Anda di halaman 1dari 15

MODUL

PELATIHAN PENGUKURAN ANTROPOMETRI


BAGI KADER DI POSYANDU WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GANTAR KABUPATEN INDRAMAYU

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
PURWOKERTO
2019
MODUL 1
PELATIHAN PADA KADER POSYANDU

Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesahatan bersumberdaya masyarakat


yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembanguan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi (Permendagri, 2011).
Kader posyandu merupakan anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki
waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela. Beberapa kendala yang
menyebabkan kegiatan posyandu kurang optimal antara lain sering terjadinya drop out kader,
tingkat kejenuhan kader, sulit regenerasi kader, adanya peran ganda kader, serta kurangnya
pemahaman dan ketrampilan kader dalam 5 langkah di Posyandu. Untuk mengatasi hal tersebut
salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan peningkatan kapasitas kader melalui
kegiatan pelatihan/penyegaran kader yang bertujuan untuk menambah pengetahuan dan
ketrampilan kader (Kemenkes, 2014).
Pelatihan merupakan suatu pendidikan jangka pendek dengan menggunakan metode
dan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehingga peserta belajar pengetahuan tehnik
pengerjaan dan keahlian sesuai tujuan tertentu. Pelatihan kader dapat dilaksanakan dengan
berbagai metode diantaranya metode BBM (Belajar Berdasarkan Masalah) maupun metode
konvensional. Penggunaan metode BBM dapat meningkatkan pengetahuan kader dan juga
mempertahankan pengetahuan lebih lama dibandingkan dengan metode konvensional. Selain
itu metode BBM dapat meningkatkan ketrampilan kader sedangkan metode konvensional tidak
meningkatkan ketrampilan kader Posyandu (Sukiarko, 2007).
Pelatihan dengan menggunakan metode BBM adalah suatu metode pembelajaran
dimana peserta sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses
pencarian informasi yang bersifat student-centered learning. Pembelajaran student-centered
learning memfokuskan pada kebutuhan-kebutuhan peserta sehingga berdampak pada
perancangan isi pembelajaran dan aktivitas dalam pembelajaran. Metode BBM merupakan ciri
pembelajaran orang dewasa. Kader posyandu sebagai orang dewasa diharapkan dapat lebih
terpacu untuk mengaktifkan pengetahuan yang dimiliki, mengolah dan mengorganisasikannya,
sehingga pengetahuannya dapat disimpan dan sulit dilupakan (Sukiarko, 2007).
Pelatihanbertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader Posyandu
agar timbul rasa percaya diri untuk dapat melaksanakan tugas dalam melayani masyarakat.
Pengetahuandiperoleh dari hasil pengindraan baik melalui penglihatan, pendengaran,
penciumanmaupun raba. Sedangkan keterampilan adalah kemampuan melaksanakaan
tugas/pekerjaan dengan menggunakan anggota badan dan peralatan kerja yang tersedia hasil
dari latihan yang berulang (Notoatmodjo, 2007).
Faktor yang menjadi penyebab adanya hubungan tingkat pengetahuan dengan
keterampilan kader adalah jika tingkat pengetahuan kader posyandu semakin baik maka
diharapkan kader dapat menerapkan pengetahuan tersebut dengan lebih baik sehingga
ketrampilan dalam melakukan pengukuran antropometri pada balita akan semakin meningkat.
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara pengetahuan kader terhadap presisi dan
akurasi pengukuran berat badan oleh kader posyandu (Hardiyanti et al, 2018).
Ketrampilan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah merupakan kecakapan
untuk menyelesaikan tugas. Seorang kader diharapkan mempunyai kecakapan dalam
menjalankan tugasnya pada saat dilaksanakan Posyandu. Pemberian pelatihan antropometri
diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan kader dalam melakukan pengukuran
antropometri pada anak balita pada saat pelaksanaan Posyandu. Penelitian menunjukan adanya
peningkatan ketrampilan kader setelah diberikan pelatihan sebesar 56,8% (Handarsari, 2015).
MODUL 2
PENGERTIAN ANTROPOMETRI

A. Definisi Antropometri
Antropometri berasal dari “anthro” yang memiliki arti manusia dan “metri” yang
memiliki arti ukuran. Antropometri adalah sebuah studi tentang pengukuran tubuh dimensi
manusia dari tulang, otot dan jaringan adiposa atau lemak (Survey, 2009). Menurut
(Wignjosoebroto, 2008), antropometri adalah studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi
tubuh manusia. Bidang antropometri meliputi berbagai ukuran tubuh manusia seperti berat
badan, posisi ketika berdiri, ketika merentangkan tangan, lingkar tubuh, panjang tungkai, dan
sebagainya.

B. Pentingnya Antropometri
Manusia memiliki berbagai ukuran tubuh manusia yang berbeda antara manusia yang
satu dengan lainnya, seperti berat badan (kurus, sedang, dan berat), ukuran tinggi tubuh ketika
posisi berdiri (kecil, sedang, dan tinggi), lingkar tubuh (kecil, sedang, dan besar) serta posisi
ketika merentangkan tangan, panjang tungkai, dan sebagainya. Antropometri berguna untuk
mengetahui ketidakseimbangan protein dan energi kronis di masyarakat.

C. Keunggulan Antropometri
Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah:
1. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas, mikrotoa,
dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah.
2. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif
3. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesional, juga oleh tenaga
lain setelah dilatih untuk itu.
4. Biaya relatif murah
5. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas.
6. Secara alamiah diakui kebenarannya.

D. Kelemahan Antropometri
1. Tidak sensitif
2. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi)
3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempungaruhi presisi, akurasi, dan
validitas pengukuran antropometri gizi.
E. Potensi Kesalahan Pengukuran
Faktor-faktor penyebab kesalahan pengukuran menurut Gibson (2005), terdapat tiga
sumber utama kesalahan yang signifikan dalam pengukuran antropometri yaitu :
1. Kesalahan yang bersumber dari pengukur. Kesalahan yang bersumber dari pengukur
yaitu pengukur tidak konsisten dalam membaca hasil pengukuran.
2. Kesalahan yang bersumber dari subjek yang diukur. Kesalahan yang bersumber dari
subjek umumnya dikarenakan subjek tidak bisa tenang ketika diukur sehingga
menyulitkan pembacaan hasil.
3. Bias instrumen. Kesalahan instrument atau instrumen tidak dikalibrasi akan
mempengaruhi konsistensi instrument dalam mengukur subjek.

Kesalahan dalam pengukuran terjadi juga disebabkan oleh berbagai penyebab


diantaranya menurut Supariasa (2017) :
1. Pada waktu melakukan pengukuran tinggi badan tanpa memperhatikan possisi anak
yang diukur, misalnya kepala, punggung, pinggul dan tumit harus menempel pada
dinding, tidak menggunakan sepatu atau alas kaki.
2. Pada waktu penimbangan berat badan, dacin belum di titik nol, dacin belum seimbang
dan dacin tidak berdiri tegak lurus.
3. Kesalahan pada peralatan atau alat tidak ditera.
4. Kesalahan yang disebabkan oleh tenaga pengukur.

Kesalahan pengukuran dalam antropometri tidak dapat dihindari tetapi dapat


diminimalisasi dengan memperhatikan setiap aspek penting dalam proses pengumpulan
data.Metode pengumpulan data yang sesuai standar, pelatihan dan pemantauan pengumpulan
data, kalibrasi instrumen secara berkala serta penilaian berkala terhadap reliabilitas pengukuran
antropometri dapat meminimalkan kesalahan dalam pengukuran (Nagy et al., 2008)
MODUL 3
METODE ANTROPOMETRI

Antropometri merupakan metode penilaian status gizi yang meliputi pengukuran


dimensi fisik dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis
ukuran tubuh antara lain : berat badan, panjang/tinggi badan, dan lingkar kepala, lingkar lengan
atas dan tebal lemak bawah kulit. Berdasarkan Permenkes No. 66 Tahun 2014 pemantauan
pertumbuhan pada anak 0-72 bulan meliputi : berat badan, panjang badan/tinggi badan dan
lingkar kepala. Hasil pengukuran antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang merupakan
keterkaitan antar variabel. Variabel tersebut antara lain :
a. Umur
Umur merupakan faktor yang penting dalam penilaian status gizi. Pada pengukuran
antropometri anak, hasil pengukuran dinyatakan dalam indeks yang tergantung pada umur
misal BB/U, PB/U, TB/U, BMI/U dan lain-lain. Kesalahan dalam menentukan umur balita
dapat mengakibatkan kesalahan dalam interpretasi datanya. WHO telah merekomendasikan
untuk menggunakan umur penuh pada perhitungan umur balita. Umur penuh ialah sisa hari
dari hasil perhitungan tidak diambil/diperhitungkan, misalnya hasil perhitungan adalah 1
tahun 2 bulan 13 hari, maka umur balita tersebut menjadi 1 tahun 2 bulan (13 hari tidak
diperhitungkan)(Depkes, 2011).

b. Berat badan
Untuk menimbang anak, gunakan timbangan dengan ciri-ciri berikut:
• Kuat dan tahan lama
• Mempunyai presisi sampai 0,1 kg (100 gram)
• Sudah dikalibrasi
• Tidak menggunakan timbangan pegas untuk anak berumur lebih dari 6 bulan
• Dapat menimbang sampai 150 kg

Jelaskan pada ibu alasan untuk menimbang anak, sebagai contoh, untuk
memantaupertumbuhan anak, menilai proses penyembuhan, atau melihat reaksi anak
terhadapperubahan pengasuhan dan pemberian makanan.

Gunakan pakaian seminimal mungkin. Jelaskan, hal ini perlu dilakukan untuk
mendapatkanhasil timbangan yang akurat. Penggunaan popok basah, atau sepatu dan jeans,
dapatmenambah berat bayi, sehingga bayi harus ditimbang tanpa pakaian (sebelum dan
sesudahditimbang selimuti bayi agar tetap hangat). Untuk anak yang berumur lebih dari 6
bulan, saatditimbang dengan menggunakan pakaian seminimal mungkin.

Jika terlalu dingin untuk menanggalkan pakaian, atau anak menolak untuk
ditanggalkanpakaiannya, catat dalam Buku GPA bahwa anak ditimbang menggunakan
pakaian. Hindarianak menjadi takut/jengkel, sehingga akan mudah juga mengukur
panjang/tinggi badan anak.

Teknik penimbangan yang tidak sesuai dengan prosedur yang benar dapat menjadi sumber
kesalahan pengukuran. Langkah-langkah tersebut dikenal dengan sembilan langkah
penimbangan yaitu :
1. Gantungkan dacin pada penyangga kaki tiga atau dahan pohon yang kuat agar tidak
mudah patah.
2. Memeriksa dacin apakah sudah tergantung kuat
3. Sebelum digunakan, letakkan bandul geser di angka 0 (nol)
4. Pasang sarung timbangan
5. Seimbangkan dacin yang sudah dipasang sarung dengan memasukkan pasir di ujung
batang timbangan
6. Anak ditimbang kemudian seimbangkan sampai jarum timbang tegak lurus
7. Tentukan berat badan anak dengan membaca angka di ujung bandul.
8. Mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas
9. Geser dan kembalikan bandul pada titik 0 (nol) dan anak turunkan.
c. Panjang badan
Pengukuran panjang badan pada bayi dan balita yang belum bisa berdiri dengan
menggunakan alat pengukur panjang bayi :
1. Alat pengukur diletakkan di atas meja atau tempat yang datar.
2. Lepaskan pakaian apa pun yang mengganggu untuk mendapatkan pengukuran yang tepat
seperti sepatu, pakaian tebal dan aksesoris lain sebelum mengukur anak.
3. Bayi ditidurkan lurus di dalam alat pengukur, kepala letakan hati-hati sampai
menyinggung bagian atas alat pengukur.
4. Bagian alat pengukur sebelah bawah kaki digeser sehingga tepat menyinggung telapak
kaki bayi dan skala pada sisi alat pengukur dapat dibaca.
5. Baca pengukuran hingga 0,1 cm dan ulangi pengukuran dua kali atau hingga dua
pengukuran sesuai dalam 0,2 cm
6. Catat rata-rata dari dua pengukuran terdekat.

Posisi balita Posisi tangan asisten


dan pengukur pengukur (memegang telinga)
dan posisi kepala

Posisi pengukur yang benar Posisi kaki yang benar:


(mata tegak lurus ke telapak kaki menempel tegak lurus
jendela baca alat pengukur) pada papan penggeser
d. Tinggi badan
Persiapan menggunakan Microtoise
• Letakkan microtoise di lantai yang rata dan menempel pada dinding yang rata dantegak
lurus
• Tarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka pada jendela baca menunjukanangka
nol
• Paku/tempelkan ujung pita meteran pada dinding
• Geser kepala microtoise ke atas

Posisi microtoise setelah ditarik Posisi microtoise


Posisi microtoise di lantai
sampai menunjukkan angka nol yang siap pakai

Langkah-langkah dalam melakukan pengukuran tinggi badan dengan menggunakan


mikrotoa (microtoise) yaitu :
1. Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus dan datar setinggi 2
m, angka 0 (nol) pada lantai yang datar dan rata.
2. Lepaskan sepatu atau sendal.
3. Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna, kaki lurus, tumit, pantat, punggung
dan kepala bagian belakang harus nempel pada dinding dan muka menghadap lurus
dengan pandangan ke depan.
4. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus menempel
pada dinding.
5. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa. Angka
tersebut menunjukan tinggi anak yang diukur.
Anak berumur kurang dari 2 tahun, pengukuran dilakukan dengan telentang, sedangkan anak
berusia 2 tahun atau lebih dan anak sudah mampu berdiri, pengukuran dilakukan dengan
berdiri tegak. Koreksi hasil pengukuran diperlukan apabila pengukuran tidak dilakukan
dengan cara yang sesuai untuk kelompok umur. Koreksi hasil penimbangan dilakukan
dengan :
 Jika seorang anak berumur kurang dari 2 tahun diukur tingginya (berdiri) maka
ditambahkan 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi panjang badan.
 Jika seorang anak berumur 2 tahun atau lebih diukur panjangnya (terlentang) maka
dikurangi 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi tinggi badan.
MODUL 4
PERAWATAN PERALATAN PENGUKURAN

Perawatan yang baik untuk timbangan dan alat ukur panjang/tinggi badan sangatpenting
agar hasil pengukuran dapat akurat. Peralatan pengukuran harus dijaga dalamkeadaan bersih
dan disimpan ruangan, terlindungi dari kelembaban dan basah.
Ketelitian dari peralatan harus periksa pada saat membeli. Setelah itu, periksatimbangan
dan papan ukur setiap minggu, misalnya, setiap Senin atau Sabtu.

Memeriksa timbangan:
 Siapkan beban dengan berat 2 kg, 5 kg dan 10 kg
 Pastikan timbangan pada angka nol, beri beban 2 kg, dan angka yang tertera padatimbangan
harus 2 kg. Lakukan hal yang sama dengan menggunakan beban yanglebih berat.
 Bila hasil tidak akurat, maka timbangan perlu dikalibrasi.

Memeriksa papan panjang/tinggi badan:


 Ketika memasang papan ukur, ukur tongkat yang sudah diketahui panjangnya (50 cmdan
100 cm) untuk memeriksa alat ukur telah dirakit dengan tepat.
 Periksa bahwa sambungan dalam keadaan kuat dan lurus. Jika tidak, pererat atauluruskan.
Ukur kembali dengan tongkat tersebut di atas, jika hasilnya tidak akurat alatperlu
dikalibrasi.
 Periksa bahwa pita ukur dapat dibaca. Jika kotor atau sulit untuk dibaca, maka harusdiganti.
LATIHAN A
Menentukan umur anak dan mencatat pada buku KIA/KMS

Dalam latihan ini Saudara akan berlatih menghitung umur beberapa anak denganmenggunakan
rumus. Setelah itu, Saudara akan memilih grafik pertumbuhan anak yangsesuai.
Jawab pertanyaan pada setiap kasus di bawah:
1. Pada tanggal 30 Juni 2018, Nyonya Ismail membawa putranya Edi ke Posyanduuntuk
ditimbang. Edi dilahirkan tanggal 12 September 2014.
Berapa umur Edi pada kunjungan tersebut?

Setelah Edi ditimbang dan diukur panjang badannya, kader diminta untuk menuliskan hasil
pada KMS yang disediakan !

2. Pada tanggal 19 Januari 2019, Dian anak perempuan mendatangi Puskesmas


untukpemeriksaan kesehatan. Neneknya mengatakan bahwa KMS Dian hilang tetapi
akanberulang tahun pertama pada tanggal 1 Mei.
Tanggal berapakah Dian lahir?

Berapakah umur Dian saat kunjungan tersebut?

Setelah menimbang dan mengukur panjang badan, kader diminta menuliskan dalam KMS
yang sudah disediakan!

3. Pada tanggal 20 Maret 2018, seorang bayi laki-laki bernama Tri dibawa ke Puskesmasuntuk
imunisasi. Catatan kelahirannya menyebutkan Tri dilahirkan pada tanggal 26
Mei2017.Berapakah umur Tri pada kunjungan tersebut?
Setelah menimbang berat badan dan mengukur panjang/tinggi badan, kader diminta
menuliskan pada KMS yang baru!

LATIHAN B
Lanjutan Studi Kasus – Emilia dan Eko

Dalam latihan ini, kita akan mulai menggunakan buku KIA/KMS untuk kasus anak
perempuanbernama Emilia dan anak laki-laki bernama Eko. Saudara akan mengikuti
pertumbuhan keduaanak tersebut. Untuk itu, setiap peserta diberikan 1 (satu) Buku KIA/KMS
untuk anak perempuandan 1 (satu) Buku KIA/KMS untuk anak laki-laki.

Baca informasi dari masing-masing anak tersebut dan ikuti instruksi yang diberikan.
Emilia
Emilia dilahirkan pada tanggal 7 Februari 2018. Dia lahir cukup bulan (38
minggukehamilan). Sesuai dengan catatan kelahirannya, berat lahirnya 2,9 kg dan panjangnya
49 cm.Lingkar kepalanya tidak diukur.
Orang tua Emilia, Nasir dan Titis, tinggal di Jl. Anggrek 1 No.50 Larangan Ciledug,
Jaksel.Emilia anak pertama. Dia diberi ASI, tetapi telah diberi air sejak umur 3 minggu. Tidak
adakejadian penting yang dapat mengganggu pertumbuhan anak.Emilia mengunjungi
Posyandu pada tanggal 25 Maret 2019. Tujuan kunjungannya untukmendapatkan imunisasi.

Instruksi:
1. Lengkapi data pribadi Emilia pada Buku KIA/KMS.
2. Pada lembar catatan kunjungan, catat tanggal lahir Emilia. Pada baris pertama, catattanggal
kunjungan dan umur saat kunjungan.
Eko
Eko dibawa ibunya Ny. Beni tanggal 15 Agustus 2018 untuk pemeriksaan kesehatan.
MenurutNy. Beni sudah waktunya Eko mendapatkan imunisasi lanjutan. Seingat Ny. Beni, Eko
sudahmendapat imunisasi yang seharusnya diberikan sampai umur 6 bulan.
Kemudian petugas kesehatan bertanya pada Ny. Beni tentang kelahiran Eko. Ny.
Benibercerita bahwa Eko lahir pada tanggal 10 Juli 2017. Dia lahir tunggal, dengan berat 3,5
kg.Dia tidak ingat panjang atau lingkar kepalanya.
Ibu Beni sakit saat melahirkan Eko dan Eko diberi susu formula oleh perawat selama 3
hari dirumah sakit. Setelah meninggalkan rumah sakit ibu menyusui Eko, tetapi dihentikan
setelah 3bulan.
Eko adalah anak kedua Ny. Beni. Eko tinggal bersama ibunya di Jl. Bentengan No. 29
SunterJaya, Jakarta Utara. Anak pertama Ny. Beni lahir dari bapak yang berbeda dan saat ini
anaktersebut tinggal bersama ayahnya. Tuan dan Ny. Beni telah berpisah sejak kelahiran
Eko,tetapi Eko menghabiskan akhir pekan dengan ayahnya. Ny. Beni tidak menduga
bahwaperpisahan ini akan menimbulkan trauma untuk Eko.

Instruksi:
1. Lengkapi data pribadi Eko pada Buku KIA/KMS.
2. Pada lembar catatan kunjungan, catat tanggal lahir Eko. Pada baris pertama, catattanggal
kunjungan dan umur pada saat kunjungan dan alasan kunjungan.
LATIHAN C
Mengukur Tinggi Badan

Baca pita ukur di bawah dan catat hasil pengukuran paling dekat dengan 0,1 cm.
1. Gambar ini menunjukkan bagian dari pita ukur microtoise anak umur 3 tahun yang
diukurtingginya. Catat tinggi anak : _______________

2. Gambar ini menunjukan bagian dari pita ukur seorang bayi berumur 11 bulan yang
sedangdiukur panjang badannya. Catat hasilnya: _______________

3. Gambar ini menunjukkan bagian dari pita ukur seorang anak berumur 2 tahun yang
diukurpanjang badannya. Panjangnya diukur, tetapi tingginya yang harus dicatat.
Berapapanjangnya?__________ Berapa Tingginya yang harus dicatat?__________

Anda mungkin juga menyukai