DINAS KESEHATAN
BLUD PUSKESMAS MONTA
Jln. Jurusan Parado, Desa Tangga Kecematan Monta Kabupaten Bima Kode Pos 84172
A. Pendahuluan
Salah satu sasaran pembangunan dalam rencana pembangunan kesehatan dalam
rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah
pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan penambahan makanan tinggi protein hewani pada ibu hamil
dengan kurang energi kronis (KEK) untuk mencegah janin gagal tumbuh dan agar balita
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Masalah gizi muncul akibat masalah
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga
memperoleh makanan untuk semua anggotanya baik jumlah makanannya maupun mutu
zat gizinya. Hal ini disebabkan makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi zat-zat gizi
yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai akibat kurangnya pengetahuan tentang
pemanfaatan dan pengolahan bahan makanan yang lebih bervariasi.
Faktor konsumsi yang rendah dan ketidaktahuan masyarakat memanfaatkan
bahan makanan lokal yang ada untuk dijadikan bahan makanan tambahan dapat
memperparah keadaan gizi khususnya anak balita, karena anak balita termasuk
golongan rawan terhadap masalah gizi. Gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan,
tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan dan kesempatan kerja.
Peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, telah dilaksanakan oleh
semua pihak. Hasil pengamatan, pengalaman lapangan sampai peningkatan cakupan
program yang dikaji secara statistik, semuanya membuktikan bahwa peran serta
masyarakat amat menentukan terhadap keberhasilan, kemandirian dan kesinambungan
pembangunan kesehatan.
Partisipasi atau peran serta masyarakat jelas dirasakan dalam segala bidang
pembangunan kesehatan yang berlandaskan paradigma sehat. Paradigma sehat adalah
cara pandang pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistic.
Masalah gangguan dan tumbuh kembang pada anak usia dibawah lima tahun
(balita) merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius. Usia dibawah 5
tahun merupakan usia yang amat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh
kembang bayi balk fisik maupun kecerdasan. Karena itu setiap balita harus memperoleh
asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya. Hasil survey menunjukkan bahwa salah satu
penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang bayi, dan anak usia 12 - 24 bulan
Indonesia adalah rendahnya mutu Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dan
tidak sesuainya pola konsumsi yang diberikan sehingga beberapa zat gizi tidak dapat
1
mencukupi kebutuhan khususnya energi dan zat gizi mikro terutama zat besi (Fe) dan
Seng (Zn).
B. Latar Belakang
Pembangunan sumber daya manusia berkualitas merupakan amanat prioritas
pembangunan nasional. Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu untuk
keberhasilan pembangunan sumber daya manusia. Ibu hamil dan Balita merupakan salah
satu kelompok rawan gizi yang perlu mendapat perhatian khusus, karena dampak jangka
panjang yang ditimbulkan apabila mengalami kekurangan gizi. Selain itu, usia balita
merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan rawan
terhadap kekurangan gizi. Begitu pula dengan Ibu hamil, apabila Ibu hamil mengalami
kekurangan gizi akan mempengaruhi proses tumbuh kembang janin yang berisiko untuk
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan atau stunting.
Masalah gizi Balita di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan Survei Status
Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 prevalensi balita wasting sebesar 7,7% dan Balita
stunting 21,6%. Sedangkan data Riskesdas (2018) menunjukkan prevalensi risiko KEK
pada Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 14,1%, sedangkan pada Ibu hamil sebesar
17.3%. Selain itu prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 48,9%.
Masalah gizi disebabkan oleh berbagai faktor. Kekurangan asupan makanan
bergizi dan atau seringnya terinfeksi penyakit menjadi salah satu penyebab langsung
terjadinya masalah gizi. Pola asuh yang kurang tepat, kurangnya pengetahuan, sulitnya
akses ke pelayanan kesehatan, kondisi sosial ekonomi juga berpengaruh secara tidak
langsung terhadap akses makanan bergizi dan layanan Kesehatan Pembangunan sumber
daya manusia berkualitas merupakan amanat prioritas pembangunan nasional. Status gizi
yang baik merupakan salah satu faktor penentu untuk keberhasilan pembangunan sumber
daya manusia. Ibu hamil dan Balita merupakan salah satu kelompok rawan gizi yang
perlu mendapat perhatian khusus, karena dampak jangka panjang yang ditimbulkan
apabila mengalami kekurangan gizi. Selain itu, usia balita merupakan periode
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan rawan terhadap kekurangan gizi.
Begitu pula dengan Ibu hamil, apabila Ibu hamil mengalami kekurangan gizi akan
mempengaruhi proses tumbuh kembang janin yang berisiko untuk melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR) dan atau stunting.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 prevalensi balita
wasting sebesar 7,7% dan Balita stunting 21,6%. Sedangkan data Riskesdas (2018)
menunjukkan prevalensi risiko KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 14,1%,
sedangkan pada Ibu hamil sebesar 17.3%. Selain itu prevalensi anemia pada ibu hamil
sebesar 48,9%. Masalah gizi disebabkan oleh berbagai faktor. Kekurangan asupan
makanan bergizi dan atau seringnya terinfeksi penyakit menjadi salah satu penyebab
langsung terjadinya masalah gizi. Pola asuh yang kurang tepat, kurangnya pengetahuan,
sulitnya akses ke pelayanan kesehatan, kondisi sosial ekonomi juga berpengaruh secara
tidak langsung terhadap akses makanan bergizi dan layanan Kesehatan
2
Sementara itu, lebih dari separuh Ibu hamil memiliki asupan energi sangat kurang
(<70% amgka kecukupan energy) dan sekitar separuh ibu hamil juga mengalami
kekeurangan asupan protein (<80% angka kecukupan yang dianjurkan).Upaya peninkatan
status kesehatan dan gizi pada ibu hamil juga dilakukan melalui antenatal
Careterpadu(ANC terpadu) berdasarkan riskesdas tahun 2013 dan 2018 cakupan layanan
ANC ibu hamil k4 cenderung meningkat yaitu dari 70% menjadi 74,1%.untuk mencapai
target 100% pada tahun 2024, cakupan pelayanan ANC perlu di tingkatkan.
Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pemberian makanan tambahan atau
PMT berbahan pangan lokal diperlukan, dan disertai dengan edukasi gizi dan kesehatan
untuk merubah prilaku. Kegiatan PMT berbahan pangan lokal diharapkan dapat
mendorong kemandirian pangan dan gizi keluarga secara berkelanjutan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyediakan pembiayaan untuk
pelaksanaan kegiatan pemberian PMT berbasis pangan lokal melalui dana alokasi khusus
(DAK) non fisik Puskesmas Tahun 2023.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatnya status gizi balita dan ibu hamil melalui pemberian makanan
tambahan berbasis pangan lokal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
2. Tujuan Khusus
a. Kegiatan PMT berbahan pangan lokal diharapkan dapat mendorong
kemandirian pangan dan gizi keluarga secara berkelanjutan
b. Menaikkan BB Balita secara adekuat.
c. Menaikkan BB ibu hamil secara adekuat
d. Menurunkan angka BBLR, bayi premature, gizi buruk dan gizi kurang
e. Merubah perilaku dan memberdayakan para ibu hamil untuk bertanggung
jawab terhadap gizi ibu dan janin yang dikandungnya dengan
menggunakan pengetahuan dan sumberdaya lokal.
3
makanan lengkap
siap santap atau
kudapan untuk ibu
hamil kek selama 90
HMA dengan unit
cost 21.500, dengan
rincian biaya
sbb :biaya bahan
makan 80%, biaya
pengolahan 15%
(tidak boleh
memasukkan alat
masak), biaya
manajemen 5%.
3 Penyediaan bahan makanan berbasis pangan lokal - penyediaan bahan
bgi balita gizi kurang makanan lokal
makanan lengkap
siap santap atau
kudapan untuk balita
gizi kurang selama
90 HMA dengan
unit cost 16.500
dengan rincian biaya
sbb: biaya bahan
makan 80%, biaya
pengolahan 15%
(tidak boleh
memasukkan alat
masak), biaya
manajemen 5%.
G. Sasaran
Sasaran dari kegiatan Pemberian PMT bebasis pangan lokal sebanyak 27 orang
ibu hamil Kek yang LILAnya di bawah 23,5 cm (<23,5 cm) dan 274 orang balita dengan
status gizi kurang.(-3 SD s.d<-2SD) di wilayah kerja UPT Puskesmas Sesela. masing –
masing). Jika sasaran tidak memenuhi target maka dana akan dikembalikan pada akhir
kegiatan. Jika sasaran di desa A tidak terpenuhi bisa di alihkan ke desa lainnya di wilayah
kerja puskesmas setempat. Jika ibu hamil KEK melahirkan maka diganti dengan sasaran
lainnya.
Berdasarkan Permenkes No 42 Tahun 2022 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan
4
Dana Alokasi Khusus Non Fisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2023, PMT lokal
diberikan pada Balita Gizi Kurang dan Ibu Hamil KEK selama 90 (Sembilan puluh) hari.
5
4. Mengisi formulir bulanan pelaksanaan PMT kepada ibu hamil KEK
5. Mengisi formulir bulanan pelaksanaan PMT kepada sasaran balita
g. Sumber dana
kegiatan pelaksanaan PMT berbahan pangan lokal untuk ibu hamil KEK dan Balita Gizi kurang
bersumber dari dana BOK puskesmas Sesela tahun 2023.
Mengetahui
Kepala BLUD PKM Monta
Ns.H.Abdul Salam,S.Kep.
NIP. 197202062006041014