Anda di halaman 1dari 27

PEMERINTAH KABUPATEN MEMPAWAH

DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK


DAN KELUARGA BERENCANA
PUSKESMAS RAWAT JALAN SUNGAI PURUN KECIL
Jalan Raya Sungai Purun Kecil, Kecamatan Sungai Pinyuh Kode Pos 78353

KERANGKA ACUAN KEGIATAN / TERM OF REFERENCE


PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) BERBAHAN PANGAN LOKAL BAGI
IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS RAWAT JALAN SUNGAI PURUN KECIL
TAHUN ANGGARAN 2024

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategi Pangan dan Gizi
c. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020 – 2024
d. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 23 tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak
i. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 tahun 2021 tentang Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual
j. Peraturan Lembaga Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah RI Nomor 3 Tahun 2021
Tentang Pedoman Swakelola

2. Gambaran Umum
Salah satu sasaran prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024 adalah pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Status
gizi yang baik pada ibu hamil dan balita merupakan salah satu faktor penentu untuk
keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia. Pencegahan terjadinya masalah gizi pada
ibu hamil dan anak, merupakan hal penting dilaksanakan mulai dari menjaga kesehatan dan
status gizinya saat sebelum dan selama kehamilan, dilanjutkan pada masa menyusui, semua
bayi mendapat ASI eksklusif, semua baduta (bawah dua tahun) mendapat Makanan
Pendamping ASI tinggi protein hewani serta memastikan setiap anak balita mengkonsumsi
makanan keluarga dengan nilai gizi yang sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.
Pertumbuhan dan perkembangan pada periode balita terutama 1000 Hari Pertama
Kehidupan sangat pesat demikian pula perkembangan kognitifnya. Ibu hamil dan balita
merupakan kelompok rawan gizi yang perlu mendapat perhatian khusus dikarenakan
dampak jangka panjang yang ditimbulkan apabila mereka menderita kekurangan gizi. Ibu
hamil yang mengalami kekurangan gizi akan mempengaruhi proses tumbuh kembang janin,
berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Bayi berat lahir rendah
bilamana tidak mendapatkan penanganan yang sesuai standar seperti halnya balita dengan
kekurangan gizi akan berisiko stunting.

Prevalensi ibu hamil dengan Kurang Energi Kronis 17,3% (Riskesdas 2018) dan target
RPJMN 2024 turun menjadi 10% dilain pihak prevalensi anemia ibu hamil dari sumber
yang sama 48,3%. Berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 prevalensi balita
kurus 7,1% dan stunting 24,4%. Perlu penanganan yang komprehensif dan terintegrasi untuk
menangani masalah kekurangan gizi baik pada ibu hamil maupun balita. Berdasarkan Studi
Diet Total tahun 2014, lebih dari separuh ibu hamil asupan energi sangat kurang (<70%
angka kecukupan energi) dan sekitar separuh ibu hamil mengalami kekurangan asupan
protein (<80% angka kecukupan protein) (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Pelayanan pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care/ANC) terpadu terutama pada


kunjungan pertama di trimester pertama dan dilakukan oleh dokter akan mendeteksi sedini
mungkin faktor risiko kehamilan. Bilamana ditemukan ibu hamil dengan kurang energi 13
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN
TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN
BALITA GIZI KURANG kronis (Lingkar Lengan Atas <23,5 cm) maka harus diidentifikasi
penyebabnya dan ditangani sesuai dengan kondisi ibu hamil disamping pemberian makanan
tambahan dan edukasi ibu hamil mengkonsumsi makanan bergizi sesuai kebutuhannya
selama kehamilan dan saat menyusui. Demikian pula bilamana ditemukan balita dengan gizi
kurang (BB/PB atau BB/TB dengan nilai z-score <-2 SD sampai dengan -3 SD) baik di
Posyandu ataupun difasilitas kesehatan maka perlu dilakukan tatalaksana dengan
pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit untuk mengidentifikasi dan mengatasi
penyebab yang mendasarinya serta kondisi yang memperberat. Dalam upaya memastikan
dan mengatasi masalah gizi selama kehamilan pada masyarakat kurang mampu, WHO
merekomendasikan pendidikan gizi dan mendorong ibu hamil mendapatkan makanan
bergizi seimbang dan pemenuhan kebutuhan protein, bersama dengan pemberian tablet
tambah darah dan penguatan melalui konseling (WHO, 2013). Rekomendasi WHO ini telah
menjadi kebijakan Kementerian Kesehatan dimana sejak tahun 2016 memberi makan
tambahan pabrikan baik pada ibu hamil KEK dan balita gizi kurang. Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun 2016 tentang
Standar Produk Suplementasi Gizi adalah Biskuit yang mengandung protein, asam linoleate,
karbohidrat dan diperkaya dengan 11 vitamin dan 7 mineral.

Adapun pemberian tablet tambah darah (minimal 90 tablet selama kehamilan sudah
dimulai sejak tahun 1990-an) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Kemandirian keluarga dalam penyediaan pangan bergizi dengan memanfaatkan potensi
pangan lokal dan edukasi pola konsumsi makanan bergizi diharapkan akan memperbaiki
keluarga dan masyarakat agar mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan
berlangsung secara berkelanjutan. Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di dunia
dalam keragaman hayati. Setidaknya terdapat 77 jenis sumber karbohidrat, 26 jenis kacang-
kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, dan 110 jenis rempah dan bumbu-
bumbuan (Badan Ketahanan Pangan, 2020). Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi
pemanfaatan pangan lokal sangat terbuka luas untuk penyediaan pangan keluarga, termasuk
untuk perbaikan gizi balita dan ibu hamil. Dari hasil study, PMT berbasis kearifan lokal
lebih efektif (Amalia, 2021), disertai dengan konseling gizi dan pendampingan.

Menu dan Rincian Kegiatan

No Rincian Menu/ Komponen Uraian


Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan Pangan Lokal bagi Ibu Hamil dan
Balita Gizi Kurangpaya Penurunan AKI-AKB dan Perbaikan Gizi Masyarakat
1. Pelatihan tim pelaksana dalam Pelatihan tim pengolah makanan dibutuhkan agar
penyiapan pemberian makanan tercapai tujuan untuk memberikan informasi
tambahan berbasis pangan lokal mengenai kreasi pembuatan PMT dengan berbasis
bagi ibu hamil kek dan balita gizi pangan lokal. PMT merupakan upaya memberikan
kurang tingkat kab/kota dan tambahan makanan kepada balita untuk menambah
puskesmas asupan gizi guna mencukupi kebutuhan gizi agar
tercapai status gizi yang baik.
2. Penyediaan Bahan Makanan Melaksanakan kegiatan Penyediaan Bahan
tambahan berbasis pangan lokal Makanan tambahan berbasis pangan lokal bagi Ibu
bagi Ibu Hamil KEK dan balita gizi Hamil KEK dan balita gizi kurang
kurang
B. PENERIMA MANFAAT

No Nama Kegiatan Jumlah Penerima Manfaat


1. Pelatihan tim pelaksana dalam 3 Desa Masyarakat
penyiapan pemberian makanan
tambahan berbasis pangan lokal bagi
ibu hamil kek dan balita gizi kurang
tingkat kab/kota dan puskesmas

2. Penyediaan Bahan Makanan tambahan 15 Balita Balita Gizi Kurang


berbasis pangan lokal bagi balita kurang
gizi

Penyediaan Bahan Makanan tambahan 45 Ibu Hamil Bumil KEK


berbasis pangan lokal bagi Ibu Hamil
KEK
C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

Output
Rincian Menu/ Metode Tahapan
No Satuan Volum
Komponen Pelaksanaan Pelaksanaan
e
1. Pelatihan tim pelaksana Dokumen Swakelola Persiapan
dalam penyiapan Laporan Pelaksanaan
pemberian makanan Bahan Kegiatan
tambahan berbasis pangan Makanan Waktu Pelaksanaan
lokal bagi ibu hamil kek (Januari-Desember)
dan bakita gizi kurang Pembuatan Laporan
tingkat kab/kota dan akhir
puskesmas
2. Penyediaan Bahan Dokumen Swakelola Persiapan
Makanan tambahan Laporan Pelaksanaan
berbasis pangan lokal bagi Bahan Kegiatan
balita kurang gizi Makanan Waktu Pelaksanaan
(Januari-Desember)
Pembuatan Laporan
Dokumen akhir
Penyediaan Bahan Laporan
Makanan tambahan Bahan
berbasis pangan lokal bagi Makanan
Ibu Hamil KEK

D. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN


Kegiatan akan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan sampai dengan 1 tahun selama tahun 2024.

E. BIAYA YANG DIPERLUKAN


Biaya yang dibutuhkan untuk usulan Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
berbahan Pangan Lokal bagi Ibu Hamil dan Balita Gizi Kurang Masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Jalan Sungai Purun Kecil TA 2024 adalah sebesar Rp. 105.000.000 ,-
dengan rincian :

No Nama Kegiatan Jumlah Biaya


Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan Pangan Lokal bagi Ibu Hamil dan
Balita Gizi Kurang Masyarakat
Rp. 105.000.000
1. Pelatihan tim pelaksana dalam penyiapan pemberian Rp. 9.150.000
makanan tambahan berbasis pangan lokal bagi ibu hamil
kek dan balita gizi kurang tingkat kab/kota dan puskesmas
2. Penyediaan Bahan Makanan tambahan berbasis pangan Rp. 66.825.000
lokal bagi balita kurang gizi

Penyediaan Bahan Makanan tambahan berbasis pangan Rp. 29.025.000


lokal bagi Ibu Hamil KEK

Rincian Anggaran Biaya (RAB) terlampir

Sungai Purun Kecil, Agustus 2023


KEPALA PUSKESMAS RAWAT JALAN
SUNGAI PURUN KECIL

MUHAMMAD HASANUDIN, S.ST


NIP.19770521 200003 1 003
PEMERINTAH KABUPATEN MEMPAWAH
DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK
DAN KELUARGA BERENCANA
PUSKESMAS RAWAT JALAN SUNGAI PURUN KECIL
Jalan Raya Sungai Purun Kecil, Kecamatan Sungai Pinyuh Kode Pos 78353

KERANGKA ACUAN KEGIATAN / TERM OF REFERENCE


UKM ESENSIAL PRIMER
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWAT JALAN
SUNGAI PURUN KECIL
TAHUN ANGGARAN 2024

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2022 tentang PetunjukTeknis Penggunaan Dana
Alokasi Khusus Non Fisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2022
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang organisasidan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan
Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan
 Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional Tahun 2010

2. Gambaran Umum
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diwilayah kerja puskesmas,
puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merupakan kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan tersebut dilaksanakan dengan pendekatan peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabititatif) oleh pemerintah dan /atau masyarakat yang dilakukan secara
terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan.

Upaya kesehatan wajib adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen


nasional, regiona dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Usaha kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap
puskesmas yang ada diwilayah Indonesia.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah Promosi kesehatan, Kesehatan Lingkungan,


Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat,
Pengobatan dan Penanganan Kegawatdaruratan.

3. Menu dan Rincian Kegiatan

No Rincian Menu/ Komponen Uraian


UKM ESSENSIAL
Penurunan AKI dan AKB dan Perbaikan Gizi Masyarakat
1. Kunjungan lapangan Pelayanan Pembinaan Pelayanan ANC, Persalinan,
Kesehatan Ibu dan Anak PNC bagi Posyandu Prima, Praktik
Mandiri, dan Posyandu merupakan salah
satu upaya untuk memperbaiki mutu
pelayanan sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Pelaksanakan kegiatan tersebut dapat
diintegrasikan dengan kegiatan konfirmasi
laporan kasus Bumil KEK, Bumil Anemia,
Bumil Risti, Bayi BBLR dan Balita dengan
masalah gizi agar diperoleh informasi yang
tepat dan akurat dengan harapan dapat
ditemukan dan ditanganinya seluruh kasus
di atas sehingga dapat menurunkan
prevalensi semua kasus tersebut
2. Pelaksanaan Kelas Ibu (Kelas Ibu Merupakan suatu aktifitas belajar
Hamil, Kelas Ibu Balita) kelompok dengan anggota beberapa ibu
hamil dan atau ibu yang mempunyai anak
balita dibawah bimbingan satu atau
beberapa fasilitator dengan memakai buku
KIA sebagai alat pembelajaran. Buku
Kesehatan Kesehatan Ibu dan Anak (buku
KIA) yang merupakan buku berisi catatan
informasi kesehatan ibu mulai kehamilan
hingga anak berusia 5 tahun. Diharapkan
dengan diadakan kelas ibu ini dapat
meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan, merubah sikap dan perilaku
ibu tentang kesehatan balita, gizi dan
stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
anak
3. Pelayanan Kesehatan Pada Anak Merupakan kegiatan pemeriksaan
Usia Sekolah dan Remaja kesehatan dasar yang bertujuan untuk
mengetahui status kesehatan siswa sebagai
salah satu upaya deteksi dini jika siswa
memiliki masalah kesehatan. Kegiatan ini
merupakan program rutin puskesmas
dalam pelayanan kesehatan anak sekolah
di wilayah kerja puskesmas.
Pemeriksaan kesehatan anak sekolah
meliputi pemeriksaan Berat Badan (BB),
Tinggi Badan (TB), Pemeriksaan Gigi,
Mulut, Telinga, Kulit, Kuku, Kesehatan
Reproduksi, Kesehatan Mental, Kesehatan
Intelegensia. Pemeriksaan kesehatan
menjadi sangat penting dilakukan karena
dapat menumbuhkan kesadaran peserta
didik sejak dini untuk hidup bersih dan
sehat yang dapat dimulai dari lingkungan
sekolah dan dapat diterapkan dimanapun
mereka berada.
4. Pemantauan Tumbuh Kembang Merupakan kegiatan yang melibatkan
Balita kader, nutrisionist, bidan desa, dokter dan
perawat untuk membahas dan menyusun
SOP tatalaksana balita dengan masalah
gizi dan tumbuh kembang. Tujuannya
agar masalah gizi dan tumbuh kembang
pada balita dapat dideteksi secara dini dan
segera dilakukan langkah- langkah tindak
lanjut sehingga masalah gizi dan tumbuh
kembang pada balita dapat diatasi secara
cepat dan tepat
5. Program Perencanaan Persalinan Merupakan Suatu Kegiatan yang
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) difasilitasi oleh Bidan Bidan Puskesmas
bersama-sama dengan Bidan yang bertugas
di masing-masing Polindes dalam rangka
peningkatan peran aktif suami, keluarga
dan masyarakat dalam merencanakan
Persalinan yang aman dan persiapan
menghadapi komplikasi pada ibu hamil.
Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan
program pemasangan stiker, merupakan
upaya terobosan percepatan penurunan
angka kematian ibu. Melalui P4K dengan
stiker yang ditempel dirumah ibu hamil,
maka setiap ibu hamil akan tercatat, terdata
dan terpantau secara tepat
Dengan data dalam stiker, suami, keluarga,
kader bersama bidan di desa dapat
memantau secara intensif keadaan dan
perkembangan kesehatan ibu hamil, untuk
mendapatkan pelayanan yang sesuai
standar pada saat antenatal, persalinan dan
nifas, sehingga proses persalinan sampai
nifas termasuk rujukannya dapat berjalan
dengan aman dan selamat, tidak terjadi
kesakitan dan kematian ibu serta bayi yang
dilahirkan selamat dan sehat
6. Surveilans Kesehatan Gizi dan Merupakan salah satu elemen penting
KIA untuk meningkatkan status gizi ibu dan
anak dalam rangka upaya untuk menekan
AKI dan AKB. Bidan desa dan juga
nutrisionist memiliki peran penting dalam
mengevaluasi dan memonitoring kesehatan
ibu dan anak diwilayah kerja puskesmas
dengan memperhatikan pentingnya
melakukan perbaikan sistem pencatatan
dan pelaporan GIKIA dan memaksimalkan
pemanfaatan data PWS KIA.

7. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Merupakan salah satu upaya untuk


Bagi Calon Pengantin, Pasangan menekan AKI AKB dengan meningkatkan
Usia Subur (PUS) status kesehatan reproduksi dan status gizi
masyarakat yang harus dilaksanakan pada
dewasa muda (calon pengantin) dan wanita
usia subur dengan harapan calon
pengantin menjadi pasangan usia subur
(PUS) yang siap menjalani masa
kehamilan, persalinan, nifas dan menyusui
secara sehat agar melahirkan generasi yang
berkualitas.
Upaya deteksi dini, preventif dan respons penyakit
1. Deteksi dini faktor risiko dan Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
penyakit tidak menular di mendeteksi sejak dini gejala penyakit tidak
masyarakat menular yang sering di derita oleh
sebagian besar masyarakat.
Kegiatan deteksi dini/skrening faktor
resiko PTM dengan sasaran penduduk usia
15 tahun keatas dan kegiatan Posyandu
Lansia sasarannya adalah penduduk
dengan usia 45 tahun keatas.
Agar pelaksanaan kegiatan di lapangan
dan pencatatan dan pelaporan Posbindu
PTM dan Posyandu Lansia lebih efektif
maka kedua kegiatan itu dapat
diintegrasikan dalam satu kegiatan UKBM
2. Pelayanan Imunisasi Merupakan upaya pencegahan,
pengendalian, dan pemberantasan dalam
penanggulangan Penyakit Menular yang
mengutamakan aspek promotif dan
preventif yang ditujukan untuk
menurunkan dan menghilangkan angka
kesakitan, kecacatan, dan kematian,
membatasi penularan, serta penyebaran
penyakit agar tidak meluas antar daerah
maupun antar negara serta berpotensi
menimbulkan kejadian luar biasa/wabah.
3. Penemuan kasus aktif dan Penemuan kasus secara aktif terhadap
pemantauan pengobatan penyakit penyakit termasuk agen penyebab penyakit
menular, serta Program Pemberian dilakukan dengan cara petugas kesehatan
Obat Pencegahan Masal (POPM) datang langsung ke masyarakat dengan
atau tanpa informasi dari masyarakat,
untuk mencari dan melakukan identifikasi
kasus.
Salah satu penanggulangan cacingan yaitu
dengan strategi deworming yang dikenal
dengan Pemberian Obat Pencegahan
secara Massal (POPM).
Pemberian obat pencegahan secara massal
hanya dapat dilakukan pada penyakit yang
dikategorikan sebagai penyakit tropik yang
terabaikan ( Neglected Tropical Diseases /
NTD) dengan memperhatikan tingkat
endemisitas wilayah masing-masing.

4. Penemuan Kasus Aktif Penyakit Pelacakan dan investigasi kontak (contact


Menular tracing and contact investigation).
Investigasi kontak (IK) merupakan
kegiatan pelacakan dan investigasi yang
ditujukan pada orang-orang yang kontak
dengan pasien TBC (indeks kasus) untuk
menemukan terduga TBC. Kontak yang
terduga TBC akan dirujuk ke layanan
kesehatan untuk pemeriksaan lanjutan dan
bila terdiagnosis TBC, akan diberikan
pengobatan yang tepat dan sedini
mungkin.
5. Penemuan kasus aktif TBC Merupakan kegiatan pelacakan kepada
orang – orang yang bergejala / dicurigai
TBC atau orang- orang yang kontak
dengan pasien TBC yang akan dilakukan
pemeriksaan lanjutan dengan merujuk ke
layanan fasilitas Kesehatan untuk
dilakukan pemeriksaan lebih spesifik.
Kegiatan edukasi dan penemuan kasus
TBC secara aktif yang dilakukan oleh
petugas puskesmas adalah pemeriksaan
kontak dengan cara mendatangi rumah
pasien TBC dan melakukan skrining gejala
TBC
Penemuan kasus TBC secara aktif bisa
dilakukan oleh petugas kesehatan melalui
kegiatan pemberdayaan masyarakat
Upaya pencapaian target penemuan kasus
TBC sangat ditentukan oleh dukungan
seluruh jajaran lintas sektor dan peran serta
seluruh lapisan masyarakat termasuk
organisasi kemasyarakatan, organisasi
profesi, kalangan swasta, dan dunia usaha.
Penemuan kasus yang tinggi disertai
tatalaksana kasus yang baik akan
menjamin Eliminasi TBC tahun 2030
dapat tercapai.
6. Survei vector (DBD, Malaria dan Merupakan prioritas dalam upaya
Leptosprirosis) dan pengendalian pengendalian penyakit karena potensi
vector (pengasapan/fogging, untuk menularkan penyakit sangat besar
penyemprotan dinding rumah seperti lalat, nyamuk, tikus, dan serangga
(IRS), larvasidasi DBD/Malaria lainnya.Kegiatan pengendalian vektor
dan PSN) dapat berupa penyemprotan,
biologicalcontrol, pemusnahan sarang
nyamuk, dan perbaikan lingkungan Upaya
pengendalian vektor perlu ditingkatkan
karena penyakit yang ditularkan melalui
vektor merupakan penyakit endemis yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan
masyarakat bahkan wabah atau Kejadian
Luar Biasa (KLB).
7. Inpeksi kesehatan lingkungan di Inspeksi kesehatan lingkungan adalah
Tempat Pengelolaan Pangan (TPP), kegiatan pemeriksaan dan pengamatan
Tempat Fasilitas Umum (TFU), secara langsung terhadap media
Sarana Air Minum (SAM), dan lingkungan dalam rangka pengawasan
Fasyankes berdasarkan standar, norma, dan baku
mutu yang berlaku untuk meningkatkan
kualitas lingkungan yang sehat.
Kondisi kualitas lingkungan dari upaya
penyehatan lingkungan melalui ukuran
indikator pencapaian yang dihasilkan dari
kriteria 6 indikator kinerja yaitu :
Memiliki desa/kelurahan melaksanakan
STBM, melakukan pengawasan kualitas
air minum
Sarana Air Bersih dan AIr Minum yang
memenuhi persyaratan fisik,biologis dan
kimiawi, TPM memenuhi syarat
kesehatan,
TFU memenuhi syarat kesehatan, Fasilitas
sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan,
Rumah sehat merupakan rumah yang
memenuhi syarat kesehatan.
8. Penyelidikan dan respon kasus atau Merupakan kegiatan yang dilakukan
Kejadian Luar Biasa (KLB) terutama untuk menemukan kontak erat.
Hasil penyelidikan epidemiologi dapat
memberikan masukan bagi pengambil
kebijakan dalam rangka penanggulangan
atau pemutusan penularan secara lebih
cepat. Penyelidikan epidemiologi adalah
penyelidikan yang dilakukan untuk
mengenal sifat-sifat penyebab, sumber dan
cara penularan serta faktor yang dapat
mempengaruhi timbulnya wabah. Kejadian
Luar Biasa yang disingkat KLB adalah
timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan/atau kematian yang
bermakna secara epidemiologi pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu, dan
merupakan keadaan yang dapat menjurus
kepada terjadinya wabah
9. Pemberdayaan masyarakat serta Penyakit menular masih menjadi masalah
pembinaan kader kesehatan dalam kesehatan masyarakat yang menimbulkan
penanggulangan permasalahan P2P kesakitan, kematian, dan kecacatan yang
dan Penyehatan Lingkungan tinggi sehingga perlu dilakukan
penyelenggaraan penanggulangan melalui
upaya pencegahan, pengendalian, dan
pemberantasan yang efektif dan efisien
Pemberdayaan masyarakat merupakan
salah satu Strategi dalam penyelenggaraan
Penanggulangan Penyakit Menular

B. PENERIMA MANFAAT
No Nama Kegiatan Jumlah Penerima Manfaat
Penurunan AKI dan AKB dan Perbaikan Gizi Masyarakat
1. Kunjungan lapangan bumil 3 Desa Ibu Hamil, Bayi
Kurang Energi Kronik, Anemia, Dan Balita
Bumil risti dengan masalah
Gizi
2. Kunjungan lapangan bayi Berat 3 Desa Bayi dan Balita dengan Masalah
Lahir rendah, dan Bayi Balita Gizi
dengan masalah Gizi
3. Pelayanan kesehatan di 12 Posyandu Bayi dan Balita
Posyandu
4. Pelaksanaan Kelas ibu hamil 3 Desa Ibu Hamil
5. Pelaksanaan Kelas ibu balita 3 Desa Ibu Balita
6. Pembinaan Kesehatan Sekolah 40 Sekolah, 8 Anak usia sekolah dan Remaja
(termasuk skrining kesehatan) Paud dan TK
pada anak usia sekolah dan
remaja
7. Pemantauan Tumbuh Kembang 3 desa dan 3 Balita Dengan Masalah Gizi
Balita kasus
8. Rapat Koordinasi dengan 3 desa Ibu Hamil
OPD/perangkat desa dan
Masyarakat terkait Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K)
9. Pelacakan dan pelaporan 10 Kasus Masyarakat
kematian dan pelaksanaan
otopsi verbal kematian Ibu dan
Bayi/balita
10. Pertemuan validasi dan evaluasi 30 Orang Bidan, bidan desa, penanggung
data GIKIA jawab gizi, dinas kesehatan
11. Pelaksanaan penyuluhan dan 3 Desa Masyarakat
pelayanan KB, praktik P2GP
dan kesehatan reproduksi,
pencegahan kekerasan pada
perempuan dan anak dan
kesehatan penyandang
disabilitas
Upaya deteksi dini, preventif dan respons penyakit
1. Deteksi dini faktor risiko dan 3 Desa Masyarakat
penyakit tidak menular di
masyarakat
2. Pelayanan Imunisasi (imunisasi 3 desa dan 16 Bayi, Baduta dan Anak Usia
bayi, baduta, WUS, antigen Sekolah Sekolah Dasar
baru, BIAS, sweeping, DOFU,
Catch up, ORI, BLF, crash
program, imunisasi tambahan
lainnya, skrining status
imunisasi) di Posyandu/
Sekolah/ Pos Imunisasi Lainnya
3. Pelacakan kerumah Kasus KIPI 3 Desa Bayi dan Baduta
Serius
4. Pemberian Obat Pencegah 3 Desa/ 8 TK Masyarakat dan Anak TK
Masal (POPM) untuk
pencegahan penyakit Filariasis
dan Kecacingan, dan
pemantauan minum oralit dan
Zink pada balita diare serta care
seeking Pneumonia
5. Penemuan kasus PD3I (AFP, 3 Desa Masyarakat
campak rubela, dan PD3I
lainnya)
6. Deteksi Dini HIV dan IMS 3 Desa Masyarakat
7. Pelaksanaan Mobile Tes HIV 3 Desa Masyarakat
dan IMS pada populasi kunci
8. Tracing Loss to Follow up 3 Desa Masyarakat
(LTFU) dan pendampingan
minum obat bagi ODHIV
(Komponen Wajib)
9. Penemuan kasus hepatitis B 5 Kasus Masyarakat
(HBsAg reaktif) pada bayi usia
9-12 bulan di masyarakat dan
pemantauan ibu hamil reaktif
HbsAg
10. Intensifikasi penemuan kasus 3 Desa Masyarakat
Kusta Frambusia serta
tatalaksana kontak kasus Kusta
Frambusia
11. Pemantauan minum obat dan 3 Desa Masyarakat
terapi pencegahan TBC
12. Penemuan kasus aktif, 3 Desa Masyarakat
investigasi kontak, dan
pelacakan kasus mangkir
13. Survei Vektor Malaria, DBD 3 Desa Masyarakat
dan Reservoar Leptospirosis
14. Pengendalian vektor 3 Desa Masyarakat
(pengasapan/fogging,
penyemprotan dinding rumah
(IRS), larvasidasi DBD/Malaria
dan PSN
15. Inspeksi Kesling di Sarana 3 Desa Masyarakat
Tempat dan Fasilitas Umum,
Sarana Tempat Pengelolaan
Pangan, Sarana Air Minum,
Fasyankes
16. Surveilans kualitas air minum di 3 Desa Masyarakat
tingkat rumah tangga
(SKAMRT)
17. Verifikasi Sinyal/ Penyelidikan 3 Desa Masyarakat
Epidemiologi (PE)/ Pelacakan
Kontak Penyakit Berpotensi
KLB/Wabah dan Penyakit
Infeksi Emerging
18. Pemberdayaan kader 3 Desa Masyarakat
masyarakat dalam pencegahan
penyakit menular
19. Pemberdayaan kader 3 Desa Masyarakat
masyarakat terlibat dalam
pelaksanaan deteksi dini faktor
risiko penyakit tidak menular
20. Pemberdayaan kader 3 Desa Masyarakat
masyarakat terlibat dalam
pelaksanaan imunisasi dan
surveilans PD3I

21. Pemberdayaan kader 3 Desa Masyarakat


masyarakat melalui pemicuan
untuk implementasi seluruh
pilar STBM

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


N Rincian Menu/ Output Metode Tahapan
o Komponen Satuan Volume Pelaksanaan Pelakssanaan
Penurunan AKI dan AKB dan Perbaikan Gizi Masyarakat
1. Kunjungan lapangan Dokumen Swakelola Persiapan
Pelayanan Kesehatan Laporan Administrasi
Ibu dan Anak Pelaksanaan
Kegiatan
Waktu
Pelaksanaan
(Januari
Desember)
Pembuatan
Laporan Akhir
2. Pelaksanaan Kelas Ibu Dokumen Swakelola Persiapan
(Kelas Ibu Hamil, Laporan Administrasi
Kelas Ibu Balita) Pelaksanaan
Kegiatan
Waktu
Pelaksanaan
(Januari
Desember)
Pembuatan
Laporan Akhir
3. Pelayanan Kesehatan Dokumen Swakelola Persiapan
Pada Anak Usia Laporan Administrasi
Sekolah dan Remaja Pelaksanaan
Kegiatan
Waktu
Pelaksanaan
(Januari
Desember)
Pembuatan
Laporan Akhir
4. Pemantauan Dokumen Swakelola Persiapan
Tumbuh Laporan Administrasi
Kembang Balita Pelaksanaan
Kegiatan
Waktu
Pelaksanaan
(Januari
Desember)
Pembuatan
Laporan Akhir
5. Program Perencanaan Dokumen Swakelola Persiapan
Persalinan dan Laporan Administrasi
Pencegahan Pelaksanaan
Komplikasi (P4K) Kegiatan
Waktu
Pelaksanaan
(Januari
Desember)
Pembuatan
Laporan Akhir
6. Surveilans Kesehatan Dokumen Swakelola Persiapan
Gizi dan KIA Laporan Administrasi
Pelaksanaan
Kegiatan
Waktu
Pelaksanaan
(Januari
Desember)
Pembuatan
Laporan Akhir
7. Pelayanan Kesehatan Dokumen Swakelola Persiapan
Reproduksi Bagi Laporan Administrasi
Calon Pengantin, Pelaksanaan
Pasangan Usia Subur Kegiatan
(PUS) Waktu
Pelaksanaan
(Januari
Desember)
Pembuatan
Laporan Akhir
Upaya deteksi dini, preventif dan respons penyakit
1. Deteksi dini faktor Dokumen Swakelola Persiapan
risiko dan penyakit Laporan Administrasi
tidak menular di Pelaksanaan
masyarakat Kegiatan
Waktu
Pelaksanaan
(Januari
Desember)
Pembuatan
Laporan Akhir
2. Pelayanan Imunisasi Dokumen Swakelola Persiapan
Laporan Administrasi
Pelaksanaan
Kegiatan
Waktu
Pelaksanaan
(Januari
Desember)
Pembuatan
Laporan Akhir
3. Penemuan kasus aktif Dokumen Swakelola Persiapan
dan pemantauan Laporan Administrasi
pengobatan penyakit Pelaksanaan
menular, serta Kegiatan
Program Pemberian Waktu
Obat Pencegahan Pelaksanaan
Masal (POPM) (Januari
Desember)
Pembuatan
Laporan Akhir
4. Penemuan Kasus Dokumen Swakelola Persiapan
Aktif Penyakit Laporan Administrasi
Menular Pelaksanaan
Kegiatan
Waktu
Pelaksanaan
(Januari
Desember)
Pembuatan
Laporan Akhir
5. Penemuan kasus aktif Dokumen Swakelola Persiapan
TBC Laporan Administrasi
Pelaksanaan
Kegiatan
Waktu
Pelaksanaan
(Januari
Desember)
Pembuatan
Laporan Akhir
6. Survei vector (DBD, Dokumen Swakelola Persiapan
Malaria dan Laporan Administrasi
Leptosprirosis) dan Pelaksanaan
pengendalian vector Kegiatan
(pengasapan/fogging, Waktu
penyemprotan dinding Pelaksanaan
rumah (IRS), (Januari
larvasidasi Desember)
DBD/Malaria dan Pembuatan
PSN) Laporan Akhir
7. Inpeksi kesehatan Dokumen Swakelola Persiapan
lingkungan di Tempat Laporan Administrasi
Pengelolaan Pangan Pelaksanaan
(TPP), Tempat Kegiatan
Fasilitas Umum Waktu
(TFU), Sarana Air Pelaksanaan
Minum (SAM), dan (Januari
Fasyankes Desember)
Pembuatan
Laporan Akhir
8. Penyelidikan dan Dokumen Swakelola Persiapan
respon kasus atau Laporan Administrasi
Kejadian Luar Biasa Pelaksanaan
(KLB) Kegiatan
Waktu
Pelaksanaan
(Januari
Desember)
Pembuatan
Laporan Akhir
9. Pemberdayaan Dokumen Swakelola Persiapan
masyarakat serta Laporan Administrasi
pembinaan kader Pelaksanaan
kesehatan dalam Kegiatan
penanggulangan Waktu
permasalahan P2P dan Pelaksanaan
Penyehatan (Januari
Lingkungan Desember)
Pembuatan
Laporan Akhir
D. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN
Kegiatan akan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan sampai dengan 1 tahun selama tahun 2024.

E. BIAYA YANG DIPERLUKAN


Biaya yang dibutuhkan untuk usulan Kegiatan UKM Esensial Primer di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Jalan Sungai Purun Kecil TA 2024 adalah sebesar Rp. 622.650.000,-
dengan rincian :

N Nama Kegiatan Jumlah Biaya


o
Penurunan AKI dan AKB dan Perbaikan Gizi Masyarakat Rp. 239.300.000
1. Kunjungan lapangan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
a. Kunjungan lapangan bumil Kurang Energi Kronik, Rp. 7.800.000
Anemia, Bumil risti dengan masalah Gizi
b. Kunjungan lapangan bayi Berat Lahir rendah, dan Bayi Rp. 4.800.000
Balita dengan masalah Gizi
Kunjungan Pembinaan Pelayanan ANC, Persalinan, PNC
bagi Posyandu Prima, Praktik Mandiri, dan Posyandu
(Komponen Wajib)
a. Pelayanan kesehatan di Posyandu Rp. 93.600.000
2. Pelaksanaan Kelas Ibu (Kelas Ibu Hamil, Kelas Ibu Balita)
a. Pelaksanaan Kelas ibu hamil Rp. 3.600.000
b. Pelaksanaan Kelas ibu Balita Rp. 3.600.000

3. Pelayanan Kesehatan Pada Anak Usia Sekolah dan Remaja


a. SDIDTK di Paud dan TK Rp. 7.200.000
b. Skrining Kesehatan Anak Sekolah Rp. 30.000.000
c. Pemeriksaan Berkala Sekolah Rp. 8.100.000
d. Posyandu Remaja Rp. 5.400.000
e. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja ( Kespro )
4. Pemantauan Tumbuh Kembang Balita
a. Lokakarya pembuatan SOP tatalaksana balita dengan Rp. 19.200.000
masalah gizi
b. Pendampingan Pemberian MPASI Dan ASI Eksklusif Rp. 4.050.000
c. Pendampingan rujukan balita stunting/gizi buruk Rp. 4.050.000
5. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K)
a. Rapat Koordinasi dengan OPD/perangkat desa dan Rp. 19.200.000
Masyarakat terkait Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K)
6. Surveilans Kesehatan Gizi dan KIA
a. Pelacakan dan pelaporan kematian dan pelaksanaan Rp. 4.500.000
otopsi verbal kematian Ibu dan Bayi/balita
b. Pertemuan validasi dan evaluasi data GIKIA Rp. 3.600.000
7. Pelaksanaan penyuluhan dan pelayanan KB, praktik P2GP Rp.3.000.000
dan kesehatan reproduksi, pencegahan kekerasan pada
perempuan dan anak dan kesehatan penyandang disabilitas
Upaya deteksi dini, preventif dan respons penyakit Rp. 383.350.000

1. Deteksi/penemuan dini/skrining faktor risiko dan Penyakit


Tidak Menular prioritas di masyarakat
a. Deteksi dini/skrining faktor resiko PTM di Posbindu Rp. 64.800.000
b. Deteksi dini/skrining faktor resiko PTM di Prolansia Rp. 64.800.000
c. Deteksi dini/skrining faktor resiko PTM di UKBM Rp. 8.100.000
lainnya
Pelaksanaan Follow Up Layanan Quitline Terintegrasi Rp. 2.700.000
dengan Layanan UBM di FKTP (Komponen Wajib)
2. Pelayanan Imunisasi
Pelayanan Imunisasi (imunisasi bayi, baduta, WUS, antigen
baru, BIAS, sweeping, DOFU, Catch up, ORI, BLF, crash
program, imunisasi tambahan lainnya, skrining status
imunisasi) di Posyandu/ Sekolah/ Pos Imunisasi Lainnya
a. Sweeping Imunisasi Rp. 8.100.000
b. Pelaksanaan Immunisasi BIAS Campak Rp. 14.400.000
c. Pelaksanaan Immunisasi BIAS DT dan Td ( Kelas 1, 2 Rp. 17.600.000
dan 5 )
d. Pelaksanaan Imunisasi HPV (Human Papiloma Virus) Rp. 28.800.000
Pemantauan Kasus KIPI
a. Pelacakan kerumah Kasus KIPI Serius Rp. 8.100.000
3. Pemberian Obat Pencegah Masal (POPM) untuk pencegahan
penyakit Filariasis dan Kecacingan, dan pemantauan minum
oralit dan Zink pada balita diare serta care seeking
Pneumonia
a. Pemberian Obat Cacing dan Vitamin A Rp. 3.200.000
b. Pemantauan Minum Oralit dan Zink Pada Balita Diare Rp. 1.200.000
4. Penemuan kasus aktif penyakit menular
a. Penemuan kasus PD3I (AFP, campak rubela, dan PD3I Rp. 16.200.000
lainnya)
b. Deteksi Dini HIV dan IMS Rp. 2.700.000
c. Pelaksanaan Mobile Tes HIV dan IMS pada populasi Rp. 1.350.000
kunci
d. Tracing Loss to Follow up (LTFU) dan pendampingan Rp. 2.700.000
minum obat bagi ODHIV
e. Penemuan kasus hepatitis B (HBsAg reaktif) pada bayi Rp. 2.250.000
usia 9-12 bulan di masyarakat dan pemantauan ibu hamil
reaktif HbsAg
f. Intensifikasi penemuan kasus Kusta Frambusia serta Rp.1.350.000
tatalaksana kontak kasus Kusta Frambusia
5. Penemuan kasus aktif TBC
a. Pemantauan minum obat dan terapi pencegahan TBC Rp. 8.100.000
b. Penemuan kasus aktif, investigasi kontak, dan pelacakan Rp. 8.100.000
kasus mangkir
6. Survei vector (DBD, Malaria dan Leptosprirosis) dan
pengendalian vector (pengasapan/fogging, penyemprotan
dinding rumah (IRS), larvasidasi DBD/Malaria dan PSN)
a. Survei Vektor Malaria, DBD dan Reservoar Rp. 16.200.000
Leptospirosis Rp. 16.200.000
b. Pengendalian vektor (pengasapan/fogging, penyemprotan
dinding rumah (IRS), larvasidasi DBD/Malaria dan PSN
7. Inspeksi Kesling di Sarana Tempat dan Fasilitas Umum,
Sarana Tempat Pengelolaan Pangan, Sarana Air Minum,
Fasyankes
a. Inspeksi Kesling di Sarana Tempat dan Fasilitas Umum Rp. 16.200.000
b. Inspeksi Kesling di Sarana Tempat Pengelolaan Pangan Rp. 16.200.000
c. Inpeksi kesehatan lingkungan di Sarana Air Minum Rp. 16.200.000
(SAM) Rp. 5.400.000
d. Inspeksi Kesling di Fasyankes
Surveilans kualitas air minum di tingkat rumah tangga Rp. 5.400.000
(SKAMRT)
8 Verifikasi Sinyal/ Penyelidikan Epidemiologi (PE)/ Rp. 16.200.000
Pelacakan Kontak Penyakit Berpotensi KLB/Wabah dan
Penyakit Infeksi Emerging

9 Pemberdayaan masyarakat serta pembinaan kader kesehatan


dalam penanggulangan permasalahan P2P dan Penyehatan
Lingkungan
a. Pemberdayaan kader masyarakat dalam pencegahan Rp. 3.600.000
penyakit menular
b. Pemberdayaan kader masyarakat terlibat dalam Rp. 2.400.000
pelaksanaan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak
menular
c. Pemberdayaan kader masyarakat terlibat dalam Rp. 2.400.000
pelaksanaan imunisasi dan surveilans PD3I
d. Pemberdayaan kader masyarakat melalui pemicuan untuk Rp. 2.400.000
implementasi seluruh pilar STBM
Rincian Anggaran Biaya (RAB) terlampir

Sungai Purun Kecil, Agustus 2023


KEPALA PUSKESMAS RAWAT JALAN
SUNGAI PURUN KECIL

MUHAMMAD HASANUDIN, S.ST


NIP.19770521 200003 1 003
PEMERINTAH KABUPATEN MEMPAWAH
DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK
DAN KELUARGA BERENCANA
PUSKESMAS RAWAT JALAN SUNGAI PURUN KECIL
Jalan Raya Sungai Purun Kecil, Kecamatan Sungai Pinyuh

KERANGKA ACUAN KEGIATAN / TERM OF REFERENCE


INSENTIF TENAGA UKM DIPUSKESMAS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWAT JALAN
SUNGAI PURUN KECIL TAHUN ANGGARAN 2024

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2022 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Nomor 2 Tahun 2022 tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2022.
2. Gambaran Umum

Insentif UKM merupakan pemberian imbalan di luar gaji, bersifat material pada
petugas puskesmas sebagai kompensasi atas kesediaanya untuk melakukan kegiatan UKM.
Insentif UKM diberikan kepada semua petugas puskesmas yang melaksanakan kegiatan
program UKM untuk meningkatkan kinerja program UKM di puskesmas. Insentif UKM
diberikan setiap bulan, setelah puskesmas melaporkan kinerja dan penyerapan dana BOK
bulan yang bersangkutan.
3. Menu dan Rincian Kegiatan

No Rincian Menu/Kompoenen Uraian


Insentif Tenaga UKM di Puskesmas

Pemberian Insentif untuk tenaga puskesmas Melakukan Pemberian Insentif untuk tenaga
yang melaksanakan kegiatan program upaya puskesmas yang melaksanakan kegiatan
kesehatan masyarakat (UKM) baik kegiatan program upaya kesehatan masyarakat (UKM)
di baik kegiatan di lapangan atau kegiatan
lapangan atau kegiatan manajemen UKM manajemen UKM

B. PENERIMA MANFAAT

No Nama Kegiatan Penerima manfaat


Pemberian Insentif untuk tenaga puskesmas Pegawai negeri, non pegawai di puskesmas
yang melaksanakan kegiatan program upaya
kesehatan masyarakat (UKM) baik kegiatan di
lapangan atau kegiatan manajemen UKM

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

No Rincian Menu/ Komponen Output Metode Tahapan


Satuan Volume Pelaksanaan Pelaksana
1. Pemberian Insentif untuk Dokume 2 Swakelola 1. Persiapan
tenaga puskesmas yang n 2. Pelaksanaan
melaksanakan kegiatan Laporan Kegiatan
program upaya kesehatan 3. Waktu
masyarakat (UKM) baik Pelaksanaan
kegiatan di lapangan atau (Januari-
kegiatan manajemen UKM Desember)
4. Pembuatan
Laporan Akhir

D. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN


Kegiatan akan dilaksanakan dalam waktu 1 tahun selama tahun 2024

E. BIAYA YANG DIPERLUKAN


Biaya yang dibutuhkan untuk usulan Kegiatan Insentif Tenaga UKM di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Jalan Sungai Purun Kecil TA 2024 adalah sebesar Rp. 162.000.000,-
dengan rincian :

No Nama Kegiatan Jumlah Biaya


Insentif Tenaga UKM di PuskesmasRp. 162. 000.000
Pemberian Insentif untuk tenaga puskesmas yang Rp. 162.000.000
melaksanakan kegiatan program upaya kesehatan
masyarakat (UKM) baik kegiatan di lapangan atau
kegiatan manajemen UKM

Sungai Purun Kecil, Agustus 2023

KEPALA PUSKESMAS RAWAT JALAN


SUNGAI PURUN KECIL
MUHAMMAD HASANUDIN, S.ST
NIP.19770521 200003 1 003
PEMERINTAH KABUPATEN MEMPAWAH
DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK
DAN KELUARGA BERENCANA
PUSKESMAS RAWAT JALAN SUNGAI PURUN KECIL
Jalan Raya Sungai Purun Kecil, Kecamatan Sungai Pinyuh Kode Pos 78353

KERANGKA ACUAN KEGIATAN / TERM OF REFERENCE


UPAYA PENGUATAN PERENCANAAN MELALUI MINI LOKAKARYA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWAT JALAN
SUNGAI PURUN KECIL TAHUN ANGGARAN 2023

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
 Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 12 Tahun 2021 Tentang Petunjuk
Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Non Fisik Bidang Kesehatan Tahun
Anggaran 2021
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Puskesmas;

2. Gambaran Umum

Pengertian manajemen merupakan sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang dilakukan
oleh sekelompok orang atau organisasi agar mencapai tujuan dengan cara bekerjasama
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Secara etimologi kata manajemen diambil dari
bahasa Perancis kuno, yaitu menagement, yang artinya adalah seni dalam mengatur dan
melaksanakan, manajemen dapat juga didefinisikan sebagai upaya perencanaan,
pengkoordinasian, pengorganisasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran secara efisien dan efektif agar mencapai tujuan sesuai perencanaan dan efisien
untuk melaksanakan pekerjaan dengan benar dan terorganisir. Fungsi manajemen adalah
elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang
akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Dalam hal ini penyelenggaraan fungsi manajemen Puskesmas meliputi Perencanaan ( P1 ),
Penggerakkan Pelaksanaan ( P2 ) melalui lokakarya mini Puskesmas, pengawasan
pengendalian dan penialaian (P3) kinerja puskesmas serta kegiatan koordinasi lintas sector
lainnya.
Menu dan Rincian Kegiatan

N Rincian Menu / Komponen Uraian


o
Penguatan Integrasi Layanan Primer
1. Pendampingan pelaksanaan ILP di Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer
posyandu prima/pustu dan merupakan upaya untuk mengkoordinasikan
posyandu berbagai pelayanan kesehatan masyarakat
yang esensial dalam mewujudkan pelayanan
kesehatan yang komprehensif,
berkesinambungan, dan berkualitas
Transport kunjungan rumah kader
posyandu

Dukungan internet dalam Penggunaan internet dalam implementasi


implementasi dashboard ILP dan dashboard ILP dan ASIK. ASIK merupakan
ASIK bagian dari misi Kemenkes RI dalam upaya
mentransformasikan layanan kesehatan
dengan membantu para tenaga kesehatan
melakukan pencatatan data pasien yang
lebih efisien dan terintegrasi dalam satu
database.

Upaya Penguatan Perencana melalui Mini Lokakarya


Pelaksanaan Lokakarya Mini Lokakarya mini dalam rangka penguatan
Bulanan Puskesmas rencana (p1), Penggerakan Pelaksanaan
(P2), Pengawasan Pengendalian dan
penilaian (P3) kinerja puskesmas serta
kegiatan koordinasi lintas sektor lainnya

Pelaksanaan Lokakarya Mini Kegiatan pertemuan rapat bulanan


Lintas Sektor Triwulanan (Lokakarya mini) serta pertemuan lintas
sektor yang dilaksanakan setiap bulannya
dan setiap 3 bulan sekali untuk lokakarya
mini lintas sektor dalam rangka penguatan
rencana (p1), Penggerakan Pelaksanaan
(P2), Pengawasan Pengendalian dan
penilaian (P3) kinerja puskesmas serta
kegiatan koordinasi lintas sektor lainnya.

B. PENERIMA MANFAAT
No Nama Kegiatan Jumlah Penerima Manfaat
1. Pendampingan pelaksanaan ILP di 2 Staf Puskesmas
posyandu prima/pustu dan posyandu

Transport kunjungan rumah kader


posyandu 12 Kader

Dukungan internet dalam


implementasi dashboard ILP dan 2 Pustu Staf Puskesmas
ASIK
2. Pelaksanaan Lokakarya Mini 60 Seluruh Staf
Bulanan Puskesmas Puskesmas

Pelaksanaan Lokakarya Mini Lintas 70 Staf puskesmas,


Sektor Triwulanan linsek, kader

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

No Rincian Menu/ Output Metode Tahapan


Komponen Satuan Volume Pelaksanaa Pelaksana
n
1. Pendampingan Dokumen 6 Swakelola 1. Persiapan
pelaksanaan ILP di Laporan 2. Pelaksanaan
posyandu prima/pustu Kegiatan
dan posyandu 3. Waktu
Pelaksanaan
Transport kunjungan Dokumen 6 Swakelola
rumah kader posyandu Laporan (Januari-
Desember)
Dukungan internet Dokumen 12 Swakelola 4. Pembuatan
dalam implementasi Laporan Laporan akhir
dashboard ILP dan
ASIK
2 Pelaksanaan Dokumen 12 Swakelola 1. Persiapan
Lokakarya Mini Laporan 2. Pelaksanaan
Bulanan Puskesmas Kegiatan
3. Waktu
Pelaksanaan Dokumen 4 Swakelola
Pelaksanaan
Lokakarya Mini Lintas Laporan
Sektor Triwulanan (Januari-
Desember)
4. Pembuatan
Laporan akhir

D. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN


Kegiatan akan dilaksanakan dalam waktu 1 tahun selama tahun 2024

E. BIAYA YANG DIPERLUKAN


Biaya yang dibutuhkan untuk usulan Upaya Penguatan Perencana melalui Mini
Lokakarya di wilayah kerja Puskesmas Rawat Jalan Sungai Purun Kecil TA 2024 adalah
sebesar Rp. 42.400.000 ,- dengan rincian :
No Nama Kegiatan Jumlah Biaya
Pendampingan pelaksanaan ILP di posyandu
1. Rp. 8.400.000
prima/pustu dan posyandu

Transport kunjungan rumah kader posyandu

Dukungan internet dalam implementasi dashboard Rp. 7.200.000


ILP dan ASIK
Rp. 8.400.000
Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas
2. Rp. 7.200.000
Pelaksanaan Lokakarya Mini Lintas Sektor
Triwulanan
Rp. 11.200.000

Rincian Anggaran Biaya (RAB) terlampir

Sungai Purun Kecil, Agustus 2023

KEPALA PUSKESMAS RAWAT JALAN


SUNGAI PURUN KECIL

MUHAMMAD HASANUDIN, S.ST


NIP.19770521 200003 1 003

Anda mungkin juga menyukai