Anda di halaman 1dari 29

INDIKATOR SURVEILANS GIZI

Astidio Noviardhi, SP, M.Kes (Epid)


Pengertian Indikator Surveilans
Gizi
Sesuatu yg dpt memberi indikasi tentang keadaan.

Contoh: “binatang liar sudah banyak memasuki


pemukiman penduduk” memberikan indikasi bahwa
sudah terjadi kelangkaan makanan di hutan.
Contoh lain “banyak penduduk menggadaikan
barang miliknya” memberikan indikasi sudah terjadi
masalah penurunan pendptan (mungkin akibat kegagalan
proses produksi pertanian?).
Syarat--Syarat Indikator

Mudah diukur.

Jelas.

Akurat dan Relevan.

Sensitif.

Tepat waktu.
Mudah Diukur

Mudah diukur secara kuantitatif maupun secara


kualitatif. Contoh:
Indikator status gizi berdasarkan antropometri (BB dan
TB mudah diukur)
Indikator kerawanan pangan berdasarkan keadaan
banyaknya binatang liar yg turun ke pemukiman
penduduk, atau banyaknya penduduk yg menggadaikan
barang miliknya, mudah diukur dan mudah diamati.
Jelas
Jelas utk dipahami dan dpt secara langsung
mengukur keadaan.
Contoh: Indikator Tidak Naik Berat Badan (T), jika
terjadi 2 kali (2T), menggambarkan kondisi tidak sehat.
Indikator T mudah dipahami dan jelas kuantitatifnya.

Akurat & Relevan


Akurat dan relevan dgn yg ingin diukur.
Indikator konsumsi pangan akurat utk keadaan rawan
pangan. Keadaan rawan pangan relevan sbg indikator
keadaan gizi masyarakat.
Sensitif

Sensitif : mampu memberikan indikasi terjadinya


perubahan setiap saat.
Contoh: perubahan prevalensi balita kurus merupakan
indikator dari kerawanan pangan.
Indikator status gizi berdasarkan antropometri memiliki
sensitivitas tinggi karena pertumbuhan seorang anak
merupakan gambaran dari akibat keseimbangan antara
kebutuhan dan asupan zat gizi.
Tepat Waktu

Tepat waktu: Indikator harus tepat waktu sesuai dgn


tujuan pengamatan.

Contoh: Untuk tujuan peringatan dini, indikator harus dpt


dikumpulkan secara cepat dan tepat waktu sehingga dpt
dilakukan tindakan cepat.
Indikator LILA bumil dpt digunakan utk mengetahui
masalah gizi bumil yg akan berdampak thdp kelahiran
bayi BBLR dan potensi pendek.
Kelompok Indikator Surveilans
Gizi
Tepat waktu: Indikator harus tepat waktu sesuai dgn
tujuan pengamatan.

Contoh: Untuk tujuan peringatan dini, indikator harus dpt


dikumpulkan secara cepat dan tepat waktu sehingga dpt
dilakukan tindakan cepat.
Indikator LILA bumil dpt digunakan utk mengetahui
masalah gizi bumil yg akan berdampak thdp kelahiran
bayi BBLR dan potensi pendek.
Kelompok Indikator

Indikator Input*************************

Indikator Proses

Indikator Output

Indikator Outcome
Indikator Input

1) Rasio Puskesmas yg mempunyai tenaga gizi thdp total


Puskesmas  perlu data jumlah Puskesmas yg memiliki
tenaga gizi dan jumlah seluruh Puskesmas.
2) Jumlah buku pedoman yg terdpt di Puskesmas.
3) Rasio buku Pegangan Kader thdp jumlah kader aktif di
wilayah kerja Puskesmas.
4) Jumlah alat penyuluhan gizi yg masih dipergunakan.
5) Jumlah dan jenis formulir pencatatan/pelaporan gizi.
6) Rasio timbangan & alat ukur tinggi/panjang badan yg ada
thdp Posyandu yg ada.
Indikator Input

7) Jumlah pita Lingkar Lengang Atas (LiLA) yg digunakan.


8) Rasio KMS/ Buku KIA thdp jumlah balita yg ada.
9) Jumlah dana utk pelaksanaan kegiatan program gizi
10) Rasio vitamin A balita dan ibu nifas yg telah didistribusikan
thdp balita & ibu nifas yg ada.
11) Jumlah stok vitamin A balita dan ibu nifas.
12) Jumlah TTD yg telah didistribusikan dan persediaan.
13) Jumlah MP-ASI balita yg telah didistribusikan dan persediaan.
14) Jumlah taburia yg telah didistribusikan dan persediaan.
Indikator Proses
1) Frekuensi kegiatan pelatihan
2) Frekuensi kegiatan analisis, pelaporan dan
diseminasi
3) Frekuensi pemantauan garam beriodium
4) Frekuensi pemantauan pertumbuhan di Posyandu
5) Frekuensi pem*****************************antauan
kohort ibu dan bayi
6) Frekuensi kegiatan edukasi gizi di masyarakat
7) Frekuensi konseling menyusui, MP-ASI
8) Frekuensi kegiatan distribusi vitamin A utk balita dan
ibu nifas, TTD ibu hamil, MP-ASI, dan taburia pada
Indikator Output
1) Data distribusi Vitamin A
2) Data konsumsi garam beriodium
3) Data distribusi taburia pada balita
4) Data ibu hamil yg memperoleh TTD
5) Data hasil penimbangan balita di Posyandu.
6) Data cakupan pemberian MP-ASI balita
7) Data balita gizi buruk yg ditangani
8) Data balita gizi kurang yg mendptkan PMT
9) Data jumlah kader Posyandu yg ada dan yg memperoleh
pelatihan penyegaran
10) Data Puskesmas yg memiliki konselor menyusui
11) Data cakupan bayi yg mendptkan ASI eksklusif
Indikator Outcome
1) Prevalensi balita gizi kurang
2) Prevalensi balita pendek
3) Prevalensi balita kurus
4) Prevalensi anemia ibu hamil, wanita usia subur, dan
balita
5) Prevalensi pendek pada anak baru masuk sekolah
6) Prevalensi masalah GAKI
7) Prevalensi Kurang Vitamin A
Tingkatan Indikator

Tingkatan indikator : satuan indikator dari setiap


parameter yg akan memberikan petunjuk thdp
kejelasan indikator.

Tingkatan Indikator dpt dikelompokkan:


Tingkat Individu
Tingkat Masyarakat
Tingkat Individu
1) Bayi lahir dgn PB < 48 cm tergolong pendek.
2) Balita BB 2T ada indikasi gangguan pertumbuhan.
3) Balita dgn BB/TB <-2 SD ada indikasi kekurangan gizi
akut (kurus).
4) Anak usia 5-18 tahun dgn IMT pada Z-score ≥ 2 SD
tergolong kegemukan.
5) Anak dgn TB/U <-2 SD ada indikasi pendek atau
mengalami masalah gizi kronis.
6) Anak usia 6 bln – 5 thn dgn kadar Hb < 11 g/dL ada
indikasi anemia gizi.
Tingkat Individu

7) Anak 6–11 thn dgn Hb<11,5 g/dL indikasi anemia gizi.


8) Anak 12–13 thn dgn Hb<12 g/dL indikasi anemia gizi.
9) Dewasa dgn IMT >25 indikasi kegemukan.
10)Dewasa dgn IMT <18,5 indikasi kekurangan gizi akut.
11) WUS dgn Lila <23,5 cm : Kurang Energi Kronis.
12)Tingkat konsumsi gizi individu.
Tingkat Masyarakat

1) Angka D/S sbg indikasi tingkat partisipasi masyarakat


pada pemantauan pertumbuhan di Posyandu.
2) Prevalensi masalah gizi balita sbg indikasi besaran
masalah gizi di masyarakat.
3) Prevalensi anemia balita sbg indikasi masalah
defisiensi zat besi di wilayah tsb.
4) Prevalensi defisit konsumsi energi rumah tangga sbg
indikasi besaran masalah konsumsi makanan
penduduk.
Tingkat Masyarakat

5) Perubahan pola konsumsi makanan mengindikasikan


ada/ tidaknya masalah asupan gizi penduduk.
6) Kejadian wabah (outbreak) penyakit infeksi
mengindikasikan akan terjadinya masalah gizi akut.
7) Cakupan rumah tangga yg menggunakan garam
beriodium mengindikasikan potensi sebaran masalah
GAKI.
Karakteristik Indikator

Terdpt tiga karakteristik indikator yaitu:


Parameter
Cut-off Point (Ambang Batas)
Trigger Level
Parameter

Parameter merupakan suatu propertis yg nilainya dpt


digunakan utk menentukan karakteristik indikator. Contoh
parameter : pemilikan barang berharga, pemilikan
kendaraan bermotor, tipe rumah, pendptan, tingkat
pendidikan, berat badan, tinggi badan, umur.

Gabungan dari parameter disebut indeks, misalnya tinggi


badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut umur
(BB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
Cut-off Point

Cut-off point adalah nilai ambang batas yang digunakan


utk menetapkan status (misalnya status gizi) dari hasil
pemeriksaan. Cut-off point lebih banyak digunakan utk
menentukan status gizi individu.

Cut-off point utk masalah gizi pada balita (gizi kurang,


pendek, kurus) adalah -2 SD.
Cut-off Point

Bila seorang balita memiliki Z-score IMT/U <-2 SD, balita


tsb ditetapkan bermasalah gizi akut (kurus). Bila nilai Z-
score ≥ -2 SD, balita tsb tidak menderita kurang gizi akut
(tidak kurus).
Cut-off point utk status anemia ibu hamil yaitu kadar
hemoglobin (Hb) 11 g/dL. Bila <11 g/dL bumil tsb
ditetapkan menderita anemia, dan bila ≥11 g/dL bumil
tergolong tidak anemia.
Trigger Level

Trigger level adalah nilai batas yang biasanya digunakan


utk menyatakan suatu keadaan di masyarakat sudah
harus segera melakukan upaya pencegahan dan atau
penanggulangan.

Penetapan trigger level dapat bervariasi antar


wilayah, biasanya dikaitkan dengan potensi
daerah, serta sumber daya yang tersedia.
Contoh Trigger Level

Trigger level utk indikator proporsi Luas Tanam thdp Luas


Lahan Produktif (LT/LLP) sebesar 70%.
Bila LT/LLP < 70% harus segera dilakukan tindakan utk
mencegah terjadinya keadaan yang lebih buruk.
Trigger level utk D/S sebesar 70%.
Bila D/S <70% harus segera dilakukan tindakan, misal:
mengkaji penyebabnya dan melakukan penyuluhan ttg
pentingnya pemantauan pertumbuhan, utk meningkatkan
kembali partisipasi masyarakat dalam kegiatan tsb.
Sumber Data Surveilans Gizi

Sumber data untuk surveilans gizi mencakup:


1) Laporan pengelola program perbaikan gizi
masyarakat, baik yang rutin (bulanan, tahunan) atau
yang tidak rutin.
2) Laporan hasil survei.
3) Survei-survei khusus yang dilakukan, baik yang
bersifat confirmatory survey maupun yang ditujukan
untuk memahami lebih dalam karakteristik kejadian
masalah gizi di suatu wilayah.
Laporan Pengelola Program
1. Laporan pemantauan pertumbuhan balita.
2. Laporan kasus balita gizi buruk.
3. Laporan distribusi vitamin A pada balita
4. Laporan distribusi TTD Ibu hamil.
5. Laporan cakupan ASI eksklusif
6. Data jumlah kader aktif di Posyandu
7. Laporan sarana Posyandu .
8. Laporan penyelenggaraan pelatihan atau pelatihan ulang
kader Posyandu
9. Laporan kejadian penyakit menular dan tidak menular
10. Laporan surveilans penyakit
11. Laporan KLB dan keadaan darurat
12. Laporan lintas sektor terkait.
Laporan Hasil Survei

1) Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)


2) Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes)
3) Survei Pemantatuan Status Gizi (PSG)
4) Survei Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG)
5) Bulan penimbangan balita
6) Survei Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
7) Survei pemantauan kadar iodium dalam garam
8) Survei masalah Kurang Vitamin A
9) Survei masalah anemia gizi
10)Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
***************************************************
****************************************************

29

Anda mungkin juga menyukai