Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Kuasa atas
segala berkat dan karunia-Nya sehingga Buku” Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Tinggi Protein
Hewani berbasis “Serbuk Marungga NTT” untuk Ibu Hamil Kurang
Energi Kronis (KEK), dan Gizi Kurang tersusun.
Buku Panduan ini disusun sebagai acuan bagi para penyelenggara
PMT Lokal di seluruh kabupaten/kota se Provinsi NTT. Buku ini berisi
Penjelasan tentang makanan tambahan bagi balita gizi kurang berusia 6 –
59 bulan dan dan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis dengan Makanan
Lokal tinggi protein hewani berbasisi Serbuk Marungga NTT.
Intervensi yang dilakukan pada balita Gizi Kurang dan Ibu Hamil
Kurang Energi Kronis (KEK) berupa:
1. tatalaksana penyebab masalah gizi
2. pemberian terapi gizi dan/atau makanan tambahan
3. edukasi dan konseling gizi pada keluarga, ibu hamil dan orang
tua balita dalam praktik penyiapan makanan bergizi bagi balita
dan ibu hamil serta memastikan mereka mengkonsumsi
sesuai dengan kebutuhan
4. stimulasi perkembangan dan pemantauan pertumbuhan sesuai
usia anak Pendekatan tersebut diharapkan bisa
membentuk kemandirian keluarga dalam pemberian makanan yang
berkualitas bagi balita dan ibu hamil.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan buku ini, saran dan kritik kami nantikan
guna penyempurnaan petunjuk teknis ini.
A. Latar Belakang
Pasal 141
Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat.
Pasal 142
Upaya perbaikan gizi dilakukan pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam
kandungan sampai lanjut usia dengan prioritas kepada kelompok rawan :
Bayi dan balita;
Remaja perempuan; dan
Ibu hamil dan ibu menyusui.
Pasal 143
Pemerintah bertanggung jawab meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya gizi dan pengaruhnya terhadap peningkatan
status gizi.
Gambaran masalah gizi di provinsi NTT berdasarkan hasil e-ppgbm melalui
operasi timbang di tahun 2022 menunjukan hasil terjadi penurunan
presentase balita stunting yaitu 20.9% (91.032 anak) menjdi 17,7% (77.338
anak) dan untuk wasting atau balita kurus saat ini yang ada sebanyak
37.072 anak (8,5%) yang perlu mendapat perhatian.
Untuk Balita dengan Weight Faltering atau balita yang tidak naik berat
badannya 1 kali (T) tahun 2022 ini berjumlah 80.239 anak yang perlu
mendapat intervensi segera agar tidak menjadi gizi buruk dan terakhir jatuh
menjadi stunting.
Untuk jumlah ibu hamil kurang energi kronis di NTT tahun 2022 adalah
25.032 orang yang juga perlu mendapat intervensi segera agar ibu hamil
dengan lila kurang dari 23,5cm atau ibu hamil KEK tidak melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah ( BBLR) maupun bayi yang lahir dengan
Panjang badan kurang dari 48 CM.
Status gizi yang baik pada ibu hamil dan balita merupakan salah satu faktor
penentu untuk keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia.
Pencegahan terjadinya masalah gizi pada ibu hamil dan anak, merupakan
hal penting yang dilaksanakan mulai dari menjaga kesehatan dan status
gizinya saat sebelum dan selama kehamilan, dilanjutkan pada masa
menyusui, semua bayi mendapat ASI eksklusif, semua baduta (bawah dua
tahun) mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) tinggi protein hewani
serta memastikan setiap anak balita mengkonsumsi makanan keluarga
dengan nilai gizi yang sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.
Besaran masalah gizi ibu berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi ibu hamil
Kurang Energi Kronis 17,3%. Berdasarkan Studi Diet Total tahun 2014, lebih
dari separuh ibu hamil memiliki asupan energi sangat kurang (<70% angka
kecukupan energi) dan sekitar separuh ibu hamil mengalami kekurangan
asupan protein (<80% angka kecukupan protein) (Siswanto, 2014). Faktor
risiko ibu hamil kurang energi kronis dapat disebabkan asupan pangan yang
tidak
adekuat, penyakit yang diderita, tidak memadainya akses ke fasilitas
pelayanan kesehatan, aktivitas fisik yang berlebih, air bersih dan higiene
sanitasi yang buruk atau kombinasi diantaranya.
Faktor lain yang turut berkontribusi masalah gizi kurang pada balita adalah
pola asuh yang kurang baik, kurangnya pengetahuan, penyakit infeksi
berulang, rendahnya akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, serta kondisi
sosial ekonomi yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap akses
makan makanan bergizi seimbang.
Tujuan khusus:
1. Tersedianya petunjuk teknis penyelenggaraan Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) dan edukasi perbaikan pola
konsumsi untuk ibu hamil KEK, balita berat badan tidak
naik/weight faltering, balita berat badan kurang dan balita
balita gizi kurang usia 6 – 59 bulan.
2. Dimanfaatkannya petunjuk teknis Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) sebagai acuan dalam penyelenggaraan
kegiatan penanganan ibu hamil KEK, balita berat badan
tidak naik/weight faltering, balita berat badan kurang dan
balita balita gizi kurang.
3. Terlaksananya kegiatan pemberian makanan tambahan bagi
ibu hamil KEK, balita berat badan tidak naik/weight faltering,
balita berat badan kurang dan balita balita gizi kurang sesuai
dengan standar.
4. Terlaksananya monitoring dan evaluasi kegiatan
pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK, balita
berat badan tidak naik/weight faltering, balita berat badan
kurang dan balita balita gizi kurang.
C. Sasaran
Sasaran buku Pedoman Pemberian Makanan Tambahan bagi
Ibu Hamil KEK, balita berat badan tidak naik/weight faltering,
balita berat badan kurang dan balita balita gizi kurang adalah
pengelola program gizi dan KIA di tingkat:
1. Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten-Kota
dan Puskesmas serta Desa
2. Semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan
pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK,
balita berat badan tidak naik/weight faltering, balita
berat badan kurang dan balita balita gizi kurang.
Sasaran penerima makanan tambahan berbasis pangan
lokal
1. Ibu Hamil KEK
2. Balita Berat Badan Tidak Naik/weight faltering usia 6-
59 bulan
3. Balita Berat Badan Kurang usia 6-59 bulan
4. Balita Gizi Kurang usia 6-59 bulan
D. Definisi Operasional
13
H. Wajib menggunakan Menu Pemberian makanan Tambahan Bagi
Ibu hamil KEK dan Balita Gizi kurang yang telah disusun oleh
Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan sipil Provinsi
NTT.
14
direkomendasikan untuk mencegah malnutrisi pada ibu
sebelum kehamilan, selama kehamilan dan menyusui.
15
3. Standar Makanan Tambahan Berbasis Pangan Lokal untuk
Ibu Hamil KEK
Berikut adalah standar kandungan zat gizi pada makanan
tambahan berbasis pangan lokal yang diperuntukan bagi ibu hamil
KEK.
Makanan
40 1/2 gelas 75 3/4 gelas
Pokok (beras)
Lauk Hewani 1
60 1 butir besar Ikan 75g/ 1 ekor/
(telur)
ayam 60 g/ 1 potong besar/
telur 60 g/ 1 Potong besar/
Lauk Hewani 2
½ -1 potong
(ayam / ikan / 30 - 50 daging 60 g 1 butir besar/
sedang
daging )
1 potong besar
Lauk Nabati
2 potong
(kacang2an/ 25 3 sdm/ 50
sedang
tempe/ tahu)
½ potong sedang
½ gelas Ukuran
Sayur 50 100 1 gelas
250 ml
1 buah ukuran 1 buah ukuran
Buah 60 100
sedang besar/
2 potong sedang
Sumber: panganku.org
Keterangan:
1. Makanan tambahan bagi ibu hamil KEK baik berupa
makanan kudapan maupun makanan lengkap sebaiknya
terdiri dari zat gizi yang lengkap yang berasal dari makanan
pokok, sumber lauk pauk hewani dan nabati serta sayur dan buah.
2. Standar menu makanan tambahan bagi ibu hamil KEK
diatas mengandung
16
a. Kudapan
Rata-rata mengandung
✓ Energi : sebesar 540 kalori (520-580 kalori)
✓Protein: 24 gram (23-27 gram) atau 18-3%
✓Lemak :21 gram (19-23 gram) atau 30-40%
✓Karbohidrat : 61 gram (50-70 gram) atau 45%
b. Makanan Lengkap
Rata-rata mengandung
Energi : sebesar 700 kalori (600 700 kalori)
Protein :32,3 gram (29 – 34 gram) atau 18-23%
Lemak : 20 gram (14-24 gram) atau 20-30%
Karbohidrat : 80 gram (79 – 81 gram) atau 50%
17
8. Untuk menghitung kebutuhan bahan pangan yang akan dibeli perlu
mempertimbangkan berat kotor dan berat bersih bahan pangan.
Misalnya ayam yang diinginkan untuk dapat dikonsumsi ibu hamil
sebesar 60 gram, maka daging ayam yang harus dibeli sebesar 90
gram (1.5 kali lebih besar dari berat bahan bersih yang diinginkan).
18
C. Edukasi Terkait Pemberian Makanan Tambahan
1. Edukasi Gizi
Edukasi gizi bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
ibu hamil dalam penerapan gizi seimbang/isi piringku, pemanfaatan
dan pengolahan bahan pangan lokal dalam konsumsi makanan
sehari hari. Kegiatan edukasi gizi dapat dilakukan dengan 3 cara,
antara lain:
a. Konseling Gizi
Memastikan peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku
pada ibu hamil agar dapat menerapkan pola makan sesuai
prinsip gizi seimbang sesuai status gizi ibu hamil, mengacu
kurva pemantauan IMT dan porsi makan dalam Buku KIA.
Konseling gizi dilakukan secara individual melalui
komunikasi interpersonal.
b. Penyuluhan gizi
Dilakukan di kelompok kecil, bersamaan dengan
pelaksanaan pemberian makanan tambahan dan dapat
dilakukan bersamaan dengan jadwal posyandu atau kegiatan
masyarakat lainnya.
Penyuluhan dilakukan antara 15 – 30 menit di Posyandu atau
tempat lain yang disepakati. Penyuluhan dapat di integrasikan
dengan forum yang tersedia seperti kelas kelas ibu hamil, dll).
Materi penyuluhan terkait dengan kebutuhan gizi, pemilihan
pangan dan aspek kesehatan ibu hamil.
c. Demonstrasi masak
Bertujuan agar ibu hamil dan orang tua/pengasuh balita sasaran
memperoleh keterampilan dalam memilihan, menyiapkan,
dan mengolah makanan.
Demo masak dapat dilaksanakan agar sasaran memperoleh
pengetahuan tentang aspek gizi dan kesehatan pada anak balita
dan ibu hamil. Peralatan
memasak dan bahan makanan berbasis pangan lokal
disiapkan oleh tim pelaksana tingkat desa
21
Tabel 3. Panduan Pemberian Makan Baduta (6-23 Bulan)
Sumber: WHO, 2009; WHO, 2010; WHO/PAHO, 2003; UNICEF, 2013 pada buku
Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak, 2019
Sumber makanan sebaiknya terdiri dari zat gizi lengkap dari makanan pokok tinggi
protein (dengan mengutamakan protein sumber hewani)
22
Tabel 4. Komposisi Kandungan Makanan Tambahan Sejumlah Energi
MP-ASI balita (6 - 23 bulan) dalam Satu Hari dan Kebutuhan Sehari 24
– 59 bulan
USIA
ZAT GIZI 6-8 9-11 12-23 24-59
BULAN BULAN BULAN BULAN
ENERGI
(KKAL 200 300 550 1.400
PROTEIN
(GR) 5* 7,5* 13,75* 35*
LEMAK
(GR) 7 10 18 47
Sumber: WHO. (2012). Technical note: Supplementary foods for the management of
moderate acute malnutrition in infants and children 6–59 months of age.
23
2. Standar Kebutuhan Zat Gizi Balita
Berikut Tabel Angka Kecukupan Gizi 2019 berdasar Permenkes
28/2019 (Kementerian Kesehatan RI, 2019) yang dianjurkan untuk
Balita di Indonesia yang harus diketahui oleh penanggung jawab
program dan pengelola gizi di berbagai tingkatan serta masyarakat.
Serat (g) 0 11 19 20
Air (mL) 700 900 1150 1450
Vitamin D (µg) 10 10 15 15
Vitamin E (mg) 4 5 6 7
Vitamin K (µg) 5 10 15 20
Vitamin B3 (mg) 2 4 6 8
Biotin (µg) 5 6 8 12
Kolin (mg) 125 150 200 250
Vitamin C (mg) 40 50 40 45
Magnesium (mg) 30 55 65 95
24
3. Standar Makanan Tambahan Berbasis Pangan Lokal untuk
Balita
Standar kebutuhan zat gizi berdasarkan AKG 2019 pada kelompok
usia 6-59 bulan berkisar 800-1400 kkal dan protein
15-25 gram per hari (secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3).
Berdasarkan rekomendasi WHO tahun 2012, balita dengan
gizi kurang membutuhkan tambahan asupan energi sebesar
25 kkal/kg BB Ideal/hari untuk mencapai penambahan berat badan
sebanyak 5 gram/kg BB/hari (WHO, 2012).
Dijelaskan pula bahwa dalam setiap 1000 kkal makanan
yang ditambahkan yang diberikan, harus mengandung protein
sebanyak 20-43 gram (8-16%) dan lemak 25-65 gram (22.5 –
58.5%).
Lebih lanjut, CMAM Forum tahun 2014 merekomendasikan
bahwa untuk proses pemulihan balita dengan gizi kurang, dibutuhkan
setidaknya 30% dari energi terdiri dari lemak dan 10-15% dari protein
(Annan R.A., Webb P., 2014).
Berkaitan dengan variasi kebutuhan gizi anak usia 6-59 bulan, merujuk
pada pemberian MT sebanyak 30-50% dari kebutuhan asupan
makanan balita sehari sebagaimana disampaikan pada Tabel 6,
berikut adalah perhitungan komposisi minimal kandungan makanan
tambahan balita khususnya energi, protein, dan lemak yang disajikan
dalam satu porsi kali makan.
Usia Balita
Zat Gizi 6–8 9 – 11 12 – 23 24 – 59
bulan bulan bulan bulan
Energi (kkal) 60 – 100 90 – 150 165 – 275 420
Sebagai contoh, balita usia 24-59 bulan yang mengalami gizi kurang diperkirakan
membutuhkan tambahan asupan energi sebesar:
Dengan tambahan asupan energi sebesar 400 kkal per hari, dapat diketahui
kebutuhan tambahan protein dan lemak sebesar 10-16 gram dan 10-26 gram.
Kebutuhan ini dihasilkan dari perhitungan sebagai berikut:
Contoh
BDD (gr) URT BDD (gr) URT
Standart
Bahan Makanan
Bahan
Makanan
6-11 bulan 12-23 bulan
contoh 1 makanan Pokok ( beras) 25 gr 2,5sdm 35 3,5sdm
lauk Hewani (ikan kembung) 25 1/2 ptg 30 3/4 ptg
Sayuran ( bayam) 10 1 sdm 20 2 sdm
minyak 7,5 1,5 sdt 7,5 1,5 sdt
Keterangan:
1. Standar menu makanan tambahan bagi baduta baik berupa kudapan maupun
makanan lengkap dalam sekali makan rata- rata mengandung:
Energi 175 – 200 kalori untuk usia 6-11 bulan dan 225 –
275 kalori untuk usia 12-23 bulan
Protein 9 gram (15%)
Lemak 11 gram (40%)
Karbohidrat 28 gram (45%)
2. Pemberian makanan tambahan bagi baduta harus terus diiringi dengan
pemberian ASI dengan memperhatikan proporsi penerimaannya, yakni
disarankan sebesar 30-50%
dari makanan yang seharusnya dikonsumsi sehari.
3. Pemberian makanan tambahan dilakukan secara responsive feeding untuk
menstimulasi kemampuan makan an
Tabel 8. Standar Bahan Makanan Tambahan Bagi Balita (24-59 bulan) untuk
disiapkan sebanyak 1 kali makan (dalam bentuk Kudapan atau Makanan lengkap)
Ukuran Rumah
Bahan Makanan Berat ( gram)
Tangga ( URT)
Makanan Pokok (beras) 50 ½ gelas
1 butir telur ayam
Lauk hewani 1 (telur) 30
ukuran kecil
Lauk hewani 2 ½ potong sedang
30
(ayam/ikan/daging) /1/2 ekor
Lauk Nabati (kacang2an/
25 ½ potong sedang
tempe/tahu)
1/3 gelas ukuran
Sayur 30
250 ml
Buah 50 1 buah
Minyak/lemak 5 1 sdt
Sumber: panganku.org
Keterangan
1. Makanan tambahan bagi balita yang berupa makanan kudapan maupun
makanan lengkap sebaiknya terdiri dari zat gizi yang lengkap yang
berasal dari makanan pokok, sumber lauk pauk hewani dan nabati serta
sayur dan buah
2. Standar menu makanan tambahan bagi balita usia 24-59 bulan baik
berupa kudapan maupun makanan lengkap dalam sekali
makan rata-rata mengandung:
Energi 393,35 kalori
Protein 16,5 gram (17%)
Lemak 15 gram (33%)
Karbohidrat 51 gram (50%)
3. Bahan makanan yang digunakan untuk membuat makanan
tambahan bagi balita disesuaikan dengan sumber daya
lokal setempat
1) Makanan pokok dapat berupa jagung, singkong, ubi, kentang,
talas dan tepung-tepungan
2) Lauk hewani dapat berupa telur, berbagai ikan, ayam, dan
daging maupun sumber lauk hewani yang terdapat
disekitar wilayah sasaran
3) Lauk nabati dapat berupa tempe, tahu, maupun kacang-
kacangan seperti kacang merah, kacang hijau,
kacang polong, kacang kedelai, dll
44
4) Sayuran dan buah sebaiknya menggunakan yang
berwarna hijau atau orange/merah/kuning karena
mengandung lebih banyak vitamin dan mineral
dibandingkan yang tidak berwarna.
44
C. Edukasi Gizi untuk Ibu Balita
Edukasi gizi bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
ibu hamil serta orang tua/pengasuh balita sasaran dalam penerapan
gizi seimbang/isi piringku, pemanfaatan dan pengolahan bahan
pangan lokal dalam konsumsi makanan sehari hari. Kegiatan edukasi
gizi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
a. Konseling Gizi
Konseling gizi merupakan bagian integral dari pelayanan gizi
untuk memastikan terjadinya peningkatan pengetahuan, sikap
dan perilaku pada ibu hamil dan ibu balita serta pengasuh agar
dapat menerapkan pola makan sesuai prinsip gizi seimbang
sesuai kondisi dan kebutuhannya. Konseling gizi dilakukan
secara individual dengan mengutamakan komunikasi
interpersonal.
b. Penyuluhan gizi
Kegiatan penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu balita sasaran
yang dilakukan dengan kelompok kecil,
bersamaan dengan pelaksanaan pemberian makan
tambahan. Kegiatan ini dapat dilakukan bersamaan dengan
jadwal posyandu, atau kegiatan masyarakat lainnya (contoh kelas
ibu hamil dan ibu balita). Pelaksanaan penyuluhan dilakukan
antara 15 – 30 menit bertempat di Posyandu atau tempat lain
yang disepakati bersama. Materi penyuluhan terkait dengan
kebutuhan gizi, pemilihan pangan dan aspek kesehatan ibu hamil
dan balita dengan memanfaatkan media yang sudah tersedia di
Puskesmas.
c. Demonstrasi masak
Kegiatan demonstrasi masak ini bertujuan agar ibu hamil dan
orang tua/pengasuh balita sasaran memperoleh keterampilan
yang cukup dalam pemilihan, penyiapan, dan pengolahan
makanan untuk ibu hamil dan anak balita.
Kegiatan demo masak ini dilakukan setelah penyuluhan gizi
setiap 1 bulan sekali agar sasaran memperoleh pengetahuan
tentang aspek gizi dan kesehatan pada anak balita dan ibu hamil.
Peralatan memasak dan bahan makanan berbasis pangan lokal
disiapkan oleh tim pelaksana tingkat desa.
Adapun beberapa contoh menu untuk demo ini dapat merujuk
pada pada Lampiran
Berikut informasi kunci yang penting untuk diketahui oleh ibu
balita untuk dapat memenuhi kebutuhan gizinya:
44
Pesan Kunci untuk Ibu Balita:
✓ ASI adalah sumber gizi yang lengkap, cukup, dan
seimbang bagi bayi di bawah usia 6 bulan;
kandungan proteinnya setara dengan protein
hewani
✓ Berikan protein hewani dalam jumlah yang
cukup sedini mungkin saat mulai pemberian
MPASI (usia anak 6 bulan)
✓ Konsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi
berdasarkan usia secara jumlah, frekuensi
makan, konsistensi dan variasi makanan.
✓ Pada baduta, pemberian makan harus sesuai
Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA)
✓ Konsumsi makanan yang mengandung zat gizi
lengkap yaitu karbohidrat, protein hewani,
protein nabati, lemak, vitamin dan mineral
✓ Utamakan pemberian protein hewani pada
asupan makanan balita.
✓ Anak membutuhkan asupan protein dan lemak
lebih banyak sedangkan serat lebih sedikit
dibandingkan orang dewasa.
✓ Disiplin dalam menjalankan prinsip keamanan
pangan, kebersihan, dan sanitasi lingkungan
44
1. Contoh Topik dan Jadwal Edukasi Gizi
Dalam menyelenggarakan edukasi gizi, berikut adalah contoh topik dan
jadwal pendidikan gizi ASI dan PMBA, dimana di lapangan dapat bersifat
situasional (sesuai kebutuhan), bersamaan dengan pemantauan
mingguan. Materi dapat diberikan pada kelas Ibu Balita.
Tabel 9. Topik atau Materi Pendidikan Gizi yang dapat diberikan sesuai
Kebutuhan di Lapangan
Minggu Topik/Materi Edukasi
ke-
1 Pemantauan Tumbuh Kembang
Inisiasi menyusui dini, menyusui eksklusif (manfaat dari
menyusui) dan posisi menyusui yang baik
Tanda-tanda kecukupan ASI (lihat buku KIA
2020)
71
2. Pesan Pendidikan Gizi: Pemenuhan Gizi Balita
Di bawah ini disajikan beberapa contoh pesan pendidikan gizi yang
dapat disampaikan kepada Ibu Balita:
a. Pentingnya Menyusui
ASI eksklusif diberikan kepada bayi sampai dengan usia
6 bulan
Usia 6 bulan ditambah dengan MP ASI
ASI dilanjutkan hingga usia 2 tahun atau lebih dengan
memperhatikan pertumbuhan, perkembangan serta
pemberian makanan yang adekuat dan memenuhi gizi seimbang
anak.
75
Gambar 2. Cara Membuat Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MPASI)
76
d. Pemantauan Pertumbuhan
Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan program
perbaikan gizi yang menitik beratkan pada upaya pencegahan dan
penanggulangan keadaan gizi balita, meliputi:
Penimbangan dan pengukuran PB/TB secara teratur, pengisian
Kurva Pertumbuhan Buku KIA, penentuan status pertumbuhan
berdasarkan kenaikan berat badan.
Tindak lanjut setiap kasus gangguan pertumbuhan
(berupa konseling dan rujukan)
Tindak lanjut berupa kebijakan dan program di tingkat
masyarakat serta meningkatkan motivasi untuk memberdayakan
keluarga
BAB IV.
POTENSI DAN KETERSEDIAAN PANGAN LOKAL
Jumlah Jenis
No. Kelompok Pangan
Pangan
1. Serealia 198
2. Umbi-umbian 102
3. Kacang-kacangan 95
4. Sayuran 309
5. Buah-buahan 190
6. Daging 75
7. Jeroan 67
8. Ikan 468
9. Telur 17
10. Susu 31
11. Minyak dan lemak 24
12. Gula dan konfeksionari 74
13. Bumbu 164
14. Minuman 127
15. Makanan komposit 51
16. Air 5
17. Suplemen 107
Total 2.104
Secara nasional, berdasarkan data Susenas Maret 2020, konsumsi energi
dan protein masyarakat Indonesia sudah mencapai Angka Kecukupan Gizi
sebesar 2.112 kkal dan 62 gram per hari (dari 2.100 kkal dan 57 gram
protein yang dianjurkan) (Badan Pusat Statistik, 2020). Namun, distribusi
asupan protein hewani seperti daging dan telur/susu pada penduduk
dengan kelompok pengeluaran kuintil 1 dan 2 berkisar 3 - 4.5 kali lebih
rendah dibandingkan pendukuk kuintil 4 dan 5.
Di sisi lain, asupan protein nabati penduduk kuintil 1 dan 2 adalah 2 kali
lebih besar dari asupan protein hewaninya.
Tabel 10. Daftar pola makan anak baduta stunting di 22 kabupaten/kota yang mengkonsumsi
karbohidrat, protein hewani, nabati dan sayur -sayuran
SELALU KONSUMSI SUMBER SELALU KONSUMSI SBR SELALU KONSUMSI SUMBER SELALU KONSUMSI
KARBOHIDRAT PROTEIN HEWANI PROTEIN NABATI SAYURAN
NO KABUPATEN/KOTA
1 Kab.Kupang 67 9,3 651 90,67 378 52,6 340 47,35 176 24,51 542 75,49 567 78,97 151 21
2 Rote Ndao 324 97,6 8 2,41 233 70,2 99 29,82 38 11,45 294 88,55 281 84,64 51 15,4
3 TTS 1080 97,5 26 2,35 557 50,3 549 49,55 166 14,98 940 84,84 852 76,9 254 22,9
4 Sabu Raijua 138 96,5 5 3,50 66 46,2 77 53,85 17 11,89 126 88,11 106 74,13 37 25,9
5 Malaka 327 97,9 7 2,10 187 56,0 147 44,01 56 16,77 278 83,23 268 80,24 66 19,8
6 TTU 469 93,4 33 6,57 196 39,0 306 60,96 49 9,761 453 90,24 269 53,59 223 44,4
7 ENDE 238 100,0 0 0,00 190 79,8 48 20,17 73 30,67 165 69,33 220 92,44 18 7,56
8 LEMBATA 226 98,3 4 1,74 177 77,0 53 23,04 81 35,22 149 64,78 153 66,52 77 33,5
9 KOTA KUPANG 229 96,6 8 3,38 197 83,1 40 16,88 135 56,96 102 43,04 218 91,98 19 8,02
10 SIKKA 433 97,7 10 2,26 399 90,1 44 9,932 144 32,51 299 67,49 419 94,58 24 5,42
11 KAB,MANGGARAI TIMUR 279 93,0 21 7,00 234 78,0 66 22 56 18,67 244 81,33 246 82 54 18
12 NAGEKEO 117 93,6 8 6,40 40 32,0 85 68 9 7,2 116 92,8 89 71,2 36 28,8
13 SBD 161 62,4 67 25,97 121 46,9 107 41,47 7 2,713 221 85,66 120 46,51 108 41,9
14 ALOR 176 97,8 4 2,22 114 63,3 66 36,67 43 23,89 137 76,11 150 83,33 30 16,7
15 MABAR 3 2,5 116 97,48 17 14,3 102 85,71 66 55,46 53 44,54 6 5,042 113 95
16 NGADA 125 98,4 2 1,57 84 66,1 43 33,86 48 37,8 79 62,2 126 99,21 1 0,79
17 SUMBA TENGAH 72 98,6 1 1,37 10 13,7 63 86,3 7 9,589 66 90,41 63 86,3 8 11
18 SUMBA TIMUR 174 100,0 0 0,00 95 54,6 79 45,4 90 51,72 84 48,28 39 22,41 135 77,6
19 MANGGARAI 75 97,4 2 2,60 75 97,4 2 2,597 75 97,4 2 2,597 75 97,4 2 2,6
20 BELU 95 91,3 9 8,65 62 59,6 42 40,38 41 39,42 63 60,58 98 94,23 6 5,77
21 FLOTIM 132 93,6 9 6,38 131 92,9 10 7,092 75 53,19 66 46,81 123 87,23 18 12,8
22 SUMBA BARAT 2 1,9 103 98,10 63 60,0 42 40 87 82,86 18 17,14 43 40,95 62 59
PROVINSI NTT 4942 81,4 1094 18,03 3626 59,8 2410 39,7 1539 25,4 4497 74,1 4531 74,7 1493 24,6
BAB V.
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BAGI
IBU HAMIL KEK, BALITA BERAT BADAN TIDAK NAIK/WEIGHT
FALTERING, BERAT BADAN KURANG DAN GIZI KURANG
1. Tahap Persiapan
a. Penetapan Puskesmas/sasaran penerima
b. Penyusunan Petunjuk Teknis kegiatan
c. Pemberitahuan Kegiatan
d. Sosialisasi
e. Pembekalan/Orientasi Tim Pelaksana dalam hal ini kader, kelompok
dasawisma dan TP- PKK di desa.
f. Pemerintah di Lingkungan Dinas Kesehatan
2. Tahap Perencanaan
a) Penyusunan proposal kegiatan
b) Penetapan Tim Pelaksana Kegiatan
3. Tahap Pelaksanaan
a) Menyusun Menu sesuai Standar
b) Pembelian Bahan Makanan
c) Pemberian Makanan Tambahan
Kegiatan pemberian makanan tambahan sebaiknya disertai
pendampingan, edukasi/konseling gizi, tatalaksana penyakit
apabila sasaran ada penyakit penyerta dan meminimalisir faktor
risiko lainnya.
c. Cara Pengolahan
a) Pengendalian
Pengendalian kegiatan di lapangan menjadi sangat penting demi
keberhasilan program, secara umum tujuan pengendalian kegiatan
adalah:
1) Memastikan bahwa sasaran penerima MT sesuai dengan
ketentuan yang ada;
2) Memastikan bahwa kegiatan berjalan sesuai dengan tahapan
kegiatan;
3) Memastikan bahwa pengalokasian dan pemanfaatan dana
bantuan pemerintah sesuai dengan pedoman;
4) Memastikan bahwa kualitas Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) sesuai standar yang telah
ditetapkan dan diterima oleh sasaran;
5) Memastikan agar setiap pelaksana kegiatan dapat menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya dengan baik sesuai dengan
fungsinya masing-masing; dan
6) Menjamin ketepatan waktu pelaksanaan dengan jadwal
pelaksanaan yang telah ditentukan.
b) Pemantauan
Pemantauan merupakan bagian dari pengendalian kegiatan di
lapangan yang dilakukan oleh Tim secara berjenjang. Kegiatan ini
dilakukan untuk mendapatkan informasi serta data pelaksanaan
kegiatan untuk bahan pengambilan keputusan dalam proses menjaga
dan perbaikan pelaksanaan kegiatan. Kegiatan pemantauan akan
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Mekanisme Pemantauan dan Pendampingan:
1. Pemantauan dan pendampingan dilakukan secara berjenjang
mulai dari pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan/puskesmas dan
desa.
2. Tim Kabupaten dan tim Kecamatan Kepala Puskesmas, TPG
atau tenaga kesehatan atau Bidan Desa melakukan pendampingan dan
pembinaan kegiatan pemberian makanan tambahan setiap bulan, dan
bila ada masalah segera melakukan koordinasi dan tindakan perbaikan.
3. Kegiatan pemantauan penyelenggaraan kegiatan pemberian
makanan tambahan secara berkala.
4. Formulir pemantauan yang harus diisi terdapat pada Lampiran 5-17
dengan periode pengisian saat awal dan akhir Pemberian Makanan
Tambahan (Lampiran5 dan 6) serta periode bulanan.
1) Bagi Sasaran
Penambahan BB ibu hamil KEK, berat badan tidak
naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi
kurang yang menjadi sasaran:
a. Bagi ibu hamil KEK, terjadi peningkatan BB
sesuai dengan kurva penambahan BB pada Buku KIA
mencapai 12.5-18 kg selama kehamilan atau 2-3
kg/bulan pada trimester kedua dan ketiga atau LiLA
mencapai ≥23.5 cm
b. Bagi balita berat badan tidak naik/weight
faltering, berat badan kurang dan gizi kurang,
terjadi peningkatan berat badan sesuai dengan
kriteria kenaikan berat badan pada Gambar 8.
2) Penyelenggara
a. Kepatuhan terhadap konsumsi PMT yang diberikan
(Jumlah yang diberikan dan dihabiskan)
b. Frekuensi dan lamanya pemberian
c. Mekanisme pelaksanann pemberian PMT
d. Kepatuhan terehadap standart menu yang ditetapkan
e. Perubahan status gizi sasaran
f. Distribusi dan konsumsi tablet tambah darah
g. Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku sasaran.
h. Berat Badan dan Panjang Badan Bayi yang lahir dari Ibu
Hamil KEK (jika melahirkan)
c) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan
Pemberian Makanan Tambahan Berbasis Pangan Lokal untuk Ibu
Hamil KEK dan Balita berat badan tidak naik/weight faltering, berat
badan kurang dan gizi kurang yang bisa dilihat dari aspek input, proses,
dan output dari pelaksanaan kegiatan ini.
Program ini secara spesifik ditujukan untuk perbaikan status gizi dan
perubahan perilaku makan/pola asuh penerima sasaran dan
keluarga. Perubahan berat badan anak dicatat sebelum dan setelah
kegiatan mengikuti jadwal kegiatan di Posyandu.
Pemberian makanan tambahan pangan lokal untuk ibu hamil KEK berat
badan tidak naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang pada
dasarnya bertujuan untuk meningkatkan status gizi ibu hamil maupun balita
dan mengatasi penyebabnya serta meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku sasaran dalam mempersiapkan dan menyediakan makanan sesuai
prinsip gizi seimbang sesuai dengan kebutuhan kelompok usia dan
kondisinya. Peran pemerintah daerah, tenaga kesehatan, kader, dan
keluarga, serta berbagai pihak yang memberi perhatian pada kesehatan ibu
hamil dan balita sangat diharapkan dalam mendukung keberhasilan
kegiatan ini.
Buku Pedoman teknis ini disiapkan sebagai acuan bagi semua pihak terkait
yang ada di Wilayah Provinsi NTT dalam pelaksanaan pemberian
makanan tambahan bagi ibu hamil KEK berat badan tidak naik/weight
faltering, berat badan kurang dan gizi kurang dalam upaya mencapai tujuan
yang diharapkan secara efektif dan efisien.
Lampiran 1. Daftar Bahan Makanan Penukar
Ukuran
Berat dalam
Bahan makanan RumahTangga
gram
( URT)
Daging sapi 1 potong sedang 35
Daftar pangan lain sumber Protein hewani sebagai penukar 1 porsi Ikan
segar:
Berat dalam
Bahan makanan Ukuran RumahTangga ( URT)
gram
Kerang ½ gelas 90
Daftar pangan sumber Protein hewani dengan 1 (satu) satuan penukar yang
mengandung: 7 gram Protein, 5 gram lemak dan
75 Kalori:
Ukuran
Berat dalam
Bahan Makanan RumahTangga
gram
(URT)
Daftar pangan sumber Protein hewani dengan 1 (satu) satuan penukar yang
mengandung: 7 gram Protein, 13 gram Lemak dan 150 Kalori.
Ukuran
Berat dalam
Bahan Makanan RumahTangga
gram
(URT)
D. Golongan 4: Sayuran
Berdasarkan kandungan zat gizinya kelompok sayuran dibagi menjadi 3
golongan, yaitu:
a. Golongan A, kandungan kalorinya sangat rendah
sehingga dapat diabaikan: Gambas/Oyong
Jamur kuping Ketimun Labu air
Selada Lobak
Tomat sayur Selada air
Daun bawang Baligo
b. Golongan B, kandungan zat gizi per porsi (100 gram) adalah: 25
Kal, 5 gram karbohidrat, dan 1 gram protein. Satu (1) porsi sayuran
adalah kurang lebih 1 (satu) gelas sayuran setelahdimasakdan
ditiriskan.
Jenis sayuran termasuk golongan ini:
F. Golongan 6: Susu
Susu Tanpa Lemak
1 Satuan Penukar = 75 Kalori. 7 gram Protein, dan 10 gram
Karbohidrat
Berat
Bahan Ukuran Rumah
dalam
Makanan Tangga (URT)
gram
Ukuran Berat
Bahan
RumahTangga dalam
Makanan
(URT) gram
Cuka Teh
P
Lampiran 2
MENU 2
Menu Energi Protein Lemak KH
Nasi Tim Serbuk Marungga 195.6 3,7 0.3 43
Telur Orak Arik 111 7.7 8.3 0.9
Tempe Goreng bumbu 177 8.6 13.4 7.7
Sayur Sup sehat 20.1 0.9 0.3 4.3
Buah Pisang 92 1.0 0.5 23.4
Ikan asam manis 84.1 16.0 1.7 0
TOTAL 679,8 37,9 24,5 79,3
MENU 3
Menu Energi Protein Lemak KH
Ikan Bale Tomat 88.3 16.2 1.8 0,9
Tahu orak arik 103.0 3.7 10.1 0.9
Sayur Rumpu Rampe 29 2.5 0.4 6.2
Nasi Lembik Kcang Tanah/
253 7.4 0.6 53.3
kacang Nasi
Telur MATA SAPI SERBUK
93.7 7.7 6.4 0.8
MARUNGGA
TOTAL 957 38,1 19,4 71,9
P
MENU 4
Menu Energi Protein Lemak KH
Ikan kuah asam 84.1 16.0 1.7 0
Tempe bale kecap 177.0 8.6 13.4 7.7
Tumis angkong bunga pepaya 92 2.2 9.2 2.0
Buah alpokat 79.1 0.5 3.8 11.8
Nasi serbuk marungga 195.6 3.7 0.3 43
Telur Puyuh Gulung Sate 111.0 7.7 8.3 0.9
TOTAL 666,8 38.7 36,7 65.4
MENU 5
Menu Energi Protein Lemak KH
Nasi jagung Lembik 181.4 4.2 0.9 40.8
Ayam Bumbu Kuning 170.9 16.1 11.3 0
Tahu Kukus serbuk marungga 38.6 4.2 2.4 1.0
Tumis daun Pucuk labu 44.9 0.1 5.0 0.5
Pisang Ambon 92.0 1.0 0.5 23.4
Bola-bola kecap Telur Puyuh 111.0 7.7 8.3 0.9
TOTAL 478,8 29,3 28,4 66,6
P
MENU PMT LOKAL BALITA GIZI KURANG
MENU 1
Menu Energi Protein Lemak KH
Nasi Putih 470.8 34.8 18.6 40.1
Pepes Ikan 84.1 16.0 1.7 0
Perkedel Tahu Serbuk Marungga
38.0 41.1 2.4 0.9
NTT
Sup Bening Bayam Jagung Manis 43.0 4.0 2.8 0
TELUR dadar 111 7.7 8.3 0.9
Pepaya 39.0 0.6 0.1 9.8
TOTAL 785,9 104,2 33,9 51,7
MENU 2
Menu Energi Protein Lemak KH
Nasi Putih 130.0 2.4 0.2 28.6
Perkedel Ikan 84.1 16.0 1.7 0
Tahu Goreng bumbu 103.0 3.7 10.1 0.9
Tumis Pucuk Labu kuning atau
7.9 1.2 0.1 1.1
labu jepang
Telur Orak Arik serbuk marungga 186,1 15,1 12,7 1,3
Buah Pisang 92.0 1.0 0.5 23.4
TOTAL 679,8 37,9 24,5 79,3
MENU 3
Menu Energi Protein Lemak KH
Nasi Tim serbuk marungga 130.6 2,5 0.22 28.7
Omelet/dadar telur 112.1 6.9 8,8 0,7
Sup bola bola tahu 140,7 7,16 2 27,25
Ayam Goreng 170.9 16.1 11.3 0
Buah Mangga 65 0,5 0,3 17
TOTAL 619,3 33,16 22,62 73,65
P
MENU 4
Menu Energi Protein Lemak KH
Ayam kecap 173.9 16.6 11.3 0.3
Perkedel tempe serbuk kelor 99.9 9,6 3.8 8.6
Daun singkon santan 25,9 2.6 0.1 5.1
Telur Puyuh Bola bola Sate 111 7.7 8,3 0.9
Alpokat 79.1 0,5 7,8 11,8
TOTAL Total 619 39,8 31,5
MENU 5
Menu Energi Protein Lemak KH
Gulai ikan 84,1 16.0 1,7 0
Tumis brokoli 23.2 3.2 0,2 1.9
Perkedel tahu serbuk marungga 38.0 4.1 2.4 0.9
Nasi putih 130 2,4 0,2 28.6
jeruk 47,1 0.9 0.1 11.8
Telur Mata Sapi 186.1 15,1 12.7 1,3
TOTAL 424,4 41,7 16,3 44,5