
Flores Timur 1,926.1 62.4
Sikka 1,891.0 58.4
Ende 1,984.0 54.3
Ngada 2,186.9 55.1
Manggarai 2,040.6 57.5
Rote Ndao 1,947.2 47.2
Manggarai Barat 1,866.8 56.1
Kota Kupang 1,551.0 52.1
NTT 1,884.6 51.3
Sumber : Riskesdas 2007
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Pada tahun 2008 konsumsi kalori penduduk NTT meningkat


menjadi 2,037 kkal/kapita/hari atau memenuhi Angka Kecukupan
Gizi (AKG) sebesar 2,000 kkal/kapita/hari. Pada tahun 2009
konsumsi kalori penduduk NTT mengalami penurunan sebesar
3.22 persen atau sebesar 1,971 kkal/kapita/hari. Sedangkan
asupan protein pada tahun 2009 adalah sebesar 54.13 gram/
kapita/hari, melampaui AKG nasional (52 gram), dan asupan
protein meningkat sebesar 2% dibandingkan SUSENAS 2002.
Tabel 4: KONSUMSI KALORI DAN PROTEIN PER KAPITA PER
HARI PADA TIGA GOLONGAN TERBAWAH DARI
GOLONGAN PENGELUARAN BULANAN PERKAPITA

16

Sumber: FSVA NTT 2010

Pada tingkat individu, data 2009 menunjukan adanya peningkatan


yang signifikan pada konsumsi pangan di semua golongan
pengeluaran bulanan per kapita (Monthly Per Capita Expenditure/
MPCE), termasuk tiga golongan terendah. Tabel 4 menunjukan
peningkatan konsumsi pangan pada tiga golongan terendah,
untuk energi yang bervariasi antara 6 persen dan 22 persen, dan
antara 11 persen dan 36 persen untuk protein.

Namun, untuk asupan energi dan protein dari 3 golongan


MPCE terendah masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan
AKG nasional, dan lebih rendah dari angka rata-rata nasional
dan provinsi. Semakin rendah MPCE, semakin besar tingkat
kekurangan energi dan protein. Tingkat kekurangan energi
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

bervariasi antara 11 persen di golongan terendah ke-3 (MPCE 3)


dan 32 persen di golongan terendah ke-1 (MPCE 1), sementara
kekurangan protein bervariasi antara 12 persen dan 29 persen.
Hal ini menunjukan bahwa penduduk golongan terendah ke-1
(MPCE 1 mengkonsumsi hanya 68 persen dari AKG nasional
untuk energi dan 71 persen dari AKG nasional untuk protein.

Asupan dari tiga golongan MPCE terendah ini tidak hanya


kekurangan energi dan protein, tetapi juga tidak seimbang secara
kualitas dengan proporsi terbesar (74-81 persen) dari total energi
berasal dari serealia dan umbi-umbian, dibandingkan dengan
rata-rata provinsi (68 persen) dan nasional (53 persen).

Sumber protein utama berasal dari serealia dan umbi-umbian


(66-73 persen), sedangkan angka rata-rata nasional adalah 46
persen. Konsumsi pangan hewani (ikan, daging, telur, susu) yang 17
mengandung zat gizi berkualitas lebih tinggi, khususnya protein,
vitamin dan mineral, pada tiga golongan ini hanya mencapai 4-11
persen dari total asupan energi, sedangkan rata-rata provinsi dan
nasional adalah 16 persen dan 13 persen.

SUSENAS 2009 mencatat bahwa 47.55 persen masyarakat NTT


berada pada ketiga golongan pengeluaran terendah tersebut dan
persentase ini lebih tinggi pada masyarakat pedesaan (55.43
persen).

Dengan demikian, perlu usaha untuk memperbaiki asupan energi


dan protein pada tiga golongan MPCE terendah. Disamping
itu, perlu penyuluhan gizi untuk masyarakat tentang pentingnya
bahan pangan selain serealia dan umbi-umbian dan perlunya
meningkatkan konsumsi makanan lain selain serealia dan umbi-
umbian.

Hortikultura

Hortikultura meliputi sayur-sayuran dan buah-buahan, yang


merupakan sumber vitamin dan mineral bagi tubuh manusia.
Adapun produksi sayur-sayuran utama di Provinsi NTT dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Gambar 4: PRODUK PRODUK SEGAR (SAYUR-SAYURAN)


DI PROVINSI NTT, 2005-2010

Sumber: NTT Dalam Angka 2006-2010 dan Angka Tetap NTT 2010
18
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa produksi sayur-sayuran
mengalami peningkatan dari tahun 2005 hingga tahun 2008, dan
cenderung menurun pada tahun 2009 dan 2010.

Gambar di bawah ini menunjukan bahwa produksi buah-buahan


juga mengalami peningkatan yang signifikan terutama untuk
pisang, mangga, jeruk dan alpukat dari tahun 2005 hingga 2009,
tetapi mengalami sedikit penurunan pada tahun 2010.

Gambar 5: PRODUK-PRODUK SEGAR (BUAH-BUAHAN)


DI PROVINSI NTT, 2005-2010

Sumber: NTT Dalam Angka 2006-2010 dan Angka Tetap NTT 2010
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Peningkatan ketersediaan sayur-sayuran dan buah-buahan perlu


mendapat perhatian pemerintah pada pembangunan pangan
dan gizi yang kuat. Peningkatan produksi dimaksud harus juga
memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat, akses ke
pasar dan penguatan kelembagaan di desa/kelurahan. Selain
memperhatikan aspek produksi untuk kepentingan ekonomi,
juga perlu diperhatikan aspek pola konsumsi keluarga untuk
memperbaiki status gizi keluarga.

Pangan Hewani

Pangan hewani mencakup data populasi ternak, jumlah produksi


daging, telur dan hasil penangkapan ikan di wilayah NTT. Angka
produksi daging dan telur di NTT dalam 4 tahun terakhir (angka
perkiraan tahun 2011) yaitu:
19
Gambar 6: PRODUKSI DAGING DAN TELUR (KG)
TAHUN 2008-2011 DI NTT

Sumber Dinas Peternakan Prov. NTT


* Angka Perkiraan Tahun 2011

Produksi daging dan telur dalam 3 tahun terakhir terus meningkat


dengan produksi tertinggi adalah daging babi dan ayam buras,
sedangkan telur yang diimpor pada tahun 2010 yaitu sebanyak
1,494,800 kg.
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Gambar 7: PERKEMBANGAN PRODUKSI DAGING DAN TELUR


PROVINSI NTT, 2005 - 2010 (EKOR)

Gambar di atas menunjukan bahwa populasi ternak untuk


produksi daging dan telur di NTT meningkat pada tahun 2010
dibandingkan dengan tahun 2005, yaitu 34 persen untuk ternak
20 besar (sapi, kerbau dan kuda), 20 persen untuk ternak kecil (babi,
kambing dan domba), 15 persen unggas (ayam dan itik) pedaging
dan 8 persen untuk Unggas petelur. Akan tetapi produksi ternak
kecil mengalami penurunan signifikan (21 persen) pada tahun
2010 dibadingkan tahun 2009, yang disebabkan oleh penurunan
populasi babi sebesar 29 persen.

Dengan demikian, upaya peningkatan produksi pangan hewani


dan telur perlu terus ditingkatkan untuk mencukupi kebutuhan
konsumsi masyarakat NTT.

Perikanan

Potensi perikanan tangkap di wilayah NTT meliputi luas perairan


laut sebesar 199,529 km2 (di luar perairan ZEEI), dengan jumlah
yang diperbolehkan ditangkap (JBT) sebanyak 292,800 ton ikan/
tahun. Jumlah produksi perikanan tangkap pada tahun 2008
adalah 101,217.08 ton. Jumlah produksi perikanan ini meningkat
menjadi 103,825.5 ton pada tahun 2009, sekitar 101,217.1
ton di antaranya atau sekitar 97.49 persen merupakan hasil
perikanan laut, dan selebihnya sekitar 2.51 persen merupakan
hasil dari perikanan darat. Besarnya jumlah potensi sumberdaya
ikan ini dapat dikategorikan menurut klafisikasi jenis ikan yakni:
ikan Pelagis Kecil, ikan Pelagis besar dan ikan Demersal serta
benih ikan (nener). Namun dari semua jenis ikan tersebut yang
merupakan produksi unggulan adalah jenis ikan Tuna, Kerapu,
Kakap, ikan Merah dan Cakalang.
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Apabila dibandingkan produksi perikanan dalam lima tahun


terakhir (2005-2010), terdapat kecenderungan produksi perikanan
yang terus menurun. Gambar di bawah ini menunjukan bahwa
produksi perikanan laut dan darat di NTT terus menurun pada
tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2005.

Gambar 8: PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN


DI PROVINSI
Gambar NTT,Produksi
8. Perkembangan 2005 - 2010 (TON)
Perikanan di Provinsi NTT,
2005 - 2010 (Ton)
600,000 3,000

Perikanan Darat (Ton)


500,000 2,500
Perikanan laut (Ton)

400,000 2,000
300,000 1,500
200,000 1,000
100,000 500
- 0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 21
Tahun

Perikanan laut Perikanan darat

Rincian produksi perikanan tahun 2005-2010 menurut klasifikasi


jenis ikan sebagaimana terlihat pada lampiran 4.

Perkebunan

Beberapa komoditi perkebunan yang menonjol di NTT dan hampir


ada di setiap kabupaten adalah: kelapa, kopi, cengkeh, cokelat,
jambu mete, kemiri, kapuk, vanili dan pinang. Tanaman kelapa
walaupun dalam beberapa tahun ini terserang hama penyakit,
produksinya selama tahun 2009 sebesar 61.52 ribu ton. Kopi
selama tahun 2009 menghasilkan 15.58 ribu ton, cengkeh 1.52
ribu ton, cokelat 12.25 ribu ton, jambu mete 39.87 ribu ton, kemiri
21.41 ribu ton, kapuk 2.12 ribu ton, vanili 0.50 ribu ton, pinang 6.48
ribu ton dan jarak 0.45 ribu ton. Sedangkan komoditi perkebunan
lainnya, berproduksi di bawah 100 ton selama tahun 2009.

Pada tahun 2010 produksi kelapa, kopi, dan jambu mente


mengalami penurunan produksi menjadi 60,462 ton, 15,268 ton
dan 39,699 ton, sedangkan komiditi yang produksi meningkat
antara lain kakao dan kemiri dari 12,247 ton dan 21,407 ton pada
tahun 2009 menjadi 12,978 ton dan 22,483 ton pada tahun 2010.
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

1.3.5 Kondisi Keamanan Pangan menurut Kabupaten/Kota

Keamanan Pangan Segar dan Produk Olahan

Keamanan pangan merupakan jaminan bahwa pangan tidak


menyebabkan bahaya bila dikonsumsi. Kondisi dan tindakan
yang spesifik diperlukan bagi tiap jenis pangan selama produksi,
pemrosesan, penyimpanan, distribusi dan penyiapan makanan
sehingga ketika dimakan tidak menyebabkan resiko kesehatan.
Pengawasan keamanan pangan dengan sistem farm to table
approach terus dilakukan.

Isu penggunaan bahan kimia berbahaya (formalin, boraks,


antibiotic, insektisida, pestisida, rhodamin dan bahan pemutih)
pada penanganan dan pengolahan hasil pertanian dan perikanan
22 sudah pada tahap yang mengkhawatirkan.

Jenis bahaya/hazard dalam keamanan pangan adalah sebagai


berikut:

A. Bahaya Mikrobiologis (Microbiology Hazard )


1. Pertumbuhan Jamur Ochraceous sp
2. Pertumbuhan Kapang
3. Bakteri (E Coli)

B. Bahaya Kimia (Chemical Hazard)


1. Agro Chemical Residue (Pestisida, Herbisida, Fungisida,
Insektisida)
2. Cemaran logam berat
3. Cemaran bahan tambahan pangan
4. Penggunaan bahan tambahan kimia sintetis yang tidak
diperbolehkan
5. Hasil persenyawaan kimia (Pengemasan/wadah terurai)

C. Bahaya Fisik (Physical Hazard)


1. Benda asing
2. Kotoran
3. Kerusakan fisik

Hasil pelaksanaan inspeksi mendadak (SIDAK) terhadap produk


pangan segar dan pangan olahan yang dilakukan secara lintas
sektor oleh pemerintah provinsi dan Kota Kupang di Kota Kupang
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

dan Kabupaten Kupang pada tahun 2010, ditemukan pangan


segar dan olahan yang tidak memenuhi persyaratan konsumsi
sebagai berikut:

a. Hasil pengujian formalin produk pangan segar (ikan) pada 21


pedagang ikan di Kota Kupang, terdapat kandungan formalin
pada cumi-cumi kering (3.6 ppm), ikan hiu kering (2.4 ppm)
dan ikan sardin kering hasil impor dari Kalimantan (1.5 ppm);
b. Dari 54 toko/kios yang dikunjungi di Kota Kupang, terdapat
13 kasus produk kadaluarsa/kemasan rusak dan tanpa ijin
edar yang terdiri dari jenis minuman sebanyak 36 botol/
kaleng, makanan/snack sebanyak 90 bungkus/pak/sachet
dan pangan olahan lainnya 98; dan
c. Dari 17 toko/kios yang dikunjungi di Kabupaten Kupang,
terdapat 9 kasus produk kadaluarsa/kemasan rusak yang
terdiri dari jenis minuman sebanyak 7 botol/kaleng dan jenis 23
makanan/snack sebanyak 345 bungkus/pak/sachet.

Terhadap produk pangan olahan yang mengandung formalin


harus dilakukan tindakan sebagai berikut: menarik produk ber-
formalin tersebut dari peredaran untuk diamankan, dimusnahkan
dan dilakukan proses pengadilan kepada produsen. Jumlah
korban sakit dilaporkan sebanyak 33 orang pada bulan Maret
hingga Juli 2010.
Gambar 9: PERSENTASE CEMARAN PADA PRODUK PANGAN
DARI BAHAN ASAL HEWAN/PENGOLAHAN
PROVINSI NTT,
Gambar 10. 2007Cemaran
Persentase - 2010Pada Produk Pangan dari
Bahan Asal Hewan/Pengolahan Provinsi NTT, 2007-2010

100.0
89.3
90.0 81.8
80.0 72.2
Persentase Cemaran (%)

68.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
-
2007 2008 2009 2010
Tahun

Sumber: Dinas Peternakan Provinsi NTT, 2011


RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa persentase cemaran


terhadap produk pangan khususnya daging sapi, daging ayam,
daging babi dan hati sapi telah mengalami penurunan, tetapi
masih harus terus mendapat perhatian karena persentase
cemaran masih sangat tinggi (68 persen pada tahun 2010).

Keamanan Pangan pada Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Hasil pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah yang dilakukan


secara rutin oleh Badan POM Provinsi NTT pada lima tahun
terakhir (2006-2010) menunjukkan bahwa PJAS yang tidak
memenuhi syarat berkisar antara 40 - 44 persen (data hasil
pengawasan BPOM Kupang). PJAS tidak memenuhi persyaratan
keamanan pangan karena bahan pangan tersebut menggunakan
bahan berbahaya dan dilarang untuk digunakan. Bahan-bahan
24 yang berbahaya itu seperti formalin, boraks, zat pewarna
rhodamin B dan methanyl yellow akan menyebabkan penyakit
kanker pada manusia.

Gambar 10: HASIL PENGUJIAN PANGAN JAJANAN ANAK


SEKOLAH YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT (TMS)
2008 - 2010
Gambar11.HasilPengujianPanganJajananAnakSekolahYangTidak
MemenuhiSyarat(TMS),20082010

8%

Kimia(12)
Mikrobiologi(144)

92%

Data tersebut di atas menunjukkan bahwa sampel PJAS yang


tidak memenuhi syarat sejumlah 92 persen yang disebabkan
karena mikrobiologi. Parameter Uji Tidak Memenuhi Syarat (TMS)
adalah sebagai berikut 1) Tercemar oleh mikroba; 2) Mengandung
bahan berbahaya: Rhodamin B, Boraks, dan Formalin; 3)
Mengandung bahan pengawet dan pemanis melebihi kadar yang
dipersyaratkan.
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

1.3.6 Kondisi PHBS menurut Kabupaten/Kota

Keamanan pangan merupakan salah satu faktor penting yang


harus diperhatikan oleh konsumen. Dalam kaitannya dengan
penyusunan RAD-PG, data keamanan pangan yang dibahas
adalah kemananan pangan segar dan keamanan pangan pada
jajanan anak sekolah.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan langkah


ampuh untuk mencegah dan menanggulangi timbulnya penyakit
dan masalah kesehatan lainnya. PHBS terdiri dari 10 indikator
yaitu: (1) Ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan; (2) Ibu
hanya memberikan ASI eksklusif kepada bayinya; (3) Menimbang
balita setiap bulan; (4) Menggunakan air bersih; (5) Mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun; (6) Menggunakan jamban
sehat; (7) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu; (8) 25
Makan buah dan sayur setiap hari; (9) Melakukan aktifitas fisik
setiap hari; dan (10) Tidak merokok di dalam rumah.

Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat yang diterbitkan


Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan bahwa NTT
termasuk provinsi dengan persentase rendah dalam PHBS, yaitu
26%, berada pada peringkat ke-28 dari 33 provinsi di Indonesia.
NTT juga termasuk provinsi dengan persentase rendah untuk
perilaku cuci tangan. Hanya 19.1 persen rumah tangga yang
melakukan cuci tangan secara benar. Sedangkan untuk akses
rumah tangga terhadap fasilitas sanitasi yang layak, NTT
menduduki peringkat terendah dari 33 provinsi di Indonesia yakni
sebesar 25.35 persen.

Secara umum, prevalensi rumah tangga berperilaku hidup bersih


dan sehat di 16 kabupaten/kota di NTT adalah 15.3 persen. PHBS
tertinggi terdapat di Kota Kupang (37.4 persen) dan terendah di
Kabupaten TTS (3.9 persen). Selengkapnya dapat dilihat pada
gambar berikut:
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Gambar 11: PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN PRAKTEK


PHBS YANG BAIK PER KABUPATEN DI PROVINSI
NTT, 2008
Gambar9.PersentaseRumahTanggadenganPraktekPHBSyangbaikperKabupaten
diProvinsiNTT,2008
%RTdenganPraktekPHBSyangbaik
40.0
37

35.0

30.0 28 28

25.0

20.0 17 18 18

15
15.0 13
11 11
10 10
10.0 9

6
5
4
5.0


TTS

Manggarai

SumbaBarat

Belu

RoteNdao
Manggarai

TTU

NTT

Sikka

Kupang

Ngada

Lembata

FloresTimur
Ende
SumbaTimur

Alor
Barat

26 Sumber Riskesdas 2007

Hasil Riskesdas 2007, menunjukkan bahwa sebanyak 15.3


persen penduduk NTT yang masuk dalam kategori berperilaku
hidup bersih dan sehat yang baik, sedangkan 84.7 persen
masuk dalam kategori buruk. Rincian persentase rumah tangga
berperilaku hidup bersih dan sehat menurut kabupaten/kota pada
tahun 2007 sebagaimana terlihat pada lampiran 5. Sedangkan
menurut laporan Dinas Kesehatan Provinsi NTT tahun 2010
rumah tangga di NTT yang masuk dalam kategori berperilaku
hidup bersih dan sehat yang baik sebesar 47 persen.

1.3.7 Kondisi Kelembagaan Gizi dan Tenaga Gizi

Kelembagaan Gizi

Kelembagaan gizi yang dimaksud dalam uraian ini adalah unit


pengelola gizi pada tingkat Dinas Kesehatan, Puskesmas (Pusat
Kesehatan Mayarakat), Rumah Sakit, dan Panti Rawat Gizi
maupun kelembagaan gizi lainnya yang dibentuk masyarakat
misalnya Pos Gizi dan Kelas Ibu.

Kelembagaan tentang gizi yang berada pada Dinas Kesehatan


adalah unit kerja/seksi yang berkaitan langsung dengan gizi,
dengan demikian maka terdapat sekitar 21 kelembagaan ditingkat
kabupaten dan 2 kelembagaan di provinsi, yaitu pada Dinas
Kesehatan provinsi dan Biro Kesejahteraan Sosial. Kelembagaan
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

gizi yang berada pada Puskesmas dan rumah sakit jumlahnya


dapat disamakan dengan jumlah puskesmas dan rumah sakit
yang ada di Provinsi NTT, dengan demikian maka sampai dengan
tahun 2011 kelembagaan gizi untuk puskesmas sebanyak 338 unit
dan rumah sakit sebanyak 37 unit. Sedangkan untuk panti rawat
gizi Provinsi NTT baru memiliki 4 buah yang tersebar di Kabupaten
Belu 2 buat (Panti Rawat Gizi Haliwen dan Betun), Kabupaten
TTU dan TTS masing-masing memiliki 1 buah. Panti rawat gizi
yang paling optimal dalam memberikan pelayanan adalah Panti
Rawat Gizi Haliwen dan Betun yang terdapat di Kabupaten Belu.
Untuk mendukung kinerja panti rawat gizi tersebut, mulai tahun
2012 pemerintah Provinsi NTT akan mengembangan model
penanganan masalah gizi balita secara komprehensif mulai dari
hulu ke hilir dengan melibatkan kader posyandu dan keluarga
secara aktif di Panti Rawat Gizi Haliwen.
27
Tenaga Gizi

Tenaga gizi yang dimaksud adalah kelompok tenaga gizi yang


diklasifikasikan berdasarkan tingkat pendidikan D1, D2, dan
Sarjana Gizi. Tenaga gizi yang terdapat di Provinsi NTT terus
mengalami peningkatan dari 313 orang pada tahun 2008
menjadi 338 orang pada tahun 2009 dan 436 orang ada tahun
2010. Untuk tahun 2010 tenaga kesehatan yang ada tersebut
tersebar pada rumah sakit sebanyak 87 orang, Dinas Kesehatan
kabupaten/kota sebanyak 47 orang, Puskesmas termasuk Pustu
(Puskesmas Pembantu), Poskesdes (Pos Kesehatan Desa)
dan Polindes (Pondok Bersalin Desa) sebanyak 301 orang dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya sebanyak 1 orang.

Sampai dengan tahun 2010 terdapat 5 kabupaten yang memiliki


jumlah tenaga gizi di Puskesmas yang cukup banyak yaitu TTS
42 orang, Sikka 32 orang, Manggarai Barat 30 orang, Kota
Kupang 23 orang dan Belu 2 orang. Selain itu terdapat juga 5
kabupaten yang jumlah tenaga gizi di tingkat puskesmas sangat
kurang, yaitu Sumba Barat dan Sumba Timur masing-masing 1
orang, Sumba Tengah dan Sabu Raijua masing-masing 1 orang
serta Sumba Barat Daya 3 orang.

Untuk wilayah Sumba dan Sabu Raijua perlu mendapatkan


perhatian serius karena pada tahun 2008-2009 Kabupaten
Sumba Barat tidak memiliki tenaga gizi di puskesmas dan tahun
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

2010 baru terdapat 1 tenaga gizi, demikian pula dengan Sumba


Barat Daya, Sumba Tengah dan Sabu Raijua yang baru memiliki
tenaga gizi pada tahun 2010, namun belum sebanding dengan
jumlah puskesmas di daerah tersebut. Kondisi tenaga gizi yang
belum memadai disebabkan oleh 3 faktor utama yaitu: a) Masih
terbatasnya institusi pendidikan kesehatan menghasilkan tenaga
gizi, b) Sistem perekrutan belum berdasarkan kebutuhan dan c)
Penyebaran tenaga gizi yang belum memadai sehingga banyak
puskesmas/RS yang belum memiliki tenaga gizi.

Persebaran tenaga gizi di puskesmas menurut kabupaten/kota


sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 12: JUMLAH TENAGA GIZI DI PUSKESMAS KAB/KOTA


PROVINSI NTT TAHUN 2008, 2009 DAN 2010
Gambar12.JumlahTenagaGiziDiPuskesmasKab/KotaProvinsi
NTTTahun2008,2009dan2010
28
45
40
35
30
25
20
15
10 2008
5
0 2009
SumbaBarat

Kab.Kupang
TTS
TTU

Lembata
Belu

Sikka

Ngada
Manggarai
RoteNdao
KotaKupang
ManggaraiBarat

Nagekeo
SumbaBaratDaya
Ende

SumbaTengah
SabuRajua
SumbaTimur

ManggaraiTimur
Alor

FloresTimur

2010

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi NTT

Permasalahan yang berkaitan dengan ketersediaan tenaga


gizi adalah rasionya dengan penduduk yang belum seimbang
dan persebaran tenaga gizi yang belum merata di Kabupaten.
Sampai dengan tahun 2010 rasio tenaga gizi dengan penduduk
baru mencapi 5.8 per 100.000 penduduk, sedang untuk tingkat
nasional telah mencapai 22 per 100.000 penduduk. Jumlah
tenaga gizi yang tidak merata menurut kabupaten dan rasio
dengan penduduk yang belum seimbang tersebut memberikan
dampak yang serius terhadap upaya perbaikan gizi masyarakat,
sehingga pemenuhan dan pemerataan tenaga gizi merupakan
salah satu prioritas pembangunan di bidang kesehatan.
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

1.3.8 Data Kelembagaan Pangan

Kelembagaan pangan yang dimaksud di sini adalah kelembagaan


penyuluhan pada tingkat kabupaten/kota, kecamatan dan tenaga
penyuluh.

Kelembagaan Tingkat Kabupaten/Kota

Sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2007,


penataan sistem penyuluhan pertanian termasuk kelembagaannya
ditujukan untuk pemenuhan ketahanan pangan masyarakat.
Pada tingkat kabupaten/kota, penataan organisasi sesuai
peraturan perundangan yang berlaku disesuaikan dengan kondisi
dan kemampuan daerah masing-masing. Kondisi pembentukan
organisasi/ kelembagaan penyuluhan tingkat kabupaten/kota se-
Provinsi NTT sebagai berikut: 29
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Tabel 6 : KELEMBAGAAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA


Tabel 5 : KELEMBAGAAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA
No Kabupaten/Kota Nama Kelembagaan Dasar Pembentukan
Badan Pelaksana Penyuluhan Peraturan Daerah Nomor 11
1 Sumba Barat Pertanian dan Ketahanan Tahun 2007 tanggal 22
Pangan Desember 2007
Badan Ketahanan Pangan dan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun
2 Alor
Penyuluh Pertanian 2007 tanggal 28 Desember 2007
Badan Pelaksana Penyuluhan
Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun
3 Nagekeo Pertanian dan Ketahanan
2009 tanggal 19 November 2009
Pangan
Badan Ketahanan Pangan dan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
4 Manggarai
Penyuluhan Pertanian 2008 tanggal 3 Maret 2008
Badan Ketahanan Pangan dan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun
5 Flores Timur
Penyuluhan 2008 tanggal 23 Mei 2008
Badan Penyuluhan Pertanian Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
6 Belu
dan Ketahanan Pangan 2008 tanggal 23 Mei 2008
Badan Ketahanan Pangan dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun
7 Lembata
Pelaksana Penyuluhan 2008 tanggal 19 Juni 2008
Badan Penyuluhan Pertanian Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun
8 Sumba Tengah
dan Ketahanan Pangan 2008 tanggal 21 Juli 2008

30 9 Ngada
Badan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian dan Ketahanan
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
2008 tanggal 22 Juli 2008
Pangan
Badan Ketahanan Pangan dan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
10 Sumba Barat Daya
Penyuluhan Pertanian 2008 tanggal 22 Mei 2008
Kantor Pelaksana Penyuluhan
Peraturan Daerah Nomor 31
11 Manggarai Timur Pertanian dan Ketahanan
Tahun 2009 tanggal 6 Juni 2009
Pangan
Badan Ketahanan Pangan dan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun
12 Sikka
Penyuluhan 2008 tanggal 28 Mei 2008
Badan Ketahanan Pangan dan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun
13 Ende
Penyuluhan Pertanian 2008 tanggal 23 Juli 2008
Badan Pelaksana Penyuluhan Peraturan Daerah Nomor 11
14 Sumba Timur Pertanian, Perikanan dan Tahun 2008 tanggal 7 Desember
Kehutanan 2008
Timor Tengah Badan Ketahanan Pangan dan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun
15
Utara Pelaksana Penyuluhan 2008 tanggal 30 September 2008
Badan Ketahanan Pangan dan Surat Keputusan Walikota
16 Kota Kupang Pelaksana Penyuluhan Kupang Nomor 20 Tahun 2008
Pertanian tanggal 22 Desember 2008
Badan Pelaksana Penyuluhan
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
17 Kupang* Pertanian, Perikanan dan
2011 tanggal 16 Februari 2011
Kehutanan
18 Timor Tengah Badan Ketahanan Pangan dan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun
Selatan Penyuluhan 2011 tanggal 3 Maret 2011
Badan Pelaksana Penyuluhan
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun
19 Rote Ndao Pertanian, Perikanan dan
2009 tanggal 28 Januari 2009
Kehutanan
20 Manggarai Barat
Badan Pelaksana Penyuluhan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun
dan Ketahanan Pangan 2010 tanggal 7 April 2010
Dinas Pertanian, Perkebunan,
Peraturan Bupati Nomor 1 Tahun
21 Sabu Raijua Peternakan, Perikanan,
2009 tanggal 18 Agustus 2009
Kehutanan

* Belum dioperasionalisasikan
Sumber: Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan (BAKORLUH)
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi NTT
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa seluruh kabupaten/kota


telah membentuk kelembagaan sesuai PP. no. 41 Tahun 2007,
kecuali kabupaten pemekaran baru, Sabu Raijua yang masih
dalam tahap pemrosesan dan diperlukan dukungan sosialisasi
dan evaluasi dari pemerintah provinsi dan pusat.

Kelembagaan Penyuluhan Tingkat Kecamatan

Kelembagaan penyuluhan di tingkat kecamatan, yaitu Balai


Penyuluhan Kecamatan (BPK). Keadaan BPK di Provinsi NTT
pada September 2011 adalah sebagai berikut:

Tabel 6: KELEMBAGAAN PENYULUHAN TINGKAT KECAMATAN

Tabel 7: KELEMBAGAAN PENYULUHAN TINGKAT KECAMATAN


Jumlah
Badan Penyuluhan Kecamatan (BPK) 31
No Kabupaten/Kota Kecamatan Fisik Bangunan Belum Ada
Jmlh BPK
Baik Rusak Bangunan
1 Kota Kupang 6 6 1 0 5
2 Kupang 24 24 2 6 16
3 TTS 32 32 25 7 0
4 TTU 24 24 0 3 21
5 Belu 24 24 14 1 9
6 Rote Ndao 8 8 8 0 0
7 Alor 17 17 6 3 8
8 Lembata 9 9 3 1 5
9 Flores Timur 19 19 12 1 6
10 Sikka 21 21 21 0 0
11 Ende 21 21 14 1 6
12 Ngada 9 9 8 1 0
13 Manggarai 9 9 9 0 0
14 Manggarai Barat 7 7 4 3 0
15 Sumba Barat 6 6 5 1 0
16 Sumba Timur 22 22 22 0 0
Sumba Barat
17 8 8 2 3 3
Daya
18 Manggarai Timur 6 6 1 1 4
19 Sumba Tengah 5 5 3 0 2
20 Nagekeo 7 7 7 0 0
21 Sabu Raijua 6 6 1 0 5
290 290 168 32 90
Sumber Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan (BAKORLUH)
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi NTT
Sumber: Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan (BAKORLUH)
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi NTT
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Gambaran yang ada menunjukan kondisi BPK yang baik hanya


50 persen, yang rusak 11 persen dan belum dibangun 31 persen.
Kondisi BPK membutuhkan perhatian yang serius karena
merupakan pusat informasi pertanian dan pusat penyuluhan
pertanian di tingkat kecamatan.

Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Keadaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan hingga


September 2011 adalah di bawah ini:

Tabel 7: DATA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN DAN


KEHUTANAN

32

Sumber: Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan (BAKORLUH)


Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi NTT
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Rasio penempatan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan


adalah satu penyuluh per desa. Realita data menunjukan:
Jumlah desa/kelurahan di NTT sebanyak 2,845 buah
Jumlah penyuluh tetap sebanyak 1,484 orang
Jumlah penyuluh tidak tetap/kontrak sebanyak 1,071 orang,
sehingga
Jumlah penyuluh yang harus ditambahkan sebanyak 390
orang.

Dengan demikian pemerintah harus menyiapkan tenaga


penyuluh tetap sebanyak 1,461 orang untuk memenuhi rasio
satu penyuluh per desa. Hal ini sangat menentukan pemenuhan
kebutuhan pangan baik melalui produksi maupun peningkatan
daya beli, karena tugas penyuluh adalah menyiapkan kapasitas
masyarakat yang mandiri untuk memenuhi kebutuhan pangan di
tingkat keluarga. 33

Kelembagaan Keamanan Pangan Segar

Kelembagaan penanganan keamanan pangan segar sudah


diinisiasi sejak tahun 2004 dengan dikeluarkannya surat
Menteri Pertanian kepada Gubernur dan Bupati/Walikota yang
ditindaklanjuti oleh surat Kepala Badan Ketahanan Pangan
untuk membentuk Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Segar
(OKKP-P/OKKP-D) di wilayahnya masing-masing.

Tujuan umum kelembagaan ini adalah meningkatkan ketersediaan


dan konsumsi pangan segar yang aman bagi masyarakat.
Sedangkan tujuan khusus adalah menguatkan Kelembagaan,
keamanan pangan segar, meningkatkan kapasitas dan kapabilitas
SDM, meningkatkan pengawasan keamanan pangan segar,
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang keamanan
pangan segar.

Kelembagaan Informal Pangan dan Gizi

Salah satu kelembagaan informal yang memegang peranan penting


dalam pengembangan ketahanan pangan dan gizi masyarakat
adalah pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga (PKK). PKK
adalah gerakan pembangunan masyarakat yang tumbuh dari
bawah dengan perempuan sebagai motor penggeraknya untuk
membangun keluarga sebagai unit atau kelompok terkecil dalam
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

masyarakat guna menumbuhkan, menghimpun, mengarahkan,


dan membina keluarga guna mewujudkan keluarga sejahtera.
Kelembagaan PKK ini identik dengan kegiatan yang dilaksanakan
di tingkat desa dan kelurahan, dengan demikian maka jumlah
kelembagaan PKK sama dengan jumlah desa dan kelurahan
yang ada di NTT pada tahun 2011, yaitu sebanyak 2,965. Selain
PKK terdapat juga kelompok kelembagaan informal seperti Desa
SiAGa dan posyandu. Jumlah posyandu di provinsi NTT pada
tahun 2010 sebanyak 917 buah dan Desa SiAGa sebanyak 8,942
buah.

1.4 PERMASALAHAN DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI DI PROVINSI


NTT

Secara umum upaya pembangunan yang dilaksanakan untuk


34 meningkatkan ketahanan pangan dan perbaikan status gizi masyarakat
dihadapkan pada beberapa kenyataan bahwa a) Curah hujan relatif
singkat (3-4 bulan), b) Potensi lahan kering 1,528,308 Ha. dengan tingkat
pemanfaatan 54.62 persen, c) Lahan tidak diusahakan 751,185 Ha.,
d) Potensi perkebunan luas 888,931 Ha. dengan tingkat pemanfaatan
35.45 persen dan padang penggembalaan untuk peternakan sapi, kuda,
kerbau dan kambing 832,228 Ha.

Tantangan di bidang perikanan dan kelautan meliputi: a) Potensi


perikanan tangkap cukup besar yaitu sekitar 365.1 metrik ton/tahun,
b) Budidaya laut dengan potensi pengembangan budidaya laut
diperkirakan sekitar 5,150 ha., c) Budidaya tambak dengan potensi
lahan yang tersedia adalah 35,455 Ha., dan d) Potensi hutan mangrove
sekitar 50,000 Ha. cocok untuk berkembangnya ikan dan udang. Potensi
di bidang perikanan dan kelautan tersebut belum dimanfaatkan secara
optimal.

Selain kenyataan yang dihadapi tersebut, Provinsi NTT juga dihadapkan


pada beberapa permasalahan pokok seperti a) Rendahnya keterampilan
yang dimiliki masyarakat b) Terbatasnya akses masyarakat terhadap
informasi pasar dan sarana prasarana produksi, c) Rendahnya
produktivitas pekerja di sektor primer, d) Terbatasnya dukungan sarana
dan prasarana produksi dan e) Masih banyaknya jumlah penduduk yang
masuk dalam kategori miskin.

Permasalahan yang berkaitan dengan lima pilar yang menjadi acuan


utama dalam RAD-PG di Provinsi NTT adalah sebagai berikut:
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

35
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

36
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

37
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

38
ARAH KEBIJAKAN DAN
STRATEGI PENCAPAIAN
BAB II SASARAN PEMBANGUNAN
PANGAN DAN GIZI
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 - 2015

Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi provinsi NTT 20122015 merupakan
kelanjutan RAN-PG 20112015 yang bertujuan untuk mengintegrasikan
penanganan pangan dan gizi oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
Keterpaduan aksi pangan dan gizi ini sangat penting guna mengefektifkan
pemerintah mencapai tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yang
tertuang dalam World Food Summit (WFS) 2009 yang merumuskan bahwa
ketahanan pangan tercapai jika setiap orang, setiap saat memiliki akses fisik,
sosial dan ekonomi terhadap pangan yang cukup, aman dan bergizi sehingga
mereka dapat hidup sehat dan aktif.

Konsep ketahanan pangan dan gizi yang luas bertolak pada tujuan akhir
pada ketahanan pangan yaitu tingkat kesejahteraan manusia. Oleh karena
itu, sasaran MDGs pada Goal 1 ialah menurunkan angka kemiskinan dan
kelaparan.

40 Dalam rangka mencapai tujuan MDGs, salah satu arah kebijakan utama
pemerintah provinsi NTT khususnya dalam mencapai ketahanan pangan
dan gizi, tertuang dalam RPJMD yakni peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat dalam segala aspek terutama dalam pemenuhan kebutuhan
dasar yaitu kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan dasar, pekerjaan,
air bersih, sumberdaya alam dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan
sosial politik, baik bagi lelaki, perempuan dan kelompok anak. Pemenuhan
kebutuhan ini bersifat saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya.
Jika salah satu hak dasar tidak terpenuhi, maka akan berpengaruh pada hak
lainnya.

Pemerintah berupaya menjalankan fungsi pokok dengan mengarahkan dan


mengajak masyarakat termasuk organisasi berbasis masyarakat, sektor
swasta, lembaga swadaya masyarakat baik lokal maupun internasional untuk
berpartisipasi aktif dalam pembangunan, dengan merumuskan kebijakan
pangan dan gizi yang sesuai kebutuhan masyarakat dan menciptakan
birokrasi yang efektif dan efesien dalam mengimplementasikan kebijakan.
Sehingga pemerintah dapat bahu membahu bekerja bersama masyarakat
untuk menguatkan sistem yang dapat menjamin kelangsungan pemenuhan
dasar pangan dan gizi masyarakat.

Dalam penyusunan RAD-PG 2012-2015, pemerintah provinsi NTT mengacu


pada pada keluaran Akses Universal Pangan dan Gizi pada tahun 2015, yakni:
penurunan prevalensi kurang gizi anak balita; penurunan prevalensi pendek
anak balita; perbaikan gizi perempuan pra-hamil, ibu hamil dan menyusui;
dan pencapaian konsumsi pangan dengan asupan kalori 2000 Kkal/kapita/
hari. Pencapaian akan dilakukan secara bertahap dan indikator keluaran
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 - 2015

yang terukur. Secara garis besar kerangka umum konsep implementasi RAD-
PG 2012 - 2015 Provinsi NTT dirancang bersinergis dengan RPJMD NTT tahun
2009-2013 dan RAN-PG tahun 2011 - 2015, dapat dilihat pada bagan dibawah
ini :


TUJUAN PEMBANGUNAN

TUJU RPJPN VISIdan INPRESNo.1


dan3
MISI
AN PRESIDE TAHUN
N 2010
PEM
MILENIUM

RPJMN RKP APBN


BAN RENSTRA
GUN K/L

AN RAN RAD PELAKSANAAN


PROGRAM
MDGs MDGs
MILE RAN RAD
NIU PGRPJMD PG
RKP APBD 41
DAERAH
M
RENSTRA
DAERAH
(MD
RPJM
Gs) DESA

KEBIJAKAN PANGAN DAN GIZI

Penanganan masalah gizi memerlukan upaya komprehensif dan


terkoordinasi, mulai dari proses produksi berbasis pangan lokal beragam,
pengolahan, distribusi dan konsumsi yang cukup nilai gizinya dan aman
dikonsumsi. Oleh karena itu, kerjasama lintas bidang dan program serta
lintas sektor terutama pertanian, perdagangan, perindustrian, transportasi,
pendidikan, agama, kependudukan, perlindungan anak, ekonomi, kesehatan,
pengawasan pangan dan revitalisasi budaya, sangat penting dalam rangka
integrasi kebijakan terkait pangan dan gizi masyarakat.

STRATEGI

Pilar 1 Perbaikan Gizi Masyarakat:


a. Peningkatan status gizi masyarakat terutama ibu pra hamil, ibu hamil dan
ibu menyusui serta anak melalui peningkatan ketersediaan dan jangkauan
pelayanan kesehatan difokuskan pada intervensi gizi efektif, serta akses
dan konsumsi pangan lokal yang beragam, keamanan pangan, perilaku
hidup bersih dan sehat termasuk sadar gizi.
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 - 2015

b. Meningkatkan koordinasi lintas bidang dalam rangka meningkatkan


kualitas lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat, promosi serta
pendidikan kesehatan dan gizi
c. Memperkuat sistem deteksi dini dan penanganan balita gizi buruk
secara terpadu mulai dari penemuan kasus di posyandu, rujukan ke
puskesmas dan panti rawat Gizi sampai pada memampukan keluarga
mempertahankan status gizi balita paska perawatan.

Pilar 2 Peningkatan Akses Pangan:


a. Meningkatkan koordinasi Dewan Ketahanan Pangan provinsi dan
kabupaten/kota terkait implementasi kebijakan pangan dan pengamatan
situasi pangan serta optimalisasi sistem kewaspadaan pangan.
b. Meningkatkan produksi, ketersediaan dan diversifikasi pangan lokal
rumah tangga.
c. Memperkuat komitmen diversifikasi pangan melalui optimalisasi
42 pemanfaatan pangan lokal dan konsumsi pangan lokal.

Pilar 3 Pengawasan Mutu dan Keaman Pangan:


a. Peningkatan jumlah dan kompetensi tenaga Penyuluh Keamanan
Pangan (PKP) dan tenaga pengawas pangan (District food inspector) di
kabupaten/kota.
b. Bimtek terhadap penjaja PJAS atau pengelola kantin sekolah
c. Pemberdayaan komunitas sekolah agar berpartisipasi dalam pengawasan
PJAS
d. Bimtek cara produksi pangan yang baik terhadap industri rumah tangga
pangan (IRTP).
e. Penguatan mobil laboratorium keliling untuk melakukan pengawasan
PJAS pada sekola-sekolah.

Pilar 4 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat:


a. Peningkatan PHBS dengan menguatkan gerakan pemberdayaan
keluarga dan masyarakat untuk mendukung PHBS bidang pangan dan
gizi melalui kemitraan lintas sektor swasta dan peran serta organisasi
sosial kemasyarakatan.
b. Mengembangkan model Sanitasi Berbasis Masyarakat (SBM)

Pilar 5 Penguatan Kelembagaan Pangan dan Gizi:


a. Penguatan kelembagaan posyandu, Desa Siaga, polindes, puskesmas,
dan panti rawat gizi.
b. Mengembangkan sistem promosi pangan dan gizi. Yakni promosi
yang dilakukan oleh masyarakat dengan materi promosi pentingnya
pemenuhan pangan dan gizi sesuai dengan masalah yang dihadapi
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 - 2015

masyarakat setempat dan disampaikan kepada seluruh lapisan


masyarakat tak terkecuali golongan lelaki, perempuan, kaum muda dan
anak-anak. Sehingga anggota keluarga dapat saling mendukung untuk
pemenuhan pangan dan gizinya terutama bagi mereka yang sangat
membutuhkan, yakni ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak.
c. Peningkatan kerjasama lintas sektor dan lintas wilayah secara terintegrasi
termasuk melibatkan Biro/bagian/kantor Pemberdayaan Perempuan
melalui Wadah Dewan Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota
d. Melakukan Revitalisasi Lembaga Sistem Kewaspadaan Pangan dan
Gizi (SKPG) di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota sehingga mampu
melakukan pemetaan situasi pangan dan gizi secara cepat, tepat dan
akurat.
e. Mengembangkan jejaring kerjasama para penyuluh pertanian, tim
penggerak PKK provinsi, Kabupaten/Kota, desa dan kader teknis lainnya
yang bergerak dalam bidang pangan dan gizi untuk secara terus menerus
melakukan kegiatan sosialisasi/penyuluhan tentang masalah pangan dan 43
gizi dan melaporkan situasi pangan dan gizi masyarakat secara periodik.

2.1 ARAH KEBIJAKAN

Dalam pembangunan pangan dan gizi Pemerintah Provinsi NTT


menempatkan aspek pembangunan ini pada salah satu prioritas
pembangunan daerah dengan merumuskan dan menetapkan filosofi
politik Pangan daerah yakni Desa Mandiri Anggur Merah (Anggaran
untuk Rakyat Menuju Sejahtera). Kegiatan ini dirasakan sangat penting
karena menyentuh pembangunan perdesaan dan sangat penting untuk
memperkuat pondasi perekonomian daerah dan nasional, mempercepat
pengentasan kemiskinan, dan pengurangan kesenjangan antar wilayah.
Pembangunan pedesaan identik dengan pembangunan pertanian, yang
memerlukan adanya kebijakan multi sektoral yang dilakukan melalui
langkah tindakan: (1) peningkatan kegiatan investasi, input produksi,
pengelolaan pertanahan, pengembangan lahan usaha, dan pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan, (2)
pengembangan SDM, pemberdayaan masyarakat (petani-nelayan), serta
penyediaan pelayanan sosial dasar, (3) penyediaan insentif perpajakan,
industrialisasi pertanian, pengembangan sistem perdagangan dan
pemasaran produk, dan penjaminan harga produk pertanian, (4)
penyediaan prasaranan dan sarana perdesaan, serta pengembangan
kawasan permukiman perdesaan. Pentingnya pembangunan pedesaan
karena sebagian besar perkembangan perekonomiannya sangat
tergantung dari sektor pertanian yang masih stagnan atau kurang
berkembang.
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 - 2015

Program Desa Mandiri Anggur Merah yang dilaksanakan sejak tahun


2011 dan direncanakan sampai 2013 dilaksanakan secara partisipatif,
transparan dan terpadu sesuai kondisi wilayah dengan melibatkan
semua stakeholders. Pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah meliputi
kegiatan perbaikan ekonomi masyarakat, serta penyediaan akses
keuangan melalui koperasi/kredit mikro. Semua kegiatan ini, diharapkan
dapat menciptakan perbaikan yang mengarah pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat perdesaan di seluruh NTT.

Pendekatan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah akan


disesuaikan dengan karakteristik, potensi dan keunggulan spesifik
yang terindentifikasi pada masing-masing desa sasaran, oleh karena
itu, maka dana pengembangan desa diarahkan pada pengembangan
ekonomi produktif. Kesemuanya dalam rangka mewujudkan empat tekad
Pemerintah Provinsi yaitu Provinsi Jagung, Provinsi Ternak, Provinsi
44 Koperasi dan Provinsi Cendana.

Dalam filosofi politik pangan daerah ini maka seluruh stakeholder


terlibat mengaktualisasikan komitmentnya untuk mengedepankan
aspek kemandirian pangan dan pemantapan sumberdaya lokal untuk
pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu dirumuskan kebijakan yang jelas


dan terarah sebagai berikut:

a. Peningkatan Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.


Sejalan dengan arah kebijakan pangan daerah, kebijakan gizi
masyarakat dibangun mulai dari tataran masyarakat yang paling
bawah, yakni keluarga, dengan tujuan: Meningkatkan kesadaran gizi
keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama
pada wanita usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita. Arah
kebijakan pembangunan gizi masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Komprehensif (Peningkatan, pencegahan, pemulihan dan
tatalaksana kasus);
2. Sasaran prioritas mencakup gizi ibu hamil, ibu bersalin, bayi
usia 0-6 bulan dan anak 6-24 bulan;
3. Meneruskan suplementasi kapsul vitamin A, tablet besi dan
fortifikasi;
4. Menerapkan standar pemberian makanan bagi bayi dan anak
serta meneruskan suplementasi obat gizi pada balita, remaja,
ibu hamil dan ibu nifas;
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 - 2015

5. PMT pemulihan diberikan pada anak gizi kurang dan ibu hamil
dari keluarga miskin yang mengalami KEK;
6. Tatalaksana gizi buruk dilaksanakan dengan rawat inap dan
rawat jalan;
7. Memberlakukan standar pertumbuhan anak sesuai standar
WHO 2005 (Permenkes).

b. Optimalisasi Peningkatan Produksi Komoditas Pangan Nabati dan


Hewani.
Arah kebijakan untuk mendukung optimalisasi peningkatan produksi
komoditas pangan nabati dan hewani adalah sebagai berikut:
1. Menjamin ketersediaan pangan yang bersumber dari nabati dan
pangan hewani;
2. Menumbuhkan dan memperbaiki pola pengembangan cadangan
pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat dan
3. Meningkatkan kapasitas produksi melalui upaya pengembangan 45
teknologi pengelolaan lahan kering, meningkatkan indeks
pertanaman di lahan kering/kritis dan merehabilitasi sumberdaya
lahan dan air serta pengembangan ternak dan unggas secara
proporsional.

c. Peningkatan Kemudahan dan Kemampuan Mengakses Pangan.


Arah kebijakan untuk mendukung peningkatan kemudahan dan
kemampuan mengakses pangan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan daya beli dan mengurangi jumlah penduduk
miskin;
2. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi distribusi dan perdagangan
pangan melalui pengembangan sarana dan prasarana distribusi
dan menghilangkan hambatan distribusi pangan antar wilayah-
wilayah surplus ke wilayah minus dan
3. Meningkatkan dan memperbaiki kelembagaan ekonomi
cadangan pangan terutama di desa-desa rawan pangan kronis.

d. Pemantapan dan Pengembangan Kelembagaan Pangan dan Gizi.


Arah kebijakan pemantapan dan pengembangan kelembagaan
pangan dan gizi adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi lintas sektor dan lintas
wilayah dalam menangani masalah pangan dan gizi;
2. Mengoptimalkan peran Dewan Ketahanan Pangan tingkat
Provinsi dan Kabupaten/Kota;
3. Mengembangkan SKPG tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota;
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 - 2015

4. Mengembangkan sistem jaringan kerja penyuluh pertanian


untuk menganalis kondisi dan situasi pangan di tiap-tiap wilayah
kerja masing-masing; dan
5. Membangun aliansi kerja antara pemerintah dan LSM lokal
serta Lembaga Internasional dalam memantapkan Ketahanan
Pangan dan gizi.

e. Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan.


Arah kebijakan pengawasan mutu dan keamanan pangan difokuskan
pada makanan jajanan di sekitar sekolah SD melalui bimbingan teknis
dan penyuluhan keamanan pangan kepada komunitas sekolah serta
produk industri rumah tangga (PIRT).

2.2. STRATEGI PENGEMBANGAN AKSES PANGAN DAN PEMBANGUNAN


GIZI MASYARAKAT
46
Adapun strategi yang dikembangkan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pangan dan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah:

a. Ketersediaan Pangan

1. Meningkatkan koordinasi dan sinergi perumusan kebijakan


ketahanan pangan;
2. Mengkoordinasikan pengembangan cadangan pangan;
3. Melakukan pencegahan dan penanggulangan kerawanan
pangan;
4. Mengalokasikan ruang/lahan untuk produksi pangan yang cukup
dan berkelanjutan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi dan Kabupaten/Kota;
5. Menyiapkan dan memperkuat sistem informasi iklim/perubahan
iklim secara berkala; dan
6. Penanganan masalah-masalah produksi pangan secara terpadu
(sarana dan prasarana pertanian serta pemberantasan hama
terpadu).

b. Distribusi Pangan.

1. Meningkatkan koordinasi dan sinergi kebijakan sistem distribusi


pangan;
2. Mendorong dan memberikan kontribusi terhadap kelancaran
distribusi pangan melalui kerjasama antar daerah; dan
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 - 2015

3. Mendorong peran serta kelembagaan masyarakat dalam


meningkatkan kelancaran distribusi, menciptakan stabilisasi
harga dan meningkatkan akses pangan.

c. Konsumsi Pangan.

1. Meningkatkan koordinasi dalam pengembangan pola konsumsi


pangan;
2. Mensinergiskan upaya pemantapan pola konsumsi pangan
masyarakat yang beragam, bergizi, berimbang dan aman;
3. Mendorong peningkatan dan pengembangan penganekaragaman
konsumsi pangan lokal non beras; dan
4. Mendorong peran serta ibu-ibu rumah tangga dalam pengolahan
pangan yang beragam, bergizi dan berimbang serta aman di
konsumsi.
47
d. Perbaikan gizi masyarakat.
Kebijakan teknis pembangunan gizi masyarakat, dalam
pelaksanaannya didukung dengan 8 (delapan) strategi operasional
yang berlaku secara nasional maupun dalam lingkup pemerintah
provinsi sebagai berikut:

1. Meningkatkan kerja posyandu melalui kerjasama lintas sektor


dan program untuk penyediaan dukungan operasional,
meningkatkan kapasitas kader dan dukungan sarana dan
prasarana lainnya;
2. Meningkatkan cakupan ASI eksklusif dilaksanakan melalui
peyusunan RPP ASI eksklusif, pelatihan konselor ASI,
peningkatan kapasitas petugas dan institusi dan peningkatan
KIE, penerapan 10 keberhasilan menyusui;
3. Pemberian makanan tambahan sebagai pemulihan diberikan
kepada balita gizi kurang dan ibu hamil dari keluarga miskin
yang mengalami KEK. Program ini diprioritaskan pada daerah
yang mengalami rawan gizi tinggi;
4. Meningkatkan kapasitas masyarakat, puskesmas (perawatan
dan non perawatan), serta rumah sakit untuk tata laksana gizi
buruk;
5. Pelayanan gizi pada ibu hamil berupa pemberian tablet Fe,
bubuk tabur gizi dan skrining ibu hamil KEK diintegrasikan
dengan pelayanan kesehatan ibu (ANC);
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 - 2015

6. Peningkatan cakupan garam beryodium dilakukan dengan


meningkatkan kerjasama lintas sektor dan program untuk
meningkatkan kinerja Tim Gaky dalam pemantauan dan
penggerakan produsen, pengawasan mutu, distributor serta
konsumen;
7. Mengupayakan pemenuhan obat gizi; dan
8. Penguatan surveilen gizi di kabupaten/kota dilaksanakan
dengan meningkatkan kapasitas petugas melalui pelatihan,
orientasi dan fasilitasi teknis terpadu.

e. Kerawanan Pangan dan Kemiskinan

1. Merevitalisasi lumbung pangan masyarakat;


2. Melakukan koordinasi yang intensif dalam penanganan deteksi
dini terhadap situasi pangan masyarakat.
48 3. Melakukan intervensi cepat terhadap kondisi kerawanan pangan
masyarakat;
4. Menyiapkan bantuan sosial untuk Penanggulangan Daerah
Rawan Pangan (PDRP);
5. Peningkatan ketrampilan, bantuan peralatan, modal dan
pendampingan untuk menciptakan lapangan kerja dan
penambahan penghasilan bagi keluarga yang rawan pangan
kronis.
6. Mengkoordinasi peningkatan pemberian makanan tambahan
bagi anak sekolah.

f. Kelembagaan.

Untuk Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam pangan dan gizi


adalah meletakkan sendi-sendi utama jalannya PUG dalam pangan
dan gizi. Adapun kebijakan yang akan dilakukan sebagaimana
berikut:
1. Melibatkan stakeholder yang bekerja untuk pemberdayaan
perempuan dan isu PUG dalam struktur dewan ketahanan
pangan. Stakeholder PUG ini selanjutnya menjadi Gender
Focal Point (GFP) dalam kegiatan perbaikan sistem ketahanan
pangan dan gizi di NTT. Keterlibatan GFP ini dimulai di tingkat
provinsi sampai ke tingkat desa;
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 - 2015

2. Meningkatkan kapasitas GFP dalam pangan dan gizi. Kapasitas


yang dikembangkan meliputi penguasaan materi, kapasitas
pengelolaan dan penggunaan data terpilah, pengembangan
teknik advokasi dan teknik kampanye dan pendidikan
masyarakat;
3. Melakukan penelitian tentang dampak peran gender di
masyarakat terhadap status gizi masyarakat, khususnya status
ibu hamil dan menyusui dan balita. Data status gizi ibu, terlebih
bagi ibu hamil dan menyusui penting dipantau mengingat gizi
mereka sangat berpengaruh pada status gizi anak;
4. Mengembangkan materi informasi pangan dan gizi guna
mendorong keterlibatan semua pihak, termasuk lelaki,
perempuan, kaum muda dan anak-anak, untuk mendukung
ketahanan pangan dan gizi serta informasi yang dapat
mengklarifikasi makanan tabu bagi ibu hamil dan menyusui; dan
5. Menyampaikan informasi tentang pangan dan gizi kepada 49
seluruh kelompok masyarakat, lelaki, perempuan dan
organisasi kepemudaan. Sosialisasi secara menyeluruh ini
diharapkan mampu mendorong masyarakat secara keseluruhan
guna mendukung ketahanan pangan dan gizi seluruh anggota
keluarga. Seperti memberi perhatian pada ibu hamil dan
menyusui, mengutamakan pemenuhan gizi mereka, tidak
merokok di samping mereka, perilaku hidup bersih dan bekerja
bersama menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 - 2015

Tabel 8. TARGET, SASARAN RAD-PG PROVINSI NTT TAHUN 2012-2015

50
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 - 2015

51
RENCANA AKSI DAERAH
PANGAN DAN GIZI:
BAB III PROGRAM DAN KEGIATAN
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi 2012-2015 Provinsi NTT merupakan
sinergitas lintas sektor antar institusi pelaksana kegiatan. Rencana kegiatan
menurut 5 pilar rencana aksi sebagaimana tertera pada Tabel 9 berikut:

Tabel 9. PROGRAM/KEGIATAN RENCANA AKSI DAERAH PANGAN


DAN GIZI 2012-2015

54

Indikator dan target kinerja dari program/kegiatan yang akan dilaksanakan,


penanggungjawab serta jumlah dana yang diperlukan untuk mencapai target
yang telah ditetapkan sampai dengan tahun 2015 sebagaimana terlampir.
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

BAB IV PEMANTAUAN DAN EVALUASI


55
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Untuk menjamin tercapainya target kinerja yang telah ditetapkan dalam RAD-
PG 2012-2015 ini, maka perlu dilakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi.
Pemantauan difokuskan pada kegiatan yang sedang dilaksanakan agar
secepatnya dapat diketahui kelemahan untuk segera diantisipasi. Sedangkan
evaluasi dilakukan untuk melihat hasil yang dicapai dengan rencana target
yang telah ditentukan.

Tujuan monitoring dan evaluasi internal adalah :


1. Memberikan masukan terhadap pelaksana untuk mengatasi hambatan
yang dihadapi oleh pelaksana kegiatan;
2. Menyediakan sumber informasi tentang pelaksanaan pencapaian target
pembangunan pangan dan gizi; dan
3. Sebagai salah satu dasar dalam perumusan kebijakan di bidang pangan
dan gizi.

56 4.1 Tim Pelaksana

Tim pemantauan dan evaluasi RAD-PG Provinsi NTT ditunjuk oleh


Gubernur melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur. Tim ini mempunyai
kewenangan melakukan pemantauan dan evaluasi di Provinsi NTT.
Susunan tim monitoring dan evaluasi RAD-PG adalah sebagai berikut:

Penanggung Jawab: Gubernur


Ketua : Kepala Bappeda
Anggota :
Pokja I. : Gizi Masyarakat (Kord. Dinkes)
Pokja II. : Aksesibilitas Pangan (Kord. BKPP)
Pokja III. : Mutu dan Keamanan Pangan (Kord. BPOM)
Pokja IV. : Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (Kord. Dinkes)
Pokja V. : Kelembagaan Pangan dan Gizi (Kord. Bappeda).

4.2 Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi

Mekanisme pemantauan dan evaluasi RAD-PG dilakukan dengan


menggunakan indikator berbasiskan pada pencapaian target yang
mendasarkan pada 5 pilar RAD-PG. Pemantauan dan evaluasi dilakukan
secara berkala, dengan memperhatikan indikator input, proses, output,
serta indikator dampak. Program dan kegiatan yang dilakukan pada
setiap tahun dimonitor dan dievaluasi dengan mekanisme sebagaimana
tabel dibawah ini.
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Tabel 10. PELAKSANA DAN INDIKATOR MONITORING DAN


EVALUASI RADPG PROVINSI NTT.

57
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

58
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Di samping pemantauan dan evaluasi terhadap program/kegiatan, juga


dilakukan evaluasi pencapaian target RAD-PG. Hasil monitoring akan
ditindak lanjuti berupa perbaikan rencana maupun pelaksanaan. Secara
umum indikator output yang digunakan diuraikan sebagaimana tabel berikut.
Pada akhir pelaksanaan RAD-PG yakni tahun 2015 dilakukan evaluasi
secara keseluruhan terhadap pencapaian seluruh indikator pencapaian
target MDGs.
Tabel 11. INDIKATOR UNTUK EVALUASI PEMBANGUNAN KETAHANAN
PANGAN DAN GIZI.

59
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Tabel 12. INDIKATOR PENENTUAN PRIORITAS LOKASI SASARAN

60
BAB V PENUTUP
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Dokumen Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi merupakan acuan


peningkatan ketahanan pangan dan gizi di Nusa Tengara Timur selama 4
tahun (2012-2015). Dokumen ini bertujuan mewujudkan dan memperkuat
ketahanan pangan dan gizi di Provinsi NTT dan sekaligus mendukung
tercapainya target MDGs dan RAN-PG. RAD-PG Nusa Tenggara Timur
2012-2015 ini digunakan oleh stakeholder (pemangku kepentingan) untuk
meningkatkan kemampuan menganalisis perkembangan situasi dan
perencanaan program dan kegiatan pangan dan gizi di NTT agar: (i) mampu
menetapkan prioritas penanganan masalah pangan dan gizi; (ii) mampu
memilih intervensi yang tepat sesuai kebutuhan lokal; dan (iii) mampu
membangun dan memfungsikan lembaga pangan dan gizi; dan (iv) mampu
memantau dan mengevaluasi pembangunan pangan dan gizi.

Mengingat masalah pembangunan ketahanan pangan dan gizi bersifat lintas


sektor dan lintas wilayah, maka dalam rencana dan implementasi RAD-
62 PG Provinsi NTT, semangat koordinasi dan integrasi serta sinergitas antar
kegiatan harus diutamakan. Kemitraan antar pemerintah pada tiap level
dengan masyarakat dan swasta merupakan salah satu faktor kunci dalam
pembangunan ketahanan pangan dan gizi di NTT.

Gubernur Nusa Tenggara Timur,

FRANS LEBU RAYA


DAFTAR LAMPIRAN
64
Lampiran 1: Matriks Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Provinsi NTT Tahun 2012 - 2015

Pilar 1: Gizi Masyarakat


RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

65
Pilar 1: Gizi Masyarakat
66
Pilar 2: Aksesibilitas Pangan

Program/ Kegiatan Target Alokasi Anggaran (Rp. milyar) Sumber Pelaksana


Indikator
Pendanaan
Kondisi 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015
Saat Ini

1. Jumlah Desa Mandiri APBN/ APBD


Pengembangan ketersediaan pangan 128 170 210 250 290 4.25 5.25 6.25 7.25 8.25 BKPP NTT
Pangan yang dikembangkan Prov + Kab

2. Jumlah lumbung pangan


APBN/ APBD
yang dikembangkan di daerah 194 227 260 293 326 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 BKPP NTT
Prov + Kab
rawan pangan

3. Penangananan daerah APBN/ APBD


42 42 42 42 42 1.52 1.52 1.52 1.52 1.52 BKPP NTT
rawan pangan (desa) Prov + Kab

4. Ketersediaan data APBN/ APBD


21 21 21 21 21 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 BKPP NTT
(Kab/Kota) Prov + Kab
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

5. Pemantauan dan
APBN/ APBD
Pemantapan ketersediaan dan 21 21 21 21 21 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 BKPP NTT
Prov + Kab
Kerawanan Pangan (SKPG)

Pengembangan sistem distribusi dan 1. Jumlah LDPM di daerah APBN/ APBD


26 33 33 33 33 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05 BKPP NTT
stabilitas harga pangan sentra produksi pangan Prov + Kab

2. Jumlah Kab/kota yang


melakukan pendataan dan APBN/ APBD
21 21 21 21 21 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 BKPP NTT
informasi tentang distribusi, Prov + Kab
harga dan akses pangan
Pilar 2: Aksesibilitas Pangan

3. Jumlah Kab/kota yang


melaksanakan pemantauan APBN/ APBD
21 21 21 21 21 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 BKPP NTT
dan pemantapan distribusi, Prov + Kab
harga dan akses pangan

1. Jumlah desa P2KP


Pengembangan penganekaragaman
(Percepatan APBN/ APBD
konsumsi pangan dan peningkatan 110 230 400 590 800 0.33 0.36 0.40 0.45 0.50 BKPP
Penganekaragaman Konsumsi Prov + Kab
keamanan pangan segar
Pangan

2. Jumlah kab. dan kota yang


melaksanakan promosi APBN/ APBD
11 13 17 19 21 1.10 1.30 1.70 1.90 2.10 BKPP
penganekaragaman konsumsi Prov + Kab
pangan dan keamanan pangan

3. Penyediaan tenaga/petugas
APBN/ APBD
lapangan seperti penyuluh 110 230 400 590 800 0.39 0.81 1.40 2.07 2.80 BKPP
Prov + Kab
(pendamping P2KP)

4. Jumlah prov. dan kab. dan


kota yang melakukan
APBN/ APBD
penanganan keamanan Prov. 3 5 10 15 0.60 1.00 2.00 3.00 4.20 BKPP
Prov + Kab
pangan segar tingkat produsen
dan konsumen

5. Jumlah Kab/Kota yang


memantau dan memantapkan
penganekaragaman konsumsi
APBN/ APBD
pangan dan keamanan pangan 21 21 21 21 21 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 BKPP
Prov + Kab
(termassuk skor PPH dan
tingkat konsumsi energy rata-
rata penduduk)
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

67
68
Pilar 2: Aksesibilitas Pangan

6. Jumlah kab/kota yang


menyediakan data dan
APBN/ APBD
informasi tentang pola 21 21 21 21 21 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 BKPP
Prov + Kab
konsumsi penganekaragaman
dan keamanan pangan

Pengembangan produksi perikanan Jumlah produksi perikanan APBN/ APBD


97,797 103,665 106,775 109,978 113,278 7.40 7.20 6.90 6.70 6.50 DKP
tangkap tangkap (juta ton) Prov + Kab

1. Optimalisasi IB dan INKA Dinas


Peningkatan produksi peternakan 0 220 850 500 400 2.20 8.50 6.00 5.00 4.00 APBN
(pejantan pemacek=ekor) Peternakan
2. Kelompok pengembangan
Dinas
agribisnis peternakan melalui 0 15 20 25 30 1.30 2.00 2.50 3.00 3.50 APBN, PPHP
Peternakan
LM3
3. Kelompok pengembangan Dinas
1 0 10 12 12 0 1.00 1.20 1.20 1.20 APBN
budidaya kambing/domba Peternakan
4. Kelompok pengembangan Dinas
3 5 4 6 8 0.80 0.50 0.80 1.20 1.30 APBN
budidaya perunggasan Peternakan
5. Kelompok pengembangan Dinas
5 3 4 8 10 4.00 7.00 1.20 1.40 2.00 APBN + APBD
budidaya ternak non unggas Peternakan
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

6. Kelompok pengembangan Dinas


31 300 112 50 40 8.00 26.30 15.00 12.00 10.00 APBN + APBD
budidaya sapi potong Peternakan

7.Gerakan makan telur ayam


Dinas
bagi putra putri indonesia 0 0 0 1 2 0 0 100.00 220.00 330.00 APBN
Peternakan
(paket)
1. Pengembangan kawasan
Peningkatan produksi tanaman buah 0 13 30 45 65 0.40 0.12 0.35 0.50 0.50 APBN Distanbun
tanaman buah (ha)
2. Pengembangan registrasi
0 1 2 2 3 0.32 0.60 0.60 0.70 0.12 APBN Distanbun
kebun tanaman buah (kebun)
3. Perbaikan mutu pengelolaan
pasca panen tanaman buah - 0 250 unit 500 unit 750.0 1,000 0.50 1.00 1.50 1.75 2.50 APBN Distanbun
sarana
4. Box karton (Unit) 0 250 500 750 1,000 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 APBN Distanbun
5. Peningkatan jumlah
kelembagaan usaha tanaman 0 1 2 2 3 0.35 0.20 0.30 0.40 0.50 APBN Distanbun
(lembaga)
Peningkatan (produksi) tanaman sayur 5. SL GAP (kipk) 0 1 2 2 3 0.20 0.30 0.30 0.30 0.40 APBN Distanbun
Pilar 2: Aksesibilitas Pangan

1. - Cabe (ha) 0 3 3 6 9 0.30 0.60 0.90 1.20 1.80 APBN Distanbun


- Bawang merah (ha) 0 2 2 4 6 0.30 0.60 0.90 1.20 1.80 APBN Distanbun
2. Pengembangan registrasi
lahan usaha tanaman sayur 0 6.0 10 12 14 0.30 0.20 0.35 0.40 0.50 APBN Distanbun
(lahan)
3. Perbaikan pengelolaan mutu
pasca panen tanaman sayur 0 4.0 8 10 12 0.90 1.00 1.20 1.30 1.40 APBN Distanbun
dan alat pasca panen (paket)
4. Peningkatan jumlah
0 5 4 5 6 0.73 0.20 0.60 0.65 0.70 APBN Distanbun
kelembagaan usaha tanaman
5. SLA GAB (klpk) 0 1 1 2 2 0.80 0.60 0.80 0.80 1.00 APBN Distanbun
1. Terselenggaranya
Pengelolaan produksi tanaman serealia/ sinkronisasi sasaran-sasaran
0 1 2 2 2 0.39 0.40 0.40 0.43 0.45 APBN Distanbun
tanaman aneka kacang dan umbi tanaman dan produksi
tanaman pangan (paket)
3. Terselenggaranya
identifikasi, sosialisasi dan
0 1 1 1 1 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 APBN Distanbun
monev pengembangan padi
hibrida (kegiatan)
4. Demplot pengembangan
0 5 5 5 5 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 APBN Distanbun
padi Varietas baru (ha)
5. Sosialisasi dan monev
0 1 1 1 1 0.35 0.35 0.35 0.35 0.35 APBN Distanbun
sorgum (kegiatan)
6. Tersedianya cadangan benih
0 100 110 120 130 0.50 0.60 0.75 0.75 0.80 APBD Distanbun
jagung (Kw)
7. Tersedianya fasilitas
antisipasi bencana alam dan
gangguan iklim terhadap 0 14 16 16 16 2.50 3.40 4.80 5.70 7.50 APBN Distanbun
produksi dan produktifitas.
(Unit)
8. Identifikasi, koordinasi dan
Peningkatan produksi, produktifitas dan
monev pemberdayaan
mutu produk tanaman buah berkelanjutan 0 1,100 1,100 1,300 1,300 4.20 4.30 5.10 5.10 5.10 APBD Distanbun
kelompok penangkar kedelai
(Prioritas nasional)
(Klpk).
9. Pengembangan agensia
hayati untuk OPT kedelai 0 10 12 12 12 0.75 0.90 0.90 0.90 0.90 APBN Distanbun
(Unit)
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

69
70
Pilar 3. : Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan

Kondisi Target Alokasi Anggaran (milyar) Sumber


Kegiatan Indikator Saat Ini 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 dana Pelaksana

Persentase pengawasan obat, APBN/APBD BPOM, Dinkes,


dan produk
Pengawasan obat, makanan makanan danserta bahan
produk berbahaya lainnya.
serta 0 15 25 30 40 65 0.25 0.35 0.35 0.50 0.65 /BPOM, Perindag,
bahan berbahaya lainnya. BKP2 koperasi

Peningkatan kuantitas dan


kualitas tenaga penyuluh 1. Jumlah tenaga penyuluh
ABPN/
keamanan pangan dan keamanan pangan 0 0 42 63 74 85 0.00 0.50 0.75 0.75 0.50 BPOM, BKP2
APBD
pengawas pangan kabupaten/kota
kab/kota

2. Jumlah tenaga pengawas


ABPN/
pangan / District Food Inspector 0 0 42 63 74 85 0.00 0.25 0.35 0.35 0.50 BPOM, BKP2
APBD
(DFI) kabupaten/kota

1.Jumlah IRTP yang dilatih dan


Bimbingan teknis pada difasilitasi design dan BPOM, Dinkes,
ABPN/
industri rumah tangga implementasi cara produksi 0 0 5 10 15 20 0.00 0.25 0.35 0.35 0.50 Perindag,
APBD
pangan produk pangan yang baik (CPPB) koperasi
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

pada industry rumah tangga

Monitoring dan pembinaan


bagi Penjaja PJAS dan 1. Jumlah kantin sekolah yang
ABPN/
pengelola kantin sekolah dilatih dan difasilitasi penerapan 0 0 20 22 24 26 0.00 0.40 0.75 0.75 0.75 BPOM
APBD
serta komunitas sekolah prinsip-prinsip kemanan pangan
lainnya

1. Monitoring dan verifikasi


pelaksanaan Bimtek pada kantin
16 0 20 22 24 26 0.00 0.70 0.80 0.80 0.90 APBN BPOM
di sekolah-sekolah dasar
(Kegiatan).
Peningkatan keamanan, 2. Biaya operasional mobil BPOM, Dinkes
38 38 38 38 38 38 0.28 0.75 0.75 0.75 0.75 APBN
mutu, gizi pangan jajanan laboratorium keliling dan mitra
ABPN/
3. Sampling pangan 240 240 245 250 250 265 0.25 0.25 0.35 0.35 0.50 BPOM
APBD
Pilar 4: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Kondisi TargetPencapaian AlokasiAnggaran(Rpmiliar) Sumber


Program/Kegiatan Indikator Pelaksana
Saatini Pendanaan
2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015

Dinkes
Peningkatan kualitas Jumlah desa yang
270 480 690 900 1,110 1,420 1.50 2.50 3.00 4.50 5.50 APBD Prov.NTT/kab/
lingkungan hidup melaksanakan STBM
kota dan mitra
Pemberdayaan element-
element masyarakat,
Dinkes & Biro
termasuk organisasi
Persentase keterlibatan PP
perempuan dan 25 30 35 40 45 50 0.20 0.35 0.40 0.50 0.75 APBD
elemen masyarakat Prov.NTT/kab/
organisasi keagamaan
kota dan mitra
dalam mensosialisasikan
PHBS.
Dinkes
Jumlah kegiatan
120 150 175 225 240 250 0.25 2.40 0.50 0.70 0.90 APBD Prov.NTT/kab/
sosialisasi
kota dan mitra

Persentase penduduk Dinkes


Pembinaan PHBS pangan dan
yanggizi
menggunakan 65.0 67.0 69.0 72.0 75.0 80.0 0.20 0.35 0.40 0.50 0.75 APBD Prov.NTT/kab/
jamban keluarga kota dan mitra

Dinkes, BLHD,
Persentase rumah Kehutanan
tangga dengan akses APBD/APBN/L Prov.
49.3 51.3 54.3 58.3 61.3 65.0 23.80 35.74 39.32 43.25 30.75
berkelanjutan terhadap ainnya Kimpraswil/ka
air bersih b/kota dan
mitra
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

71
72
Pilar 5 : Kelembagaan Pangan dan Gizi

Kondisi Target Alokasi Anggaran (Rp. milyar) Sumber


Indikator Saat Ini 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 dana Pelaksana
Kegiatan
1.Revitalisasi
kelembagaan Rapat koordinasi dan
Dewan Ketahanan
sinkronisasi pangan dan gizi
Pangan tingkat APBN/ Pemda
oleh Dewan Ketahanan 2 kali 2 kali 3 kali 3 kali 4 kali 4 kali 0.11 0.12 0.13 0.15 0.15
kabupaten/kota dan APBD Propinsi
koordinasi dan Pangan Kab/kota dalam
kerjasama lintas setahun (Per tahun)
SKPD

APBN/
Penyediaan tenaga/petugas
APBD
lapangan seperti penyuluh 110 230 400 590 800 800 0.39 0.81 1.40 2.07 2.80 BKPP
Prov +
(Petugas)
Kab

10 Kali 12 Kali 12 Kali 12 Kali 12 Kali 12 Kali


2. Revitalisasi BKPP bersama
Terlaksananya pembinaan Penyuluhan Penyuluhan Penyuluhan Penyuluhan Penyuluhan Penyuluha
kelembagaan Bappeda dan
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

dan peningkatan kelas ke BPP, ke BPP, ke BPP, ke BPP, ke BPP, n ke BPP, APBD
pangan dan gizi di 0.13 0.15 0.16 0.18 0.18 Instansi Terkait
kemampuan kelembagaan Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Prov. Tingkat Prov. &
pedesaan
petani Tani, HKTI, Tani, HKTI, Tani, HKTI, Tani, HKTI, Tani, HKTI, Tani, HKTI, Kab/Kota
KTNA KTNA KTNA KTNA KTNA KTNA

21 kab 21 kab BKPP bersama


21 kab (126 21 kab (126 21 kab (126 21 kab (126 Bappeda dan
pengembangan lumbung (126 (126 APBD
kelompok kelompok kelompok kelompok 1.12 1.23 1.35 1.49 1.49 Instansi Terkait
pangan masyarakat kelompok kelompok Prov.
lumbung) lumbung) lumbung) lumbung) Tingkat Prov. &
lumbung) lumbung) Kab/Kota
Pilar 5 : Kelembagaan Pangan dan Gizi

Pemantauan dan APBN/


Bappeda
pemantapan ketersediaan APBD
3. Pengembangan dan kerawanan pangan 21 21 21 21 21 21 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 dan BKPP
Prov +
sistem informasi NTT
(SKPG) (kab/kota) Kab
kewaspadaan
pangan dan gizi Terlaksananya deteksi dini Bappeda
kerawanan pangan melalui 21 21 21 21 21 21 0.30 0.15 0.20 0.23 0.23 APBN dan BKPP
SKPG (kab./kota) NTT

Terlibatnya Biro/
Penguatan Dewan Sosialisasi APBN/
Kantor/Badan/Bagian Penataan di Bappeda,
Ketahanan Pangan di provinsi APBD
Peremberdayaan 0 tingkat 5 kab/kota 10 kab/kota 6 kab 0.05 0.10 0.30 0.40 0.30 Biro PP dan
Provinsi dan dan Prov +
Kabupaten/Kota Perempuan dalam Dewan provinsi BKPP
kab/kota Kab
Ketahan Pangan

Advokasi
Kelompok Advokasi
Persiapan
Sosialisasi GFP di kelompok
Terbentuknya Gender Focal penguatan Advokasi Bappeda,
PUG dalam tingkat GFP di 10 APBN/
Point dalam Dewan GFP pada GFP di 4 Biro/bagian/
RAD-PG pada provinsi dan kabupaten APBD
Ketahanan Pangan di 0 Dewan kabupaten 0.25 0.40 0.45 0.65 0.70 kantor/bada
GFP yang 7 daratan Prov +
tingkat propinsi, kabupaten, Ketahanan daratan n PP dan
ada di SKPD kabupaten/k Flores, Kab
kecamatan dan desa Pangan Sumba BKPP
provinsi ota daratan Lembata dan
provinsi
Timor, Rote Alor
dan Sabu
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

73
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Lampiran 2:
STATUS
STATUS BALITAGIZI
BALITA GIZIKURANG
KURANG DAN
DANGIZI
GIZIBURUK
BURUKPER KABUPATEN
PER KABUPATEN
PROVINSI NTT TAHUN 2007
PROVINSI NTT TAHUN 2007

BB/U
NO KABUPATEN GIZI BURUK GIZI KURANG
(%) (%)
1 Sumba Barat 8.5 21.8
2 Sumba Timur 10.3 14.4
3 Kab. Kupang 8.8 29.1
4 TTS 13.3 26.9
5 TTU 8.2 29.3
6 Belu 7.6 26.3
7 Alor 9.3 22.3
74 8 Lembata 5.4 25.6
9 Flores Timur 6.7 23.1
10 Sikka 8.8 27.9
11 Ende 11.1 22.5
12 Ngada 8.4 18.2
13 Manggarai 12.0 25.3
14 Rote Ndao 11.6 29.2
15 Kota Kupang 3.2 11.4
16 Manggarai Barat 7.6 22.5
Nusa Tenggara Timur 9.4 24.2

Sumber: Riskesdas (2007)
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Lampiran 3:
280 KECAMATAN PADA PRIORITAS 1-6 PETA KETAHANAN
DAN KERENTANAN PANGAN (FSVA) Provinsi NTT 2010

75
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

76
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

77

sumber: NTT FSVA 2010


RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Lampiran 4 :

PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN LAUT DAN PERIKANAN


DARAT PROVINSI NTT, 2005 - 2010

Produksi (Ton)
No. Komoditi
2005 2006 2007 2008 2009 2010
I Perikanan Laut
1. Paperek 417.2 385.0 1,214.8 338.6 2,672 1,912.17
2. Ikan 1,204.8 2,725.9 - - 5,606 3,596.81
Merah
3. Ikan 3,105.5 2,626.7 - 6,294.2 7,221 4,510
78 Kerapu
4. Ikan 2,204.6 1,019.3 977.6 5,327 9,646 741.79
Kakap
5. Ekor 1,304 967.5 1,222.5 1,469.5 1,995 2,126.98
Kuning
6. Tenggiri 1,654.1 1,111.2 - - 1,502 1,892.91
7. Cakalang 6,227.7 3,959.8 1,648.3 1,778.2 3,481
8. Tongkol 11,745.1 903.3 9,520.9 12,401.4 9,202
9. Rumput - 481,119.4 108,839.2 - -
Laut
II. Perikanan Darat
1 Udang 279.4 296.6 553 317 318

Sumber: NTT Dalam Angka 2006 - 2010
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

Lampiran 5 :

PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT


DI KAB/KOTA PROVINSI NTT TAHUN 2007

Kabupaten/Kota Baik Buruk

Sumba Barat 5.7 94.3

Sumba Timur 8.5 91.5


Kupang 17.9 82.1
Timor Tengah Selatan 3.9 96.1
Timor Tengah Utara 11.4 88.6
Belu 10.1 89.9
Alor 13.1 86.9 79
Lembata 28.3 71.7
Flores Timur 36.9 63.1
Sikka 17.3 82.7
Ende 18.2 81.8
Ngada 27.9 72.1
Manggarai 5.0 95.0
Rote Ndao 10.1 89.9
Manggarai Barat 10.8 89.2
Kota Kupang 37.4 62.6
NTT 15.3 84.7

Riskesdas 2007
RAD-PG | Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 - 2015

TIM PENYUSUN RENCANA AKSI DAERAH PANGAN DAN GIZI (RAD-PG)


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2012-2015

PEMBINA : Ir. Wayan Darmawa, MT.


PENANGGUNG JAWAB : DR. Keron A. Petrus, SE, MA.
KETUA : Djoese S. M. Nai Buti, SPt, M.Si.
WAKIL KETUA : Ir. Isbandrio, MM.
SEKRETARIS : Sylvia Peku Djawang, Sp, MM.

ANGGOTA TIM :
1. Crisca Benmar Eoh, S.Pi, M.Si (Universitas Nusa Cendana)
2. Bonavantura Taco, S.Pd. (Bappeda)
3. Vince Bimas Panggula, SKM (Bappeda)
4. Sem Lapik, Apt. (Balai POM)
80 5. Saiful, SKM. (Dinas Kesehatan Provinsi)
6. Sherly Wilahuky, ST., MT. (Bappeda)
7. Hendro Buki, SKM. (Bappeda)
8. Esrom Elim, SE., MSi. (Bappeda)
9. Florence K.D. Beribe, SKM. (Bappeda)
10. Widia Wati Sipayung, SKM. (Bappeda)
11. Florentina P.C. Bere Mau, S.Sos. (Bappeda)
12. Petronela Pakereng, SE. (Bappeda)
13. Adriana Lomiga, ST. (Bappeda)
14. Melchiades Serang (Bappeda)

Didukung oleh Tim dari WFP, UNICEF dan WVI:


Petrus Langoday
Vama Chrisnadarmani
Elviyanti Martini
Blandina Rosalina Bait
Alfiyah Ashmad
Hai Raga Lawa
Sri Wulandari
Pemerintah Provinsi NTT
JL. Raya El Tari no 52
Kupang, NTT
Telp. 0380 - 831234
website: www.nttprov.go.id

Country Office
Wisma Keiai Indonesia, 9th Floor
Jl. Jend. Sudirman Kav. 3, Jakarta 10220 Indonesia
Tel. +62 21 5709004
Fax. +62 21 5709001
Kupang Sub Office
Jalan S.K. Lerik Nomor 15 A, Kelurahan Kelapa Lima
Walikota, Kupang 85228 Indonesia
Telephone : + 62 380 833469, 833467, 825770
Fax : + 62 380 820707
Website : www.wfp.org

UNICEF PERWAKILAN NTT


Jln. Wolter Monginsidi II No 5 Kupang
Telp. 0380 824961
Fax. 0380 825744
Website: www.Unicef.org/indonesia

Wahana Visi Indonesia


Kantor National :
Wahana Visi Indonesia mitra World Vision Indonesia
Gedung 33 Jln. Wahid Hasyim No.33 Jakarta 10340
Telepon : + 62 21 3192 7467
Fax : + 62 21 3107 846

Kantor Propinsi NTT


Jalan. H.R Koroh No.95
Sikumana - Kupang 85117
Nusa Tenggara Timur
Website : www.wvindonesia.org

Anda mungkin juga menyukai