Anda di halaman 1dari 63

Dinas Kesehatan

Kependudukan dan Pencatatan Sipil


Provinsi Nusa Tenggara Timur

PEDOMAN TEKNIS PEMBERIAN PMT


LOKAL TINGGI PROTEIN HEWANI
BERBASIS “SERBUK MARUNGGA NTT”
2023

Balita Gizi Ibu Hamil Menu “Marungga Protein


Kurang KEK NTT” Hewani
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Kuasa atas
segala berkat dan karunia-Nya sehingga Buku” Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Tinggi Protein
Hewani berbasis “Serbuk Marungga NTT” untuk Ibu Hamil Kurang
Energi Kronis (KEK), dan Gizi Kurang tersusun.
Buku Panduan ini disusun sebagai acuan bagi para penyelenggara
PMT Lokal di seluruh kabupaten/kota se Provinsi NTT. Buku ini berisi
Penjelasan tentang makanan tambahan bagi balita gizi kurang berusia 6 –
59 bulan dan dan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis dengan Makanan
Lokal tinggi protein hewani berbasisi Serbuk Marungga NTT.

Intervensi yang dilakukan pada balita Gizi Kurang dan Ibu Hamil
Kurang Energi Kronis (KEK) berupa:
1. tatalaksana penyebab masalah gizi
2. pemberian terapi gizi dan/atau makanan tambahan
3. edukasi dan konseling gizi pada keluarga, ibu hamil dan orang
tua balita dalam praktik penyiapan makanan bergizi bagi balita
dan ibu hamil serta memastikan mereka mengkonsumsi
sesuai dengan kebutuhan
4. stimulasi perkembangan dan pemantauan pertumbuhan sesuai
usia anak Pendekatan tersebut diharapkan bisa
membentuk kemandirian keluarga dalam pemberian makanan yang
berkualitas bagi balita dan ibu hamil.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan buku ini, saran dan kritik kami nantikan
guna penyempurnaan petunjuk teknis ini.

Kupang, 01 Februari 2023

Kepala Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan Sipil


Provinsi Nusa Tenggara Timur

RUTH D LAISKODAT, S.SI.APT. MM


NIP. 19690831 199703 2 001
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu peraturan perundang-undangan yang memuat substansi gizi


adalah Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yakni
bab VIII tentang Gizi, yang memuat 3 pasal yakni pasal 141-143.

Pasal 141
Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat.

Pasal 142
Upaya perbaikan gizi dilakukan pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam
kandungan sampai lanjut usia dengan prioritas kepada kelompok rawan :
Bayi dan balita;
Remaja perempuan; dan
Ibu hamil dan ibu menyusui.

Pasal 143
Pemerintah bertanggung jawab meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya gizi dan pengaruhnya terhadap peningkatan
status gizi.
Gambaran masalah gizi di provinsi NTT berdasarkan hasil e-ppgbm melalui
operasi timbang di tahun 2022 menunjukan hasil terjadi penurunan
presentase balita stunting yaitu 20.9% (91.032 anak) menjdi 17,7% (77.338
anak) dan untuk wasting atau balita kurus saat ini yang ada sebanyak
37.072 anak (8,5%) yang perlu mendapat perhatian.
Untuk Balita dengan Weight Faltering atau balita yang tidak naik berat
badannya 1 kali (T) tahun 2022 ini berjumlah 80.239 anak yang perlu
mendapat intervensi segera agar tidak menjadi gizi buruk dan terakhir jatuh
menjadi stunting.

Untuk jumlah ibu hamil kurang energi kronis di NTT tahun 2022 adalah
25.032 orang yang juga perlu mendapat intervensi segera agar ibu hamil
dengan lila kurang dari 23,5cm atau ibu hamil KEK tidak melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah ( BBLR) maupun bayi yang lahir dengan
Panjang badan kurang dari 48 CM.

Status gizi yang baik pada ibu hamil dan balita merupakan salah satu faktor
penentu untuk keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia.
Pencegahan terjadinya masalah gizi pada ibu hamil dan anak, merupakan
hal penting yang dilaksanakan mulai dari menjaga kesehatan dan status
gizinya saat sebelum dan selama kehamilan, dilanjutkan pada masa
menyusui, semua bayi mendapat ASI eksklusif, semua baduta (bawah dua
tahun) mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) tinggi protein hewani
serta memastikan setiap anak balita mengkonsumsi makanan keluarga
dengan nilai gizi yang sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.

Pertumbuhan dan perkembangan pada periode balita terutama


1000 Hari Pertama Kehidupan sangat pesat demikian pula perkembangan
kognitifnya. Ibu hamil dan balita merupakan kelompok rawan gizi yang perlu
mendapat perhatian khusus dikarenakan dampak jangka panjang yang
ditimbulkan apabila mereka menderita kekurangan gizi. Ibu hamil yang
mengalami kekurangan gizi akan mempengaruhi proses tumbuh kembang
janin, kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), selanjutnya berisiko balita
mengalami masalah gizi kurang yang bila berlangsung terus menerus
menyebabkan stunting.

Besaran masalah gizi ibu berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi ibu hamil
Kurang Energi Kronis 17,3%. Berdasarkan Studi Diet Total tahun 2014, lebih
dari separuh ibu hamil memiliki asupan energi sangat kurang (<70% angka
kecukupan energi) dan sekitar separuh ibu hamil mengalami kekurangan
asupan protein (<80% angka kecukupan protein) (Siswanto, 2014). Faktor
risiko ibu hamil kurang energi kronis dapat disebabkan asupan pangan yang
tidak
adekuat, penyakit yang diderita, tidak memadainya akses ke fasilitas
pelayanan kesehatan, aktivitas fisik yang berlebih, air bersih dan higiene
sanitasi yang buruk atau kombinasi diantaranya.

Faktor lain yang turut berkontribusi masalah gizi kurang pada balita adalah
pola asuh yang kurang baik, kurangnya pengetahuan, penyakit infeksi
berulang, rendahnya akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, serta kondisi
sosial ekonomi yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap akses
makan makanan bergizi seimbang.

Perlu penanganan yang komprehensif dan terintegrasi untuk menangani


masalah gizi kurang baik pada ibu hamil maupun balita. Pelayanan
pemeriksaan kehamilan atau antenatal care terpadu, terutama pada
kunjungan di trimester pertama yang dilakukan oleh dokter, akan
mendeteksi sedini mungkin faktor risiko kehamilan. Bilamana ditemukan ibu
hamil dengan kurang energi kronis (Lingkar Lengan Atas <23,5 cm) maka
harus diidentifikasi penyebabnya dan ditangani sesuai dengan kondisi ibu
hamil. Selain itu juga diberikan makanan tambahan disertai edukasi bahwa
ibu hamil harus mengonsumsi makanan bergizi sesuai kebutuhannya
selama kehamilan dan saat menyusui.

Rekomendasi WHO untuk memastikan pemenuhan gizi selama kehamilan,


yaitu dengan mendorong ibu hamil mendapatkan makanan bergizi
seimbang dan pemenuhan kebutuhan protein, bersama itu dilakukan
pemberian tablet tambah darah dan penguatan melalui pendidikan gizi serta
konseling (WHO, 2013).
Demikian pula bilamana ditemukan balita dengan kenaikan berat badan
tidak adekuat/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang baik di
Posyandu ataupun di fasilitas kesehatan, maka perlu dilakukan tatalaksana
dengan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk
mengidentifikasi dan mengatasi penyebab yang mendasarinya serta kondisi
yang memperberat.

Kemandirian keluarga dalam penyediaan pangan bergizi dengan


memanfaatkan potensi pangan lokal dan edukasi pola konsumsi makanan
bergizi diharapkan akan mendorong keluarga dan masyarakat agar
mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan berlangsung secara
berkelanjutan. Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di dunia dalam
keragaman hayati, dengan memiliki setidaknya terdapat 77 jenis sumber
karbohidrat, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis
sayuran, dan 110 jenis rempah dan bumbu-bumbuan (Badan
Ketahanan Pangan, 2019). Terdapat juga 7 kelompok pangan hewani yaitu
ikan laut, udang, ikan air tawar, ikan asin, daging, telur, dan susu. Hal
tersebut menunjukkan bahwa potensi pemanfaatan pangan lokal sangat
terbuka luas untuk penyediaan pangan keluarga, termasuk untuk perbaikan
gizi balita dan ibu hamil. Dari hasil studi, PMT berbasis kearifan lokal lebih
efektif (Irwan et al., 2020), dengan konseling gizi dan pendampingan.

Marungga NTT merupakan tumbuhan kaya akan Nutrisi marungga


sehingga kandidat dalam mengatasi stunting karena memilikikandungan zat
gizi yang luar biasa .Marungga NTT menjadi asupan gizi tinggi yang murah
dan mudah di dapat oleh masyarakat di desa desa tertinggal , oleh sebab
itu marungga NTT dalam bentuk serbuk akan dijadikan tambahan dalam
bentuk “Serbuk “ akan dijadikan tambahan dalam PMT bagi balita gizi
kurang dan ibu hamil kek sesuai ketentuan yang telah di sepakati. Dan dari
hasil penelitian tentang penambahan serbuk marungga pada makanan
tambahan balita menunjukan hasil adanya perubahan status gizi dari gizi
kurang menjadi gizi baik dan terjadi penambahan berat badan , hal ini
disebabkan karena kandungan vitamin dan mineral yang ada padsa serbuk
marungga mampu memulihkan system pencernaan dan menambah nafsu
makan sehingga penyerapan zat gizi menjadi lebih baik.
Hal tersebut menjadi acuan pemanfaatan anggaran Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) untuk ibu hamil KEK, balita berat badan tidak naik/weight
faltering, balita berat badan kurang dan balita gizi kurang, dan melalui dana
DAK.
B. Tujuan
Tujuan umum:
Meningkatnya status gizi ibu hamil KEK, balita berat badan
tidak naik/weight faltering, balita berat badan kurang dan balita
balita gizi kurang melalui terapi gizi dan pemberian makanan
tambahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Tujuan khusus:
1. Tersedianya petunjuk teknis penyelenggaraan Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) dan edukasi perbaikan pola
konsumsi untuk ibu hamil KEK, balita berat badan tidak
naik/weight faltering, balita berat badan kurang dan balita
balita gizi kurang usia 6 – 59 bulan.
2. Dimanfaatkannya petunjuk teknis Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) sebagai acuan dalam penyelenggaraan
kegiatan penanganan ibu hamil KEK, balita berat badan
tidak naik/weight faltering, balita berat badan kurang dan
balita balita gizi kurang.
3. Terlaksananya kegiatan pemberian makanan tambahan bagi
ibu hamil KEK, balita berat badan tidak naik/weight faltering,
balita berat badan kurang dan balita balita gizi kurang sesuai
dengan standar.
4. Terlaksananya monitoring dan evaluasi kegiatan
pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK, balita
berat badan tidak naik/weight faltering, balita berat badan
kurang dan balita balita gizi kurang.

C. Sasaran
Sasaran buku Pedoman Pemberian Makanan Tambahan bagi
Ibu Hamil KEK, balita berat badan tidak naik/weight faltering,
balita berat badan kurang dan balita balita gizi kurang adalah
pengelola program gizi dan KIA di tingkat:
1. Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten-Kota
dan Puskesmas serta Desa
2. Semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan
pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK,
balita berat badan tidak naik/weight faltering, balita
berat badan kurang dan balita balita gizi kurang.
Sasaran penerima makanan tambahan berbasis pangan
lokal
1. Ibu Hamil KEK
2. Balita Berat Badan Tidak Naik/weight faltering usia 6-
59 bulan
3. Balita Berat Badan Kurang usia 6-59 bulan
4. Balita Gizi Kurang usia 6-59 bulan
D. Definisi Operasional

1. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah perbandingan antara berat


badan (dalam kg) dengan tinggi badan (dalam meter), rumus
perhitungan BB/TB2 (kg/m2).
2. Ibu hamil yang berisiko KEK adalah ibu hamil yang
mempunyai ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) di bawah 23,5
cm.
3. Balita sasaran adalah anak usia 6-59 bulan.
4. Balita weight faltering adalah balita dengan kenaikan BB
tidak adekuat berdasarkan usia.
5. Balita berat badan kurang adalah balita dengan status gizi
yang berdasarkan indikator BB/U di bawah -2 SD.
6. Balita gizi kurang adalah balita dengan status gizi yang
berdasarkan indikator BB/PB atau BB/TB dengan nilai z- score < -2
SD sampai dengan -3 SD atau LiLA berada di antara 11,5 cm
sampai kurang dari 12,5 cm.
7. Pangan Lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh
masyarakat setempat sesuai dengan potensi sumberdaya
dan kearifan lokal yang menjadi alternatif sumber karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral.
8. Makanan tambahan berbasis pangan lokal adalah
makanan bergizi sebagai tambahan selain makanan utama
bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi dan
diberikan dalam bentuk makanan kudapan atau makanan
lengkap siap santap yang berbasis pangan lokal.
9. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbasis pangan
lokal adalah makanan tambahan pangan lokal yang diberikan
untuk meningkatkan status gizi pada sasaran.
10. Hari Makan Anak (HMA) adalah jumlah hari makan balita usia
6-59 bulan yang mendapat makanan tambahan.
11. Hari Makan Bumil (HMB) adalah jumlah hari makan ibu hamil
yang mendapat makanan tambahan pemulihan berbasis
pangan lokal yakni sekali sehari selama sekurang-kurangnya
90 hari.
12. Red Flag adalah Tanda dan gejala kondisi medis yang
menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan dan atau
perkembangan yang membutuhkan intervensi atau tatalaksana
segera. Tanda bahaya (red flag) berikut ini perlu segera dirujuk
ke rumah sakit, diantaranya: adanya kelainan struktural,
kelainan neurodevelopmental dan tanda dan gejala yang
mengindikasikan adanya masalah medis
13. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat
penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan (promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif) yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat
14. Serbuk Marungga NTT adalah: Produk olahan dari “Daun
Marungga NTT” yang di keringkan menjadi serbuk.
BAB II.
TATALAKSANA UNTUK IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS (KEK)

A. Deteksi Dini, Penemuan Kasus, Intervensi, dan Rujukan

Pencegahan masalah gizi pada ibu hamil dan anak, merupakan


hal penting dilaksanakan mulai dari menjaga kesehatan dan status
gizinya saat sebelum dan selama kehamilan, dilanjutkan dengan
setelah melahirkan dan masa menyusui.

Selama kehamilan, ibu harus meningkatkan kebutuhan nutrisinya


untuk mendukung perubahan pada jaringan, metabolisme serta
pertumbuhan dan perkembangan janin. Kenaikan berat badan
selama kehamilan yang tidak sesuai dengan rekomendasi akan
meningkatkan risiko outcome yang tidak baik pada ibu dan bayi,
seperti kelahiran bayi small for gestational age (SGA) atau large
for gestational age, prematur, makrosomia dan kelahiran Caesar
(Anna Maria Siega-Riz et al., 2009; WHO, 2016).

Pencegahan ibu hamil Kurang Energi Kronis (Lingkar Lengan Atas


<23,5 cm) dilaksanakan sebelum hamil dan selama hamil, akan
lebih baik lagi jika diawali sejak remaja. Dengan memahami dan
memenuhi kebutuhan gizi sebagaimana tertera pada Angka
Kecukupan Gizi tahun 2019 (Kementerian Kesehatan RI, 2019)
dan bila tidak didapat faktor risiko lainnya kecil kemungkinan terjadi
kurang energi kronis pada ibu hamil. Faktor risiko tersebut antara
lain rawan pangan, penyakit infeksi berulang, kecacingan,
perawatan kesehatan yang buruk, kerja berat dan tidak
adanya kesetaraan gender.
Untuk memperluas temuan dan penanganan kasus Ibu Hamil
KEK, puskesmas melalui jejaring dan jaringannya memfasilitasi
agar masyarakat dan kader melaporkan jika ada Ibu hamil baru dan
memfasilitasi mereka mendapatkan pelayanan kehamilan (ANC
terpadu). Dalam upaya deteksi Ibu Hamil KEK, alat ukur
antropometri yang dipergunakan adalah alat yang sesuai dengan
standar. Hasil pemeriksaan ANC dicatat dan dilaporkan ke dalam
e-kohort. Data ibu hamil KEK akan terhubung dengan e-PPGBM.

Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer


melaksanakan tatalaksana ANC terpadu dan identifikasi
faktor risiko, komplikasi dan kondisi yang memperberat ibu
hamil KEK. Pemeriksaan dokter di fasilitas pelayanan kesehatan
dilanjutkan dengan rujukan atau konsultasi ke dokter spesialis
untuk mendapatkan pemeriksaan yang lebih komprehensif.

Pada saat intervensi melibatkan berbagai pihak terutama suami


dan anggota keluarga lain agar dapat memastikan makanan
tambahan berbasis pangan lokal siap santap dimakan habis,
Tablet Tambah Darah diminum setiap hari demikian juga terapi
obat (jika ada) serta edukasi ibu hamil KEK dan keluarga agar
menerapkan edukasi yang disampaikan oleh tenaga
kesehatan termasuk nasehat mengurangi kerja berat atau
memperhatikan waktu istirahat yang cukup. Berkaitan dengan
hal ini, dibutuhkan pula komunikasi dan edukasi kepada suami dan
pihak keluarga untuk memberikan dukungan pada ibu hamil KEK,
termasuk membantu meringankan beban pekerjaan ibu hamil.

Pasien dapat ditatalaksana kembali di FKTP oleh Dokter (tidak


hanya Dokter Puskesmas) bersama tim FKTP (bidan, perawat, ahli
gizi). Dalam menjalankan hal ini, diperlukan tim pendamping ibu
hamil (kader kesehatan/ PKK) yang sudah mendapatkan arahan
khusus dari Dokter untuk tatalaksana penyakit penyerta yang
ditemukan serta tatalaksana gizinya.

Selanjutnya ibu hamil KEK selain mendapatkan pelayanan ANC


rutin diberikan pula pelayanan sesuai dengan hasil penapisan
sebagai berikut:
1. Jika Ibu hamil KEK saja ibu diberikan makanan
tambahan disertai edukasi/konseling gizi.

2. Ibu hamil KEK dan anemia: diberikan makanan


tambahan sesuai dengan usia kehamilannya disertai
edukasi/konseling gizi dan tatalaksana anemia. Makanan
tambahan ini tidak menggantikan kebutuhan dasar ibu hamil
akan makanan yang bergizi seimbang.

3. Ibu hamil KEK yang disertai penyakit: diberikan makanan


tambahan sesuai dengan usia kehamilannya disertai
edukasi/konseling gizi dan tatalaksana penyakit
penyerta. Dipantau progress dampak pemberian makanan
tambahan pangan lokal siap santap.

Apabila kadar Hb ibu hamil <10 gr/dl, kenaikan berat


badan tidak sesuai dengan tabel target penambahan
berat badan selama kehamilan, maka ibu hamil harus
dirujuk ke RS untuk ditangani lebih lanjut.

Makanan tambahan berbasis pangan lokal siap santap


diberikan selama sekurang-kurangnya 90 hari dan intervensi lainnya
disesuaikan dengan permasalahan pada ibu hamil KEK.

Untuk mengetahui dampak positif dari intervensi dengan


melihat kenaikan berat badan disesuaikan dengan status gizi ibu
(Indeks Massa Tubuh/IMT) sebelum hamil sebagaimana pada
Tabel 1 dan kondisi fisik lainnya.

Hal ini mengingat penambahan ukuran Lingkar Lengan Atas


membutuhkan waktu yang lama.
Berat badan ibu hamil dicatat di Buku KIA dan dilakukan analisis
apakah terjadi kenaikan atau tetap untuk ditinjaklanjuti. Kondisi ibu
hamil KEK ditindaklanjuti melalui pelayanan kehamilan secara
terpadu (ANC terpadu) yang frekuensinya bisa lebih bilamana
ditemukan penyulit yang membutuhkan pemantauan lebih intensif.

Setelah intervensi pemberian makanan tambahan berbasis pangan


lokal siap pangan pada ibu hamil KEK dan dokter memberi
pengobatan penyakit lain yang diderita (bila ada) maka berikut ini
Kenaikan Berat Badan pada Ibu Hamil sebagai rujukan keberhasilan.
B. Panduan Pemberian Makanan Tambahan

1. Prinsip Utama Pemberian Makanan Tambahan


a. Pemberian Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil KEK terus dilakukan
hingga 90 hari terlepas dari indikator penentu rujukan.
b. Makanan tambahan hanya sebagai tambahan terhadap makanan
yang dikonsumsi oleh sasaran sehari-hari, bukan sebagai pengganti
makanan utama. Ibu harus tetap mengkonsumsi makanan sesuai
prinsip gizi seimbang setiap hari.
c. Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan
lengkap siap santap atau kudapan. Diutamakan sumber protein
hewani dengan memperhatikan gizi seimbang.
d. Pemberian makanan tambahan dilakukan setiap hari dengan
komposisi dalam satu minggu sedikitnya 1 (satu) kali makanan
lengkap sebagai sarana edukasi implementasi ISI PIRINGKU atau
sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang pada waktu makan siang
dan sisanya berupa kudapan. Kudapan diberikan di luar waktu
makan utama untuk memastikan MT sebagai tambahan di luar makan
utama sehari-hari.
e. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil KEK sekaligus sebagai
proses pembelajaran dan sarana komunikasi antar ibu. Pemberian
makanan tambahan dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan
masyarakat yang pelaksanaannya dapat disertai dengan edukasi gizi
yang diintegrasikan dengan kegiatan lintas program dan sektor terkait
lainnya, contohnya melalui kelas ibu hamil, safari Gemarikan, rumah
pangan kita, pekarangan pangan lestari, Program Keluarga Harapan
(PKH), dan program lainnya. Lokasi pemberian MT sesuai dengan
kesepakatan daerah di luar penyelenggaraan rutin program tersebut
di atas.

f. Wajib Menambahkan Serbuk marungga NTT pada setiap


Pemberian makanan Tambahan bagi balita Gizi kurang dan Ibu
Hamil KEK sesuai Instruksi Gubernur Nomor :
BU.188.5/01/DinkesDukcapil /I/2023

13
H. Wajib menggunakan Menu Pemberian makanan Tambahan Bagi
Ibu hamil KEK dan Balita Gizi kurang yang telah disusun oleh
Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan sipil Provinsi
NTT.

I. Pemberian Makanan Tambahan dibiayai dari dana DAK. Selain itu


dapat juga dibiayai dari bantuan lainnya seperti partisipasi
masyarakat, organisasi sosial kemasyarakatan, dunia usaha (CSR)
dan Pemerintah Daerah.

2. Standar Kebutuhan Zat Gizi Ibu Hamil


Angka Kecukupan Gizi 2019 yang dianjurkan untuk Wanita
Usia Subur, Ibu Hamil dan Ibu Menyusui usia 19-49 tahun di
Indonesia yang harus diketahui oleh penanggung jawab program
dan pengelola gizi di berbagai tingkatan serta masyarakat.

Standar kebutuhan zat gizi berdasarkan AKG 2019 pada


kelompok perempuan usia 19-49 tahun berkisar
2150 - 2250 kkal dan protein 60 gram per hari. Pada
ibu hamil normal diperlukan tambahan energi sebesar
180 – 300 kkal dan protein mencapai 30 gram per hari
Berdasarkan Escott (2015), untuk memperoleh penambahan
berat badan sebesar 0.5 kg/minggu (Escott-Stump, 2015),
termasuk untuk ibu hamil KEK, dibutuhkan tambahan asupan
energi sebesar 500 kkal/hari dari asupan energi hariannya dimana
kurang dari 25% kandungan energi dalam makanan tambahan
berasal dari protein (Imdad & Bhutta, 2012).

Walaupun dalam “Recommendation on antenatal care for a


positive pregnancy experience” (WHO, 2016) dan
“Programming Guidance: Maternal Nutrition” (UNICEF, 2022)
tidak ada rekomendasi secara spesifik untuk pemberian
makanan tambahan pada ibu hamil berbasis pangan lokal,
termasuk terkait kebutuhan energi dan durasi pada makanan
tambahan secara spesifik, namun UNICEF
merekomendasikan balanced energy-protein supplements
(BEP) dengan syarat protein <25% dari total energi untuk ibu
hamil dengan berat badan kurang). Dalam kedua dokumen
tersebut juga disebutkan bahwa edukasi dan konseling gizi
tentang gizi seimbang dan aman, aktivitas fisik dan istirahat,
penambahan berat badan yang sesuai dan suplementasi
mikronutrien merupakan salah satu intervensi yang

14
direkomendasikan untuk mencegah malnutrisi pada ibu
sebelum kehamilan, selama kehamilan dan menyusui.

Utami, R., Gunawan, I.M.A., dan Aritonang, I. melakukan


penelitian terkait Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan
(Makanan Tambahan Pemulihan merupakan makanan yang
berbasis bahan makanan atau makanan lokal) pada 20 Ibu Hamil
KEK selama 90 hari. Hasilnya menunjukan bahwa program
intervensi PMT pemulihan selama 90 hari pada ibu hami dengan
KEK terbukti mampu meningkatkan asupan energi total, berat
badan ibu dan status gizi ibu hamil dengan KEK berdasarkan LiLA
(Utami et al., 2018).

Dengan demikian, pemberian makanan tambahan berbasis


pangan lokal bagi ibu hamil KEK setidaknya menyediakan energi
sebesar 500 kkal, dengan proporsi protein sebesar <25%
(balanced energy protein/BEP) dari kandungan energi makanan
tambahan dan mengutamakan sumber protein hewani selama
90 hari.

Perlu ditekankan betul bahwa makanan tambahan berbasis pangan


lokal siap santap bukan menggantikan kebutuhan makan ibu hamil
KEK melainkan minimal makanan yang harus ditambahkan pada ibu
hamil KEK setelah kebutuhan dasar makannya terpenuhi untuk
mengatasi masalah gizi ibu hamil

15
3. Standar Makanan Tambahan Berbasis Pangan Lokal untuk
Ibu Hamil KEK
Berikut adalah standar kandungan zat gizi pada makanan
tambahan berbasis pangan lokal yang diperuntukan bagi ibu hamil
KEK.

Tabel 1. Komposisi Kandungan Makanan Tambahan berbasis Pangan


Lokal yang diperuntukkan bagi Ibu Hamil KEK

Zat Gizi Makanan Lengkap Makanan Kudapan

Energi 500 – 700kkal 510-530 kkal


Protein 18-23% 29 – 34 gram 18-23% 23 – 27 gram
Lemak 20-30% 14 – 24 gram 30-40% 19 – 23 gram
Tabel 2. Standar Bahan Makanan Tambahan Bagi Ibu Hamil KEK untuk
disiapkan sebanyak 1 kali makan (dalam bentuk Kudapan atau Makanan
lengkap)

Makanan Kudapan Makanan Lengkap


Bahan
Makanan Ukuran Rumah Ukuran Rumah
Berat ( gram) Berat ( gram)
Tangga (URT) Tangga (URT)

Makanan
40 1/2 gelas 75 3/4 gelas
Pokok (beras)
Lauk Hewani 1
60 1 butir besar Ikan 75g/ 1 ekor/
(telur)
ayam 60 g/ 1 potong besar/
telur 60 g/ 1 Potong besar/
Lauk Hewani 2
½ -1 potong
(ayam / ikan / 30 - 50 daging 60 g 1 butir besar/
sedang
daging )
1 potong besar
Lauk Nabati
2 potong
(kacang2an/ 25 3 sdm/ 50
sedang
tempe/ tahu)
½ potong sedang

½ gelas Ukuran
Sayur 50 100 1 gelas
250 ml
1 buah ukuran 1 buah ukuran
Buah 60 100
sedang besar/
2 potong sedang

Minyak 5 1 sdt 5 1 sdt

Sumber: panganku.org

Keterangan:
1. Makanan tambahan bagi ibu hamil KEK baik berupa
makanan kudapan maupun makanan lengkap sebaiknya
terdiri dari zat gizi yang lengkap yang berasal dari makanan
pokok, sumber lauk pauk hewani dan nabati serta sayur dan buah.
2. Standar menu makanan tambahan bagi ibu hamil KEK
diatas mengandung

16
a. Kudapan
Rata-rata mengandung
✓ Energi : sebesar 540 kalori (520-580 kalori)
✓Protein: 24 gram (23-27 gram) atau 18-3%
✓Lemak :21 gram (19-23 gram) atau 30-40%
✓Karbohidrat : 61 gram (50-70 gram) atau 45%

b. Makanan Lengkap
Rata-rata mengandung
Energi : sebesar 700 kalori (600 700 kalori)
Protein :32,3 gram (29 – 34 gram) atau 18-23%
Lemak : 20 gram (14-24 gram) atau 20-30%
Karbohidrat : 80 gram (79 – 81 gram) atau 50%

3. Bahan makanan yang digunakan untuk membuat makanan


tambahan bagi ibu hamil KEK disesuaikan dengan sumber daya
lokal setempat.
a) Makanan pokok dapat berupa jagung, singkong, ubi, kentang,
talas dan tepung-tepungan
b) Lauk hewani dapat berupa telur, berbagai jenis ikan dan
produk laut, ayam, dan daging maupun sumber lauk hewani
yang terdapat disekitar wilayah sasaran.
c) Lauk nabati dapat berupa tempe, tahu, maupun kacang-
kacangan seperti kacang merah, kacang hijau, kacang polong,
kacang kedelai, dll
d) Sayuran dan buah sebaiknya menggunakan yang
berwarna hijau atau orange/merah/kuning karena
mengandung lebih banyak vitamin dan mineral dibandingkan
yang tidak berwarna.

4. Jumlah bahan makanan (kuantitas) yang digunakan dalam satu


kelompok bahan makanan disesuaikan dengan Panduan Bahan
Makanan Penukar.
Misalnya: beras 60 gram (nasi 120 gram) dapat digantikan dengan
kentang 210 gram (2 buah sedang)
5. Buah sebaiknya menggunakan buah utuh. Selain karena lebih aman
juga waktu mengonsumsinya dapat disesuaikan kemampuan ibu.
6. Jika lauk hewani yang digunakan pada makanan lengkap berupa telur
maka untuk mencapai pemenuhan kebutuhan protein untuk ibu hamil
maka dapat dikombinasikan dengan sumber protein lain yang berbeda
jenisnya seperti ayam dan sebaliknya.
7. Makanan tambahan baik berupa kudapan dan makanan lengkap bagi
ibu hamil dapat dikreasikan sesuai dengan lokal spesifik setempat.
Prinsipnya berupa makanan padat gizi dan memenuhi standar yang
telah ditentukan.

17
8. Untuk menghitung kebutuhan bahan pangan yang akan dibeli perlu
mempertimbangkan berat kotor dan berat bersih bahan pangan.
Misalnya ayam yang diinginkan untuk dapat dikonsumsi ibu hamil
sebesar 60 gram, maka daging ayam yang harus dibeli sebesar 90
gram (1.5 kali lebih besar dari berat bahan bersih yang diinginkan).

18
C. Edukasi Terkait Pemberian Makanan Tambahan

1. Edukasi Gizi
Edukasi gizi bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
ibu hamil dalam penerapan gizi seimbang/isi piringku, pemanfaatan
dan pengolahan bahan pangan lokal dalam konsumsi makanan
sehari hari. Kegiatan edukasi gizi dapat dilakukan dengan 3 cara,
antara lain:
a. Konseling Gizi
Memastikan peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku
pada ibu hamil agar dapat menerapkan pola makan sesuai
prinsip gizi seimbang sesuai status gizi ibu hamil, mengacu
kurva pemantauan IMT dan porsi makan dalam Buku KIA.
Konseling gizi dilakukan secara individual melalui
komunikasi interpersonal.

b. Penyuluhan gizi
Dilakukan di kelompok kecil, bersamaan dengan
pelaksanaan pemberian makanan tambahan dan dapat
dilakukan bersamaan dengan jadwal posyandu atau kegiatan
masyarakat lainnya.
Penyuluhan dilakukan antara 15 – 30 menit di Posyandu atau
tempat lain yang disepakati. Penyuluhan dapat di integrasikan
dengan forum yang tersedia seperti kelas kelas ibu hamil, dll).
Materi penyuluhan terkait dengan kebutuhan gizi, pemilihan
pangan dan aspek kesehatan ibu hamil.

c. Demonstrasi masak
Bertujuan agar ibu hamil dan orang tua/pengasuh balita sasaran
memperoleh keterampilan dalam memilihan, menyiapkan,
dan mengolah makanan.
Demo masak dapat dilaksanakan agar sasaran memperoleh
pengetahuan tentang aspek gizi dan kesehatan pada anak balita
dan ibu hamil. Peralatan
memasak dan bahan makanan berbasis pangan lokal
disiapkan oleh tim pelaksana tingkat desa

1. Contoh Topik dan Jadwal Edukasi Gizi


Penjadwalan topik di lapangan bersifat situasional (sesuai kebutuhan),
bersamaan dengan pemantauan mingguan. Materi yang diberikan pada
Kelas Ibu Hamil:
2. Pesan Pendidikan Gizi: Pemenuhan Gizi Ibu Hamil
Konsultasikan kebutuhan gizi pada tenaga kesehatan berdasarkan
status indeks massa tubuh (IMT). Selain melakukan ANC, selama
kehamilannya ibu perlu memperhatikan beberapa hal untuk menjaga
kesehatannya dan janin yang ada di dalam kandungannya sehingga
terhindar dari anemia dan kurang gizi kronik (KEK) yang dapat berakibat
lahirnya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau prematur serta terhindar
dari berbagai penyakit lainnya. Beberapa hal tersebut adalah:
a. Tambahkan 1 porsi makanan utama atau makanan selingan dari
sebelumnya
b. Makan beragam jenis bahan makanan (makanan pokok, protein
hewani, kacang-kacangan buah dan sayur)
c. Minum Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama
kehamilan (tanya ke timker matneo, apakah 90 tablet selama
kehamilan atau selama kehamilan?)
d. Minum cukup air putih 8-12 gelas/hari (2-3 liter)/hari
e. Menjaga kebersihan dirinya (mandi dan gosok gigi minimal 2
kali sehari)
f. Menjaga aktifitas sehari-hari, cukup istirahat dan olahraga
ringan.
g. Pada kondisi tertentu seperti mual pada trimester 1 dan mudah
kenyang pada trimester terakhir maka konsumsilah
makanan dalam porsi ekcil dan sering.
h. Batasi konsumsi makanan yang mengandung gula, garam dan
lemak tinggi.
i. Rutin memantau penambahan berat badan selama kehamilan.
3. Penyiapan Makanan yang Aman
Tips Mengolah Kudapan:
a. Masak dalam jumlah kecil, sesuaikan dengan alat masak
b. Masak makanan atau kudapan 1-2 jam sebelum disajikan
c. Setelah dimasak harus dikonsumsi dalam waktu 1 jam
d. Ganti minyak goreng setelah 3 kali penggunaan

Lima Kunci Aman Makanan dan Kebersihan


Terdapat 5 kunci aman makanan dalam menyiapkan, mengolah
dan menyimpan makanan. Ibu perlu memperhatikan kelima kunci
tersebut agar terjamin kebersihan makanannya. Sebelum
menyipakan makanan dan memberikan makanan, ibu juga perlu
mencuci tangan minimal dengan 5 langkah:

B. Panduan Pemberian Makanan Tambahan

1. Prinsip Utama Pemberian Makanan Tambahan


Berikut adalah prinsip utama pemberian makanan tambahan
sesudah kembali ke Posyandu:
a. Setelah terapi gizi berhasil dan balita kembali dipantau di Posyandu,
maka akan diberikan makanan tambahan lokal 90 hari dengan
pendekatan pemberdayaan masyarakat dan penggunaan bahan
lokal, serta konseling ASI dan PMBA
b. Hanya berupa tambahan dan bukan pengganti makanan
utama
c. Berupa makanan siap santap diutamakan mengandung sumber
protein hewani dengan memperhatikan giziseimbang; lauk
hewani diharapkan dapat bersumber dari 2 macam sumber protein
yang berbeda. Misalnya telur dan ikan, telur dan ayam, telur dan
daging. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kandungan protein
yang tinggi dan asam amino esensial yang lengkap.
d. Bagi baduta, pemberian makanan tambahan sesuai prinsip
pemberian makanan bayi dan anak dan harus terus diiringi
dengan pemberian ASI (diberikan secara on- demand sesuai
kebutuhan anak).

Tabel 3 menjelaskan komposisi kandungan makanan tambahan pangan lokal untuk


balita setelah kembali ke Posyandu sesuai prinsip pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA) berdasarkan Pedoman PMBA, WHO Infant and Young Child Feeding 2009, dan
Permenkes 28 tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi Masyarakat Indonesia.

21
Tabel 3. Panduan Pemberian Makan Baduta (6-23 Bulan)

Energi MP- Konsistensi/Tekstu Jumlah Setiap Kali


Uasia Frekuensi
ASI r Makan

Mulai dengan 2-3


sendok makan setiap
2-3 kali setiak
Mulai dengan kali makan, tingkatkan
hari, 1- 2 kali
6 – 8 Bulan 200 kkal bubur kental, bertahap hingga
selingan dapat
makanan lumat ½ mangkok
di berikan
berukuran
250 ml (125 ml)
Makanan yang
dicincang halus dan 3-4 kali
setiap hari 1- ½ - ¾ mangkok ukuran
9 – 11 Bulan 300 kkal makanan yang 2 kali selingan 250 ml (125 – 200ml)
dapat dipegang dapat diberikan
bayi
3-4 kali
setiap hari 1-
Makanan bulan ¾ - 1 mangkok ukuran
12-23 Bulan 550 kkal 2 kali selingan
keluarga dapat 250 ml
diberikan
Jumlah setiap kali
Jumlah Frekuensi makan sesuai dengan
Jika Tdk Dapat kalori sesuai Tekstur/ konsistensi sesuai dengan kelompok umur, dengan
ASI dengan sesuai dengan kelompok usia penambahan 1-2 gelas
(6-23 bulan kelompok kelompok usia dan tambahkan susu per hari @250 ml
usia 1-2 kali makan dan
2-3 kali cairan

Sumber: WHO, 2009; WHO, 2010; WHO/PAHO, 2003; UNICEF, 2013 pada buku
Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak, 2019

Sumber makanan sebaiknya terdiri dari zat gizi lengkap dari makanan pokok tinggi
protein (dengan mengutamakan protein sumber hewani)

Tabel 3 menjelaskan panduan pemberian makan anak usia 6- 23 bulan sesuai


dengan Buku Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) tahun 2019, mulai
dari kebutuhan energi, konsistensi/tekstur, frekuensi, serta jumlahnya setiap
kali makan. Anak usia 6-8 bulan harus mengkonsumsi sejumlah 200 kkal
energi dari MP-ASI dengan tekstur bubur atau lumat, sebanyak 2-3 kali sehari
dan 2-3 sendok makan setiap kali makan. Tekstur, jumlah, dan frekuensi makan
ini ditingkatkan seiring dengan pertambahan usia anak.

22
Tabel 4. Komposisi Kandungan Makanan Tambahan Sejumlah Energi
MP-ASI balita (6 - 23 bulan) dalam Satu Hari dan Kebutuhan Sehari 24
– 59 bulan

USIA
ZAT GIZI 6-8 9-11 12-23 24-59
BULAN BULAN BULAN BULAN
ENERGI
(KKAL 200 300 550 1.400
PROTEIN
(GR) 5* 7,5* 13,75* 35*
LEMAK
(GR) 7 10 18 47
Sumber: WHO. (2012). Technical note: Supplementary foods for the management of
moderate acute malnutrition in infants and children 6–59 months of age.

*Protein Energy Ratio


(PER)sebesar 10% - 16% Lemak 30% dari energi

makan bersama untuk satu kali makan yang


disiapkan sebanyak 30-50% MT sehari, dan
memungkinkan ketika pulang dibawakan bahan
makanan sumber protein hewani untuk
dikonsumsi di rumah

Memperhatikan kemungkinan besarnya porsi makanan yang disajikan dan


untuk memastikan makanan tersebut dapat dikonsumsi habis, porsi MT
yang diberikan saat makan bersama disarankan minimal mengandung 30-
50% komposisi kandungan MP-ASI sebagaimana disajikan pada Tabel 7.
Dengan demikian, balita diharapkan untuk tetap mengkonsumsi makanan
bergizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan gizi total dalam sehari.

23
2. Standar Kebutuhan Zat Gizi Balita
Berikut Tabel Angka Kecukupan Gizi 2019 berdasar Permenkes
28/2019 (Kementerian Kesehatan RI, 2019) yang dianjurkan untuk
Balita di Indonesia yang harus diketahui oleh penanggung jawab
program dan pengelola gizi di berbagai tingkatan serta masyarakat.

Tabel 5. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Balita di Indonesia


(Permenkes RI No. 28 tahun 2019) (Kementerian Kesehatan RI, 2019)

Bayi dan Anak


Zat Gizi
0-5 bulan 6-11 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun
Energi (kkal) 550 800 1350 1400
Protein (g) 9 15 20 25
Lemak (g) 31 35 45 50

Karbohidrat (g) 59 105 215 220

Serat (g) 0 11 19 20
Air (mL) 700 900 1150 1450

Vitamin A (RE) 375 400 400 450

Vitamin D (µg) 10 10 15 15

Vitamin E (mg) 4 5 6 7

Vitamin K (µg) 5 10 15 20

Vitamin B1 (mg) 0.2 0.3 0.5 0.6

Vitamin B2 (mg) 0.3 0.4 0.5 0.6

Vitamin B3 (mg) 2 4 6 8

Vitamin B5 (mg) 1.7 1.8 2.0 3.0

Vitamin B6 (mg) 0.1 0.3 0.5 0.6

Asam Folat (µg) 80 80 160 200

Vitamin B12 (µg) 0.4 1.5 1.5 1.5

Biotin (µg) 5 6 8 12
Kolin (mg) 125 150 200 250

Vitamin C (mg) 40 50 40 45

Kalsium (mg) 200 270 650 1000


Fosfor (mg) 100 275 460 500

Magnesium (mg) 30 55 65 95

Besi (mg) 0.3 11 7 10


Yodium (µg) 90 120 90 120
Seng (mg) 1.1 3 3 5
Selenium (µg) 7 10 18 21
Mangan (mg) 0.003 0.7 1.2 1.5
Fluor (mg) 0.01 0.5 0.7 1
Kromium (µg) 0.2 6 14 16
Kalium (mg) 400 700 2600 2700
Natrium (mg) 120 370 800 900
Klor (mg) 180 570 1200 1300

Tembaga (µg) 200 220 340 440

24
3. Standar Makanan Tambahan Berbasis Pangan Lokal untuk
Balita
Standar kebutuhan zat gizi berdasarkan AKG 2019 pada kelompok
usia 6-59 bulan berkisar 800-1400 kkal dan protein
15-25 gram per hari (secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3).
Berdasarkan rekomendasi WHO tahun 2012, balita dengan
gizi kurang membutuhkan tambahan asupan energi sebesar
25 kkal/kg BB Ideal/hari untuk mencapai penambahan berat badan
sebanyak 5 gram/kg BB/hari (WHO, 2012).
Dijelaskan pula bahwa dalam setiap 1000 kkal makanan
yang ditambahkan yang diberikan, harus mengandung protein
sebanyak 20-43 gram (8-16%) dan lemak 25-65 gram (22.5 –
58.5%).
Lebih lanjut, CMAM Forum tahun 2014 merekomendasikan
bahwa untuk proses pemulihan balita dengan gizi kurang, dibutuhkan
setidaknya 30% dari energi terdiri dari lemak dan 10-15% dari protein
(Annan R.A., Webb P., 2014).
Berkaitan dengan variasi kebutuhan gizi anak usia 6-59 bulan, merujuk
pada pemberian MT sebanyak 30-50% dari kebutuhan asupan
makanan balita sehari sebagaimana disampaikan pada Tabel 6,
berikut adalah perhitungan komposisi minimal kandungan makanan
tambahan balita khususnya energi, protein, dan lemak yang disajikan
dalam satu porsi kali makan.

Tabel 6 juga menyajikan rekomendasi proporsi protein dan lemak


sebesar minimal 10% dan 30% terhadap energi berdasarkan CMAM
Technical brief: Management of Moderate Acute Malnutrition (MAM) –
Current Knowledge and Practice (2014) (Annan R.A., Webb P., 2014).
Di samping itu, untuk mendukung kejar tumbuh yang optimal, asupan
makanan disarankan mengandung protein sekitar 10-16% dari total
energi (Joosten & Meyer, 2010)
Tabel 6. Komposisi Kandungan Makanan Tambahan berbasis Pangan
Lokal yang diperuntukkan bagi Balita (6-59 bulan) di Indonesia

Usia Balita
Zat Gizi 6–8 9 – 11 12 – 23 24 – 59
bulan bulan bulan bulan
Energi (kkal) 60 – 100 90 – 150 165 – 275 420

Protein (gr) 2 – 3* 2 – 4* 4 – 7* 10,5*

Lemak (gr) 2 – 3,3 3-5 5,5 - 9 14

*perhitungan jumlah protein ini telah mempertimbangkan prinsip kecukupan


Protein Energy Ratio (PER) sebesar 10-16%

Sebagai contoh, balita usia 24-59 bulan yang mengalami gizi kurang diperkirakan
membutuhkan tambahan asupan energi sebesar:

25 kkal x berat badan ideal = 25 kkal x 16 kg = 400 kkal/ hari

Dengan tambahan asupan energi sebesar 400 kkal per hari, dapat diketahui
kebutuhan tambahan protein dan lemak sebesar 10-16 gram dan 10-26 gram.
Kebutuhan ini dihasilkan dari perhitungan sebagai berikut:

Protein = (10-16 % x 400 kkal) : 4 kal/gram = 10-16 gram

Lemak (22,5-58.5% x 400 kkal): 9 kal/gram = 10-26 gram


Tabel 7. Standar Bahan Makanan Tambahan bagi Baduta (6-23 bulan)
MP ASI berbasis Pangan Lokal dari bahan Makanan Mentah

Contoh
BDD (gr) URT BDD (gr) URT
Standart
Bahan Makanan
Bahan
Makanan
6-11 bulan 12-23 bulan
contoh 1 makanan Pokok ( beras) 25 gr 2,5sdm 35 3,5sdm
lauk Hewani (ikan kembung) 25 1/2 ptg 30 3/4 ptg
Sayuran ( bayam) 10 1 sdm 20 2 sdm
minyak 7,5 1,5 sdt 7,5 1,5 sdt

Contoh 2 makanan Pokok ( beras) 25 gr 2,5 sdm 35 3,5 sdm


Lauk Hewani (ikan kembung) 25 1/2 ptg 30 1/4 ptg
Sayuran ( wortel) 10 1 sdm 20 2 sdm
Santan 5 1 sdt 5 1 sdt

Contoh 3 makanan Pokok (beras) 25 gr 2,5 sdm 35 3,5 sdm


Lauk hewani ( telur ayam) 30 1/2 butir 50 1 butir kecil

sayuran (Brokoli) 10 1 sdm 20 2 sdm


Minyak 5 1 sdt 5 1 sdt
Total Energi 175-200 kkal 225-275 kkal

Keterangan:
1. Standar menu makanan tambahan bagi baduta baik berupa kudapan maupun
makanan lengkap dalam sekali makan rata- rata mengandung:
Energi 175 – 200 kalori untuk usia 6-11 bulan dan 225 –
275 kalori untuk usia 12-23 bulan
Protein 9 gram (15%)
Lemak 11 gram (40%)
Karbohidrat 28 gram (45%)
2. Pemberian makanan tambahan bagi baduta harus terus diiringi dengan
pemberian ASI dengan memperhatikan proporsi penerimaannya, yakni
disarankan sebesar 30-50%
dari makanan yang seharusnya dikonsumsi sehari.
3. Pemberian makanan tambahan dilakukan secara responsive feeding untuk
menstimulasi kemampuan makan an
Tabel 8. Standar Bahan Makanan Tambahan Bagi Balita (24-59 bulan) untuk
disiapkan sebanyak 1 kali makan (dalam bentuk Kudapan atau Makanan lengkap)

Ukuran Rumah
Bahan Makanan Berat ( gram)
Tangga ( URT)
Makanan Pokok (beras) 50 ½ gelas
1 butir telur ayam
Lauk hewani 1 (telur) 30
ukuran kecil
Lauk hewani 2 ½ potong sedang
30
(ayam/ikan/daging) /1/2 ekor
Lauk Nabati (kacang2an/
25 ½ potong sedang
tempe/tahu)
1/3 gelas ukuran
Sayur 30
250 ml
Buah 50 1 buah

Minyak/lemak 5 1 sdt

Sumber: panganku.org

Keterangan
1. Makanan tambahan bagi balita yang berupa makanan kudapan maupun
makanan lengkap sebaiknya terdiri dari zat gizi yang lengkap yang
berasal dari makanan pokok, sumber lauk pauk hewani dan nabati serta
sayur dan buah
2. Standar menu makanan tambahan bagi balita usia 24-59 bulan baik
berupa kudapan maupun makanan lengkap dalam sekali
makan rata-rata mengandung:
Energi 393,35 kalori
Protein 16,5 gram (17%)
Lemak 15 gram (33%)
Karbohidrat 51 gram (50%)
3. Bahan makanan yang digunakan untuk membuat makanan
tambahan bagi balita disesuaikan dengan sumber daya
lokal setempat
1) Makanan pokok dapat berupa jagung, singkong, ubi, kentang,
talas dan tepung-tepungan
2) Lauk hewani dapat berupa telur, berbagai ikan, ayam, dan
daging maupun sumber lauk hewani yang terdapat
disekitar wilayah sasaran
3) Lauk nabati dapat berupa tempe, tahu, maupun kacang-
kacangan seperti kacang merah, kacang hijau,
kacang polong, kacang kedelai, dll

44
4) Sayuran dan buah sebaiknya menggunakan yang
berwarna hijau atau orange/merah/kuning karena
mengandung lebih banyak vitamin dan mineral
dibandingkan yang tidak berwarna.

4. Jumlah bahan makanan (kuantitas) yang digunakan dalam satu


kelompok bahan makanan disesuaikan dengan Panduan Bahan
Makanan Penukar.
Misalnya: beras 60 gram (nasi 120 gram) dapat digantikan dengan
kentang 210 gram (2 buah sedang)

5. Lauk hewani diharapkan dapat bersumber dari 2 (dua) macam sumber


protein yang berbeda. Misalnya telur dan ikan, telur dan ayam, telur
dan daging. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kandungan protein
yang tinggi dan asam amino esensial yang lengkap.

6. Buah sebaiknya menggunakan buah utuh. Selain karena lebih


aman juga waktu mengonsumsinya dapat disesuaikan.

7. Makanan tambahan baik berupa kudapan dan makanan lengkap


bagi ibu hamil bagi balita dapat dikreasikan sesuai dengan kearifan
setempat. Prinsipnya berupa makanan padat gizi dan memenuhi
standar yang telah ditentukan.
8. Untuk menghitung kebutuhan bahan pangan yang akan dibeli
perlu mempertimbangkan berat kotor dan berat
bersih.

44
C. Edukasi Gizi untuk Ibu Balita
Edukasi gizi bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
ibu hamil serta orang tua/pengasuh balita sasaran dalam penerapan
gizi seimbang/isi piringku, pemanfaatan dan pengolahan bahan
pangan lokal dalam konsumsi makanan sehari hari. Kegiatan edukasi
gizi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
a. Konseling Gizi
Konseling gizi merupakan bagian integral dari pelayanan gizi
untuk memastikan terjadinya peningkatan pengetahuan, sikap
dan perilaku pada ibu hamil dan ibu balita serta pengasuh agar
dapat menerapkan pola makan sesuai prinsip gizi seimbang
sesuai kondisi dan kebutuhannya. Konseling gizi dilakukan
secara individual dengan mengutamakan komunikasi
interpersonal.
b. Penyuluhan gizi
Kegiatan penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu balita sasaran
yang dilakukan dengan kelompok kecil,
bersamaan dengan pelaksanaan pemberian makan
tambahan. Kegiatan ini dapat dilakukan bersamaan dengan
jadwal posyandu, atau kegiatan masyarakat lainnya (contoh kelas
ibu hamil dan ibu balita). Pelaksanaan penyuluhan dilakukan
antara 15 – 30 menit bertempat di Posyandu atau tempat lain
yang disepakati bersama. Materi penyuluhan terkait dengan
kebutuhan gizi, pemilihan pangan dan aspek kesehatan ibu hamil
dan balita dengan memanfaatkan media yang sudah tersedia di
Puskesmas.
c. Demonstrasi masak
Kegiatan demonstrasi masak ini bertujuan agar ibu hamil dan
orang tua/pengasuh balita sasaran memperoleh keterampilan
yang cukup dalam pemilihan, penyiapan, dan pengolahan
makanan untuk ibu hamil dan anak balita.
Kegiatan demo masak ini dilakukan setelah penyuluhan gizi
setiap 1 bulan sekali agar sasaran memperoleh pengetahuan
tentang aspek gizi dan kesehatan pada anak balita dan ibu hamil.
Peralatan memasak dan bahan makanan berbasis pangan lokal
disiapkan oleh tim pelaksana tingkat desa.
Adapun beberapa contoh menu untuk demo ini dapat merujuk
pada pada Lampiran
Berikut informasi kunci yang penting untuk diketahui oleh ibu
balita untuk dapat memenuhi kebutuhan gizinya:

44
Pesan Kunci untuk Ibu Balita:
✓ ASI adalah sumber gizi yang lengkap, cukup, dan
seimbang bagi bayi di bawah usia 6 bulan;
kandungan proteinnya setara dengan protein
hewani
✓ Berikan protein hewani dalam jumlah yang
cukup sedini mungkin saat mulai pemberian
MPASI (usia anak 6 bulan)
✓ Konsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi
berdasarkan usia secara jumlah, frekuensi
makan, konsistensi dan variasi makanan.
✓ Pada baduta, pemberian makan harus sesuai
Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA)
✓ Konsumsi makanan yang mengandung zat gizi
lengkap yaitu karbohidrat, protein hewani,
protein nabati, lemak, vitamin dan mineral
✓ Utamakan pemberian protein hewani pada
asupan makanan balita.
✓ Anak membutuhkan asupan protein dan lemak
lebih banyak sedangkan serat lebih sedikit
dibandingkan orang dewasa.
✓ Disiplin dalam menjalankan prinsip keamanan
pangan, kebersihan, dan sanitasi lingkungan

44
1. Contoh Topik dan Jadwal Edukasi Gizi
Dalam menyelenggarakan edukasi gizi, berikut adalah contoh topik dan
jadwal pendidikan gizi ASI dan PMBA, dimana di lapangan dapat bersifat
situasional (sesuai kebutuhan), bersamaan dengan pemantauan
mingguan. Materi dapat diberikan pada kelas Ibu Balita.
Tabel 9. Topik atau Materi Pendidikan Gizi yang dapat diberikan sesuai
Kebutuhan di Lapangan
Minggu Topik/Materi Edukasi
ke-
1 Pemantauan Tumbuh Kembang
Inisiasi menyusui dini, menyusui eksklusif (manfaat dari
menyusui) dan posisi menyusui yang baik
Tanda-tanda kecukupan ASI (lihat buku KIA
2020)

2 Pemberian MPASI usia 6 bulan-2 tahun sesuai


rekomendasi (PMBA)
Perawatan Anak dan pemberian makan secara
responsif
3 Gizi anak (bahan makanan sumber protein hewani)
Gizi seimbang (komposisi gizi makro dan mikro)
Demonstrasi masak

4 Cara penyiapan dan pengolahan makanan yang aman


Gizi seimbang (mis. cara membaca label) Stimulasi
perkembangan

71
2. Pesan Pendidikan Gizi: Pemenuhan Gizi Balita
Di bawah ini disajikan beberapa contoh pesan pendidikan gizi yang
dapat disampaikan kepada Ibu Balita:
a. Pentingnya Menyusui
ASI eksklusif diberikan kepada bayi sampai dengan usia
6 bulan
Usia 6 bulan ditambah dengan MP ASI
ASI dilanjutkan hingga usia 2 tahun atau lebih dengan
memperhatikan pertumbuhan, perkembangan serta
pemberian makanan yang adekuat dan memenuhi gizi seimbang
anak.

b. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI)


Pemberian Makanan Pendamping adalah proses pemberian
makanan dan cairan lainnya yang diberikan kepada bayi mulai usia
6 bulan ketika ASI saja tidak lagi mencukupi kebutuhan gizi bayi.
Makanan Pendamping ASI (MPASI) adalah makanan yang diolah
dari bahan lokal yang tersedia di rumah yang tepat digunakan
sebagai makanan untuk bayi mulai usia 6 bulan. MPASI dibuat
dari menu makanan keluarga dan pada masa pemberian
MPASI, ASI tetap terus diberikan.

Gambar 1. Pemenuhan Gizi Balita usia 6-23 Bulan

75
Gambar 2. Cara Membuat Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MPASI)

76
d. Pemantauan Pertumbuhan
Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan program
perbaikan gizi yang menitik beratkan pada upaya pencegahan dan
penanggulangan keadaan gizi balita, meliputi:
Penimbangan dan pengukuran PB/TB secara teratur, pengisian
Kurva Pertumbuhan Buku KIA, penentuan status pertumbuhan
berdasarkan kenaikan berat badan.
Tindak lanjut setiap kasus gangguan pertumbuhan
(berupa konseling dan rujukan)
Tindak lanjut berupa kebijakan dan program di tingkat
masyarakat serta meningkatkan motivasi untuk memberdayakan
keluarga
BAB IV.
POTENSI DAN KETERSEDIAAN PANGAN LOKAL

A. Potensi Pangan Lokal


Pangan lokal adalah pangan yang tersedia di wilayah dan biasa dikonsumsi
oleh masyarakat setempat. Potensi sumber daya pangan lokal pada
dasarnya tinggi, namun belum semua komoditas pangan lokal tersedia data
produksi dan distribusinya di setiap daerah. Indeks ketahanan pangan
(Food Security) digunakan untuk mengetahui ketahanan pangan suatu
daerah. Indeks ini terdiri dari dimensi ketersediaan pangan,
keterjangkauan/akses pangan dan pemanfaatan pangan termasuk
didalamnya sumber air (minum) yang bersih dan aman.
Tabel 9. Jumlah Jenis Pangan yang Dikonsumsi menurut
Kelompok Pangan

Jumlah Jenis
No. Kelompok Pangan
Pangan
1. Serealia 198
2. Umbi-umbian 102
3. Kacang-kacangan 95
4. Sayuran 309
5. Buah-buahan 190
6. Daging 75
7. Jeroan 67
8. Ikan 468
9. Telur 17
10. Susu 31
11. Minyak dan lemak 24
12. Gula dan konfeksionari 74
13. Bumbu 164
14. Minuman 127
15. Makanan komposit 51
16. Air 5
17. Suplemen 107
Total 2.104
Secara nasional, berdasarkan data Susenas Maret 2020, konsumsi energi
dan protein masyarakat Indonesia sudah mencapai Angka Kecukupan Gizi
sebesar 2.112 kkal dan 62 gram per hari (dari 2.100 kkal dan 57 gram
protein yang dianjurkan) (Badan Pusat Statistik, 2020). Namun, distribusi
asupan protein hewani seperti daging dan telur/susu pada penduduk
dengan kelompok pengeluaran kuintil 1 dan 2 berkisar 3 - 4.5 kali lebih
rendah dibandingkan pendukuk kuintil 4 dan 5.
Di sisi lain, asupan protein nabati penduduk kuintil 1 dan 2 adalah 2 kali
lebih besar dari asupan protein hewaninya.

Berbagai studi menyebutkan bahwa asupan protein dan energi yang


seimbang (protein kurang dari 25% dari
kandungan energi dalam makanan) berkontribusi terhadap
31% penurunan risiko bayi lahir kecil. Hasil ini bahkan lebih jelas terlihat
pada ibu hamil dengan gizi kurang atau kurus
(Imdad & Bhutta, 2012), memperbaiki pertumbuhan janin,
meningkatkan berat (mencapai 95-324 gram) dan panjang lahir (4,6 – 6,1
mm), serta mengurangi risiko BBLR sebesar 6-
32% (Liberato et al., 2013).

Oleh karena itu, dirasa penting untuk memperhatikan asupan protein,


khususnya protein hewani yang lebih mudah dicerna oleh tubuh salah
satunya berkaitan dengan minimnya zat anti gizi untuk memenuhi
kebutuhan gizi ibu hamil, khususnya ibu hamil KEK (Berrazaga et al., 2019;
Gilani et al., 2012).

B. Potensi Sumber Protein Hewani dan Pola Konsumsi

Pada periode 5 tahun terakhir (tahun 2015-2019), angka konsumsi ikan


nasional mengalami peningkatan sebesar 6,39% sedangkan pada periode 8
tahun terakhir (tahun 2012-2019) mengalami peningkatan sebesar 6,51%.
Peningkatan angka konsumsi ikan nasional dari tahun ke tahun didukung
oleh kampanye nasional Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan
(Gemarikan) yang dilaksanakan di seluruh provinsi.
Sebagai negara maritim dengan luas laut sekitar 3.544.743.9 km2 setara
dengan 64,97 persen dari luas total negara Indonesia, potensi sumber daya
laut yang dimiliki Indonesia sangat luas, sehingga potensi hasil ikan nya pun
melimpah. Ikan merupakan makanan yang tergolong menyehatkan karena
banyak mengandung asam lemak tak jenuh omega 3.
Selain ikan dan daging, telur juga merupakan sumber protein, asam amino,
dan lemak yang sehat, sedangkan susu mengandung asam lemak, protein
dan kalsium.
Tingkat partisipasi konsumsi pangan hewani bagi anak baduta Stunting di
provinsi NTT yang tinggi adalah ikan dan telur, diikuti ayam ras dan daging.
Konsumsi Protein hewani dalam rumah tangga baduta stunting berdasarkan
Pengumpulan Data Pola Asuh dan Pola Makan Dinas Kesehatan
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT tahun 2021 sebesar
59,8% anak baduta stunting mengkonsumsi Protein Hewani. Kabupaten yang
paling banyak mengkonsumsi protein hewani untuk anak baduta stinting
adalah Kabupaten Manggarai sebesar 97,4%, diikuti oleh kabupaten Flores
Timur sebesar 92,9% dan Sikka sebesar 90,15 sedangka kabupaten yang
paling rendah mengkonsumsi protein hewani adalah Sumba Tengah 13.7%,
Manggarai Barat 14,3% dan diikuti oleh Nagekeo 32%.
HEWANI sesuai KEBUTUHAN.

Tabel 10. Daftar pola makan anak baduta stunting di 22 kabupaten/kota yang mengkonsumsi
karbohidrat, protein hewani, nabati dan sayur -sayuran

SELALU KONSUMSI SUMBER SELALU KONSUMSI SBR SELALU KONSUMSI SUMBER SELALU KONSUMSI
KARBOHIDRAT PROTEIN HEWANI PROTEIN NABATI SAYURAN
NO KABUPATEN/KOTA

YA % TDK % YA % TDK % YA % TDK % YA % TDK %

1 Kab.Kupang 67 9,3 651 90,67 378 52,6 340 47,35 176 24,51 542 75,49 567 78,97 151 21
2 Rote Ndao 324 97,6 8 2,41 233 70,2 99 29,82 38 11,45 294 88,55 281 84,64 51 15,4
3 TTS 1080 97,5 26 2,35 557 50,3 549 49,55 166 14,98 940 84,84 852 76,9 254 22,9
4 Sabu Raijua 138 96,5 5 3,50 66 46,2 77 53,85 17 11,89 126 88,11 106 74,13 37 25,9
5 Malaka 327 97,9 7 2,10 187 56,0 147 44,01 56 16,77 278 83,23 268 80,24 66 19,8
6 TTU 469 93,4 33 6,57 196 39,0 306 60,96 49 9,761 453 90,24 269 53,59 223 44,4
7 ENDE 238 100,0 0 0,00 190 79,8 48 20,17 73 30,67 165 69,33 220 92,44 18 7,56
8 LEMBATA 226 98,3 4 1,74 177 77,0 53 23,04 81 35,22 149 64,78 153 66,52 77 33,5
9 KOTA KUPANG 229 96,6 8 3,38 197 83,1 40 16,88 135 56,96 102 43,04 218 91,98 19 8,02
10 SIKKA 433 97,7 10 2,26 399 90,1 44 9,932 144 32,51 299 67,49 419 94,58 24 5,42
11 KAB,MANGGARAI TIMUR 279 93,0 21 7,00 234 78,0 66 22 56 18,67 244 81,33 246 82 54 18
12 NAGEKEO 117 93,6 8 6,40 40 32,0 85 68 9 7,2 116 92,8 89 71,2 36 28,8
13 SBD 161 62,4 67 25,97 121 46,9 107 41,47 7 2,713 221 85,66 120 46,51 108 41,9
14 ALOR 176 97,8 4 2,22 114 63,3 66 36,67 43 23,89 137 76,11 150 83,33 30 16,7
15 MABAR 3 2,5 116 97,48 17 14,3 102 85,71 66 55,46 53 44,54 6 5,042 113 95
16 NGADA 125 98,4 2 1,57 84 66,1 43 33,86 48 37,8 79 62,2 126 99,21 1 0,79
17 SUMBA TENGAH 72 98,6 1 1,37 10 13,7 63 86,3 7 9,589 66 90,41 63 86,3 8 11
18 SUMBA TIMUR 174 100,0 0 0,00 95 54,6 79 45,4 90 51,72 84 48,28 39 22,41 135 77,6
19 MANGGARAI 75 97,4 2 2,60 75 97,4 2 2,597 75 97,4 2 2,597 75 97,4 2 2,6
20 BELU 95 91,3 9 8,65 62 59,6 42 40,38 41 39,42 63 60,58 98 94,23 6 5,77
21 FLOTIM 132 93,6 9 6,38 131 92,9 10 7,092 75 53,19 66 46,81 123 87,23 18 12,8
22 SUMBA BARAT 2 1,9 103 98,10 63 60,0 42 40 87 82,86 18 17,14 43 40,95 62 59
PROVINSI NTT 4942 81,4 1094 18,03 3626 59,8 2410 39,7 1539 25,4 4497 74,1 4531 74,7 1493 24,6
BAB V.
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BAGI
IBU HAMIL KEK, BALITA BERAT BADAN TIDAK NAIK/WEIGHT
FALTERING, BERAT BADAN KURANG DAN GIZI KURANG

Kegiatan penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan berbasis


pangan lokal siap santap bagi ibu hamil KEK dan balita usia 6-59 bulan
dengan berat badan tidak naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi
kurang dilaksanakan melalui proses bantuan pemerintah Pusat, kepada
penerima bantuan Dinas Kabupaten/kota melalui BOK Puskesmas dan
selanjutnya pada pelaksanaan di tingkat Kecamatan sampai Desa dengan
pembagian peran berdasarkan tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai
berikut:

Table 11. kegiatan PMT Lokal peran berdasarkan tahapan pelaksanaan


kegiatan
Pusat / Kabupaten Kecamatan/
Kegiatan Desa
Provinsi / Kota Puskesmas
Menyusun dan m enetapkan petunjuk
teknis kegiatan dan m edia pendidikan √
gizi;

Menyusun siklus m enu PMT Lokal √

Melakukan sosialisasi, koordinasi,


integrasi dan advokasi dengan
lintas program dan lintas sektor √ √ √ √
pelaksanaan kegiatan dilapangan
secara berjenjang

Menetapkan tim persiapan dan tim


√ √
pengawas dalam pelaksanaan kegiatan
Menetapkan m itra pelaksana kegiatan

dan m em buat perjanjian kerja sam a
Menetapkan lokasi kabupaten/kota
hingga desa untuk pelaksanaan √ √ √
kegiatan
Menyusun proposal rencana kegiatan

dan kebutuhan anggaran
Membentuk tim pelaksana
√ √
Membentuk tim pendamping √ √ √ √
Mendata dan m erekap sasaran

Program

Melakukan sosialisasi kegiatan (teknis


√ √
dan adm inistrasi)

Melakukan orientasi kegiatan kepada



kader/PKK
Melaksanakan pemberian Makanan
Tambahan berbasis pangan lokal siap santap

(persiapan dan pelaksanaan)

Melakukan prom osi dan edukasi gizi √ √ √ √

Melakukan pendam pingan secara


berjenjang dan berkala dari
√ √ √ √
tingkat pusat sam pai tingkat desa
serta pendam pingan ke sasaran

Mem bina, m em antau, m engevaluasi,


m engawasi, m engendalikan, dan
√ √ √ √
m elaporkan kegiatan m elalui
pertem uan secara berkala.

Melakukan pem antauan pengolahan,


√ √
penyajian dan keam anan pangan
Menyusunan laporan substansi dan
√ √ √ √
keuangan

Melakukan tindakan perbaikan bila


ada m asalah dalam penyelenggaran √ √ √ √
PMT
Dalam rangka implementasi dan perluasan cakupan Pemberian Makanan
Tambahan Berbasis Pangan Lokal bagi Ibu Hamil KEK dan balita berat
badan tidak naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang yang
bertujuan untuk meningkatkan status gizi, diperlukan dukungan dan peran
K/L terkait sesuai dengan tugas masing-masing berdasarkan Perpres No 72
Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting dan Rencana Aksi
Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG). Mitra non pemerintah seperti dunia
usaha, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tingi, organisasi profesi,
mitra pembangunan, media massa, dan berbagai kelompok masyarakat
madani lainnya dapat terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.

Dalam pengelolaan kegiatan pemberian makanan tambahan untuk ibu


hamil KEK berat badan tidak naik/weight faltering, berat badan kurang dan
gizi kurang mengikuti Petunjuk Teknis Penyaluran Dana Bantuan
Pemerintah dalam rangka Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbasis
Pangan Lokal untuk Ibu Hamil KEK, Pangan Lokal dan atau Pangan
Olahan Diet Khusus (PDK) bagi Balita Gizi Kurang, Berat Badan Kurang,
Tidak Naik Berat Badan/Weight Faltering Tahun 2022 yang mengacu pada
peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
173/PMK.05/2016 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga dan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 24 Tahun 2021 tentang Pedoman Umum Penyaluran
Bantuan Pemerintah di Lingkungan Kementerian Kesehatan Lebih lanjut,
tahapan penyelenggaraan pemberian makanan tambahan berbasis
pangan lokal meliputi: persiapan, perencanaan,pelaksanaan,
pengendalian dan pemantauan sebagaimana berikut:

1. Tahap Persiapan
a. Penetapan Puskesmas/sasaran penerima
b. Penyusunan Petunjuk Teknis kegiatan
c. Pemberitahuan Kegiatan
d. Sosialisasi
e. Pembekalan/Orientasi Tim Pelaksana dalam hal ini kader, kelompok
dasawisma dan TP- PKK di desa.
f. Pemerintah di Lingkungan Dinas Kesehatan

2. Tahap Perencanaan
a) Penyusunan proposal kegiatan
b) Penetapan Tim Pelaksana Kegiatan
3. Tahap Pelaksanaan
a) Menyusun Menu sesuai Standar
b) Pembelian Bahan Makanan
c) Pemberian Makanan Tambahan
Kegiatan pemberian makanan tambahan sebaiknya disertai
pendampingan, edukasi/konseling gizi, tatalaksana penyakit
apabila sasaran ada penyakit penyerta dan meminimalisir faktor
risiko lainnya.

a. Pemberian Makanan Tambahan


Setiap sasaran menerima makanan tambahan sesuai
dengan protokol yang telah disampaikan di atas. Kegiatan ini
sebaiknya dintegrasikan dengan program yang ada di desa
seperti antara lain: kelas ibu balita dan didahului dengan
edukasi gizi atau penyuluhan gizi. Untuk pemberian makanan
tambahan berbasis pangan lokal, edukasi gizi dapat berupa
demonstrasi masak, makan bersama-sama diantar ke rumah
sasaran, atau mekanisme lain yang mendukung sesuai kondisi
wilayah. Selain melalui kelas ibu hamil/ibu balita, penyiapan
makanan tambahan berbasis pangan lokal dapat dilakukan
dengan:
1. Tim pelaksana langsung menyiapkan makanan
tambahan siap santap: dimakan Bersama
kelompok sasaran di suatu tempat, atau
2. Menunjuk penyelenggara makanan (contoh: warung
lokal) untuk mengolah sesuai dengan menu yang telah
disusun dan dibawah pengawasan tim pelaksana.
3. Menu yang telah disusun oleh dinas Kesehatan
kependudukan dan pencatatan Sipil Provinsi NTT
wajib gunakan dalam pemberian PMT balita gizi
kurang dan ibu hamil kek
4. Penambahan “Serbuk Marungga NTT” wajib
diberikan pada Pemberian Makanan Tambahan

b. Pendampingan, Pelaksanaan Edukasi Gizi dan


Demo Masak Secara Berkala

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan


kemampuan orang tua balita dan ibu hamil sasaran dalam
penerapan gizi seimbang/isi piringku dan pemanfaatan bahan
pangan lokal dalam konsumsi makanan sehari hari.
Kegiatan edukasi gizi dapat dilakukan dengan cara
memberikan penyuluhan kelompok maupun perorangan
secara langsung kepada orang tua balita atau ibu hamil selama
pendampingan.
Materi yang diberikan terkait dengan kebutuhan gizi, pemilihan
pangan dan aspek kesehatan balita dan ibu hamil dengan
memanfaatkan media yang sudah tersedia di Puskesmas.
Penyuluhan kelompok dapat disertai dengan demonstrasi masak
yang dilakukan di lakukan di kelas ibu balita/ibu hamil.

Edukasi ini juga dapat diperluas di tingkat masyarakat kepada


penyelenggara atau penyedia makanan untuk memahami
pentingnya pemenuhan gizi pada ibu hamil dan mendorong
partisipasi untuk penyediaan paket menu sesuai kebutuhan ibu
hamil sesuai standar kebutuhannya selama kehamilan dengan
mengacu pada pedoman gizi seimbang.

c. Cara Pengolahan

Pengolahan makanan dilakukan sesuai dengan cara pengolahan


yang biasa dilakukan sehari-hari dengan memperhatikan aspek
higiene dan sanitasi.
Dalam hal ini, bahan makanan harus dicuci sampai bersih, air
yang digunakan juga air bersih yang layak minum. Selain itu,
peralatan yang digunakan harus bersih dan orang yang mengolah
makanan juga harus menjaga kebersihan diri.
Prinsip-prinsip dalam pengolahan bahan makanan perlu
diperhatikan untuk mempertahankan zat gizi yang terkandung
dalam bahan makanan serta meningkatkan daya cerna makanan.
Teknis pengolahan makanan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 16
berikut
Tabel 12. Teknik Pengolahan Makanan
Cara
No. Prinsip pengolahan
Pengolahan

● Gunakan air bersih secukupnya

● Semua bahan terendam


● Air mendidih (suhu sekitar 100º C)
1. Merebus

● Lama perebusan sampai tingkat


kematangan yang dikehendaki termasuk bagian
dalam bahan makanan

● Gunakan air bersih secukupnya

2. Mengukus ● Lama pengukusan sampai tingkat


kematangan yang dikehendaki termasuk bagian
dalam bahan makanan
● Panaskan alat pemanggang (oven) sampai
panas yang dikehendaki sebelum bahan
dimasukkan
● Lama pemanggangan sampai tingkat
3. Memanggang kematangan yang dikehendaki termasuk bagian
dalam bahan makanan

● Untuk memanggang daging atau pangan


tinggi protein, hindari sampai terbakar (arang)
● Siapkan bahan pembakar (arang/kayu)
sampai terbentuk bara api sebelum bahan
makanan dibakar
● Lama pembakaran sampai tingkat
4. Membakar kematangan yang dikehendaki termasuk bagian
dalam bahan makanan

● Untuk membakar daging atau pangan tinggi


protein, hindari sampai terbakar (arang)

● Gunakan minyak goreng secukupnya

● Panaskan minyak goreng sampai suhu yang


dikehendaki sebelum bahan dimasukkan
5. Menggoreng
● Lama penggorengan sampai tingkat
kematangan yang dikehendaki termasuk
bagian dalam bahan makanan
● Dianjurkan menggunakan minyak goreng
yang sama tidak lebih dari dua kali
penggorengan
● Memasak makanan dengan minyak sedikit
● Panaskan minyak goreng sampai suhu yang
6. Menumis dikehendaki sebelum bahan dimasukkan
● Lama memasak dengan waktu singkat

Sumber: Fellows, 2009


d. Persyaratan penjamah makanan
1. Surat pernyataan berbadan sehat
2. Dimasa pandemi COVID 19, sudah divaksinasi minimal 2 kali
3. Bersedia menjalankan prinsip higiene dan sanitasi selama
proses penyelenggaraan makanan tambahan pangan lokal (seperti
menjaga kebersihan diri dan bahan pangan, serta peralatan yang
dipergunakan)

e. Pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal menerapkan


protokol kesehatan dengan memperhatikan
hal-hal lainnya sebagaimana berikut:
1) Jadwal pemberian makan disesuaikan dengan kondisi
setempat (contoh: dibuat jadwal/pembagian kupon)
2) Pengambilan makanan dilakukan dengan tertib sesuai
jadwal yang telah disepakati, menjaga jarak dan
menggunakan masker
3) Menyediakan tempat cuci tangan (dengan air mengalir
dan menggunakan sabun) atau hand sanitizer di lokasi
pembagian makanan

4. Pengendalian dan Pemantauan

a) Pengendalian
Pengendalian kegiatan di lapangan menjadi sangat penting demi
keberhasilan program, secara umum tujuan pengendalian kegiatan
adalah:
1) Memastikan bahwa sasaran penerima MT sesuai dengan
ketentuan yang ada;
2) Memastikan bahwa kegiatan berjalan sesuai dengan tahapan
kegiatan;
3) Memastikan bahwa pengalokasian dan pemanfaatan dana
bantuan pemerintah sesuai dengan pedoman;
4) Memastikan bahwa kualitas Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) sesuai standar yang telah
ditetapkan dan diterima oleh sasaran;
5) Memastikan agar setiap pelaksana kegiatan dapat menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya dengan baik sesuai dengan
fungsinya masing-masing; dan
6) Menjamin ketepatan waktu pelaksanaan dengan jadwal
pelaksanaan yang telah ditentukan.
b) Pemantauan
Pemantauan merupakan bagian dari pengendalian kegiatan di
lapangan yang dilakukan oleh Tim secara berjenjang. Kegiatan ini
dilakukan untuk mendapatkan informasi serta data pelaksanaan
kegiatan untuk bahan pengambilan keputusan dalam proses menjaga
dan perbaikan pelaksanaan kegiatan. Kegiatan pemantauan akan
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Mekanisme Pemantauan dan Pendampingan:
1. Pemantauan dan pendampingan dilakukan secara berjenjang
mulai dari pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan/puskesmas dan
desa.
2. Tim Kabupaten dan tim Kecamatan Kepala Puskesmas, TPG
atau tenaga kesehatan atau Bidan Desa melakukan pendampingan dan
pembinaan kegiatan pemberian makanan tambahan setiap bulan, dan
bila ada masalah segera melakukan koordinasi dan tindakan perbaikan.
3. Kegiatan pemantauan penyelenggaraan kegiatan pemberian
makanan tambahan secara berkala.
4. Formulir pemantauan yang harus diisi terdapat pada Lampiran 5-17
dengan periode pengisian saat awal dan akhir Pemberian Makanan
Tambahan (Lampiran5 dan 6) serta periode bulanan.

Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam melakukan


pemantauan kepada sasaran sebagai berikut:

1) Bagi Sasaran
Penambahan BB ibu hamil KEK, berat badan tidak
naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi
kurang yang menjadi sasaran:
a. Bagi ibu hamil KEK, terjadi peningkatan BB
sesuai dengan kurva penambahan BB pada Buku KIA
mencapai 12.5-18 kg selama kehamilan atau 2-3
kg/bulan pada trimester kedua dan ketiga atau LiLA
mencapai ≥23.5 cm
b. Bagi balita berat badan tidak naik/weight
faltering, berat badan kurang dan gizi kurang,
terjadi peningkatan berat badan sesuai dengan
kriteria kenaikan berat badan pada Gambar 8.
2) Penyelenggara
a. Kepatuhan terhadap konsumsi PMT yang diberikan
(Jumlah yang diberikan dan dihabiskan)
b. Frekuensi dan lamanya pemberian
c. Mekanisme pelaksanann pemberian PMT
d. Kepatuhan terehadap standart menu yang ditetapkan
e. Perubahan status gizi sasaran
f. Distribusi dan konsumsi tablet tambah darah
g. Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku sasaran.
h. Berat Badan dan Panjang Badan Bayi yang lahir dari Ibu
Hamil KEK (jika melahirkan)

c) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan
Pemberian Makanan Tambahan Berbasis Pangan Lokal untuk Ibu
Hamil KEK dan Balita berat badan tidak naik/weight faltering, berat
badan kurang dan gizi kurang yang bisa dilihat dari aspek input, proses,
dan output dari pelaksanaan kegiatan ini.
Program ini secara spesifik ditujukan untuk perbaikan status gizi dan
perubahan perilaku makan/pola asuh penerima sasaran dan
keluarga. Perubahan berat badan anak dicatat sebelum dan setelah
kegiatan mengikuti jadwal kegiatan di Posyandu.

Penilaian terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan praktik (PSP)


dilakukan dengan membandingkan perubahan skor sebelum dan
setelah kegiatan dengan kuesioner terlampir.
Sasaran Perubahan,Sikap Praktik (PSP) ini adalah ibu hamil KEK
dan orang tua/pengasuh berat badan tidak naik/weight faltering, berat
badan kurang dan gizi kurang.

5. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan pemberian makanan
tambahan lokal untuk ibu hamil KEK dan berat badan tidak
naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang dilakukan
secara berjenjang dari tingkat desa sampai tingkat Pusat dengan
mekanisme pencatatan dan pelaporan sebagai berikut:
a) Pencatatan hasil pengukuran BB, TB, Lila, dan konsumsi tablet
tambah darah serta makanan tambahan pada ibu
hamil dan balita dapat menggunakan buku KIA dan catatan
lainnya yang dapat dicatat secara elektronik melalui Sigizi
Terpadu.
b) Tim Pelaksana mencatat hasil kegiatan melalui pencatatan di
puskesmas dan juga mencatat di kartu pemantauan ibu
hamil dan balita sebagai self-monitoring agar ibu anak
balita dapat ikut memantau setiap kali mendapat makanan
tambahan lokal.
c) Ketua Tim Pelaksana/ k e p a l a P u s k e s m a s
melaporkan pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota secara berkala setiap bulan yang terdiri
dari jumlah penerima, hari makan, besar anggaran yang
dipergunakan, dan sumber pendanaan.
d) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Puskesmas sebagai
Pelaksana melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada
Dinas Kesehatan Provinsi secara berkala setiap bulan melalui
aplikasi si gizi terpadu .
e) Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan pelaksanaan
kegiatan kepada Kementerian Kesehatan secara berkala setiap
bulan melalui si gizi terpadu .

Berkaitan dengan penyelenggaraan administrasi dan keuangan lebih lanjut


dapat merujuk pada Petunjuk Teknis Penyaluran Dana Bantuan Pemerintah
dalam rangka Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbasis Pangan
Lokal untuk Ibu Hamil KEK, Pangan Lokal dan atau Pangan Olahan Diet
Khusus (PDK) bagi Balita Gizi Kurang, Berat Badan Kurang, Tidak Naik
Berat Badan/Weight Faltering Tahun 202
Persyaratan Jenis dan Bentuk Makanan Makanan Tambahan
berbasis Pangan Lokal
1. Makanan tambahan diutamakan berbasis bahan makanan lokal
yang tersedia di wilayah setempat.
2. Makanan tambahan berbasis pangan lokal dapat
diberikan berupa makanan lengkap atau makanan
kudapan.
3. Makanan tambahan balita berat badan tidak naik/weight faltering,
berat badan kurang dan gizi kurang diutamakan
berupa sumber protein hewani (misalnya
ikan/telur/daging/ayam), namun tetap memperhatikan
keseimbangan kebutuhan zat gizi yang lain.
4. Makanan tambahan untuk ibu hamil KEK diutamakan untuk
pemenuhan kebutuhan energi dan protein, diutamakan berupa
sumber protein hewani (misalnya ikan/telur/daging/ ayam),
namun tetap memperhatikan keseimbangan kebutuhan zat gizi
yang lain.
5. Bentuk makanan tambahan yang diberikan kepada balita dapat
disesuaikan dengan Panduan Pemberian Makan Balita .
Komponen Biaya Makanan Tambahan berbasis Pangan
Lokal
Dana dipergunakan untuk paket kegiatan Pemberian Makanan Tambahan
Lokal bagi ibu hamil KEK dan Balita usia 6-59 bulan gizi kurang dan, meliputi
pembelian bahan makanan, biaya operasional dan jasa pengolahan
makanan dengan rincian sebagai berikut:
1. Biaya bahan makanan dan operasional digunakan untuk pembelian
bahan makanan, transport, dan bahan bakar memasak minimal 80%
dari alokasi dana.
2. Biaya jasa penyelenggaraan makan sebesar maksimal 15%
dari alokasi dana.
3. Biaya operasional untuk dukungan administrasi maksimal sebanyak
5% dari alokasi dana.
4. Biaya Pembelian Serbuk Marungga NTT sudah termasuk di dalam
Biaya bahan makanan karena merupakan golongan sayur
mayur.

Anggaran unit cost setiap kali pemberian makan


tambahan ibu hamil KEK dan Balita gizi kurang
disesuaikan dengan .harga yang berlaku di daerah
masing-masing dengan mengacu pada standar menu
yang ditetapkan
BAB V. PENUTUP

Pemberian makanan tambahan pangan lokal untuk ibu hamil KEK berat
badan tidak naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang pada
dasarnya bertujuan untuk meningkatkan status gizi ibu hamil maupun balita
dan mengatasi penyebabnya serta meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku sasaran dalam mempersiapkan dan menyediakan makanan sesuai
prinsip gizi seimbang sesuai dengan kebutuhan kelompok usia dan
kondisinya. Peran pemerintah daerah, tenaga kesehatan, kader, dan
keluarga, serta berbagai pihak yang memberi perhatian pada kesehatan ibu
hamil dan balita sangat diharapkan dalam mendukung keberhasilan
kegiatan ini.

Edukasi kesehatan dan gizi serta pendampingan penerima manfaat oleh


tenaga kesehatan dan kader merupakan pendukung keberhasilan dalam
kegiatan pemberian makanan tambahan. Pemahaman tentang pentingnya
pemenuhan gizi bagi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan komitmen keluarga dalam
pencegahan dan penanggulangan masalah gizi secara dini.

Buku Pedoman teknis ini disiapkan sebagai acuan bagi semua pihak terkait
yang ada di Wilayah Provinsi NTT dalam pelaksanaan pemberian
makanan tambahan bagi ibu hamil KEK berat badan tidak naik/weight
faltering, berat badan kurang dan gizi kurang dalam upaya mencapai tujuan
yang diharapkan secara efektif dan efisien.
Lampiran 1. Daftar Bahan Makanan Penukar

A. Golongan 1: Bahan Makanan Sumber Karbohidrat Kandungan zat


gizi per porsi nasi kurang lebih seberat 100 gram, yang setara dengan
¾ gelas adalah: 175 Kalori, 4 gram Protein dan 40 gram Karbohidrat.
Daftar pangan sumber karbohidrat sebagai penukar 1 (satu) porsi nasi:

Ukuran Rumah Rumah


Nama Pangan Berat dalam Gram
Tangga ( URT)
Beras ½ Gelas 50
Bihun ½ Gelas 50
Biskuit 4 Buah Besar 40
Havermut 5 ½ Sendok Besar 45
Jagung Segar 3 Buah Sedang 125
Kentang 2 Buah Sedang 210
Kentang Hitam 12 Biji 125
Maizena 10 Sendok Makan 50
Makaroni ½ Gelas 50
Mie Basah 2 Gelas 200
Mie Kering 1 Gelas 50
Nasi Beras Giling putih ¾ Gelas 100
Nasi Beras Giling
¾ Gelas 100
Merah
Nasi Beras Giling Hitam ¾ Gelas 100
Nasi Beras ½ Giling ¾ Gelas 100
Nasi Ketan Putih ¾ Gelas 100
Roti Putih 3 Iris 70
Roti W arna Coklat 3 Iris 70
Singkong 1 ½ Potong 120
Sukun 3 Potong Sedang 150
Talas ½ Biji Sedang 125
Tape Beras Ketan 5 Sendok Makan 100
1 Potong Sedang 100
Tape Singkong
Tepung Tapioca 8 Sendok Makan 50
Tepung Beras 8 Sendok Makan 50
10 Sendok Makan 50
Tepung Hunkwe
Tepung Sagu 8 Sendok Makan 50
Tepung Singkong 5 Sendok Makan 50
Tepung Terigu 5 Sendok Makan 50
Ubi Jalar Kuning 1 Biji Sedang 135
Kerupuk Udang/Ikan 3 Biji Sedang 30
A. Golongan 2: Bahan Makanan Sumber Protein Hewani Kandungan zat gizi
satu (1) porsi terdiri dari satu (1) potong sedang Ikan segar seberat 40 gram
adalah 50 Kalori, 7 gram Protein dan 2 gram lemak. Daftar lauk pauk sumber
protein hewani sebagai penukar 1 porsi Ikan segar adalah:

Ukuran
Berat dalam
Bahan makanan RumahTangga
gram
( URT)
Daging sapi 1 potong sedang 35

Daging ayam 1 potong sedang 40

Hati Sapi 1 potong sedang 50


Ikan Asin 1 potong kecil 15
Ikan Teri Kering 1 sendok makan 20
Telur Ayam 1 butir 55
Udang Basah 5 ekor sedang 35

Daftar pangan lain sumber Protein hewani sebagai penukar 1 porsi Ikan
segar:

Berat dalam
Bahan makanan Ukuran RumahTangga ( URT)
gram

Susu sapi 1 gelas 200

Susu kerbau ½ gelas 100

Susu kambing ¾ gelas 185

Tepung sari kedele 3 sendok makan 20

Tepung susu whole 4 sendok makan 20

Tepung susu krim 4 sendok makan 20


Menurut kandungan Lemak, Kelompok Lauk Pauk dibagi
menjadi 3 golongan
Golongan A: Rendah Lemak
Daftar pangan sumber protein hewani dengan 1 (satu) satuan
penukar yang mengandung: 7 gram Protein, 2 gram Lemak dan 50
Kalori:

Ukuran Rumah Berat dalam


Bahan Makanan
Tangga (URT) gram

Ayam Tanpa Kulit 1 potong sedang 40

Babat 1 potong sedang 40

Cumi-cumi 1 ekor kecil 45

Daging asap 1 lembar 20

Daging ayam 1 potong sedang 40

Daging kerbau 1 potong sedang 35

Dendeng sapi 1 potong sedang 15

Gabus kering 1 ekor kecil 10

Hati sapi 1 potong sedang 50

Ikan asin kering 1 potong sedang 15

Ikan kakap 1/3 ekor besar 35

Ikan kembung 1/3 ekor sedang 30

Ikan lele 1/3 ekor sedang 40

Ikan mas 1/3 ekor sedang 45

Ikan mujair 1/3 ekor sedang 30

Ikan peda 1 ekor kecil 35

Ikan pindang ½ ekor sedang 25

Ikan segar 1 potong sedang 40

Ikan teri kering 1 sendok makan 20

Ikan cakalang asin 1 potong sedang 20

Kerang ½ gelas 90

Ikan lemuru 1 potong sedang 35

Putih telur ayam 2 ½ butir 65

Rebon kering 2 sendok makan 10

Rebon basah 2 sendok makan 45

Selar kering 1 ekor 20

Sepat kering 1 potong sedang 20

Teri nasi 1/3 gelas 20

Udang segar 5 ekor sedang 35


Golongan B :Lemak sedang

Daftar pangan sumber Protein hewani dengan 1 (satu) satuan penukar yang
mengandung: 7 gram Protein, 5 gram lemak dan
75 Kalori:

Ukuran
Berat dalam
Bahan Makanan RumahTangga
gram
(URT)

Bakso 10 biji sedang 170

Daging kambing 1 potong sedang 40

Daging sapi 1 potong sedang 35

Ginjal sapi 1 potong besar 45

Hati ayam 1 buah sedang 30

Hati sapi 1 potong sedang 35

Otak 1 potong besar 60

Telur ayam 1 butir 55

Telur bebek asin 1 butir 50

Telur puyuh 5 butir 55

Usus sapi 1 potong besar 50


Telur bebek 1 butir 50

Golongan C: Tinggi Lemak

Daftar pangan sumber Protein hewani dengan 1 (satu) satuan penukar yang
mengandung: 7 gram Protein, 13 gram Lemak dan 150 Kalori.

Ukuran RumahTangga Berat dalam


Bahan Makanan
(URT) gram

Bebek 1 potong sedang 45


Belut 3 ekor 45
Kornet daging sapi 3 sendok makan 45
Ayam dengan kulit 1 potong sedang 35
Daging babi 1 potong sedang 50
Ham 1 ½ potong kecil 40
Sardencis ½ potong sedang 35
Sosis 1 potong kecil 50
Kuning telur
4 butir 45
ayam
C. Golongan 3: Bahan Makanan Sumber Protein Nabati
Kandungan zat gizi satu (1) porsi Tempe sebanyak 2 potong sedang atau 50
gram adalah 75 Kalori, 5 gram Protein, 3 gram lemak dan 7 gram karbohidrat.
Daftar pangan sumber protein nabati sebagai penukar 1 porsi tempe adalah:

Ukuran
Berat dalam
Bahan Makanan RumahTangga
gram
(URT)

Kacang Hijau 2 Sendok Makan 20


Kacang Kedelai 2 ½ Sendok Makan 25
Kacang Merah 2 Sendok Makan 20
Kacang Mete 1 ½ Sendok Makan 15
Kacang Tanah Kupas 2 Sendok Makan 15
Kacang Tolo 2 Sendok Makan 20
Keju Kacang Tanah 2 Sendok Makan 15
Kembang Tahu 1 Lembar 20
Oncom 2 Potong Kecil 40
Petai Segar ½ gelas 55
Tahu 2 Potong Sedang 110
Sari Kedelai 2 ½ Gelas 185

D. Golongan 4: Sayuran
Berdasarkan kandungan zat gizinya kelompok sayuran dibagi menjadi 3
golongan, yaitu:
a. Golongan A, kandungan kalorinya sangat rendah
sehingga dapat diabaikan: Gambas/Oyong
Jamur kuping Ketimun Labu air
Selada Lobak
Tomat sayur Selada air
Daun bawang Baligo
b. Golongan B, kandungan zat gizi per porsi (100 gram) adalah: 25
Kal, 5 gram karbohidrat, dan 1 gram protein. Satu (1) porsi sayuran
adalah kurang lebih 1 (satu) gelas sayuran setelahdimasakdan
ditiriskan.
Jenis sayuran termasuk golongan ini:

Bayam Kapri muda


Bit Kol
Daun kecipir Labu waluh
Daunt talas Pepaya muda
Jagung muda Sawi
Kangkung Terong
Brokoli Kembang kol
Buncis Labu Siam
Daun kacang panjang Pare
Genjer Rebung
Kemangi Taoge
Kacang panjang Wortel

c. Golongan C, kandungan zt gizi per porsi (100 gram) adalah: 50


Kal, 10 gram karbohidrat, dan 3 gram protein. Satu (1) porsi sayuran
adalah kurang lebih 1 (satu) gelas sayuran setelah dimasak dan
ditiriskan.
Jenis sayuran termasuk golongan ini:

Bayam Daun katuk Daun Mangkokan


merah mlinjo
Daun Daun Kacang Dauntalas
singkong papaya kapri
Mlinjo Kluwih Taoge Nangka
kedelai muda
E. Golongan 5: Buah dan Gula
Kandungan zat gizi perporsi buah (setara dengan 1 buah
Pisang Ambon ukuran sedang) atau 50 gram, mengandung 25
Kalori dan 5 gram Karbohidrat. Daftar buah-buahan sebagai penukar
1 (satu) porsi buah:

*) Berat tanpa kulit dan biji (berat bersih)

F. Golongan 6: Susu
Susu Tanpa Lemak
1 Satuan Penukar = 75 Kalori. 7 gram Protein, dan 10 gram
Karbohidrat

Berat
Bahan Ukuran Rumah
dalam
Makanan Tangga (URT)
gram

Susu skim cair 1 gelas 200


Tepung susu
4 sdm 20
skim
Yoghurt non fat 2/3 gelas 120
Susu Rendah Lemak
1 Satuan Penukar = 125 Kalori. 7 gram Protein,
6 gram Lemak dan 10 gram Karbohidrat
Ukuran Rumah Berat dalam
Bahan Makanan
Tangga (URT) gram
Keju 1 ptg kecil 35

Susu kambing ¾ gelas 165


Susu sapi 1 gelas 200
Susu kental manis ½ gelas 100
Yoghurt susu penuh 1 gelas 200
Susu Tinggi Lemak
1 Satuan Penukar = 150 Kalori. 7 gram Protein, 10 gram Lemak
dan 10 gram Karbohidrat
Berat
Bahan Ukuran Rumah
dalam
Makanan
Tangga (URT) gram
Susu kerbau ½ gelas 100
Tepung susu
6 sdm 30
penuh
G. Golongan 7: Minyak dan Lemak
Menurut kandungan asam lemaknya, minyak dibagi menjadi 2
kelompok yaitu lemak tak jenuh dan lemak jenuh:

Lemak Tak Jenuh


Satu satuan penukar mengandung 50 Kalori dan 9 gram lemak.
Daftar pangan penukar satu (1) porsi minyak:
Ukuran
Berat dalam
Bahan Makanan RumahTang
gram
ga (URT)
½ buah
60
Alpokat Margarin besar
¼ sendok
5
jagung teh
2 sendok
20
Mayonaise makan
1 sendok
5
Minyak biji kapas teh
1 sendok
5
Minyak matahari teh
1 sendok
5
Minyak jagung teh
1 sendok
Minyak kedelai 5
teh
1 sendok
5
Minyak kacang tanah teh
1 sendok
5
Minyak safflower teh
1 sendok
Minyak zaitun 5
teh
Kacang almond 7 biji 10
Lemak Jenuh
Daftar pangan penukar yang mengandung asam lemak 9 gram dan 50 Kalori:

Ukuran Berat
Bahan
RumahTangga dalam
Makanan
(URT) gram

Kelapa 1 potong kecil 15

Lemak babi/sapi 1 potong kecil 5

Mentega 1 sendok teh 5

Minyak kelapa 1 sendok teh 5


Minyak kelapa
1 sendok teh 5
sawit
Santan (peras) 1/3 gelas 40

Keju krim 1 potong kecil 15

H. Golongan 8: Makanan Tanpa Kalori

Bahan Makanan Bahan Makanan


Agar-agar Gelatin
Air Kaldu Kecap

Air Mineral Kopi

Cuka Teh

Gula Alternatif Gula Alternatif


Aspartam Sakarin
Sumber:
Persatuan Ahli Gizi Indonesia Asosiasi Dietisien Indonesia. Penuntun Diet dan Terapi Gizi Edisi 4. Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta 2019 FKUI, Daftar Bahanan Makan Penukar Balai Penerbit FKUI Jakarta
1997 Almatsier, Editor, Penuntun Diet Instalasi Gizi RS Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta
2007

P
Lampiran 2

MENU PMT LOKAL IBU HAMIL KEK


MENU 1
Menu Energi Protein Lemak KH
Nasi Putih 195.6 3.7 0.3 93
Ikan Pindang 84.1 16.0 1.7 0.0
Perkedel Tahu 38.0 4.1 2.4 0.9
Sup Bayam Wortel 0.6 0.1 0 0.7
Buah Pepaya Masak 390 0.6 0.1 9.8
Omelet telur Serbuk Marungga
171.5 16.2 11.3 0.1
NTT / dadar Telur
TOTAL 879,8 46,1 15,8 104.5

MENU 2
Menu Energi Protein Lemak KH
Nasi Tim Serbuk Marungga 195.6 3,7 0.3 43
Telur Orak Arik 111 7.7 8.3 0.9
Tempe Goreng bumbu 177 8.6 13.4 7.7
Sayur Sup sehat 20.1 0.9 0.3 4.3
Buah Pisang 92 1.0 0.5 23.4
Ikan asam manis 84.1 16.0 1.7 0
TOTAL 679,8 37,9 24,5 79,3

MENU 3
Menu Energi Protein Lemak KH
Ikan Bale Tomat 88.3 16.2 1.8 0,9
Tahu orak arik 103.0 3.7 10.1 0.9
Sayur Rumpu Rampe 29 2.5 0.4 6.2
Nasi Lembik Kcang Tanah/
253 7.4 0.6 53.3
kacang Nasi
Telur MATA SAPI SERBUK
93.7 7.7 6.4 0.8
MARUNGGA
TOTAL 957 38,1 19,4 71,9

P
MENU 4
Menu Energi Protein Lemak KH
Ikan kuah asam 84.1 16.0 1.7 0
Tempe bale kecap 177.0 8.6 13.4 7.7
Tumis angkong bunga pepaya 92 2.2 9.2 2.0
Buah alpokat 79.1 0.5 3.8 11.8
Nasi serbuk marungga 195.6 3.7 0.3 43
Telur Puyuh Gulung Sate 111.0 7.7 8.3 0.9
TOTAL 666,8 38.7 36,7 65.4

MENU 5
Menu Energi Protein Lemak KH
Nasi jagung Lembik 181.4 4.2 0.9 40.8
Ayam Bumbu Kuning 170.9 16.1 11.3 0
Tahu Kukus serbuk marungga 38.6 4.2 2.4 1.0
Tumis daun Pucuk labu 44.9 0.1 5.0 0.5
Pisang Ambon 92.0 1.0 0.5 23.4
Bola-bola kecap Telur Puyuh 111.0 7.7 8.3 0.9
TOTAL 478,8 29,3 28,4 66,6

P
MENU PMT LOKAL BALITA GIZI KURANG
MENU 1
Menu Energi Protein Lemak KH
Nasi Putih 470.8 34.8 18.6 40.1
Pepes Ikan 84.1 16.0 1.7 0
Perkedel Tahu Serbuk Marungga
38.0 41.1 2.4 0.9
NTT
Sup Bening Bayam Jagung Manis 43.0 4.0 2.8 0
TELUR dadar 111 7.7 8.3 0.9
Pepaya 39.0 0.6 0.1 9.8
TOTAL 785,9 104,2 33,9 51,7

MENU 2
Menu Energi Protein Lemak KH
Nasi Putih 130.0 2.4 0.2 28.6
Perkedel Ikan 84.1 16.0 1.7 0
Tahu Goreng bumbu 103.0 3.7 10.1 0.9
Tumis Pucuk Labu kuning atau
7.9 1.2 0.1 1.1
labu jepang
Telur Orak Arik serbuk marungga 186,1 15,1 12,7 1,3
Buah Pisang 92.0 1.0 0.5 23.4
TOTAL 679,8 37,9 24,5 79,3

MENU 3
Menu Energi Protein Lemak KH
Nasi Tim serbuk marungga 130.6 2,5 0.22 28.7
Omelet/dadar telur 112.1 6.9 8,8 0,7
Sup bola bola tahu 140,7 7,16 2 27,25
Ayam Goreng 170.9 16.1 11.3 0
Buah Mangga 65 0,5 0,3 17
TOTAL 619,3 33,16 22,62 73,65

P
MENU 4
Menu Energi Protein Lemak KH
Ayam kecap 173.9 16.6 11.3 0.3
Perkedel tempe serbuk kelor 99.9 9,6 3.8 8.6
Daun singkon santan 25,9 2.6 0.1 5.1
Telur Puyuh Bola bola Sate 111 7.7 8,3 0.9
Alpokat 79.1 0,5 7,8 11,8
TOTAL Total 619 39,8 31,5

MENU 5
Menu Energi Protein Lemak KH
Gulai ikan 84,1 16.0 1,7 0
Tumis brokoli 23.2 3.2 0,2 1.9
Perkedel tahu serbuk marungga 38.0 4.1 2.4 0.9
Nasi putih 130 2,4 0,2 28.6
jeruk 47,1 0.9 0.1 11.8
Telur Mata Sapi 186.1 15,1 12.7 1,3
TOTAL 424,4 41,7 16,3 44,5

Anda mungkin juga menyukai