0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
266 tayangan29 halaman
Indikator Surveilans Gizi memberikan informasi tentang pengertian dan syarat-syarat indikator surveilans gizi yang mudah diukur, jelas, akurat, relevan, sensitif dan tepat waktu. Dokumen ini juga menjelaskan kelompok indikator input, proses, output dan outcome serta karakteristik indikator seperti parameter, cut-off point dan trigger level. Sumber data untuk surveilans gizi berasal dari laporan pengelola program dan hasil survei.
Indikator Surveilans Gizi memberikan informasi tentang pengertian dan syarat-syarat indikator surveilans gizi yang mudah diukur, jelas, akurat, relevan, sensitif dan tepat waktu. Dokumen ini juga menjelaskan kelompok indikator input, proses, output dan outcome serta karakteristik indikator seperti parameter, cut-off point dan trigger level. Sumber data untuk surveilans gizi berasal dari laporan pengelola program dan hasil survei.
Indikator Surveilans Gizi memberikan informasi tentang pengertian dan syarat-syarat indikator surveilans gizi yang mudah diukur, jelas, akurat, relevan, sensitif dan tepat waktu. Dokumen ini juga menjelaskan kelompok indikator input, proses, output dan outcome serta karakteristik indikator seperti parameter, cut-off point dan trigger level. Sumber data untuk surveilans gizi berasal dari laporan pengelola program dan hasil survei.
Pengertian Indikator Surveilans Gizi Sesuatu yg dpt memberi indikasi tentang keadaan.
Contoh: “binatang liar sudah banyak memasuki
pemukiman penduduk” memberikan indikasi bahwa sudah terjadi kelangkaan makanan di hutan. Contoh lain “banyak penduduk menggadaikan barang miliknya” memberikan indikasi sudah terjadi masalah penurunan pendptan (mungkin akibat kegagalan proses produksi pertanian?). Syarat--Syarat Indikator
Mudah diukur.
Jelas.
Akurat dan Relevan.
Sensitif.
Tepat waktu. Mudah Diukur
Mudah diukur secara kuantitatif maupun secara
kualitatif. Contoh: Indikator status gizi berdasarkan antropometri (BB dan TB mudah diukur) Indikator kerawanan pangan berdasarkan keadaan banyaknya binatang liar yg turun ke pemukiman penduduk, atau banyaknya penduduk yg menggadaikan barang miliknya, mudah diukur dan mudah diamati. Jelas Jelas utk dipahami dan dpt secara langsung mengukur keadaan. Contoh: Indikator Tidak Naik Berat Badan (T), jika terjadi 2 kali (2T), menggambarkan kondisi tidak sehat. Indikator T mudah dipahami dan jelas kuantitatifnya.
Akurat & Relevan
Akurat dan relevan dgn yg ingin diukur. Indikator konsumsi pangan akurat utk keadaan rawan pangan. Keadaan rawan pangan relevan sbg indikator keadaan gizi masyarakat. Sensitif
Sensitif : mampu memberikan indikasi terjadinya
perubahan setiap saat. Contoh: perubahan prevalensi balita kurus merupakan indikator dari kerawanan pangan. Indikator status gizi berdasarkan antropometri memiliki sensitivitas tinggi karena pertumbuhan seorang anak merupakan gambaran dari akibat keseimbangan antara kebutuhan dan asupan zat gizi. Tepat Waktu
Tepat waktu: Indikator harus tepat waktu sesuai dgn
tujuan pengamatan.
Contoh: Untuk tujuan peringatan dini, indikator harus dpt
dikumpulkan secara cepat dan tepat waktu sehingga dpt dilakukan tindakan cepat. Indikator LILA bumil dpt digunakan utk mengetahui masalah gizi bumil yg akan berdampak thdp kelahiran bayi BBLR dan potensi pendek. Kelompok Indikator Surveilans Gizi Tepat waktu: Indikator harus tepat waktu sesuai dgn tujuan pengamatan.
Contoh: Untuk tujuan peringatan dini, indikator harus dpt
dikumpulkan secara cepat dan tepat waktu sehingga dpt dilakukan tindakan cepat. Indikator LILA bumil dpt digunakan utk mengetahui masalah gizi bumil yg akan berdampak thdp kelahiran bayi BBLR dan potensi pendek. Kelompok Indikator
Indikator Input*************************
Indikator Proses
Indikator Output
Indikator Outcome Indikator Input
1) Rasio Puskesmas yg mempunyai tenaga gizi thdp total
Puskesmas perlu data jumlah Puskesmas yg memiliki tenaga gizi dan jumlah seluruh Puskesmas. 2) Jumlah buku pedoman yg terdpt di Puskesmas. 3) Rasio buku Pegangan Kader thdp jumlah kader aktif di wilayah kerja Puskesmas. 4) Jumlah alat penyuluhan gizi yg masih dipergunakan. 5) Jumlah dan jenis formulir pencatatan/pelaporan gizi. 6) Rasio timbangan & alat ukur tinggi/panjang badan yg ada thdp Posyandu yg ada. Indikator Input
7) Jumlah pita Lingkar Lengang Atas (LiLA) yg digunakan.
8) Rasio KMS/ Buku KIA thdp jumlah balita yg ada. 9) Jumlah dana utk pelaksanaan kegiatan program gizi 10) Rasio vitamin A balita dan ibu nifas yg telah didistribusikan thdp balita & ibu nifas yg ada. 11) Jumlah stok vitamin A balita dan ibu nifas. 12) Jumlah TTD yg telah didistribusikan dan persediaan. 13) Jumlah MP-ASI balita yg telah didistribusikan dan persediaan. 14) Jumlah taburia yg telah didistribusikan dan persediaan. Indikator Proses 1) Frekuensi kegiatan pelatihan 2) Frekuensi kegiatan analisis, pelaporan dan diseminasi 3) Frekuensi pemantauan garam beriodium 4) Frekuensi pemantauan pertumbuhan di Posyandu 5) Frekuensi pem*****************************antauan kohort ibu dan bayi 6) Frekuensi kegiatan edukasi gizi di masyarakat 7) Frekuensi konseling menyusui, MP-ASI 8) Frekuensi kegiatan distribusi vitamin A utk balita dan ibu nifas, TTD ibu hamil, MP-ASI, dan taburia pada Indikator Output 1) Data distribusi Vitamin A 2) Data konsumsi garam beriodium 3) Data distribusi taburia pada balita 4) Data ibu hamil yg memperoleh TTD 5) Data hasil penimbangan balita di Posyandu. 6) Data cakupan pemberian MP-ASI balita 7) Data balita gizi buruk yg ditangani 8) Data balita gizi kurang yg mendptkan PMT 9) Data jumlah kader Posyandu yg ada dan yg memperoleh pelatihan penyegaran 10) Data Puskesmas yg memiliki konselor menyusui 11) Data cakupan bayi yg mendptkan ASI eksklusif Indikator Outcome 1) Prevalensi balita gizi kurang 2) Prevalensi balita pendek 3) Prevalensi balita kurus 4) Prevalensi anemia ibu hamil, wanita usia subur, dan balita 5) Prevalensi pendek pada anak baru masuk sekolah 6) Prevalensi masalah GAKI 7) Prevalensi Kurang Vitamin A Tingkatan Indikator
Tingkatan indikator : satuan indikator dari setiap
parameter yg akan memberikan petunjuk thdp kejelasan indikator.
Tingkatan Indikator dpt dikelompokkan:
Tingkat Individu Tingkat Masyarakat Tingkat Individu 1) Bayi lahir dgn PB < 48 cm tergolong pendek. 2) Balita BB 2T ada indikasi gangguan pertumbuhan. 3) Balita dgn BB/TB <-2 SD ada indikasi kekurangan gizi akut (kurus). 4) Anak usia 5-18 tahun dgn IMT pada Z-score ≥ 2 SD tergolong kegemukan. 5) Anak dgn TB/U <-2 SD ada indikasi pendek atau mengalami masalah gizi kronis. 6) Anak usia 6 bln – 5 thn dgn kadar Hb < 11 g/dL ada indikasi anemia gizi. Tingkat Individu
7) Anak 6–11 thn dgn Hb<11,5 g/dL indikasi anemia gizi.
8) Anak 12–13 thn dgn Hb<12 g/dL indikasi anemia gizi. 9) Dewasa dgn IMT >25 indikasi kegemukan. 10)Dewasa dgn IMT <18,5 indikasi kekurangan gizi akut. 11) WUS dgn Lila <23,5 cm : Kurang Energi Kronis. 12)Tingkat konsumsi gizi individu. Tingkat Masyarakat
1) Angka D/S sbg indikasi tingkat partisipasi masyarakat
pada pemantauan pertumbuhan di Posyandu. 2) Prevalensi masalah gizi balita sbg indikasi besaran masalah gizi di masyarakat. 3) Prevalensi anemia balita sbg indikasi masalah defisiensi zat besi di wilayah tsb. 4) Prevalensi defisit konsumsi energi rumah tangga sbg indikasi besaran masalah konsumsi makanan penduduk. Tingkat Masyarakat
5) Perubahan pola konsumsi makanan mengindikasikan
ada/ tidaknya masalah asupan gizi penduduk. 6) Kejadian wabah (outbreak) penyakit infeksi mengindikasikan akan terjadinya masalah gizi akut. 7) Cakupan rumah tangga yg menggunakan garam beriodium mengindikasikan potensi sebaran masalah GAKI. Karakteristik Indikator
Terdpt tiga karakteristik indikator yaitu:
Parameter Cut-off Point (Ambang Batas) Trigger Level Parameter
Parameter merupakan suatu propertis yg nilainya dpt
digunakan utk menentukan karakteristik indikator. Contoh parameter : pemilikan barang berharga, pemilikan kendaraan bermotor, tipe rumah, pendptan, tingkat pendidikan, berat badan, tinggi badan, umur.
Gabungan dari parameter disebut indeks, misalnya tinggi
badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut umur (BB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Cut-off Point
Cut-off point adalah nilai ambang batas yang digunakan
utk menetapkan status (misalnya status gizi) dari hasil pemeriksaan. Cut-off point lebih banyak digunakan utk menentukan status gizi individu.
Cut-off point utk masalah gizi pada balita (gizi kurang,
pendek, kurus) adalah -2 SD. Cut-off Point
Bila seorang balita memiliki Z-score IMT/U <-2 SD, balita
tsb ditetapkan bermasalah gizi akut (kurus). Bila nilai Z- score ≥ -2 SD, balita tsb tidak menderita kurang gizi akut (tidak kurus). Cut-off point utk status anemia ibu hamil yaitu kadar hemoglobin (Hb) 11 g/dL. Bila <11 g/dL bumil tsb ditetapkan menderita anemia, dan bila ≥11 g/dL bumil tergolong tidak anemia. Trigger Level
Trigger level adalah nilai batas yang biasanya digunakan
utk menyatakan suatu keadaan di masyarakat sudah harus segera melakukan upaya pencegahan dan atau penanggulangan.
Penetapan trigger level dapat bervariasi antar
wilayah, biasanya dikaitkan dengan potensi daerah, serta sumber daya yang tersedia. Contoh Trigger Level
Trigger level utk indikator proporsi Luas Tanam thdp Luas
Lahan Produktif (LT/LLP) sebesar 70%. Bila LT/LLP < 70% harus segera dilakukan tindakan utk mencegah terjadinya keadaan yang lebih buruk. Trigger level utk D/S sebesar 70%. Bila D/S <70% harus segera dilakukan tindakan, misal: mengkaji penyebabnya dan melakukan penyuluhan ttg pentingnya pemantauan pertumbuhan, utk meningkatkan kembali partisipasi masyarakat dalam kegiatan tsb. Sumber Data Surveilans Gizi
Sumber data untuk surveilans gizi mencakup:
1) Laporan pengelola program perbaikan gizi masyarakat, baik yang rutin (bulanan, tahunan) atau yang tidak rutin. 2) Laporan hasil survei. 3) Survei-survei khusus yang dilakukan, baik yang bersifat confirmatory survey maupun yang ditujukan untuk memahami lebih dalam karakteristik kejadian masalah gizi di suatu wilayah. Laporan Pengelola Program 1. Laporan pemantauan pertumbuhan balita. 2. Laporan kasus balita gizi buruk. 3. Laporan distribusi vitamin A pada balita 4. Laporan distribusi TTD Ibu hamil. 5. Laporan cakupan ASI eksklusif 6. Data jumlah kader aktif di Posyandu 7. Laporan sarana Posyandu . 8. Laporan penyelenggaraan pelatihan atau pelatihan ulang kader Posyandu 9. Laporan kejadian penyakit menular dan tidak menular 10. Laporan surveilans penyakit 11. Laporan KLB dan keadaan darurat 12. Laporan lintas sektor terkait. Laporan Hasil Survei
1) Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2) Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) 3) Survei Pemantatuan Status Gizi (PSG) 4) Survei Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) 5) Bulan penimbangan balita 6) Survei Gangguan Akibat Kekurangan Iodium 7) Survei pemantauan kadar iodium dalam garam 8) Survei masalah Kurang Vitamin A 9) Survei masalah anemia gizi 10)Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) *************************************************** ****************************************************