Anda di halaman 1dari 19

KEMENTERIAN

KESEHATAN
REPUBLIK

INDONESIA

RENCANA AKSI KEGIATAN


DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT
TAHUN 2020-2025

DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT


DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN KESEHATAN
TAHUN 2020


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Gizi
Masyarakat Tahun 2020 – 2025. Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Gizi
Masyarakat memuat kebijakan, peta strategis, sasaran startegis, indikator dan
target yang akan dicapai. Dokumen ini diharapkan menjadi acuan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program, sehingga upaya
pembinaan gizi masyarakat dapat dilaksakana secara terarah dan terukur.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak atas perhatian dan
dedikasinya untuk memberikan pemikiran, tenaga dan waktu dalam penyusunan
rencana aksi ini.

Semoga Rencana aksi kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat Tahun 2020–2025


dapat mendukung tercapainya sasaran pembangunan bidang kesehatan yang
tercantum dalam RPJMN 2020 – 2024 yaitu menurunkan prevalensi stunting
sampai 14% di tahun 2024, serta pencapaian target dari indikator kinerja
program dan indikator kinerja kegiatan pembinaan gizi masyarakat.

Direktur Gizi Masyarakat

DR. Rr. Dhian Probhoyekti, SKM, MA


Daftar Isi
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 2
B. Tujuan 2
C. Sasaran 2
D. Dasar Hukum 2
BAB II ANALISIS SITUASI MASALAH GIZI 3
A. Situasi Gizi Masyarakat 3
B. Upaya yang sudah dilakukan 4
C. Tantangan 5

BAB III RENCANA AKSI GIZI 2020 - 2024 6


A. Arah Dan Kebijakan Pembinaan Gizi Masyarakat Rpjmn 6
2020 – 2024

B. Rencana Strategis KEMENKES 2020 - 2024 6


C. Sasaran Strategis Pembinaan Gizi Masyarakat 7
D. Strategi Operasional Pembinaan Gizi Masyarkat 8
E. Indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja Kegiatan 9
F. Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat 12
BAB IV PENUTUP 13
Lampiran

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Sejalan dengan agenda pembangunan global yang dituangkan dalam


Sustainable Development Goals untuk mewujudkan masyarakat dunia yang
sejahtera, merata dan berkelanjutan, Pemerintah Indonesia menuangkan komitmen
tersebut dalam tema dan agenda Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2020 –
2024, yaitu mewujudkan masyarakat yang Indonesia yang berpenghasilan
menengah – tinggi, yang sejahtera, adil dan berkisanambungan. Sumber daya
manusia yang berkualias dan memiliki daya saing tinggi adalah salah satu faktor
pendukung utama untuk mencapai tujuan tersebut.
Gizi baik merupakan fondasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
berkualitas karena berkaitan erat dengan peningkatan kapasitas belajar,
kemampuan kognitif dan intelektualitas seseorang. Gizi baik juga merupakan
penanda keberhasilan pembangunan dan terpenuhinya hak azasi manusia terhadap
pangan dan kesehatan. Perbaikan gizi masyarakat merupakan sarana untuk
memutus rantai kemiskinan melalui meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga
berdampak pada kesejahteraan di tingkat masyarakat, keluarga dan individu.
Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024, tercantum hal ‘meningkatnya status gizi masyarakat’
menjadi salah satu prioritas pembangunan, dengan sasaran utama menurunkan
prevalensi stunting dan wasting masing-masing menjadi 14% dan 7% di tahun
2024. Sasaran pokok lainnya adalah 1) Prevalensi Ibu Hamil Kurang Energi
Kronik; 2) Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi; 3)
Persentase Puskesmas Mampu Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita; 4)
Persentase Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapatkan ASI Eksklusif; 5)
Persentase balita mendapa suplementasi gizi mikro
Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Kesehatan 2015-2019 telah menetapkan 4 (empat) indikator kinerja
kegiatan (IKK) pembinaan gizi masyarakat yang harus dicapai yaitu;1)
Prevalensi Ibu Hamil Kurang Energi Kronik; 2) Persentase Kabupaten/Kota yang
Melaksanakan Surveilans Gizi; 3) Persentase Puskesmas Mampu Tata Laksana
Gizi Buruk pada Balita; 4) Persentase Bayi usia kurang dari 6 bulan
mendapatkan ASI Eksklusif.
Agar indikator RENSTRA tersebut tercapa, perlu disusun kebijakan dan
strategi operasional serta kegiatan yang spesifik dan terukur setiap tahun di
setiap tingkat baik di pusat maupun daerah. Rencana aksi pembinaan gizi
masyarakat disusun sebagai acuan setiap pemangku kepentingan, untuk
menyusun perencanaan, mengkoordinasikan dan penilaian pelaksanaan
pembinaan gizi secara berkesinambungan.

B. TUJUAN

Tujuan penyusunan rencana aksi kegiatan pembinaan gizi masyarakat adalah untuk:
1. Mendukung pencapaian Rencana Pembangunan Jangka Menenngah (RPJMN),
Rencana Strategi (Renstra) Kementerian Kesehatan dan Rencana Aksi Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat Tahun 2020-2024.
2. Menentukan arah dan sasaran upaya perbaikan gizi masyarakat tahun 2020-2024
yang kesinambungan dan kelanjutan
3. Menggambarkan peta jalan pelaksanaan kegiatan perbaikan gizi masyarakat,
terutama intervensi gizi spesifik secara terpadu dengan pemangku kementingan
terkait
4. Panduan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi serta pengembangan
upaya gizi masyarakat tahun 2020-2024.
5. Panduan bagi kabupaten/ kota dalam melaksanakan upaya perbaikan gizi
masyarakat

C. SASARAN

1. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota


2. Lintas program dan lintas sektor terkait.
3. Pemangku kepentingan di pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
4. Perencana dan pemeriksa/auditor.

D. DASAR HUKUM (REGULASI DAN KEBIJAKAN GIZI NASIONAL)

1. Undang-undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka


Panjang 2005-2025,
2. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
3. Undang-undang nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan.
4. Peraturan Pemerintah nomor 33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif
5. Peraturan Pemerintah nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi
6. Peraturan Presiden nomor 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2020-2024.
7. Peraturan Presiden nomor 83 tahun 2018 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan
Gizi
8. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2023
9. Permenkes nomor 51 tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi
10. Permenkes nomor 2 tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak
BAB II ANALISIS SITUASI MASALAH GIZI

A. SITUASI GIZI MASYARAKAT


Hasil riset nasional terakhir menunjukkan adanya perbaikan beberapa indikator
gizi, namun demikian Indonesia masih termasuk negara yang mengalami masalah
beban gizi ganda (double burden of malnutrition/DBM) karena tingginya prevalensi
kurang gizi dan kelebihan gizi pada saat yang bersamaan. Beban ganda gizi
berdampak pada seluruh aspek kehidupan. Dampak yang paling buruk dan memiliki
konsekuensi jangka panjang jika masalah gizi tersebut terjadi pada 1000 hari
pertama kehidupan (HPK), mulai dari masa kehamilan sampai anak berusia 2 tahun
dan masa remaja.
Hasil Riskesdas menunjukkan bahwa 30.8% balita Indonesia mengalami stunting
dan sekitar 10.2% balita mengalami gizi kurang (wasting). Anak-anak yang
mengalami masalah gizi tersebut memiliki risiko 11.6 kali lebih tinggi untuk
mengalami kematian dibanding anak-anak yang memiliki status gizi baik. Pun jika
anak-anak dengan masalah gizi tersbut mampu bertahan tetapi akan berisiko untuk
mengalami masalah pertumbuhan, perkembangan dan masalah kesehatan lainnya
di sepanjang tahap kehidupannya.

Gambar.
Situasi Gizi di Indonesia
Selain itu, masalah kekurangan zat gizi mikro masih mendominasi permasalah
gizi di Indonesia yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya prevalensi anemia
pada ibu hamil dari 37.1% pada tahun 2013 menjadi 48.9% pada tahun 2018. Ibu
hamil yang mengalami anemia berisiko tinggi untuk melahirkan bayi premature, bayi
dengna berat lahir rendah juga mengalami perdarahan pada saat melahirkan bahkan
dapt mengakibatkan kematian. Sementara disisi lain, masalah gizi lebih dan
obesitas pada usia dewasa juga meningkat secara signifikan dari 15% di tahun 2013
menjadi 22% di tahun 2018 (Riskesdas, 2018)
Remaja adalah adalah periode sensitif kedua untuk pertumbuhan fisik yang
cukup pesat. Pada fase ini juga terjadi perubahan psikososial dan emosional yang
cukup mendalam serta tercapainya kapasitas intektual dan kemampuan kognitif.
Kelompok usia remaja sangat rentan untuk mengalami masalah gizi kurang maupun
gizi lebih. Diperkirakan hampir sepertiga remaja puteri Indonesia akan memasuki
fase kehamilan dalam keadaan kurang gizi atau sebagai ibu hamil berisiko tinggi
karena kelebihan berat badan (oeverweight). Riskesdas 2018 melaporkan bahwa
overweight pada kelompok umur 16 – 18 tahun meningkat cukup tajam dari 1.4%
tahun 2010 menjadi 7.3% tahun 2013.
Terdapat 3 faktor penyebab tidak langsung terjadinya masalah beban ganda gizi
di Indonesia (double burden of malnutrition):
Pertama, asupan/konsumsi makanan yang tidak adekuat. Hampir setengah dari
masyarakat Indonesia (45.7%) menkonsumsi energi kurang dari 70% dari Angka
Kecukupan Gizi (AKG)yang dianjurkan, dan sekitar 36.1% masyarakat
mengkonsumsi protein kurang dari 80% AKG. Riskesdas 2018 menemukan bahwa
93.5% penduduk usia > 10 tahun mengkonsumsi sayur dan buah kurang dari 5 porsi
per hari. Pada saat yang sama, jumlah penduduk yang mengkonsumsi makanan
siap saji dan minuman berpemanis semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Sehingga konsumsi masyarakat terhadap gula, garam dan lemak meningkat sekitar
30% dari yang direkemendasikan oleh WHO. Rendahnya akses dan ketersediaan
makanan yang sehat adalah faktor utama dari kerawanan pangan di tingkat rumah
tangga. Sebaliknya, pengeluaran untuk makanan kemasan dan minuman yang tinggi
gula garam dan lemak, meningkat sekitar 4 kali lipat dalam kurun waktu 2007 – 2017.
Kondisi ini yang menyebabkan meningkatnya prevalensi overweight dan obesitas
sampai lima kali lipat lebih tinggi dari target RPJMN 2015 – 2019. Obesitas pada
kelompok wanita dua kali lebih tinggi dari kelompok laki-laki, yaitu masing-masing
sekitar 42% dan 24%. Prevalensi obesitas paling tinggi terjadi di Sulawesi Utara dan
paling rendah di Nusa Tenggara Timur. Tidak ada perbedaan bermakna terkait
prevalensi obesitas pada kelompok sosial ekonomi tinggi maupun rendah.
Faktor penyebab tidak langsung yang kedua terkait dengan pola penyakit, akses ke
fasilitas pelayanan kesehatan, akses air bersih dan sanitasi. Prevalensi penyakit
menular masih cukup tinggi dan sangat terkait dengan masalah gizi, terutama gizi
kurang. Penyakit tidak menular meningkat sebagai akibat dari naiknya prevalensi
obesitas yang menambah beban sistem pelayanan kesehatan.
Ketiga, adalah tidak adekuatnya praktik Pemberian Makan pada Bayi dan Anak
(PMBA), kurangnya asupan makanan bergizi pada ibu hamil dan menyusui, serta
pola asuh yang kurang baik. Hampir setengah bayi di Indonesia (48%)
mendapatkan makanan lebih awal dari usia yang seharusnya (< 6 bulan) dan
makanan yang diberikan tersebut tidak tepat untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. SDKI 2012 menunjukkan bahwa hanya 23% anak usia 6 – 8
bulan mengkonsumsi makanan yang bervariasi, terdiri dari 4 – 5 kelompok pangan.
Akar masalah beban gizi ganda adalah kemiskinan dan ketimpangan social,
kecenderungan demografi, urbanisasi, masalah social dan budaya serta situasi
darurat (bencana alam, konflik sosial, krisis kesehatan, dll)

B. UPAYA YANG SUDAH DILAKUKAN


Komitmen pemerintah untuk upaya perbaikan gizi masyarakat sangat tinggi yang
tercermin dengan menetapkan stunting dan wasting sebagai sasaran utama
pembangunan kesehatan dalam RPJMN 2020 – 2024. Kementerian Kesehatan
melalui Rencana Strategis Kementerian tahun 2020 – 2024 berkomitmen untuk
mendukung pencapaian target perbaikan gizi yang tercantum daam RPJMN 2020 -
2024 yaitu menurunkan prevalensi stunting dan wasting pada balita masing-masing
menjadi 14% dan 7% pada tahun 2024
Selain itu, untuk mendukung tercapainya percepatan perbaikan gizi terutama
penurunan stunting, pemerintah juga melanjutkan inisiatif Konvergensi Percepatan
Penurunan Stunting sebagai bagian dari kampanye anti-kemiskinan yang lebih luas
dari Pemerintah. Ini bertujuan untuk memperkuat dukungan politik dan
kepemimpinan untuk gizi di semua tingkatan, dan untuk memperkuat koordinasi dan
konvergensi lintas berbagai sektor. Pada tahun 2020 , gerakan ini akan
dilaksanakan di 260 kabupaten prioritas dengan tingkat kemiskinan dan prevalensi
stunting yang tinggi, dan rencananya akan memperluas ke seluruh 514 kabupaten
yang ada pada 2021.
Direktorat Gizi Masyarakat sebagai unit teknis di Kementerian Kesehatan
memiliki tanggung jawab untuk menyusun program gizi yang generik dan teknis
terkait intervensi gizi spesifik yang menyasar langsung kelompok sasaran prioritas
yaitu kelompok 1000 hari pertama kehidupan, mulai dari ibu hamil, ibu menyusui,
bayi dan baduta ditambah kelompok remaja terutama remaja puteri. Program gizi
yang telah dilakukan dalam kurun 5 (lima) tahun terakhir meliputi kegiatan yang
sudah terbukti efektif memiliki daya ungkit terhadap perbaikan gizi masyarakat
terutama pencegahan stunting, yaitu:
1. Pemberian Tablet Tambah Darah untuk Remaja Putri
2. Pemberian Tablet Tambah Darah untuk Ibu Hamil
3. Pemberian Makanan Tambahan untuk Ibu Hamil KEK
4. Promosi/Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (IMD, ASI EKkslusif, MP-
ASI dan Menyusui sampai usia 2 tahun atau lebih)
5. Pemberian Vitamin A untuk bayi dan Balita
6. Pemantauan Pertumbuhan
7. Pemberian Makanan Tambahan untuk Balita Gizi Kurang
8. Manajement Terpadu Balita Gizi Buruk

C. TANTANGAN
1. Diet yang tidak adekuat dan kerawanan pangan berkontribusi terhadap
kekurangan gizi dan obesitas:
a. Hampir setengah penduduk (45,7%) dengan tingkat kecukupan energi
sangatkurang (<70% AKE) dan 36,1% dengan tingkat kecukupan protein
sangat kurang (<80% AKP). sementara 95,5% penduduk yang berusia 5
tahun keatas mengonsumsi kurang dari lima porsi buah atau sayur dalam
sehari.
b. Akses ekonomi (keterjangkauan) pangan dibandingkan dengan ketersediaan
pangan adalah penyebab utama kerawanan pangan.
c. Pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi, yang sebagian besar
cenderung diproses, meningkat sebanyak empat kali lipat antara 2007 dan
2017 yang didorong oleh industri makanan dan minuman yang sedang
berkembang.
2. Penyakit, akses yang tidak memadai ke pelayanan kesehatan, dan air dan
sanitasi, terkait dengan Beban Ganda Masalah Gizi:
a. Penyakit infeksi terus menyebar dan memiliki keterkaitan dengan kekurangan
gizi.
b. PTM sedang meningkat sebagai akibat dari meningkatnya obesitas dan
menambah beban sistem pelayanan kesehatan.
3. Pemberian makan pada bayi dan anak dan asupan makanan ibu yang buruk,
serta praktik perawatan ibu dan pengasuhan anak yang suboptimal adalah
penyebab penting dari kekurangan gizi dan obesitas. Diketahui bahwa tingkat
menyusui meningkat tetapi praktik pemberian makanan pendamping ASI yang
tidak sesuai terjadi di mana-mana.
4. Perekonomian yang berubah, demografi, relasi gender, keyakinan sosial dan
budaya, dan perubahan iklim di Indonesia menawarkan peluang serta ancaman
terhadap gizi.
BAB III RENCANA AKSI GIZI 2020 – 2024
A. ARAH DAN KEBIJAKAN PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT RPJMN 2020 – 2024

Komitmen pemerintah untuk upaya pembinaan gizi masyarakat sangat tinggi


yang tercermin dengan menetapkan stunting dan wasting sebagai sasaran utama
pembangunan kesehatan dalam RPJMN 2020 – 2024. Hal tersebut didukung
dengan ditetapkannya arah pembinaan gizi masyarakat untuk pencegahanda n
penanggulangan permasalah beban gizi ganda yang mencakup:
a) percepatan penurunan stunting dengan peningkatan efektivitas intervensi
spesifik, perluasan dan penajaman intervensi sensitif secara terintegrasi;
b) peningkatan intervensi yang bersifat life saving dengan didukung data yang kuat
(evidence based policy) termasuk fortifikasi dan pemberian multiple
micronutrient;
c) penguatan advokasi, komunikasi sosial dan perubahan perilaku hidup sehat
terutama mendorong pemenuhan gizi seimbang berbasis konsumsi pangan (food
based approach);
d) penguatan sistem surveilans gizi;
e) peningkatan komitmen dan pendampingan bagi daerah dalam intervensi
perbaikan gizi dengan strategi sesuai kondisi setempat; dan
respon cepat perbaikan gizi dalam kondisi darurat.

B. RENCANA STRATEGIS KEMENKES 2020 – 2024


Kementerian Kesehatan melalui Rencana Strategis Kementerian tahun 2020 –
2024 berkomitmen untuk mendukung pencapaian target perbaikan gizi yang
tercantum daam RPJMN 2020 - 2024 yaitu menurunkan prevalensi stunting dan
wasting pada balita masing-masing menjadi 14% dan 7% pada tahun 2024, maka
Salah satu tujuan Kementerian Kesehatan tahun 2020- 2024 yang tercantum
dalam peta strateginya adalah ‘Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui
pendekatan siklus hidup’. Tujuan ini harus didukung melalui program generik dan
teknis yang tercantum di dalam sasaran strategisnya.

Sasaran strategis tersebut diantaranya adalah meningkatnya kesehatan ibu,


anak dan gizi masyarakat sehingga dapat berkontribusi terhadap percepatan
penurunan kematian ibu dan stunting untuk mencapai terwujudnya Indonesia
maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong
yang didukung meningkatnya kualitas sumber daya manusia Indonesia yang
berkualitas.

C. SASARAN STRATEGIS PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT

Berdasarkan analisa penyebab masalah seperti yang terlihat pada gambar di


bawah ini diketahui bahwa intervensi gizi spesifik berkontribusi terhadap
penanganan penyebab langsung dari masalah gizi.

Tujuan pembinaan gizi masyarakat adalah meningkatkan cakupan kualitas


pelayanan kesehatan dan gizi terpadu untuk mengatasi masalah kekurangan dan
kelebihan gizi atau beban gizi ganda (double burden of malnutrition). Pendekatan
yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut adalah pendekatan siklus
hidup yang mencakup ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, remaja, orang dewasa
dan lansia.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka disusun sasaran strategis sebagai
berikut:
1. Meningkatkan status gizi wanita usia subur usia 15 – 49 tahun, termasuk ibu
hamil dan ibu menyusui
2. Meningkatkan status gizi bayi dan balita
3. Mengatasi permasalahan kekurangan zat gizi mikro
4. Meningkatkan akses terhadap pelayanan manajemen terpadu tata laksana gizi
buruk
5. Meningkatkan kapasitas fasyankes dan tenaga kesehatan untuk pelayanan gizi
yang berkualitas
6. Meningkatkan kesadaran gizi masyakarat melalui pendidikan gizi, kampanye dan
komunikasi perubahan perilaku
7. Meningkatkan respon cepat penanganan gizi pada situasi bencana
8. Meningkatkan sistem monitoring, evaluasi dan surveilans
9. Menguatkan penyusunan regulasi dan kebijakan gizi dengan dukungan bukti-
bukti ilmiah terkini (evidence-based decision making)
10. Meningkatkan advokasi, koordinasi dan kerja sama dengan lintas program dan
sektor terkait

D. STRATEGI OPERASIONAL PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT


Dalam rangka mendukung implementasi dari sasaran strategis pembinaan gizi
masyarakat terutama di tingkat layanan, maka ditetapkan 4 (empat) strategi
operasional sebagai berikut:
1. Peningkatan kapasitas SDM
2. Peningkatan kualitas layanan
3. Penguatan edukasi
4. Penguatan Manajemen Intervensi Gizi di Puskesmas dan Posyandu
E. INDIKATOR KINERJA PROGRAM DAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT

Untuk mengukur tingkat keberhasilan dari implementasi strategi opeasional


pembinaan gizi masyarakat maka ditetapkan indikator kinerja program (IKP) dan
indikator kinerja kegiatan (IKK) pembinaan gizi masyarakat yang sebagai
berikut:

Indikator Kinerja Program (IKP) dan


Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)

NO INDIKATOR TARGET
2020 2021 2022 2023 2024
1 Persentase ibu hamil Kurang 16 14.5 13 11.5 10
Energi Kronik (KEK)
2 Persentase Kabupaten/kota 51 70 80 100 100
yang Melaksanakan
Surveilans Gizi
3 Persentase Puskesmas 10 20 30 45 60
Mampu Tatalaksana Gizi
Buruk pada Balita
4 Persentase bayi usia kurang 40 45 50 55 60
dari 6 bulan mendapat ASI
Eksklusif

Target Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat


Tahun 2020-2024

NO INDIKATOR TARGET
2020 2021 2022 2023 2024
1 Persentase Ibu Hamil 45 42 39 36 33
Anemia

2 Cakupan Ibu Hamil yang 80 81 82 83 84


Mendapat Tablet Tambah
Darah (TTD) Minimal 90
Tablet Selama Masa
Kehamilan

3 Cakupan Ibu Hamil Kurang 80 80 80 80 80


Energi Kronik (KEK) yang
Mendapat Makanan
Tambahan
4 Cakupan Ibu Nifas 70 73 76 79 82
Mendapat Kapsul Vitamin A

5 Persentase Bayi dengan 5,4 4,6 3,8 3 2,5


Berat Badan Lahir Rendah
(berat badan < 2500 gram)

6 Cakupan Bayi Baru Lahir 54 58 62 66 70


Mendapat Inisiasi Menyusu
Dini (IMD)

7 Cakupan Bayi Usia 6 Bulan 35 40 45 50 55


Mendapat ASI Eksklusif

8 Cakupan Balita 6-59 bulan 86 87 88 89 90


mendapat Kapsul Vitamin A

9 Cakupan Balita Gizi Kurang 85 85 85 85 85


Mendapat Makanan
Tambahan

10 Cakupan Kasus Balita Gizi 80 84 86 88 90


Buruk mendapat Perawatan

11 Jumlah balita yg 90,000 140,000 190,000 240,000 290,000


mendapatkan suplementasi
gizi mikro

12 Cakupan Balita yang di 60 70 75 80 85


Timbang Berat Badannya
(D/S)

13 Cakupan Balita memiliki 60 70 75 80 85


Buku Kesehatan Ibu Anak
(KIA)/Kartu Menuju Sehat
(KMS) (K/S)

14 Cakupan Balita ditimbang 80 82 84 86 88


yang Naik Berat Badannya
(N/D)

15 Prevalensi berat badan 16 15 14 13 12


kurang (Berat badan kurang
dan sangat kurang) pada
balita
16 Prevalensi Stunting 24,1 21,1 18,4 16 14
(pendek dan sangat
pendek) pada balita

17 Prevalensi Wasting (Gizi 8,1 7,8 7,5 7,3 7


Kurang dan Gizi Buruk)
pada balita

18 Cakupan Remaja Putri 50 52 54 56 58


mendapat Tablet Tambah
Darah (TTD)

19 Cakupan Rumah Tangga 82 84 86 88 90


Mengonsumsi Garam
Beriodium

F. KEGIATAN PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2020 – 2024


Kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2020 - 2024, terbagi ke dalam pokok
kegiatan yaitu:
1. Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) Pembinaan Gizi
Masyarakat
Kegiatan penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK)
bertujuan untuk menyediakan aturan atau ketentuan yang dipakai sebagai
tatanan, acuan yang dipakai sebagai patokan; metode atau tata cara, serta
ukuran yang dipergunakan menjadi dasar dalam melaksanakan suatu
kegiatan.
2. Pelatihan dan Pendidikan
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
serta keterampilan praktis dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengelola
program dan petugas kesehatan, khususnya petugas gizi, pada kegiatan
pembinaan gizi masyarakat. Pelaksanaan kegiatan ini diselenggarakan
sesuai dengan kebijakan, pedoman atau modul yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan.
Lingkup kegiatan sumber daya manusia kesehatan yang ditingkatkan
kapasitasnya meliputi sosialisasi, orientasi dan pelatihan.
3. Sarana Bidang Kesehatan
Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi sarana dan prasarana gizi yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
4. Bantuan Masyarakat
Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya
kelompok tertentu terhadap suplementasi gizi, seperti balita kurus, ibu hamil
KEK, anak sekolah dasar serta dalam kondisi darurat bencana.
5. Fasilitasi dan Pembinaan Pemerintah Daerah
Kegiatan bimbingan teknis dan evaluasi bertujuan untuk memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan NSPK gizi di daerah, sebagai dasar
penyempurnaan NSPK gizi. Selain itu pelaksanaan bimbingan teknis adalah
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dan dihadapi sehingga
penyelesaiannya dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini meliputi
tingkat provinsi, kabupaten/kota, puskesmas hingga posyandu
6. Pemantauan Masyarakat dan Kelompok Masyarakat

Kegiatan surveilans gizi untuk memantau secara terus menerus


perkembangan masalah gizi dan pencapaian pelaksanaan kegiatan
pembinaan gizi. Kegiatannya meliputi: pengumpulan data, pengolahan dan
analisis data dan desiminasi informasi serta melakukan tindak lanjut
(respon).
7. Dukungan Layanan Manajemen
Dukungan layanan manajemen diperlukan untuk memfasilitasi dan
memperlancar proses, yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi program pembinaan gizi masyarakat.
8. Koordinasi, advokasi dan sosialisasi yang mendukung percepatan
penurunan stunting dan peningkatan gizi masyarakat
Kegiatan advokasi, sosialisasi, koordinasi dan penguatan program gizi
bertujuan untuk penyebaran informasi, penyamaan persepsi,
memperolehkesepakatan bersama, serta memperoleh dukungan terhadap
upaya pemecahan masalah gizi demi kelancaran implementasi program gizi
yang dilaksanakan di tingkat pusat sampai tingkat masyarakat.
BAB IV
PENUTUP

Rencana aksi pembinaan gizi masyarakat ini merupakan acuan bagi pelaksana
kegaitan pembinaan gizi di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota agar dapat
memahami dan mampu melaksanakan proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan,
monitoring dan evaluasi upaya pembinaan gizi masyarakat tahun 2020 – 2024.
Diharapkan dengan adanya buku ini dapat mendorong upaya percepatan perbaikan gizi
di semua tingkatan administrasi secara sinergis dan berkesinambungan.
Rencana aksi ini bersifat generik dan masih terbuka untuk pengembangan dalam
implementasinya. Diharapkan buku ini dapat mendukung terwujudnya Sumber Daya
Manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

Anda mungkin juga menyukai