Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN SKRINING GIZI

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK FATIMAH

A. PENGERTIAN
Skrining gizi adalah suatu sistem dari nutrisional asesmen untuk mendeteksi dini
pada perseorang atau kelompok orang yang memiliki risiko terkena malnutrisi,
berisiko malnutrisi atau tidak terkena malnutrisi sehingga dapat diberi
intervensidengan cepat dan dalam skala yang banyak (Principle of Nutrition
Asessment, 2005).

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dengan cepat individu yang berisiko dan tidak berisiko
malnutrisi
2. Untuk memprediksi kemungkinan membaik atau buruknya keadaan pasien untuk
intervensi lebih lanjut
3. Untuk menentukan siapa yang membutuhkan dukungan nutrisi dan nutrisi apa
yang sesuai

C. RUANG LINGKUP
1. Skrining gizi pada anak (0-14)
Asesmen gizi pada anak dilakukan berdasarkan kriteria Screening Tool for the
Asessment of Malnutrition in Pediatric (STAMP)
1. Langkah pertama: Diagnosis
Tahap ini untuk mendeteksi apakah terdapat masalah gizi, seperti: gisfagia taua
hal yang kemungkinan menyebabkan masalah gizi, seperti: makan yang salah
atau tidak terdapat masalah gizi. Masing-masing kategori memiliki skore
sendiri

Definitely Nurtritional Possibly Nutritional No Nutritional


Implication = score 3 Implication = score 2 Implication = score 0
- Bowel failure - Behabiour eating - Day case surgery

1
- Intractable diarrhea problem - investigation
- Liver disease - Cardiology
- Major surgery - Cerebral palsy
- Multiple food - Cleft lip and palate
allergies/intolerance - Coeliac disesase
- Oncology on avtive - Diabetes
treatment - Gastro-oesophageal
- Renal disease/ reflux
failure - Minor surgery
- Inborn errors of - Neuromuscular
metabolism conditions
- Psychiatric
disorders
- Respiratory
synsytial virus
(RSV)
- Single food
allergy/intoleran
ce

2. Langkah ke dua: intake makanan


Tahap ini untuk mengetahui intake makanan pasien, diategorikan menjadi:
passion tidak mendapat intake makanan diberi skore 3, asienn mendpat intake
makanan tapi kuantitasnya tidak mencukupi kebutuhan diberi skore 2, atau
pasien mendapat makanan sesuaai kebutuhannya diberi skore 0. Hal ini bias
dilakukan dengan wawancara/bertanya pada orang tua/pengasuh pasien.
3. Langkah ke tiga: berat badan dan tinggi badan
Pada tahap ini dilakukan asesmen terhadap berat badan dan tinggi badan,
hasilnya dibandingkan dengan buku acuan dan diberi skore.
Cara pembacaan BB dan TB pada growth chart adalah:
a) Ukur berat badan dan tinggi badan anak

2
b) Lihat dan letakkan hasil pengukuran dengan table growth chart
c) Bandingkan dengan syarat yang ada di step 3
- Bila beda centil BB dan TB mencapai lebih dari 3 kolom diberi skore 3
- Bila beda centil BB dan TB mencapai lebih dari 2 kolom diberi skore 2
- Bila beda centil BB dan TB mencapai 0-1 kolom beri skore 0
4. Langkah ke empat : risiko malnutrisi secara keseluruhan
Pada tahap ini skore yang diperoleh dari tahap 1,2, dan 3 diakumulasikan,
kemudian hasilnya dibandigkan dengan buku acuan untuk menentukan risiko
malnutrisi pasien: berisiko malnutrisi tingkat tiggi, berisiko malnutrisi tingkat
sedang, atau berisiko malnutrisi tingkat rendah.

Cut Off Skore


High risk ≥4
Medium risk 2-3
Low risk 0-1

5. Langkah ke lima : asuhan gizi


Pada tahap ini terdapat saran asuhan gizi yang dapat dilakukan terkait dengan
hasil yang diperoleh dari tahap 4
a. High risk
- Memberikan intervesi dengan mengisi Formulir Asuhan Gizi
- Merujuk pada ahli gizi, tim support gizi, atau konsultan
- Monitor setiap perencanaan intervensi yang dilakukan
b. Medium risk
- Monitoring intake gizi selama 3 hari
- Mengurangi screening setelah 3 hari
- Memperbaiki perencanaan intervensi sesuai dengan kebutuhan
c. Low risk
- Melanjutkan intervensii linik dan gizi secara rutin
- Mengulangi screening setiap minggu ketika pasien anakberada pada
rawat rumah sakit
- Memperbaiki perencanaan intervensi sesuai dengan kebutuhan
3
6. Catat semua form skrining gizi pada pasien anak
2. Skrining gizi pada pasien dewasa (14-65)
1. Langkah MUST adalah sebagai berikut:
Pengukuran alternatif:
1) Jika tinggi badan tidak dapat diukur, gunakan pengukuran panjang lengan
bawah (ulna) untuk memperkirakan tinggi badan dengan menggunakan
tabel dibawah ini. Pengukuran dimulai dari siku (olekranon) hingga titik
tengah prosesus stiloideus (penonjolan tukang di pergelangan tangan),
jika memungkinkan, gunakanlah tangan kiri. Untuk memperkirakan IMT,
dapat menggunakan pengukuran lingkar lengan atas (LLA)
a) Lengan bawah sisi kiri pasien harus ditekuk 90 terhadap siku, dengan
lengan atas paralel di sisi tubuh. Ukur jarak antara tonjolan tulang
bahu (akromion) dengan siku (olekranon). Tandai titik ditengahnya.
b) Perintahkan pasien untuk merelaksasikan lengan atasnya, ukur lingkar
lengan atas di titik tengah, pastikan pita pengukur tidak terlalu
menempel terlalu ketat
2) Langkah 2 : adanya efek/pengaruh akut dari penyakit yang diderita
pasien, dan berikan skor (rentang antara 0-2). Sebagai contoh, jika pasien
sedang mengalami penyakit akut dan sangat sedikit/tidak terdapat asupan
makanan > 5 hari, diberikan skor 2.
3) Langkah 3 : tambahkan skor yang diperoleh dari langkah 1, 2 dan 3 untuk
menilai adanya resiko malnutrisi.
a) Skor 0 = resiko rendah
b) Skor 1 = resiko sedang
c) Skor ≥ 2 = resiko tinggi
4) Langkah 5: gunakan panduan tatalaksana untuk merencanakan strategi
keperawatan berikut ini:
a) Resiko rendah
Perawatn rutin: ulangi skrining pada pasien di rumah sakit (tiap
minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum
dengan usia > 75 (tiap tahun).
b) Resiko sedang Observasi

4
Catat asupan makanan selama 3 hari. Jika asupan adekuat,
ulangi skrining: pasien di rumah sakit (tiap minggu), pada pasien
rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum (tiap 2-3 bulan). Jika
tidak adekuat, rencanakan strategi untuk perbaikan dan peningkatan
asupan nutrisi, pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi
secara teratur.
c) Resiko tinggi tatalaksana: rujuk ke ahli gizi
Perbaiki dan tingkatkan asupan nutrisi. Pantau dan kaji ulang
program pemberian nutrisi: pada pasien di rumah sakit (tiap
minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum
(tiap bulan).
2. Untuk semua kategori
a. Atasi penyakit yang mendasaridan berikan saran terhadap jenis
makanan
b. Catat kategori risiko malnutrisi
c. Catat kebutuhan akan diet khususnya
Catat pada form skrining gizi pada pasien dewasa

D. TATA LAKSANA
Pasien yang berisiko masalah gizi dilakukan pengkajian gizi lebih lanjut dengan
mengisi formulir asuhan gizi. Berikut langkah asesmen gizi:
1. Menuliskan data diri pasien
2. Melakukan asesmen gizi berupa:
a. Antopometri
Engukur berat badan dan tinggi badan, atau LILA kemudian simpulkan status
gizinnya
b. Biokimia
Mencatat hasil pemeriksaan laboratorium trkait gizi dari rekam medis dan
menyimpulkannya sesuai cut off yang digunakan, dan menvantumkan tanggal
pemeriksaann lab
c. Fisik dan klinis

5
Mencatat hasil pemeriksaan fisik maupun klinis terkait gizi dan rekaam medis
dan menyimpulkan hasilnya
d. Dietary atau riwayat gizi dahulu dan sekarang
Melakukan wawancara singkat mengenai kebiasaan makan pasien sebelum
masuk rumah sakit berupa:
- Berapa kali makan dalam sehari
- Makanan pokok yang biasa di konsumsi dan porsinya
- Lauk hewanni yang sering di konsumsi dan cara pengolahannya
- Lauk nabati yang sering di konsumsi dan cara pengolahannya
- Sayuran yang sering di konsumsi dan cara pengolahannya
- Kebiasaan mengonsumsi buah yang sering di konsumsi
- Kebiasaan minum dan poersinya
- Kebiasaan jajan atau ngemil serta aktivitas atau kebiasaan olahraga
e. Menyimpulkan riwayat gizi dahulu
3. Membuat diagnose gizi pasien terkait masalah yang ditemukan
4. Menghitung kebutuhan energy untuk anak dewasa

E. DOKUMENTASI
Skrining gizi dalam rekam medis pasien didokumentasikan dalam RM

F. PENUTUP
Panduan skrining gizi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Fatimah Kraksaan disusun
untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan proses skrining gizi yang ada di Rumah Sakit
Ibu dan Anak Fatimah Kraksaan, sehingga seragam dan efektif dalam pengkajian
terhadap pasien yang dirawat di Rumah Sakit Ibu dan Anak Fatimah.
Panduan skrining gizi ini merupakan panduan bagi seluruh staf Rumah Sakit Ibu
dan Anak Fatimah Kraksaan, oleh karena itu pelaksanaan di lapangan dapat
dikembangkan sesuai kebutuhan masing-masing pasien di rumah sakit.

Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Fatimah


Fatimah kraksaan

6
dr. Farida Kharisma Shinta
NIK: 01.01.2013

Anda mungkin juga menyukai