DISUSUN
GESTIVIANDI LALIAN
NIM : PO.530324119019
PRODI GIZI
ANGKATAN XIV
2022
HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA
6 – 59 BULAN DI DESA AJAOBAKI KECAMATAN MOLLO UTARA
KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
DISUSUN
GESTIVIANDI LALIAN
PO.530324119019
i
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA 6 – 59 BULAN
DI DESA AJAOBAKI KECAMATAN MOLLO UTARA
KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
DISUSUN OLEH
GESTIVIANDI LALIAN
NIM : PO530324119019
Telah mendapat persetujuan
Pembimbing I
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Balita Usia
6–59 Bulan Di Desa Ajaobaki Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan”
telah dipertahankan di depan penguji Ujian Seminar Karya Tulis Ilmiah
pada Tanggal 07 Juni 2022
Penguji I Penguji II
iii
BIODATA PENULIS
iv
ABSTRAK
Gestiviandi Lalian. Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Balita Usia 6 – 59 Bulan Di
Desa Ajaobaki Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan. (Dibimbing oleh
Maria Goreti Pantaleon,S.KM.MPH)
Status gizi merupakan salah satu indikator kesehatan anak. Masa lima tahun (Balita)
adalah periode penting dimana anak membutuhkan kecukupan gizi untuk menunjang
pertumbuhan fisiknya. Kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan reterdasi
pertumbuhan anak. Pada tahap dasar kebutuhan anak adalah pangan (nutrisi) hal ini merupakan
unsure utama untuk pertumbuhan anak, agar anak dapat tumbuh sesuai dengan kemampuan
genetiknya, selain kebutuhan dalam aspek fisik anak juga memerlukan bimbingan, pendidikan
dan kasih sayang dari orang tua sehingga anak berhak untuk mendapatkan pengasuhan yang
sebaik – baiknya karena salah satu faktor yang berperan penting dalam pemenuhan status gizi
anak adalah pola asuh (Soetjiningsih, 2015).
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas berkat
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Hubungan
Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Balita Usia 6 – 59 Bulan di Desa Ajaobaki Kecamatan Mollo
Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan”. Karya Tulis Ilmiah ini penulis susun dengan tujuan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Gizi di Prodi Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini telah mendapat banyak bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar – besar kepada:
1. Dr. Ragu Harming Kristina,SKM.,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kupang
2. Agustina Setia,SST.,M.Kes selaku Ketua Prodi Gizi Poltekkes Kemenkes Kupang
3. Maria Goreti Pantaleon,S.KM.MPH selaku pembimbing yang telah membimbing dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
4. Astuti Nur,S.Gz,M.Kes selaku penguji yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini
5. Obed L. Kase, selaku kepada Desa di Ajaobaki yang telah membantu selama penelitian
6. Orang tua tercinta yakni Bapak Mikhael Haki dan Mama Dominika Bano, terima kasih atas
segala dukungan dan doa yang diberikan untuk saya sehingga bisa menyelesaikan studi tepat
pada waktunya.
7. Kakak Aurel Lalian, Adik Isma Lalian, Adik Riski Lalian, dan semua keluarga besar yang
selalu bantu dan dukung saya selama kuliah
8. Terima kasih juga buat saudara dan sahabat saya yang dengan tidak bosan – bosannya
memberikan dukungan baik doa dan moril
9. Teman – teman E – coli class dan Gizi angkatan 14 yang dengan setia mendukung dan
memberikan semangat bagi saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
vii
H. Pengolahan data ..............................................................................................30
I. Teknik analisa data .........................................................................................31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................32
A. Hasil ...............................................................................................................32
1. Gambaran lokasi penelitian.......................................................................32
2. Gambaran status gizi balita 6 – 59 bulan ..................................................33
3. Gambaran karakteristik responden ...........................................................35
4. Gambaran pola asuh ibu............................................................................38
5. Hubungan praktik pemberian makan pada balita dengan status gizi
balita 6 – 59 bulan .....................................................................................39
6. Hubungan pola asuh perawatan kesehatan pada balita
dengan status gizi balita 6 – 59 bulan .......................................................40
7. Hubungan pola asuh sanitasi pada keluarga balita dengan status gizi
balita 6 – 59 bulan .....................................................................................40
B. Pembahasan ....................................................................................................41
1. Hubungan praktik pemberian makan pada balita dengan status gizi
balita 6 – 59 bulan .....................................................................................41
2. Hubungan pola asuh perawatan kesehatan pada balita
dengan status gizi balita 6 – 59 bulan .......................................................43
3. Hubungan pola asuh sanitasi pada keluarga balita dengan status gizi
balita 6 – 59 bulan ....................................................................................45
BAB V PENUTUP.....................................................................................................47
A. Kesimpulan ....................................................................................................47
B. Saran ..............................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................49
LAMPIRAN...............................................................................................................52
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Keaslian penelitian ..........................................................................................5
Tabel 2. Definisi operasional ......................................................................................27
Tabel 3. Karakteristik jenis kelamin balita .................................................................33
Tabel 4. Karaktersitik usia balita ................................................................................33
Tabel 5. Status gizi balita BB/TB ...............................................................................34
Tabel 6. Karakteristik responden berdasrkan umur ibu ..............................................34
Tabel 7. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ibu ...................................35
Tabel 8. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ibu .....................................35
Tabel 9. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ayah ................................36
Tabel 10. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ayah .................................36
Tabel 11. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan orang tua ......................37
Tabel 12. Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak .....................................37
Tabel 13. Pola asuh praktik pemberian makan pada balita .........................................38
Tabel 14. Pola asuh perawatan kesehatan pada balita ................................................38
Tabel 15. Pola asuh sanitasi pada keluarga balita ......................................................39
Tabel 16. Hubungan praktik pemberian makan dengan status gizi balita BB/TB ......39
Tabel 17. Hubungan pola asuh perawatan kesehatan dengan status gizi BB/TB .......40
Tabel 18. Hubungan pola asuh sanitasi dengan status gizi balita BB/TB ..................40
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka teori ...........................................................................................21
Gambar 2. Kerangka konsep .......................................................................................22
Gambar 3. Dokumentasi penelitian.............................................................................89
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu negara dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia (SDM)
yang dimilikinya. Salah satu kriteria sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilihat
dari derajat kesehatan. Derajat kesehatan merupakan pencerminan kesehatan perorangan,
kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan usia harapan hidup, mortalitas,
morbiditas, dan status gizi masyarakat (Pratiwi. T. Dkk, 2016).
Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat.
Gizi yang seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, meningkatkan kecerdasan dan
menjadikan pertumbuhan yang normal. Status gizi sendiri memiliki peran yang cukup
besar dalam menciptakan status kesehatan. Gizi yang baik merupakan landasan yang
dapat mempengaruhi kekebalan tubuh, kerentanan terhadap penyakit serta pertumbuhan
fisik dan mental. Gizi yang baik akan menurunkan kesakitan, kecacatan dan kematian
sehingga meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Lette.S. Dkk, 2018 ).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi status gizi balita untuk
proporsi status gizi kurang dan gizi buruk di Indonesia sebesar 30.1%, sedangkan
proporsi status gizi sangat pendek dan pendek pada balita sebesar 59.2%. proporsi status
gizi sangat kurang dan kurus sebesar 23.6%, dan gemuk sebesar 15.55%. Sedangkan di
provinsi Nusa Tenggara Timur, prevalensi status gizi kurang dan gizi buruk di Nusa
Tenggara Timur sebesar 24.5%, prevalensi status gizi sangat pendek dan pendek pada
balita sebesar 35.9%. prevalensi status gizi sangat kurus dan kurus sebesar 14.8% dan
gemuk sebesar 5.2%.
Menurut SSGI 2021, prevalensi status gizi balita di Timor Tengah Selatan,
berdasarkan indeks BB/U sebesar 40.1%, Prevalensi status gizi balita berdasarkan indeks
TB/U sebesar 40.1%, prevalensi status gizi balita berdasarkan indeks TB/U sebesar
48.3%, dan prevalensi status gizi balita berdasarkan indeks BB/TB sebesar 10.8%.
Kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan reterdasi pertumbuhan
anak. Pada tahap dasar kebutuhan anak adalah pangan (nutrisi) hal ini merupakan unsure
1
utama untuk pertumbuhan anak, agar anak dapat tumbuh sesuai dengan kemampuan
genetiknya, selain kebutuhan dalam aspek fisik anak juga memerlukan bimbingan,
pendidikan dan kasih sayang dari orang tua sehingga anak berhak untuk mendapatkan
pengasuhan yang sebaik – baiknya karena salah satu faktor yang berperan penting dalam
pemenuhan status gizi anak adalah pola asuh (Soetjiningsih, 2015).
Faktor pola asuh yang tidak baik dalam keluarga merupakan salah satu penyebab
timbulnya permasalahan gizi. Pola asuh meliputi kemampuan keluarga untuk
menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental
dan sosial dari anak yang sedang tumbuh dalam keluarga. Pola asuh terhadap anak
dimanifestasikan dalam beberapa hal berupa pemberian ASI dan makanan pendamping,
rangsangan psikososial, praktek kebersihan/hygiene dan sanitasi lingkungan, perawatan
anak dalam keadaan sakit berupa praktek kesehatan di rumah dan pola pencarian
pelayanan kesehatan (Febriani, Dkk 2020).
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam kegiatan
ini adalah “ Bagaimana hubungan pola asuh ibu dengan status gizi balita umur 6 – 59
bulan di Desa Ajaobaki, Kecamatan Molo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola asuh ibu dengan status gizi balita 6 – 59 bulan di
Desa Ajaobaki, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui hubungan praktik pemberian makan pada balita usia 6 – 59 bulan
dengan status gizi balita di Desa Ajaobaki, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten
Timor Tengah Selatan
b. Mengetahui hubungan pola asuh perawatan kesehatan pada balita usia 6 – 59
bulan dengan status gizi balita di Desa Ajaobaki, Kecamatan Mollo Utara,
Kabupaten Timor Tengah Selatan
c. Mengetahui hubungan pola asuh sanitasi pada keluarga balita usia 6 – 59 bulan
dengan status gizi balita di Desa Ajaobaki, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten
Timor Tengah Selatan
3
D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan guna menambah bekal ilmu
pengetahuan yang diperoleh peneliti dibangku perkuliahan
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya ibu yang memiliki balita
usia 6 – 59 bulan untuk dijadikan sebagai informasi tentang bagaimana memenuhi
kecukupan gizi bagi anak dan dampak yang diakibatkan karena masalah gizi pada
balita umur 6 – 59 bulan
3. Bagi Institusi
Dapat digunakan untuk sumber informasi bagi mahasiswa untuk peneliti selanjutnya
4
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Keaslian penelitian
Tiara Dwi Hubungan Pola Terdapat hubungan Sama – sama meneliti - Lokasi penelitian, data keluarga,
Pratiwi1, Asuh Ibu dengan yang signifikan antara tentang hubungan pola meliputi pendidikan ayah,
Masrul2, Eti Status Gizi Balita pola asuh makan dan asuh kesehatan dengan pekerjaan ayah, pekerjaan ibu,
Yerizel3 di Wilayah Kerja pola asuh kesehatan status gizi balita jumlah anak, pan pendapatan
Puskesmas dengan status gizi, orang tua
Belimbing Kota tetapi Pola asuh - Subjek Penelitian berumur 6 – 59
Padang psikososial tidak bulan
terdapat adanya
hubungan signifikan
dengan status gizi.
Verdianawati. C. Hubungan Antara Tidak ada hubungan Sama – sama meneliti Subjek penelitian 6 – 59 bulan
P. Astuti*, Nova. Pola Asuh Ibu antara pola asuh ibu tentang hubungan praktek
H. Kapantow*, Dengan Status (praktek pemberian pemberian makanan dan
Budi. T. Ratag* Gizi Anak Usia 1- makanan pada anak, praktek hygiene dan
3 Tahun Di rangsangan sanitasi
Wilayah Kerja psikososial dan
Puskesmas praktek higiene dan
Walantakan sanitasi lingkungan)
Kabupaten dengan status anak
Minahasa usia 1-3 tahun
berdasarkan indikator
BB/U dan TB/U.
Injilia P. Hubungan antara Tidak ada hubungan Sama – sama meneliti - Lokasi penelitian
Tirajoh*, Nancy Pola Asuh Ibu pola asuh dalam hal tentang hubungan praktik - Subjek penelitian 6 – 59 bulan
S. H. Malonda*, dengan Status praktik merawat pemberian makan anak
5
Nova H. Gizi Anak Usia dengan status gizi dengan status gizi anak
Kapantow* 24-59 Bulan di menurut indikator
Desa Kalasey Satu (BB/U, TB/U, serta
Kecamatan BB/TB). Tidak ada
Mandolang hubungan antara pola
Kabupaten asuh dalam hal praktik
Minahasa memberi makan
dengan status gizi
anak menurut
indikator (BB/U,
TB/U, dan BB/TB).
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Pola asuh orang tua terhadap anak pada dasarnya adalah mempertahankan
kehidupan fisik anak dan meningkatkan kesehatannya, memasilitasi anak untuk
mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahap perkembangannya dan
mendorong peningkatan kemampuan berprilaku sesuai dengan nilai agama dan
budaya yang diyakininya (Wisanti,2015).
Model perilaku orang tua secara langsung atau tidak langsung akan dipelajari
dan ditiru oleh anak. Orang tua sebagai lingkungan terdekat yang selalu mengitarinya
dan sekaligus menjadi idola anak yang paling dekat. Bila anak melihat kebiasaan baik
dari orang tua maka dengan cepat mencontohnya, demikian sebaliknya. Anak meniru
bagaimana orang tua bersikap, bertutur kata, mengekspresikan harapan, tuntutan dan
kritikan satu sama lain, menanggapi dan memecahkan masalah dan mengungkapkan
perasaan dan emosinya. Model perilaku yang baik akan membawa dampak baik bagi
perkembangan anak demikian juga sebaliknya (Tridonanto,2014).
8
juga cenderung menjadi otoriter kepada pasangan maupun setelah menjadi orang
tua
b. Pola Asuh Permisif Atau Memanjakan (Permissive/Indulgent)
Pola asuh ini adalah lawan dari pola asuh otoriter. Ciri utamanya adalah
orang tua menunjukkan sikap permisif atau “serba boleh” dan tidak banyak
menuntut. Mereka jarang mendisiplinkan, memberikan batasan atau aturan pada
anak karena menyakini bahwa anak harus jujur terhadap dirinya sendiri. Dari
luar, orang tua permisif lebih terlihat sebagai teman bagi anak.
c. Pola Asuh Cuek/Abai (Neglectful/Uninvolved)
Pola asuh ini, orang tua tidak banyak berperan dalam mengasuh anak.
Kebutuhan – kebutuhan primer seperti sandang, pangan, papan memang
terpenuhi, akan tetapi anak tidak mendapat perhatian atau kehangatan dari orang
tua. orang tua kurang berinteraksi dan menyediakan waktu berkualitas bersama
anak bahkan cenderung lepas tangan atau “terputus” dari kehidupan anak. Tak
jarang, mereka membiarkan televise, gawai, dan video mengasu anak mereka
d. Pola Asuh Otoriter/Demokratis (Authoritative)
Pola asuh otoritatif dianggap sebagai cara mengasuh anak yang terbaik.
Orang tua yang seperti ini menganggap penting alasan di balik sikap atau perilaku
anak sehingga mereka bersikap demokratis. Mereka mau mendengar pendapat
dan memahami perasaan anak. Pada saat yang sama, ada pula batasan dan aturan
tetapi dalam batas wajar. Disiplin diterapkan secara konsisten dengan cara yang
suportif dan bukan bersifat menghukum.
9
sejak bayi, bahkan dalam kandungan (Suhardjo dalam Ariyanti,2015). Pola
pengasuhan dapat diukur menjadi:
a. Pola Asuh Makan
Pola asuh makan orang tua kepada anak atau parental Feeding adalah
perilaku orang tua yang menunjukkan bahwa mereka memberikan makan pada
anaknya baik dengan pertimbangan atau tanpa pertimbangan (Boucher, 2014).
Pola asuh makan sebagai praktek – praktek pengasuhan yang diterapkan oleh ibu
kepada anak balita yang berkaitan dengan cara dan situasi makan (Karyadi,1985).
Pola asuh makan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan pangan/gizi
balita, yang artinya berkaitan pula dengan pola konsumsi makanan. Pola
konsumsi makanan adalah susunan makanan yang biasa di amkan mencakup jenis
dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok
orang/penduduk dalam frekuensi dan jangka waktu tertentu serta bagaimana
pengolhannya dan kapan dikonsumsi (Supariasa & Dkk, 2015).
Pola pengasuhan yang diterapkan orang tua dengan baik dengan
mengutamakan anak – anak mereka untuk makan dulu, selalu menemani atau
mengawasi anak – anak makan, member sarapan anak – anak, menjaga
kebersihan makanan anak, melarang anak – anak makan makanan yang jatuh di
lantai karena risioko gangguan pencernaan seperti penyakit diare, memberikan
makanan selingan 2 kali sehari dan jangan memberikan makanan manis sebelum
waktu makan, sebab bisa mengurangi nafsu makan (Penny W, 2018).
Pemenuhan kebutuhan zat gizi setiap hari dianjurkan supaya anak makan
secara teratur 3 kali sehari dimulai dengan sarapan atau makan pagi, makan siang,
dan makan malam. Makan pagi setiap hari penting bagi anak – anak dikarenakan
mereka sedang tumbuh dan mengalami perkembangan otak yang sangat
tergantung pada asupan makanan secara teratur. Jenis makanan balita perbanyak
mengonsumsi makanan kaya protein seperti ikan, telur, tempe, susu, dan tahu
sebab untuk pertumbuhan anak (Kemenkes RI 2014). Sayuran dan buah – buahan
merupakan sumber vitamin, mineral, dan serat. Vitamin dan mineral merupakan
senyawa bioaktif yang tergolong sebagai antioksidan yang berfungsi untuk
mencegah kerusakan sel. Serat berfungsi untuk memperlancar pencernaan dan
10
dapat mencegah serta menghambat perkembangan sel kanker usus besar
(Kemenkes RI 2014).
Pola pemberian makan anak sangat penting demi keberlangsungan hidup
dan perkembangan seorang anak (Bappenas and UNICEF 2017). Pola pemberian
makan merupakan perilaku yang dapat mempengaruhi status gizi. Pola pemberian
makan adalah gambaran asupan gizi mencakup macam, jumlah, dan jadwal
makan dalam pemenuhan nutrisi (Kemenkes RI 2014). Jenis konsumsi makanan
sangat menentukan status gizi seorang anak, makanan yang berkualitas baik jika
menu harian memberikan komposisi menu yang bergizi, berimbang dan
bervariasi sesuai dengan kebutuhannya (Welasasih and Wirjatmadi 2012). Gizi
seimbang memeiliki 4 pilar diantaranya konsumsi makanan beragam atau
bervariasi, perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik untuk membantu
proses metabolisme tubuh dengan baik, dan mempertahankan serta memantau
berat badan. Dengan demikian, pemenuhan nutrisi anak harus disesuaikan dengan
prinsip gizi seimbang
Faktor – faktor yang mempengaruhi dalam praktik pemberian makan pada
balita yaitu meliputi:
1) Faktor ekonomi
Faktor ekonomi cukup dominan dalam mempengaruhi konsumsi
makanan. Meningkatnya pendapatan dalam keluarga akan meningkatkan
peluang untuk membeli makanan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih
baik (Sulistyoningsih, 2011)
2) Faktor sosial budaya
Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan tertentu dapat
dipengaruhi oleh faktir budaya atau kepercayaan. Pantangan yang didasari
oleh kepercayaan pada umumnya mengandung perlambang atau nasihat yang
dianggap baik ataupun tidak baik yang lambat laun menjadi kebiasaan.
Budaya mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa yang akan dimakan,
bagaimana pengolahan, persiapan, dan penyajiannya serta untuk siapa dan
dalam kondisi bagaiamna pangan tersebut dikonsumsi (Sulistyoningsih,2011).
11
3) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran
pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap pengetahuan yang mereka
peroleh. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap pengetahuan yang mereka peroleh. Tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi pengetahuan dan perilaku seseorang, hal ini dikarenakan
tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit memahami pesan atau
informasi yang disampaikan. Pendidikan bagi seorang ibu sangat penting dan
tepat terutama dalam merawat balita (Ernawati, 2014).
4) Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan
perilaku makan. Kebiasaan makan pada keluarga sangat berpengaruh besar
terhadap pola makan seseorang, kesukaan seseorang terhadap makanan
terbentuk dari kebiasaan makan yang terdapat dalam keluarga
(ernawati,2014).
5) Usia ibu
Usia ibu berpengaruh dalam proses belajar menyesuaikan diri, seiring
dengan bertambahnya umur seseorang maka semakin banyak pengalaman
yang akan didapat dari lingkungan dalam membentuk perilakunya. Semakin
bertambah umur, ibu akan mempunyai pengalaman yang lebih bannyak dari
lingkungannya dalam pola asuh balita khususnya dalam perilaku pemberian
makan bagi balitany (Ernawati, 2014).
Musher – Eizman dan Holub (2007) menjelaskan bahwa pemberian
makanan pada balita dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu:
1) Tekanan untuk makan (Pressure to eat)
Tekanan untuk makan sebagi tindakan mendorong balita untuk
makan. Orang tua sering sekali melakukan tindakan tekanan pada balita
dalam aktivitas makan untuk usaha meningkatkan berat badan balita.
Bentuk lain dari tekanan yang seringkali dilakukan orang tua adalah
12
membentak, berkata kasar, memaksa balita untuk makan makanan yang
disediakan. Tekanan yang dilakukan orangtua agar balita mau makan atau
menghabiskan makanannya akan mengganggu psikologis balita. Balita
akan merasa bahwa aktivitas makan merupakan aktivitas yang tidak
menyenangkan sehingga balita akan kehilangan nafsu makan yang akan
berdampak pada pertumbuhannya.
2) Pembatasan untuk berat badan (Restriction for weight)
Pembatasan makanan merupakan control terlalu tinggi terhadap
apa dan berapa banyak makanan yang balita makan. Orang tua sering kali
berusaha membatasi konsumsi makanan tertentu pada balitanya dengan
cara yang tidak tepat. Orang tua berusaha membatasi makanan cepat saji
bagi balita. Orang tua memilki tujuan baik dengan melakukan tindakan
tersebut, namun tindakan pembatasan terhadap konsumsi makanan
tertentu akan semakin meningkatkan minat balita terhadap makanan
tersebut.
3) Makanan sebagai hadiah atau reward
Hadiah atau reward merupakan hal yang disuka balita, namun
hadiah atau reward juga bisa menimbulkan dampak buruk bagi perilaku
makan pada balita.bentuk hadiah atau reward yang tepat yang dapat
dilakukan pada balita dengan memberikan pujian, pelukan, ciuman pada
balita jika menunjukkan perilaku baik, misalnya jika balita mengkonsumsi
makanan sehat.
4) Keterlibatan balita (Involment)
Balita dapat dilibatkan dalam proses penyiapan dan pemilihan
makan. Penyiapan dan pemilihan makanan merupakan tanggung jawab
ibu, namun secara perlahan balita harus mampu memilih dan menentukan
makanan sehat bagi dirinya.
5) Pemantauan (monitoring)
Pemantauan pola makan balita penting bagi pertumbuhan, balita
seringkali makan apa saja yang mereka sukai, karena itu penting orang tua
13
untuk memantau nutrisi balita. Ketika pola makan balita teratur maka gizi
balita tercukupi dan terhindar dari masalah kesehatan.
6) Model peran (modelling)
Model peran merupakan suatu perilaku pemberian contoh
sehingga orang yang melihat akan mengikuti perilaku tersebut. Model
peran ditunjukkan orang tua dan orang lain yang memiliki kedekatan
dengan balita akan mempengaruhi kebiasaan makan pada balita.
14
penyakit yang telah dilemahkan ke dalam tubuh (Hamidin, 2014). Manfaat
imunisasi bagi anak yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit,
dan kemungkinan cacat atau kematian.
Kesehatan anak harus mendapatkan perhatian dari para orang tua yaitu
dengan segera membawa anaknya yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan yang
terdekat. Masa balita sangat rentan terhadap penyakit seperti influenza, diare atau
penyakit infeksi lainnya (Soetjiningsih, 2016).
Perawatan kesehatan yang teratur tidak saja dilaksanakan kalau anak sakit,
melainkan juga mencakup pemeriksaan kesehatan, imunisasi, deteksi dini
gangguan tumbuh kembang, stimulasi dini, termasuk pemantauan pertumbuhan
dengan menimbang anak secara rutin setiap bulan (Soetjiningsih, 2016).
Menurut Kemenkes (2016) perawatan balita sehari – hari yang dapat
dilakukan oleh orang tua untuk memenuhi kebutuhan kesehatan anak sebagai
berikut:
1) Kebersihan anak
Menjaga kebersihan anak dengan cara mandi dengan sabun dan air bersih
dua kali sehari, cuci rambut dengan sampo 3 kali seminggu. Biasakan cuci
tangan dan kaki anak dengan sabun setiap habis bermain. Biasakan mengganti
pakaian dalam dan pakaian luar setelah mandi, setelah main dan jika pakaian
basah atau kotor. Jaga kebersihan pakaian, mainan, tempat tidur, serta
perlengkapan makan dan minumnya. Rutin menggunting kuku tangan dan
kaki secara teratur serta menjaga kebersihannya. Ajari dan biasakan anak
untuk membuang air besar dan kecil di WC
2) Perawatan Gigi
Jika gigi belum tumbuh atau gigi baru tumbuh, bersihkan gusi, lidah bayi
dan gigi yang baru tumbuh dengan kain lembut bersih yang dibasahi air
matang hangat dengan gerakan ringan dan perlahan. Setelah tumbuh gigi lebih
banyak gosok giginya setelah sarapan dan sebelum tidur dengan sikat gigi
khusus anak yang berbulu lembut dan menggunakan pasta gigi mengandung
fluoride. Ajari anak untuk menggosok giginya sendiri secara teratur selama 2
menit. Damping anak saat menggosok gigi sampai anak berusia 8 tahun.
15
c. Pola Asuh sanitasi pada keluarga balita
Asuh kebersihan diri meliputi perilaku ibu memelihara kebersihan rumah,
hygiene makanan, kebersihan perseorangan (Anwar dalam Arianti,2015).
Perilaku higiens ibu merupakan variabel yang secara langsung berhubungan
dengan kejadian penyakit infeksi pada anak dan secara tidak langsung akan
memegaruhi status gizi anak tersebut. Pemberian nutrisi tanpa memperhatikan
kebersihan akan meningkatkan risiko mengalami infeksi seperti diare (Kusriadi
dalam Arianti,2015).
Sanitasi lingkungan yang buruk akan menyebabkan anak lebih mudah
terserang penyakit infeksi yang akhirnya dapat mempengaruhi status gizi.
Sanitasi lingkungan sangat terkait dengan ketersediaan air bersih, ketersediaan
jamban, jenis lantai rumah serta kebersihan peralatan makan pada setiap keluarga.
Semakin tersedia air bersih untuk kebutuhan sehari – hari, maka semakin kecil
risiko anak terkena penyakit gizi kurang (Soekirman,2012).
Kebersihan lingkungan sangat penting untuk perkembangan jiwa dan raga
anak. Antara lain, jauhkan anak dari asap rokok, asap dapur, asap sampah serta
polusi kendaraan bermotor. Bersihkan rumah, sekitar rumah dan lingkungan
bermain anak dari debu dan sampah. Bersihkan bak penampungan air dan tutup
untuk menghindari berkembang biaknya jentik nyamuk. Sebaiknya anak
terlindung dengan kelambu untuk menghindari gigitan nyamuk. Di daerah
endemis malaria, anak harus tidur dalam kelambu berinsektisida.
16
4. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Pola Asuh Ibu
Menurut Maccoby & Mc loby ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh
orang tua yaitu:
a. Sosial Ekonomi
Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan
yang dibentuk oleh otang tua maupun balita dengan lingkungan sekutarnya.
Balita yang sosial ekonominya rendah cenderung tidak melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak pernah mengenal bangku
pendidikan sama sekali karena terkendala oleh status ekonomi.
b. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan
sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar menjadi dewasa. Latar
belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola pikir orang tua baik
formal maupun non formal kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau
harapan orang tua kepada balita.
c. Kepribadian
Dalam mengasuh balita orang tua bukan hanya mampu
mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan membantu
menumbuh kembangkan kepribadian balita
d. Jumlah Anak
Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang
diterapakan orang tua. semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, maka ada
kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara
maksimal pada balita karena perhatian dan waktunya terbagi antara balita yang
satu dengan anak yang lainnya
17
5. Dampak Pola Asuh terhadap Status Gizi
a. Dampak Positif
Dampak dan pola asuh positif adalah balita akan lebih kompeten
bersosialisasi, bergantung pada dirinya sendiri dan bertanggung jawab secara
sosial (King,2010/2013). Makanan yang dimakan dihabiskan sesuai kebutuhan
usianya sehingga balita tidak mengalami masalah asupan makan yang bersangkut
paut dengan gizi kurang maupun gizi lebih.
b. Dampak Negatif
Dampak dan pola asuh yang salah adalah balita menjadi manja, emosi balita
yang kurang stabil, suka membantah, memberontak, dan terganggunya
perkembangan balita.
B. Status Gizi
1. Pengertan Status Gizi
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi, diamna zat gizi sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber
energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, serta pengatur proses tubuh
(Auliya et al, 2015).
Menurut Supariasa (20170 gizi (nutrition) adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,
absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat – zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi norma
organ – organ, serta menghasilkan energi. Status giz merupakan ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture
dalam bentuk variabel tertentu.
18
2. Metode penilaian status gizi
Menurut (Supariasa, 2017), penilaian status gizi dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan yaitu penilaiann status gizi secara langsung maupun tidak langsung
a. Secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu:
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik
1) Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusai ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Jenis parameter antropometri sebagai indikator status gizi dapat
dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran
tunggal dari dari tubuh manusai, antara lain umur, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal
lemak dibawah kulit.
2) Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan – perubahan
yang terjadi terkait ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa
oral atau pada organ – organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid.
3) Penialian status gizi secara biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimmia adalah pemeriksaan specimen
yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja, dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
4) Penilaian status gizi secara biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khsususnya jaringan) dan melihat
perubahan strukutur jaringan.
19
b. Secara tidak langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi 3 yaitu: survey
konsumsi makanan, statistic vital, dan faktor ekologi
1) Survey konsumsi makanan
Survey konsumsi makanan yaitu metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan zat gizi yang dikonsumsi
2) Statistic vital
Statistic vital yaitu dengan menganalisis data beberapa statistic kesehatan
seperti angka kematian berdasarkan umur, data kesakitan dan kematian akibat
– akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi
3) Faktor ekologi
Dengan mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi
sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis,, dan lingkungan budaya
seperti iklim, tanah, dan irigasi.
20
4. Dampak Asupan Gizi yang tidak adekuat pada Anak
Asupan zat gizi pada anak yang tidak adekuat dapat berakibat pada
terganggunya pertumbuhan dan perkembangan anak, bahkan apabila kondisi tersebut
tidak ditangani dengan baik maka risiko kesakitan dan kematian anak akan
meningkat. Tidak terpenuhinya zat gizi dalam tubuh anak dapat berpengaruh
terhadap sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang lemah menyebabkan
anak lebih rentan terkena penyakit menular dari lingkungan sekitarnya terutama pada
lingkungan dengan sanitasi yang buruk maupun dari anak lain atau orang dewasa
yang sedang sakit. Karean daya tahan tubuhnya lemah, anak dengan asupan gizi tidak
adekuat sering mengalami infeksi saluran cerna berulang. Infeksi saluran cerna inilah
yang meningkatkan resiko kekurangan gizi semakin berat karena tubuh anak tidak
dapat menyerap nutrisi dengan baik. Status gizi yang buruk dikombinasikan dengan
infeksi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan (Septikasari et al, 2016).
21
C. Kerangka Konsep
Status Gizi
22
D. Kerangka Konsep
Praktik Pemberian
makan pada balita 6 –
59 bulan
Perawatan Kesehatan
S Status Gizi
pada balita 6 – 59
bulan
Keterangan:
: Variabel Bebas
: Variabel Terikat
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan
Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang dilakukan dengan pendekatan sifatnya sesaat
pada suatu waktu dan tidak diikuti dalam kurun waktu tertentu berikutnya (Notoatmodja,
2012).
24
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
cocok sebagai sumber data (Sugiyono:2016:124). Penentuan jumlah sampel
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan rumus slovin yaitu:
𝑁
𝑛= 1+𝑁 𝑒 2
138
𝑛= 1+177 (0.12 )
138
𝑛= 1+177 (0.01)
138
𝑛= 1+1.77
138
𝑛= 2.77
𝑛 = 57
Setelah melakukan perhitungan sampel menggunakan rumus Slovin, yang
memenuhi kriteria inklusi yaitu sebanyak 32 responden dengan kriteria inklusi dan
ekslusi sebagai berikut:
a. Kriterian Inklusi
1) Balita yang menetap di Desa Ajaobaki, Kecamatan Mollo Utara
2) Balita tidak mengalami sakit (infeksi/ISPA)
3) Ibu balita yang bersedia jadi responden
4) Balita yang selalu didampingi oleh ibu
b. Kriteria Eksklusi
1) Balita yang pada saat melakukan penelitian berada diluar Desa Ajaobaki,
kecamatan Mollo Utara
2) Ibu balita yang menolak menjadi responden
25
3) Balita yang masih berusia 0 – 6 bulan dan usia 60 bulan
4) Balita yang tempat tinggalnya sulit dijangkau
5) Balita yang memiliki penyakit infeksi
26
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel lain/menjadi sebab atau berubahnya suatu variabel lain, sedangkan variabele terikat adalah variabel yang dipengaruhi
atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah praktik pemberian makan pada balita, pola asuh perawatan kesehatan pada
balita dan pola asuh sanitasi pada keluarga balita
b. Variabel Terikat
Varibel terikat dalam penelitian ini adalah status gizi
E. Definisi Operasional
Tabel 2 Definisi Operasional
27
balita seperti membawa Cukup 79 – 61 %
anak untuk
penimbangan, Kurang ≤ 60 %
imunisasi,
(Sugiyono, 2010)
vitamin A dan
membawa anak
berobat ketika
sakit
(Sri.N, 2021)
Pola asuh Upaya yang Wawancara Baik ≥ 80 % Ordinal
sanitasi pada dilakukan oleh
keluarga balita ibu balita dalam Cukup 79 – 61 %
menjaga
Kurang ≤ 60 %
kebersihan diri
balita dan (Sugiyono, 2010)
kebersihan
lingkungan yang
ada disekitar
rumah
(Sri.N, 2021)
28
Status gizi Keadaan gizi Indikator BB/PB atau <-3 Sd (Gizi Buruk) Ordinal
balita yang diukur BB/TB
dari berat badan -3 SD sd <-2 SD (Gizi Kurang)
dan tinggi badan
-2 SD sd + 1 SD (Gizi Baik)
(Yogi.B.K, 2017)
>+1 SD sd +2 SD (Berisiko Gizi Lebih)
>+2 SD sd +3 SD (Gizi lebih)
>+3 SD (Obesitas)
(PERMENKES RI No. 2 Tahun 2020)
29
F. Instrumen Pengumpulan Data
1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk mengetahui
pola asuh ibu tentang Praktik Pemberian makan, Pelayanan Kesehatan (imunisasi),
dan sanitasi pada keluarga balita dengan teknik wawancara.
2. Alat yang digunakan untuk menilai status gizi balita adalah:
a. Timbangan digital untuk pengukuran Berat Badan balita
b. Alat ukur multi fungsi dengan ketelitian 0.1 cm untuk pengukuran panjang badan
balita
H. Pengolahan Data
Adapun untuk tahapan – tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data primer dari
variabel dependen dan variabel independen adalah sebagai berikut:
1. Editing data, yaitu kuesioner yang telah diisi dilihat kelengkapan jawabannya,
sebelum dilakukan proses pemasukan data ke dalam komputer
2. Coding data yaitu membuat klasifikasi data dan member kode pada jawaban dari
setiap pertanyaan dalam kuesioner untuk mempermudah dalam pengolahan data
30
3. Entry data yaitu data antropometri dan kuesioner yang telah dikode kemudian
dimasukkan kedalam program komputer untuk diolah
4. Cleaning data, yaitu data yang telah di entry dicek kembali untuk memastikan bahwa
data tersebut bersih dari kesalahan, baik kesalahan pengkodean maupun kesalahan
dalam membaca kode. Dengan demikian diharapkan data tersebut benar – benar siap
untuk dianalisis
31
BAB IV
A. HASIL
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Desa ajaobaki dibentuk dengan keputusan Gubernus KDH Swantantra TK.I Nusa
Tenggara Timur Nomor : Und.2/1/27 Tanggal 04 November 1964 tentang
pembentukan desa baru diseluruh desa swasantra tingkat II dalam wilayah daerah
swatantra tingkat I Nusa Tengah dan ditindak lanjuti dengan seluruh keputusan
Bupati KDH.TK II Timor Tengah Selatan No: DD 12/II/I tanggal 07 mei 1969
mengenai pembentukan Selatan
Secara umum Topografi desa ajaobaki berbukit dengan sedikit hamparan yang
sebagai lahan kebun yang ditanami dengan berbagai komoditi baik tanaman umur
panjang, palawija, pangan dan holtikultura. Pemukiman penduduk hampir tersebar
diseluruh wilayah desa. Topografi yang berbukit dengan sedikit hamparan yang ada
belum dikelola maksimal sehingga masih banyak terdapat lahan tidur.
Desa ajaobaki terletak di kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah
Selatan dengan luas wilayah 5.44 km2 dengan ketinggian wilayah 983 MDPL dan
terdiri dari 4 dusun dengan jumlah penduduk 2092 jiwa dengan batas wilayah sebagai
berikut:
a. Sebelah utara : Berbatasan dengan Desa Tuna
b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa O`Besi
c. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Sebot
d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Fatukoto
32
2. Gambaran Status Gizi Balita 6 – 59 Bulan
a. Jenis kelamin balita
Tabel 3. Karakteristik jenis kelamin balita
Kategori n %
Perempuan 16 50.0 %
Laki – laki 16 50.0 %
Total 32 100%
b. Usia Balita
Tabel 4. Karakteristik usia balita
Kategori n %
6 – 12 Bulan 3 9.4%
13 – 24 Bulan 11 34.4%
25 – 36 Bulan 7 21.9%
37 – 48 Bulan 5 15.6%
49 – 59 Bulan 6 18.8%
Total 32 100 %
33
c. Status gizi balita BB/TB
Tabel 5. Status gizi balita BB/TB
Kategori n %
21 – 29 12 37.5 %
30 – 38 9 28.1 %
39 – 47 11 34.4 %
Total 32 100%
34
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu
Tabel 7. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Ibu
Pendidikan Responden n %
Tamat SD 19 59.4 %
Tamat SMP 6 18.8 %
Tamat SMA 5 15.6 %
Perguruan Tinggi 2 6.2 %
Total 32 100%
IRT 26 81.2%
Swasta 2 6.3 %
Petani 2 6.3 %
Guru 1 3.1 %
PNS 1 3.1 %
Total 32 100 %
35
Distribusi pekerjaan responden Desa Ajaobaki, Kecamatan Molo Utara,
Kabupaten Timor Tengah Selatan, pekerjaan yang tertinggi terdapat pada IRT
yaitu 26 orang (81.2%), dan yang terendah terdapat pada guru dan PNS yaitu 1
orang (3.1%).
Tamat SD 21 65.6 %
Tamat SMP 4 12.5 %
Tamat SMA 6 18.8 %
Perguruan tinggi 1 3.1%
Total 32 100 %
Petani 25 78.1%
Wiraswasta 3 9.4 %
PNS 1 3.1%
Pekerjaan lain 3 9.4 %
(sopir/Tukang/Buruh)
Total 32 100%
36
Distribusi pekerjaan ayah Desa Ajaobaki, Kecamatan Molo Utara,
Kabupaten Timor Tengah Selatan, pekerjaan ayah yang tertinggi terdapat pada
petani yaitu 25 orang (78.1%), dan yang terendah terdapat pada PNS yaitu 1
orang (3.1%).
1 4 12.5 %
2 11 34.4 %
>3 17 53.1%
Total 32 100%
37
4. Gambaran Pola Asuh Ibu
a. Praktik Pemberian makan pada balita 6 – 59 Bulan
Tabel 13. Pola asuh praktik pemberian makan pada balita
Kategori n %
Baik 18 56.2 %
Cukup 14 43.8 %
Total 32 100 %
Baik 19 59.4 %
Cukup 13 40.6 %
Total 32 100 %
38
c. Pola asuh sanitasi pada keluarga balita 6 – 59 bulan
Tabel 15. Pola asuh sanitasi pada keluarga balita
Kategori n %
Baik 1 3.1 %
Cukup 10 31.2 %
Kurang 21 65.6 %
Total 32 100 %
5. Hubungan praktik Pemberian Makan Pada Balita Dengan Status Gizi Balita 6 –
59 Bulan dengan status gizi balita BB/TB
Tabel 16. Hubungan praktik pemberian makan dengan status gizi balita BB/TB
39
6. Hubungan Pola Asuh Perawatan Kesehatan Pada Balita Dengan Status Gizi
Balita 6 – 59 Bulan dengan status gizi balita BB/TB
Tabel 17. Hubungan pola asuh pelayanan kesehatan dengan status gizi BB/TB
7. Hubungan Pola Asuh Sanitasi Pada Keluarga Balita Dengan Status Gizi Balita
Usia 6 – 59 Bulan dengan status gizi balita BB/TB
Tabel 18. Hubungan pola asuh sanitasi dengan status gizi BB/TB
40
Berdasarkan hasil analisis uji hubungan menggunakan chi-Square (0.05)
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh sanitasi pada
keluarga balita dengan status gizi balita indikator BB/TB yaitu hasil perhitungan
korelasi p=(0.012)
B. Pembahasan
1. Hubungan praktik pemberian makan pada balita dengan status gizi balita
BB/TB 6 – 59 bulan
Hasil analisis data bivariat praktik pemberian makan dengan status gizi
balita BB/PB atau BB/TB menunjukkan bahwa praktik pemberian makan balita
dengan kategori baik terdapat 18 (56.2%) balita dengan status gizi baik sebanyak
16 (50.0%) balita, dan gizi kurang sebanyak 2 (6.2%) balita. Sedangkan praktik
pemberian makan balita pada balita dengan kategori cukup terdapat 14 (43.8%)
balita dengan status gizi baik sebanyak 11 (34.4%), dan gizi kurang 3 (9.4%).
Berdasarkan hasil uji c – Square diperoleh nilai P value=0.425 sehingga
nilai P Value lebih besar dari α 0.05. Hasil uji menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara praktik pemberian makan pada balita dengan
status gizi BB/PB atau BB/TB. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Injilia P. Tirojah, Dkk (2022) “Hubungan antara Pola Asuh Ibu dengan
Status Gizi Anak Usia 24 – 59 Bulan di Desa Kalasey Satu Kecamatan
Mandolang Kabupaten Minahasa”, Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada
hubungan antara praktik pemberian makan pada balita dengan status gizi BB/TB
atau BB/TB, dengan nilai P Value yaitu 0.529.
Praktik pemberian makan merupakan faktor secara tidak langsung yang
mempengaruhi status gizi, sedangkan secara langsung status gizi dapat
dipengaruhi oleh asupan dan penyakit infeksi. Kurangnya asupan makan bisa
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor ekonomi, ketersediaan pangan
keluarga, faktor status pekerjaan, faktor pendidikan, dan faktor lainnya. Infeksi
pada anak sering terjadi karena pada usia ini sistem kekebalan tubuh belum
41
matang. Penyakit infeksi dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan anak
sehingga anak menolak makanan yang diberikan hal ini dapat mengganggu
metabolisme dan ketidakseimbangan hormon.
Pada tabel diatas terdapat anak gizi kurang tetapi praktik pemberian
makannya baik yaitu sebanyak 2 responden (6.2%). Hal ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor salah satunya pendapatan yaitu anak dengan status gizi kurang
berasal dari keluarga yang penghasilannya < UMR. . Sebagian besar anak balita
yang mengalami gangguan pertumbuhan memilki status ekonomi yang rendah.
Krisis ekonomi berpengaruh pada pendapatan keluarga yang merupakan akar
masalah dari dampak pertumbuhan bayi dan masalah gizi lainnya (Ardiyah, Dkk,
2015). Pendapatan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi pola
pemberian makan pada balita. Pendapatan dan harga produk makanan
mempengaruhi tingkat konsumsi makanan. Pendapatan tinggi akan menentukan
daya beli yang baik. Sebaliknya, pendapatan rendah akan menurunkan daya beli
(Sulistyoningsih 2011). Pendapatan yang tidak mencukupi akan menyebabkan
tidak terpenuhinya ketersediaan pangan yang bergizi dan akan mempengaruhi
status gizi. Hal ini juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor jika perbaikan
ekonomi tanpa disertai dengan perbaikan pendidikan gizi. Tingkat konsumsi
makan ditentukan oleh kualitas makannya oleh karena itu konsumsi makan baik
dalam satu keluarga ditunjukkan dengan adanya semua zat gizi dalam menu
hidangan, ketersediaan bahan makanan, adat kebiasaan makan, dan pengetahuan
menyusun makananya.
Dari tabel diatas juga terdapat anak dengan praktik pemberian makan
cukup dengan status gizi kurang sebanyak 3 (9.4%), dan status gizi kurang 5
(15.6%) hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya pendidikan
ibu dimana sebagian besar pendidikan terakhir ibu yaitu tamat SD sebanyak 19
orang (59.4%) . Pendidikan dan pengetahuan ibu dapat mempengaruhi pola
pemberian makan yang tepat pada anak. Faktor pendidikan dan pengetahuan ibu
penting dalam hal pemilihan jenis dan jumlah makanan serta penentuan jadwal
makan anak sehingga pola pemberian makan tepat dan sesuai dengan anak usia 1
– 5 tahun (Subarkah, Dkk, 2016). Latar belakang pendidikan yang cukup
42
tentunya akan berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk mengadopsi
informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan maupun dari media
cetak/elektronik (Kumala 2013). Selain itu pola asuh orang tua juga dapat
mempengaruhi pola makan anak karena memberikan makanan tidak sesuai
dengan kebutuhan zat gizi balita sehingga akan mempengaruhi asupan nutrisi,
apabila nutrisi tidak terpenuhi secara optimal hal ini diperjelas oleh Depkes RI
(2009) nutrisi sangat berpengaruh terhadap kesehatan, pola makan yang tidak
seimbang akan beresiko terkenal masalah gizi dan orang tua dituntut membentuk
pola makan yang baik kepada anak.
2. Hubungan Pola Asuh Perawatan Kesehatan Pada Balita Dengan Status Gizi
Balita BB/TB 6 – 59 Bulan
Hasil analisis bivariat pola asuh perawatan kesehatan dengan status gizi
BB/PB atau BB/TB dari 29 balita (59.4%) yang mendapatkan pola asuh
perawatan kesehatan pada balita dengan kategori baik terdapat 17 (53.1%) balita
dengan status gizi baik, dan terdapat 2 (6.2%) balita dengan status gizi kurang.
Sedangkan terdapat 13 (40.6%) balita mendapatkan pola asuh perawatan
kesehatan pada balita dengan kategori cukup terdapat 10 (31.2%) balita status gizi
baik dan terdapat 3 (9.4%) balita status gizi kurang.
Berdasarkan hasil uji chi – Square diperoleh nilai P Value=0.337 sehingga
nilai P Value lebih besar dari α 0.05. Hasil uji menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara pola asuh perawatan kesehatan pada balita
dengan status gizi BB/PB atau BB/TB. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian
Tiara Dwi Pratiwi, Dkk (2016) “Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Kota Padang”. Hasil uji statistik
dengan menggunakan chi –Square didapatkan nilai P Value=0.006. berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan hubungan yang bermakna antara pola asuh
kesehatan dengan status gizi balita di wilayah kerja puskesmas belimbing. Pola
asuh kesehatan yang diukur merupakan upaya preventif seperti pemberian
imunisasi, pemberian vitamin A dan pola asuh ketika anak dalam keadaan sakit.
43
Status gizi balita adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga
tidak mencukupi angka kecukupan gizi. Anak balita merupakan kelompok rawan
gizi dan kesehatan. Penyakit yang paling sering diderita anak ialah infeksi. Anak
yang mengalami sakit akan terganggu penyerapan nutrisinya sehingga
mempengaruhi status gizi anak. Pola asuh yang diukur merupakan upaya
preventif seperti imunisasi, pemberian kapsul vitamin A maupun pola asuh ketika
anak dalam keadaan sakit.
Hasil penelitian tidak didapatkan hubungan perawatan kesehatan dengan
status gizi balita BB/TB, hal ini dikarenakan faktor – faktor yang mempengaruhi
status gizi dapat berupa faktor langsung yaitu konsumsi makanan yang berarti
makanan yang dikonsumsi yang dikonsumsi sehari – hari mengandung zat – zat
yang diperlukan oleh tubuh. Semakin banyak zat – zat gizi yang terkandung
dalam makanan yang dimakan semakin baik status gizi yang dimilikinya. Latar
pendidikan orang tua, merupakan salah satu unsure penting yang berperan dalam
menentukan keadaan gizi anak. Pada masyarakat yang pendidikannya rendah,
menunjukkan prevalensi gizi kurang yang tinggi dan sebaliknya pada masyarakat
yang tingkat pendidikannya cukup tinggi, prevalensi gizi kurang rendah.
Selanjutnya status ekonomi kelurga juga mempengaruhi status gizi balita.
Keluarga yang mayoritas rendah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Anak dengan keluarga yang status ekonomi tinggi umumnya
pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik disbanding dengan anak dengan status
ekonomi rendah. Keluarga dengan penghasilan yang kurang tentunya tidak
mampu untuk menyediakan makanan yang bergizi dan nantinya dapat
mengakibatkan terjadinya status gizi kurang pada balita (Linda. S (2017).
Dari hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan perawartan
kesehatan pada balita dengan status gizi balita hal ini dapat dikarenakan dari
faktor lain yaitu pendidikan orang tua dan sosial ekonomi.
44
3. Hubungan Pola Asuh Sanitasi Pada Keluarga Balita Dengan Status Gizi Balita
BB/TB Usia 6 – 59 Bulan
Hasil analisis bivariat pola asuh sanitasi pada keluarga balita dengan
status gizi BB/PB atau BB/TB dari 1 balita (3.1%) yang mendapatkan pola asuh
sanitasi pada keluarga balita dengan kategori baik terdapat 0 (10%) balita dengan
status gizi baik, terdapat 1 (3.1%) balita dengan status gizi kurang. Sedangkan
terdapat 10 (31.2)%) balita mendapatkan pola asuh sanitasi pada keluarga balita
dengan kategori cukup, terdapat 7 (21.9%) balita dengan status gizi baik, terdapat
3 (9.4%) dengan status gizi kurang, dan terdapat 21 (65.6%) balita mendapatkan
pola asuh sanitasi dengan kategori kurang, terdapat 20 (62.5%) dengan status gizi
baik, terdapat 1 (3.1%) dengan status gizi kurang
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh nilai P value=0.012 sehingga
nilai p value lebih kecil dari α 0.05. Hasil uji menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pola asuh sanitasi pada keluarga balita dengan
status gizi balita BB/PB atau BB/TB. Hal ini menunjukkan bahwa selain
konsumsi makanan dan penyakit infeksi, status gizi juga dipengaruhi oleh
sanitasi lingkungan, kesehatan individu dipengaruhi oleh sanitasi lingkungan.
Salah satu faktor pendukung berkembangnya penyakit menular adalah sanitasi
lingkungan. Kesehatan anak balita secara tidak langsung dipengaruhi oleh sanitasi
lingkungan yang pada akhirnya mempengaruhi kondisi tatus gizi anak balita
(Hidayat,2011). Hal ini dikarenakan tingkat pemahaman mengenai adanya
kegiatan posyandu dan hygiene saja tidak cukup bila tidak diimbangi dengan
aplikasi dan praktik yang benar karean dilapangan banyak ibu – ibu yang merasa
tahu dalam hygiene sanitasi lingkungan tetapi belum tergambar nyata pada status
gizi anak. Kekurangan gizi di awal kehidupan manusia tidak memberikan dampak
langsung terhadap perkembangan manusia dikemudian hari karena ada beberapa
faktor lain yang berperan seperti keadaan lingkungan, sosial ekonomi, keadaan
kesehatan, dan stimulasi (Verdinawati, C.P, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian terdapat pola asuh sanitasi dengan kategori
kurang terdapat 21 (65.6%) balita mendapatkan pola asuh sanitasi dengan
45
kategori kurang. Data ini menunjukkan bahwa sebagian ibu memberikan pola
asuh balita yang masih kurang. Pola asuhan kurang baik dapat disebabkan oleh
faktor kebiasaan kebersihan. Kebersihan makanan, minuman, tubuh, serta
lingkungan juga merupakan faktor penting untuk mencegah berbagai penyakit
yang dapat berpengaruh pada status gizi balita. Berbagai perilaku yang telah
menjadi fokus WHO, seperti cuci tangan sebelum dan setelah BAB, mampu
mengurangi munculnya penyakit diare. Seseorang yang kekurangan zat gizi akan
mudah terserang penyakit dan pertumbuhan akan terganggu. Sanitasi lingkungan
yang buruk akan menyebabkan anak lebih mudah terserang penyakit infeksi yang
akhirnya mempengaruhi status gizi.
46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisis hubungan praktik pemberian makan pada balita dengan
status gizi balita 6 – 59 Bulan yaitu: tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
praktik pemberian makan pada balita dengan status gizi BB/TB, yaitu diperoleh nilai
P Value=0.425
2. Berdasarkan hasil analisis hubungan pola asuh perawatan kesehatab pada balita
dengan status gizi balita 6 – 59 bulan yaitu: tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara pola asuh perawatan kesehatan dengan status gizi balita BB/TB yaitu diperoleh
nilai P Value=0.337
3. Berdasarkan hasil analisis hubungan pola asuh sanitasi pada keluarga balita dengan
status gizi balita 6 – 59 bulan yaitu: terdapat hubungan yang signifikan antara pola
asuh sanitasi pada keluarga balita dengan status gizi balita BB/TB yaitu diperoleh
nilai P Value=0.012
47
B. Saran
1. Bagi keluarga Balita
Diharapkan keluarga balita terutama ibu balita lebih memperhatikan makanan
yang akan dikonsumsi oleh balita, ibu balita memperhatikan makanan yang bergizi
seimbang sesuai dengan kebutuhan balita, memperhatikan pelayanan kesehatan
(imunisasi) balita, dan memperhatikan sanitasi pada keluarga dan balita.
2. Bagi program studi gizi poltekkes kemenkes kupang
Sebaiknya memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk meneliti lebih
lanjut faktor – faktor yang belum diteliti dalam penelitian ini yang berhubungan
dengan pola asuh ibu dengan status gizi balita
3. Bagi peneliti
Penelitian ini agar bisa dilanjutkan lagi untuk saat – saat mendatang bagi
mahasiswa – mahasiswi yang belum pernah tersentuh penelitian yang sama
48
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, F. (2018). 4 Jenis Pola Asuh dan Dampaknya pada anak. Diunduh pada tanggal 05
Mei 2022. [https://eprints.umbjm.ac.id/1135/4/4.%20BAB%202.pdf]
Anggraeni, D,M & Saryono. (2013). Metodelogi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitaif Dalam
Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi Edisi 2. EGC. Jakarta
Ariyanti, S.F. (2015). Pengukuran Pola Pengasuhan. Diunduh pada tanggal 05 Mei 2022.
[https://eprints.umbjm.ac.id/1135/4/4.%20BAB%202.pdf]
Bahri, Syaiful.2014. Pola Asuh Orang Tua Dan Komunikasi Dalam Keluarga. Jakarta:
Rineka Cipta
Boucher, N. 2014. Feeding Style And The Body Weight Status Of Perscool Aged Children.
Kirby Mall. Elsevier
Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat Kabupaten/Kota Tahun 2021. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Chikhungu, Madise, Padmadas (2014). Dalam Buku Status Gizi Anak Dan Faktor Yang
Mempengaruhi Oleh Majestti Septikasari, S.ST., MPH 2018. Diterbitkan Dan Dicetak
Oleh UNY Press. Yogyakarta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Pola Asuh Orang Tua Dan Komunikasi Dalam Keluarga:
Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak: Jakarta: Rineka Cipta
Dra. Madyawati, Lilies. 2017. Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Jakarta: Prenada
Media Group
Febriani.D.W, Nur A.F, Misnaniarti. 2020. Hubungan antara pola asuh keluarga dengan
kejadian balita stunting pada keluarga miskin di Palembang. Diunduh pada tanggal 15
Mei 2022. [https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jekk/article/view/5359]
Habibi, Muazar. 2018. Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Deepublish
Injilia P. Tirojah, Nancy S. H. Malonda, Nova H. Kapantow. 2022. Hubungan Antara Pola
Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Usia 24 – 59 Bulan Di Desa Kalasey Satu Kecamatan
Mandolang Kabupaten Minahasa. Diunduh pada tanggal 18 Mei 2022.
[https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/39236]
Ika Apriyanti. (2009). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Keikutsertaan Suami
Dalam KB Di Desa Karangjati Sragen. Diunduh pada tanggal 11 Juni 2022.
[https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/11515/]
49
Jannah, H (2012). Bentuk Pola Asuh Orang Tua Dalam Menanamkan Perilaku Moral Pada
Anak Usia Di Kecamatan Ampek Angkek. Jurnal Pesona Paud, 1 (2).
Kemenkes RI. 2016. Perawatan Kesehatan Balita. Jakarta
Majestika Septikasari, S. ST., MPH. Status Gizi Anak Dan Faktor Yang Mempengaruhi,
2018. Diterbitkan Dan Dicetak Oleh UNY Press. Yogyakarta
Musher, E, D. & Holub, S. 2007. Comprehensive Feeding Practices Questionnaire:
Validation Of A New Measure Parental Feeding Practices. Journal Of Pediatric
Psychology
Murdoko, E. W. H. (2017). Parenting With Leadership Peran Orangtua Dalam
Mengoptimalkan Dan Memberdayakan Potensi Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo
Nurul Prihastita Rizyana1, Yulia2, 2018. Hubungan Pola Asuh terhadap Status Gizi Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Kota Padang (Program Studi
Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang). Diunduh pada tanggal 20
Mei 2022. [http://jik.stikesalifah.ac.id/index.php/jurnalkes/article/view/126]
Notoadmodja, S. 2010. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI Tahun 2018
C.P. Ridha, 2018. Hubungan Pemberian Makan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia
12 – 59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Wedi Surabaya. (Program Studi Pendidikan
Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya). Diunduh pada tanggal 09
Juni 2022. [https://repository.unair.ac.id/84899/4/full%20text.pdf]
Santoso B, Sulistiowati E, Sekartuti, Lamid A (2013). Kementerian Kesehatan RI, Pokok –
Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Jawa Tengah 2013. Jakarta: Lembaga Penerbitan Badan
Litbangkes
Sarliance Lette, Herman P.L Wungouw, Rahel Rara Woda. Hubungan pola asuh dan tingkat
pendidikan ibu dengan status gizi balita di poyandu melati Kelurahan Naimata Wilayah
kerja Puskesmas Penfui. Diunduh pada tanggal 23 Mei 2022.
[http://ejurnal.undana.ac.id/CMJ/article/view/1500]
Septikasari M (2014). Pengaruh Dukungan Bidan Terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif Di
Wilayah Kerja Puskesmas Cilacap Selatan I Kabupaten Cilacap. Prosiding Symposium
Nasional Preparing Smart Parent To Optimaze Children Growth & Development To Be
Great Generation In The Era Of Modern Technology DIV Bidan Pendidik Fakultas
Kedokteran UNS
Soetjiningsih., & Ranuh, I. (2013). Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC.
Hubungan Pola Asuh terhadap Status Gizi Balita pada Anak TK Di Kota Yogyakarta.
(Universitas Kristen Duta Wacana)
Soetjiningsih & ranuh, I.N.G. 2015. Tumbuh kembang anak. Edisi 2. Jakarta:EGC
50
Sulistyoningsih, Hariyani, 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. Yogyakarta: Graham
Ilmu
Sri Nurannisa, 2021. Hubungan Pendapatan Keluarga Dan Pola Asuh Dengan Status Gizi
Balita Usia 6 – 59 Bulan Di Masa Pandemi Covid 19 Di Kelurahan Pabiringa Wilayah
Kerja Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponto (Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
Diunduh pada tanggal 09 Juni 2022. [http://repository.uin-alauddin.ac.id/19153/]
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta
Supariasa, IDN., Bakri,B., Fajar, I. 2017. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku EGC. Jakarta.
Soekirman. 2012. Ilmu Gizi Dan Aplikasinya Untuk Keluarga Dan Masyarakat. Departemen
Pendidikan Nasional. Direktorat Jendral Pendidikan: Jakarta
Tiara Dwi pratiwi1, Masrul2, Eti Yerizel3. Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi
Balita di wilayah kerja puskesmas Belimbing Kota Padang. Diunduh pada tanggal 05
Mei 2022.[ http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/59]
Tridhonanto, Al, Beranda Agency. 2014. Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. Jakarta:
Elex Media Komputindo
Tridonanto, 2014. Melejitkan Kecerdasan Emosi Buah Hati. Jakarta: Elex media komputindo
Unicef. 1998. The State Of The World’s Children. Oxford University Press.
Verdinanti. C.P.Astuti, Nova H. Kapantow, Budi T. Rateg. 2014. Hubungan antara pola
asuh ibu dengan status gizi anak usia 1 – 3 tahun di wilayah kerja puskesmas
walantakan. Diunduh pada tanggal 15 Mei 2022. [https://fkm.unsrat.ac.id/wp-
content/uploads/2015/02/JURNAL-PUBLIKASI-VCPA-101511296-1.pdf]
Wisanti, 2015. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Erlangga
Yogi B.K, 2017. Hubungan pola asuh ibu dengan status gizi balita di RW VI kelurahan
maniserejo kecamatan taman kota madiun tahun 2017 (program studi S1 keperawatan
stikes bakti husada mulia madiun). Diunduh pada tanggal 09 Juni 2022.
[http://repository.stikes-bhm.ac.id/248/]
51
KUESIONER
“HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA 6 – 59 BULAN
DI DESA AJAOBAKI, KECAMATAN MOLLO UTARA,
KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. No. Responden :
2. Nama Responden :
3. Jenis Kelamin :
4. Umur Responden :
5. Pekerjaan responden :
6. Pendidikan Terakhir Ibu :
a. Tidak Sekolah
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Akademik/S1
7. Pendidikan terakhir ayah:
a. Tidak Sekolah
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Akademik/S1
8. Pekerjaan ayah :
9. Jumlah Anak :
10. Pendapatan orang tua :
II. Identitas Balita
1. No Balita :
2. Nama Balita :
3. Jenis kelamin :
4. Tempat, Tanggal Lahir :
5. Tanggal kunjungan :
6. BB :
7. TB/PB :
8. LILA :
52
A. Praktik pemberian makan pada balita 6 – 59 bulan di Desa Ajaobaki, Kecamatan Molo Utara,
Kabupaten Timor Tengah Selatan
Nama Total
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Total Nilai Nilai Akhir Kode Kategori
1 A.Y 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 9 18 50 3 kurang
2 A.M 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 9 18 50 3 kurang
3 N.T 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 11 18 61,1111111 2 cukup
4 Y.T 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 11 18 61,1111111 2 cukup
5 N.T 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 10 18 55,5555556 3 kurang
6 A.B 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 13 18 72,2222222 2 cukup
7 A.B 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 11 18 61,1111111 2 cukup
8 W.T 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 18 83,3333333 1 baik
9 D.L 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 9 18 50 3 kurang
10 A.L 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 18 72,2222222 2 cukup
11 M.S 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 10 18 55,5555556 3 kurang
12 M.T 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 6 18 33,3333333 3 kurang
13 Y.M 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 9 18 50 3 kurang
14 Y.S 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 9 18 50 3 kurang
15 A.L 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 8 18 44,4444444 3 kurang
16 S.K 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 11 18 61,1111111 2 cukup
17 D.N 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 13 18 72,2222222 2 cukup
18 S.N 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 11 18 61,1111111 2 cukup
19 R.K 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 8 18 44,4444444 3 kurang
20 A.R 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 9 18 50 3 kurang
21 A.R 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 9 18 50 3 kurang
22 A.R 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 9 18 50 3 kurang
23 Y.S 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 8 18 44,4444444 3 kurang
24 S.B 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 9 18 50 3 kurang
25 S.B 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 9 18 50 3 kurang
26 Y.L 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 8 18 44,4444444 3 kurang
27 A.S 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 9 18 50 3 kurang
28 R.B 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 9 18 50 3 kurang
29 O.L 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 10 18 55,5555556 3 kurang
30 F.S 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 14 18 77,7777778 2 cukup
31 N.N 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 10 18 55,5555556 3 kurang
32 Y.S 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 11 18 61,1111111 2 cukup
Frequency Table
Jenis Kelamin Balita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid P 16 50.0 50.0 50.0
L 16 50.0 50.0 100.0
Total 32 100.0 100.0
Usia Balita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 6 – 12 3 9.4 9.4 9.4
13 – 24 11 34.4 34.4 43.8
25 36 7 21.9 21.9 65.6
37 – 48 5 15.6 15.6 81.2
49 – 59 6 18.8 18.8 100.0
Total 32 100.0 100.0
Pekerjaan Ibu
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid IRT 26 81.2 81.2 81.2
swasta 2 6.2 6.2 87.5
petani 2 6.2 6.2 93.8
guru 1 3.1 3.1 96.9
PNS 1 3.1 3.1 100.0
Total 32 100.0 100.0
Pendidikan Ayah
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tamat SD 21 65.6 65.6 65.6
tamat SMP 4 12.5 12.5 78.1
tamat SMA 6 18.8 18.8 96.9
perguruan tinggi 1 3.1 3.1 100.0
Total 32 100.0 100.0
Pekerjaan Ayah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid petani 25 78.1 78.1 78.1
wiraswasta 3 9.4 9.4 87.5
PNS 1 3.1 3.1 90.6
pekerjaan lain 3 9.4 9.4 100.0
Total 32 100.0 100.0
Jumlah Anak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 12.5 12.5 12.5
2 11 34.4 34.4 46.9
>3 17 53.1 53.1 100.0
Total 32 100.0 100.0
Pendapatan Orangtua
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid < UMR 29 90.6 90.6 90.6
> UMR 3 9.4 9.4 100.0
Total 32 100.0 100.0
Praktik Pemberian Makan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid baik 18 56.2 56.2 56.2
cukup 14 43.8 43.8 100.0
Total 32 100.0 100.0
Perawatan Kesehatan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid baik 19 59.4 59.4 59.4
cukup 13 40.6 40.6 100.0
Total 32 100.0 100.0
Chi-Square Testsd
Point
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. Probabili
Value df (2-sided) sided) (1-sided) ty
Pearson Chi-Square .636a 1 .425 .631 .376
Continuity Correctionb .094 1 .759
Likelihood Ratio .631 1 .427 .631 .376
Fisher's Exact Test .631 .376
Linear-by-Linear
.616c 1 .433 .631 .376 .277
Association
N of Valid Cases 32
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.19.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is .785.
d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .16.
b. Based on 32 sampled tables with starting seed 624387341.
c. The standardized statistic is -2.748.
DOKUMENTASI PENELITIAN