Anda di halaman 1dari 45

MATERI INTI 01

KOMPILASI DAN TABULASI DATA

Direktorat Bina Gizi


Kementerian Kesehatan RI
Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu melakukan
kompilasi dan tabulasi data surveilans gizi.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian indikator surveilans gizi
2. Menyebutkan syarat-syarat indikator
3. Mengelompokkan indikator
4. Menjelaskan tingkatan indikator
5. Menjelaskan karakteristik indikator
6. Mengidentifikasi sumber-sumber data surveilans gizi.
7. Melakukan kompilasi dan tabulasi data
Pokok Bahasan:
1. Pengertian indikator surveilans gizi
2. Syarat-syarat indikator
3. Pengelompokkan indikator
4. Tingkatan indikator
5. Karakteristik indikator
6. Sumber-sumber data surveilans gizi
7. Kompilasi dan tabulasi data
Pokok Bahasan 1
Pengertian Indikator Surveilans Gizi
Pengertian Indikator Surveilans Gizi

Sesuatu yang dapat memberi indikasi tentang keadaan.

Contoh: “binatang liar sudah banyak memasuki pemukiman


penduduk” memberikan indikasi bahwa sudah terjadi kelangkaan
makanan di hutan.
Contoh lain “banyak penduduk menggadaikan barang miliknya”
memberikan indikasi sudah terjadi masalah penurunan pendptan
(mungkin akibat kegagalan proses produksi pertanian?).
Pokok Bahasan 2
Syarat-syarat Indikator
-
Syarat -Syarat Indikator

Mudah diukur

Jelas

Akurat dan Relevan

Sensitif

Tepat waktu
Mudah Diukur

Mudah diukur secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Contoh:

Indikator status gizi berdasarkan antropometri (BB dan TB mudah


diukur)

Indikator kerawanan pangan berdasarkan keadaan banyaknya


binatang liar yg turun ke pemukiman penduduk, atau banyaknya
penduduk yg menggadaikan barang miliknya, mudah diukur dan
mudah diamati.
Jelas
Jelas untuk dipahami dan dapat secara langsung mengukur
keadaan.
Contoh: Indikator Tidak Naik Berat Badan (T), jika terjadi 2 kali
(2T), menggambarkan kondisi tidak sehat. Indikator T mudah
dipahami dan jelas kuantitatifnya.

Akurat & Relevan


Akurat dan relevan dengan yang ingin diukur.
Indikator konsumsi pangan akurat utk keadaan rawan pangan.
Keadaan rawan pangan relevan sebagai indikator keadaan gizi
masyarakat.
Sensitif

Sensitif : mampu memberikan indikasi terjadinya perubahan


setiap saat.

Contoh: perubahan prevalensi balita kurus merupakan indikator


dari kerawanan pangan.
Indikator status gizi berdasarkan antropometri memiliki
sensitivitas tinggi karena pertumbuhan seorang anak merupakan
gambaran dari akibat keseimbangan antara kebutuhan dan
asupan zat gizi.
Tepat Waktu

Tepat waktu:
Indikator harus tepat waktu sesuai dengan tujuan pengamatan.

Contoh:
Untuk tujuan peringatan dini, indikator harus dapat dikumpulkan
secara cepat dan tepat waktu sehingga dpt dilakukan tindakan
cepat.
Indikator LiLA bumil dpt digunakan utk mengetahui masalah gizi
bumil yg akan berdampak thdp kelahiran bayi BBLR dan potensi
pendek.
Pokok Bahasan 3
Pengelompokan Indikator
Kelompok Indikator

Indikator Input

Indikator Proses

Indikator Output

Indikator Outcome
Indikator Input

1) Rasio Puskesmas yg mempunyai tenaga gizi thdp total


Puskesmas  perlu data jumlah Puskesmas yg memiliki
tenaga gizi dan jumlah seluruh Puskesmas.
2) Jumlah buku pedoman yg terdpt di Puskesmas.
3) Rasio buku Pegangan Kader thdp jumlah kader aktif di
wilayah kerja Puskesmas.
4) Jumlah alat penyuluhan gizi yg masih dipergunakan.
5) Jumlah dan jenis formulir pencatatan/pelaporan gizi.
6) Rasio timbangan & alat ukur tinggi/panjang badan yg ada
thdp Posyandu yg ada.
Indikator Input (lanjutan)

7) Jumlah pita Lingkar Lengang Atas (LiLA) yg digunakan.


8) Rasio KMS/ Buku KIA thdp jumlah balita yg ada.
9) Jumlah dana utk pelaksanaan kegiatan program gizi
10) Rasio vitamin A balita dan ibu nifas yg telah didistribusikan
thdp balita & ibu nifas yg ada.
11) Jumlah stok vitamin A balita dan ibu nifas.
12) Jumlah TTD yg telah didistribusikan dan persediaan.
13) Jumlah MP-ASI balita yg telah didistribusikan dan persediaan.
14) Jumlah taburia yg telah didistribusikan dan persediaan.
Indikator Proses
1) Frekuensi kegiatan pelatihan
2) Frekuensi kegiatan analisis, pelaporan dan diseminasi
3) Frekuensi pemantauan garam beriodium
4) Frekuensi pemantauan pertumbuhan di Posyandu
5) Frekuensi pemantauan kohort ibu dan bayi
6) Frekuensi kegiatan edukasi gizi di masyarakat
7) Frekuensi konseling menyusui, MP-ASI
8) Frekuensi kegiatan distribusi vitamin A utk balita dan ibu nifas,
TTD ibu hamil, MP-ASI, dan taburia pada balita
Indikator Output
1) Data distribusi Vitamin A
2) Data konsumsi garam beriodium
3) Data distribusi taburia pada balita
4) Data ibu hamil yg memperoleh TTD
5) Data hasil penimbangan balita di Posyandu.
6) Data cakupan pemberian MP-ASI balita
7) Data balita gizi buruk yg ditangani
8) Data balita gizi kurang yg mendptkan PMT
9) Data jumlah kader Posyandu yg ada dan yg memperoleh
pelatihan penyegaran
10) Data Puskesmas yg memiliki konselor menyusui
11) Data cakupan bayi yg mendptkan ASI eksklusif
Indikator Outcome

1) Prevalensi balita gizi kurang


2) Prevalensi balita pendek
3) Prevalensi balita kurus
4) Prevalensi anemia ibu hamil, wanita usia subur, dan balita
5) Prevalensi pendek pada anak baru masuk sekolah
6) Prevalensi masalah GAKI
7) Prevalensi Kurang Vitamin A
Pokok Bahasan 4
Tingkatan Indikator
Tingkatan Indikator

Tingkatan indikator :
Satuan indikator dari setiap parameter yang akan memberikan
petunjuk terhadap kejelasan indikator.

Tingkatan Indikator dapat dikelompokkan:


Tingkat Individu
Tingkat Masyarakat
Tingkat Individu

1) Bayi lahir dgn PB < 48 cm tergolong pendek.


2) Balita BB 2T ada indikasi gangguan pertumbuhan.
3) Balita dgn BB/TB <-2 SD ada indikasi kekurangan gizi akut
(kurus).
4) Anak usia 5-18 tahun dgn IMT pada Z-score ≥ 2 SD
tergolong kegemukan.
5) Anak dgn TB/U <-2 SD ada indikasi pendek atau mengalami
masalah gizi kronis.
6) Anak usia 6 bln – 5 thn dgn kadar Hb < 11 g/dL ada indikasi
anemia gizi.
Tingkat Individu (lanjutan)

7) Anak 6–11 thn dgn Hb<11,5 g/dL indikasi anemia gizi.


8) Anak 12–13 thn dgn Hb<12 g/dL indikasi anemia gizi.
9) Dewasa dgn IMT >25 indikasi kegemukan.
10) Dewasa dgn IMT <18,5 indikasi kekurangan gizi akut.
11) WUS dgn Lila <23,5 cm: Kurang Energi Kronis
12) Tingkat konsumsi gizi individu.
Tingkat Masyarakat

1) Angka D/S sbg indikasi tingkat partisipasi masyarakat pada


pemantauan pertumbuhan di Posyandu.
2) Prevalensi masalah gizi balita sbg indikasi besaran masalah
gizi di masyarakat.
3) Prevalensi anemia balita sbg indikasi masalah defisiensi zat
besi di wilayah tsb.
4) Prevalensi defisit konsumsi energi rumah tangga sbg indikasi
besaran masalah konsumsi makanan penduduk.
Tingkat Masyarakat (lanjutan)

5) Perubahan pola konsumsi makanan mengindikasikan ada/


tidaknya masalah asupan gizi penduduk.
6) Kejadian wabah (outbreak) penyakit infeksi
mengindikasikan akan terjadinya masalah gizi akut.
7) Cakupan rumah tangga yg menggunakan garam beriodium
mengindikasikan potensi sebaran masalah GAKI.
Pokok Bahasan 5
Karakteristik Indikator
Karakteristik Indikator

Terdapat tiga karakteristik indikator yaitu:


Parameter
Cut-off Point (Ambang Batas)
Trigger Level
Parameter

Parameter merupakan suatu propertis yg nilainya dapat


digunakan utk menentukan karakteristik indikator.
Contoh parameter: pemilikan barang berharga, pemilikan
kendaraan bermotor, tipe rumah, pendapatan, tingkat pendidikan,
berat badan, tinggi badan, umur.

Indeks :
Gabungan dari parameter disebut indeks, misalnya tinggi badan
menurut umur (TB/U), berat badan menurut umur (BB/U), dan
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
Cut-off Point

Cut-off point adalah nilai ambang batas yang digunakan untuk


menetapkan status (misalnya status gizi) dari hasil pemeriksaan.
Cut-off point lebih banyak digunakan utk menentukan status gizi
individu.

Cut-off point untuk masalah gizi pada balita (gizi kurang, pendek,
kurus) adalah -2 SD.
Cut-off Point (lanjutan)

Bila seorang balita memiliki Z-score IMT/U <-2 SD, balita tsb
ditetapkan bermasalah gizi akut (kurus). Bila nilai Z-score ≥ -2 SD,
balita tsb tidak menderita kurang gizi akut (tidak kurus).

Cut-off point untuk status anemia ibu hamil yaitu kadar hemoglobin
(Hb) 11 g/dL.
Bila <11 g/dL bumil tsb ditetapkan menderita anemia, dan bila ≥11
g/dL bumil tergolong tidak anemia.
Trigger Level

Trigger level adalah nilai batas yang biasanya digunakan utk


menyatakan suatu keadaan di masyarakat sudah harus segera
melakukan upaya pencegahan dan atau penanggulangan.

Penetapan trigger level dapat bervariasi antar wilayah,


biasanya dikaitkan dengan potensi daerah, serta sumber daya
yang tersedia.
Contoh Trigger Level

Trigger level untuk indikator proporsi Luas Tanam terhadap Luas


Lahan Produktif (LT/LLP) sebesar 70%.
Bila LT/LLP < 70% harus segera dilakukan tindakan untuk
mencegah terjadinya keadaan yang lebih buruk.

Trigger level untuk D/S sebesar 70%.


Bila D/S <70% harus segera dilakukan tindakan, misal: mengkaji
penyebabnya dan melakukan penyuluhan tentang pentingnya
pemantauan pertumbuhan, untuk meningkatkan kembali
partisipasi masyarakat dalam kegiatan tsb.
Pokok Bahasan 6
Sumber-sumber Data Surveilans Gizi
Sumber Data Surveilans Gizi

Sumber data untuk surveilans gizi mencakup:

1) Laporan pengelola program perbaikan gizi masyarakat, baik


yang rutin (bulanan, tahunan) atau yang tidak rutin.
2) Laporan hasil survei.
3) Survei-survei khusus yang dilakukan, baik yang bersifat
confirmatory survey maupun yang ditujukan untuk
memahami lebih dalam karakteristik kejadian masalah gizi
di suatu wilayah.
Laporan Pengelola Program
1. Laporan pemantauan pertumbuhan balita.
2. Laporan kasus balita gizi buruk.
3. Laporan distribusi vitamin A pada balita
4. Laporan distribusi TTD Ibu hamil.
5. Laporan cakupan ASI eksklusif
6. Data jumlah kader aktif di Posyandu
7. Laporan sarana Posyandu .
8. Laporan penyelenggaraan pelatihan atau pelatihan ulang
kader Posyandu
9. Laporan kejadian penyakit menular dan tidak menular
10. Laporan surveilans penyakit
11. Laporan KLB dan keadaan darurat
12. Laporan lintas sektor terkait.
Laporan Hasil Survei

1) Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)


2) Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes)
3) Survei Pemantatuan Status Gizi (PSG)
4) Survei Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG)
5) Bulan penimbangan balita
6) Survei Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
7) Survei pemantauan kadar iodium dalam garam
8) Survei masalah Kurang Vitamin A
9) Survei masalah anemia gizi
10) Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
Pokok Bahasan 7
Kompilasi dan Tabulasi Data
Kompilasi data:
Proses pengumpulan data yg
disusun secara teratur sesuai dgn
tujuan surveilans gizi.

Tabulasi data:
Langkah-langkah memasukkan data
berdasarkan hasil kompilasi data dari
lapangan sesuai dgn lajur yg telah tersedia
utk keperluan surveilans gizi.
Hasil tabulasi data: dpt disajikan dalam
bentuk tabel atau daftar utk
memudahkan pengamatan dan
evaluasi.

Kompilasi & tabulasi data dpt dilakukan


setelah memahami pengertian indikator
dan sumber data surveilans gizi.
Terima Kasih

39
Petunjuk Praktek Kompilasi dan Tabulasi Data

• Menyiapkan bahan : formulir tabulasi dan formulir grafik.


• Menyiapkan data untuk bahan praktek, antara lain:
Data penimbangan bulanan Posyandu
Data balita gizi buruk yang ditemukan.
Data pemberian ASI eksklusif setiap 6 bulan
Data distribusi kapsul Vit A tiap 6 bulan
Data cakupan garam beriodium tiap 6 bulan
Petunjuk Praktek Kompilasi dan Tabulasi Data
(lanjutan)

• Peserta bekerja berkelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 orang.


• Setiap kelompok harus ada laptop dgn Software MS-Excel.
• Membuat jadwal : kapan mulai dan selesai praktek.
• Kerjakan 2 indikator wajib (N/D & D/S) dan 1 indikator pilihan.
• Masing-masing kelompok menyajikan hasil praktek.
• Setelah penyajian kelompok dilakukan klarifikasi, tanggapan
dan pendapat.
• Rangkuman hasil praktek.
DATA KINERJA BULAN JANUARI 2014

No Puskesmas S K D D’ N T 2T BGM

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 TEMON I 965 965 734 554 274 280 179 17
2 TEMON II 924 924 732 614 330 284 88 6
3 WATES 3,171 3,171 2,330 2,159 1,253 906 1,010 10
4 PANJATAN I 1,380 1,380 1,111 882 612 270 43 11
5 PANJATAN II 1,030 1,030 842 766 522 244 25 9
6 GALUR II 586 586 500 455 245 210 105 7
7 GALUR I 1,419 1,419 1,253 1,113 531 582 185 9
8 LENDAH I 1,126 1,126 800 759 474 285 33 11
9 LENDAH II 1,482 1,482 1,165 1,004 547 457 144 8
10 SENTOLO I 1,793 1,793 1,254 949 474 475 191 8
11 SENTOLO II 1,473 1,473 1,115 1,031 875 156 30 16

42
KOMPILASI DATA KINERJA BULAN JANUARI 2014

Jan Feb
No Nama Puskesmas
S 0-59 K 0-59 D 0-59 N BGM S 0-59 K 0-59 D 0-59 N BGM
1 BATUDA PANTAI 942 942 679 380 17 981 942 795 493 17
2 BILUHU 701   490 319 6 701 701 501 326 2
3 BATUDAA 1.310 1310 996 438 10 1.253 1310 903 452 7
4 BONGOMEME 1.104 1104 817 466 11 1.238 1104 801 505 14
5 MOLOPATODU 1.431   1.001 641 9 1.456 1431 1.012 648 9
6 TABONGO 1.492 1492 861 517 7 1.497   895 591 6
7 TIBAWA 2.018 2018 1.302 690 9 2.008 2018 1.508 829 11
8 BUHU 1.347 1347 427 179 11 1.233 1233 424 204 8
9 PONGONGAILA 1.629 1629 1.023 604 8 1.599 1629 1.103 684 5
10 SIDOMULYO 1.424   1.124 776 8 1.448 1448 1.166 770 10
11 BILATO 926 926 556 395 16 926 926 561 393 16
12 MOOTILANGO 1.481 1481 1.183 698 7 1.485 1485 1.186 688 6
13 SUKAMAKMUR 1.960 1960 1.474 1.002 16 1.831   1.279 831 17
14 BULULI 1.189 1189 875 613 7 1.176 1189 856 651 10
TABULASI DATA
JAN FEB
No PUSKESMAS
K/S D/S N/D N/D1 BGM/D K/S D/S N/D N/D1 BGM/D

1 BATUDA PANTAI                    
2 BILUHU                    
3 BATUDAA                    
4 BONGOMEME                    
5 MOLOPATODU                    
6 TABONGO                    
7 TIBAWA                    
8 BUHU                    
9 PONGONGAILA                    
10 SIDOMULYO                    
11 BILATO                    
Format Grafik D/S
No PUSKESMAS JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP

1 BATUDA PANTAI                  
2 BILUHU                  
3 BATUDAA                  
4 BONGOMEME                  
5 MOLOPATODU                  
6 TABONGO                  
7 TIBAWA                  
8 BUHU                  
9 PONGONGAILA                  
10 SIDOMULYO                  
11 BILATO                  

Anda mungkin juga menyukai