Anda di halaman 1dari 6

Al-Quran Sebagai Obat Penyakit Lahir dan

Bathin
Penulis Abi Abdul Jabbar 11 October 2018

MADANINEWS.ID, JAKARTA – Salah satu nama Alquran adalah asy-Syifa yang berarti obat
penyembuh. Hal ini seperti diutarakan As-Sa’di dalam kitabnya, Taisir al-Karim ar-Rahman fi
Tafsir Kalam al-Manan,bahwa Alquran adalah penyembuh bagi semua penyakit hati. Baik
berupa syahwat yang menghalangi manusia untuk taat kepada syariat atau syubhat yang
mengotori iman.

Dalam surat al-Isra’ ayat 82, Allah Swt berfirman:

َ‫شفَاء َو َر ْح َمةٌ لِّ ْل ُمْؤ ِمنِين‬


ِ ‫َونُنَ ِّز ُل ِمنَ ا ْلقُ ْرآ ِن َما ُه َو‬

“dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi obat penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman”.

Para ulama berbeda pendapat mengenai maksud dari kata “syifa’ / obat” dalam ayat tersebut.

Pendapat pertama mengartikan obat dalam ayat tersebut sebagai obat yang berkenaan dengan
penyakit hati, menghilangkan tirai kebodohan dan menghapus keraguan akan kebesaran tanda-
tanda kekuasaan-Nya.

Pendapat kedua, al-Qur’an sebagai obat penawar penyakit lahir seperti sakit kepala, infeksi dan
lain sebagainya.

Berikut ini beberapa argumen yang menguatkan pendapat kedua.

Pertama, hadits-hadits Nabi tentang berobat dengan ayat al-Qur’an

Terdapat sejumlah hadis yang menjelaskan ihwal berobatnya Rasulullah dengan menggunakan
ayat al-Qur’an. Di antaranya hadis riwayat at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Nasai, bahwa mula-
mula Rasulullah melindungi diri dari segala penyakit dan serangan musuh dengan bacaan
ta’awwudz dan beberapa kalimat dzikir. Namun setelah turunnya surat al-Falaq dan al-Nas,
beliau mencukupkan dengan kedua surat tersebut dan meninggalkan selainnya. Sahabat Abu
Sa’id al-Khudri pernah menyembuhkan seseorang yang terkena sengatan ular dengan bacaan
ayat “Alhamdu lillahi Rabbil ‘alamin” sebanyak tujuh kali.

Kedua, berdasarkan kaidah ushuliyyah

Kaidah yang populer di kalangan pakar ushul fiqh mengatakan:

‫س فَ َح ْملُهُ َعلَى الثَّانِ ْي َأ ْر َج ُح‬ ِ ‫احتَ َم َل التَّْأ ِك ْي َد َأ ِو التَّْأ‬


َ ‫س ْي‬ ْ ‫اِنَّ ا ْلكَاَل َم اِ َذا‬
“Pembicaraan apabila memungkinkan mengarah kepada pengukuhan (substansi yang sudah
pernah disampaikan) atau mendasari (substansi baru yang belum pernah tersampaikan), maka
mengarahkannya kepada yang kedua adalah lebih unggul”.

Dalam konteks ini, mengarahkan QS al-Isra’ ayat 82 kepada obat penyakit lahir lebih utama
sebagai informasi baru yang belum pernah disampaikan sebelumnya. Hal ini lebih baik
ketimbang mengarahkannya kepada pemahaman al-Qur’an sebagai obat penyakit batin yang
sudah banyak dijelaskan ayat-ayat lain.

Ketiga, berdasaran kaidah nahwiyyah

Dalam ayat di atas, kata “syifa’; obat” dan “rahmat” dirangkai jadi satu dengan penghubung
huruf ‘athaf yakni “wawu (yang secara literal merupakan kata sambung yang bermakna “dan”).
Rahmat yang dimaksud dalam ayat mencakup obat dari segala penyakit hati. Dalam kaidah ilmu
nahwu, penggabungan satu kata dengan yang lain  dengan penghubung huruf athaf wawu
menunjukan perbedaan makna kedua kata tersebut. Bila kata “rahmat” diartikan obat penyakit
batin, seharusnya kata “syifa’, obat” diartikan sebagai obat penyakit lahir, agar keduanya
menunjukan arti yang berbeda sebagai pengamalan dari kaidah nahwu di atas.

Keempat, berdasarkan kaidah Manthiqiyyah-silogisme

Berdasarkan fakta yang berulang kali teruji kebenarannya dari sejak masa Rasulullah, Sahabat,
Tabi’in hingga kurun setelahnya,menunjukan bahwa al-Qur’an dapat mengobati penyakit
racun,gila, luka dan penyakit lahir lainnya. Dalam disiplin ilmu manthiq dikatakan:

“Sesungguhnya beberapa eksperimen yang telah teruji kebenarannya termasuk jenis


berita/proporsi yang berfaidah yakin”.

Ibnul Qayyim dalam kitabnya, Zad al-Ma’ad, menjelaskan, Alquran adalah penyembuh yang
sempurna dari seluruh penyakit hati dan jasmani, demikian pula penyakit dunia dan akhirat.
Tidak setiap orang diberi keahlian dan taufik untuk menjadikannya sebagai obat. Jika seorang
yang sakit konsisten berobat dengannya dan meletakkan pada sakitnya dengan penuh kejujuran
dan keimanan, penerimaan yang sempurna, keyakinan yang kukuh, dan menyempurnakan
syaratnya, niscaya penyakit apa pun tidak akan mampu menghadapinya.

Kepada sahabat yang sakit, Nabi kerap kali berpesan, Bagi kalian ada obat penyembuh, yakni
madu dan Alquran. (HR Ibnu Majah dan al-Hakim). Sebagai asy-Syifa, orang beriman diimbau
banyak membaca Alquran, karena ia adalah obat penyembuh
PENTINGNYA PENYEMBUHAN DENGAN AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH Oleh Al-
Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas ‫ حفظه هللا‬Tidak diragukan lagi bahwa penyembuhan dengan
Al-Qur’an dan dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa
ruqyah[1], merupakan penyembuhan yang bermanfaat sekaligus penawar yang sempurna. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman. ‫“ قُلْ هُ َو لِلَّ ِذينَ آ َمنُوا هُدًى َو ِشفَا ٌء‬Katakanlah ; Al-Qur’an itu adalah
petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman” [Fushshilat/41:44] ‫َونُنَ ِّز ُل ِمنَ ْالقُرْ آ ِن َما هُ َو ِشفَا ٌء‬
َ‫“ َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمنِين‬Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman” [Al-Israa/17:82] Pengertian “dari Al-Qur’an”, pada ayat di atas
adalah Al-Qur’an itu sendiri. Karena Al-Qur’an secara keseluruhan adalah penyembuh,
sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas.[2] Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. ‫يَا َأيُّهَا‬
َ‫ُور َوهُدًى َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمنِين‬
ِ ‫“ النَّاسُ قَ ْد َجا َء ْت ُك ْم َموْ ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ُك ْم َو ِشفَا ٌء لِ َما فِي الصُّ د‬Hai sekalian manusia,
sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Rabb kalian, dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman” [Yunus/10:57] Dengan demikian, Al-Qur’an merupakan penyembuh yang sempurna di
antara seluruh obat hati dan juga obat fisik, sekaligus sebagai obat bagi seluruh penyakit dunia
dan akhirat. Tidak setiap orang mampu dan mempunyai kemampuan untuk melakukan
penyembuhan dengan Al-Qur’an. Jika pengobatan dan penyembuhan itu dilakukan secara baik
terhadap penyakit, dengan didasari kepercayaan dan keimanan, penerimaan yang penuh,
keyakinan yang pasti, terpenuhi syarat-syaratnya, maka tidak ada satu penyakit pun yang mampu
melawan Al-Qur’an untuk selamanya. Bagaimana mungkin penyakit-penyakit itu akan
menentang dan melawan firman-firman Rabb bumi dan langit yang jika (firman-firman itu) turun
ke gunung, maka ia akan memporak-porandakan gunung-gunung tersebut, atau jika turun ke
bumi, niscaya ia akan membelahnya. Oleh karena itu, tidak ada satu penyakit hati dan juga
penyakit fisik pun melainkan di dalam Al-Qur’an terdapat jalan penyembuhannya, sebab
kesembuhan, serta pencegahan terhadapnya bagi orang yang dikaruniai pemahaman oleh Allah
terhadap Kitab-Nya. Dan Allah Azza wa Jalla (Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung) telah
menyebutkan di dalam Al-Qur’an beberapa penyakit hati dan fisik, juga disertai penyebutan
penyembuhan hati dan juga fisik. Adapun penyakit-penyakit hati terdiri dari dua macam, yaitu :
penyakit syubhat (kesamaran) atau ragu, dan penyakit syahwat atau hawa nafsu. Allah yang
Mahasuci telah menyebutkan beberapa penyakit hati secara terperinci yang disertai dengan
beberapa sebab, sekaligus cara penyembuhan penyakit-penyakit tersebut.[3] Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman. َ‫َاب يُ ْتلَ ٰى َعلَ ْي ِه ْم ۚ ِإ َّن فِي ٰ َذلِكَ لَ َرحْ َمةً َو ِذ ْك َر ٰى لِقَوْ ٍم يُْؤ ِمنُون‬ َ ‫ك ْال ِكت‬
َ ‫“ َأ َولَ ْم يَ ْكفِ ِه ْم َأنَّا َأ ْن َز ْلنَا َعلَ ْي‬Dan
apakah tidak cukup bagi mereka, bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-
Qur’an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya di dalam Al-Qur’an itu terdapat
rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman” [Al-Ankabuut/29:51] Al-
Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengemukakan. “Barangsiapa yang tidak dapat
disembuhkan oleh Al-Qur’an, berarti Allah tidak memberikan kesembuhan kepadanya. Dan
barangsiapa yang tidak dicukupkan oleh Al-Qur’an, maka Allah tidak memberikan kecukupan
kepadanya”[4] Mengenai penyakit-penyakit badan atau fisik, Al-Qur’an telah membimbing dan
menunjukkan kita kepada pokok-pokok pengobatan dan penyembuhannya, dan juga kaidah-
kaidah yang dimilikinya. Yakni, bahwa kaidah pengobatan penyakit badan secara keseluruhan
terdapat di dalam Al-Qur’an, yaitu ada tiga point. Menjaga kesehatan Melindungi diri dari hal-
hal yang dapat menimbulkan penyakit Mengeluarkan unsur-unsur yang merusak badan.[5] Jika
seorang hamba melakukan penyembuhan dengan Al-Qur’an secara baik dan benar, niscaya dia
akan melihat pengaruh yang sangat menakjubkan dalam penyembuhan yang cepat. Imam Ibnul
Qayyim rahimahullah berkata : “Pada suatu ketika aku pernah jatuh sakit, tetapi aku tidak
menemukan seorang dokter atau obat penyembuh. Lalu aku berusaha mengobati dan
menyembuhkan diriku dengan surat Al-Faatihah, maka aku melihat pengaruh yang sangat
menakjubkan. Aku ambil segelas air zamzam dan membacakan padanya surat Al-Faatihah
berkali-kali, lalu aku meminumnya hingga aku mendapatkan kesembuhan total. Selanjutnya aku
bersandar dengan cara tersebut dalam mengobati berbagai penyakit dan aku merasakan manfaat
yang sangat besar. Kemudian aku beritahukan kepada orang banyak yang mengeluhkan suatu
penyakit dan banyak dari mereka yang sembuh dengan cepat”[6] Demikian juga pengobatan
dengan ruqaa (jama’ dari ruqyah) Nabawi yang riwayatnya shahih merupakan obat yang sangat
bermanfaat. Dengan ayat dan do’a yang dipanjatkan. Apabila do’a tersebut terhindar dari
penghalang-penghalang terkabulnya do’a itu, maka ia merupakan sebab yang sangat bermanfaat
dalam menolak hal-hal yang tidak disenangi dan akan tercapai hal-hal yang diinginkan. Yang
demikian itu termasuk salah satu obat yang sangat bermanfaat, khususnya yang dilakukan
berkali-kali. Dan do’a pun berfungsi sebagai penangkal bala’ (musibah), mencegah dan
menyembuhkannya, menghalangi turunnya, atau meringankannya jika ternyata sudah sempat
turun.[7] ُّ‫ َوالَ يَ ِز ْي ُد فِي ْال ُع ُم ِر ِإالَّ ْالبِر‬,‫ضا َء ِإالَّ ال ُّدعَا ُء‬
َ َ‫“ الَ يَ ُر ُّد ْالق‬Tidak ada yang dapat mencegah qadha’
(takdir) kecuali do’a, dan tidak ada yang dapat memberi tambahan pada umur kecuali
kebajikan”[8] Tetapi yang harus dimengerti dengan cermat, yaitu bahwa ayat-ayat, dzikir-dzikir,
do’a-do’a dan beberapa ta’awudz (permohonan perlindungan kepada Allah) yang dipergunakan
untuk mengobati atau untuk ruqyah pada hakikatnya pada semua ayat, dzikir-dzikir, do’a-do’a
dan ta’awwudz itu sendiri memberi manfaat yang besar dan juga dapat menyembuhkan. Namun,
ia memerlukan penerimaan (dari orang yang sakit) dan kekuatan orang yang mengobati dan
pengaruhnya. Jika suatu penyembuhan itu gagal, maka yang demikian itu disebabkan oleh
lemahnya pengaruh pelaku, atau karena tidak adanya penerimaan oleh pihak yang diobati, atau
adanya rintangan yang kuat di dalamnya yang menghalangi reaksi obat. Pengobatan dengan
ruqyah ini dapat dicapai dengan adanya dua aspek, yaitu dari pihak pasien (orang yang sakit) dan
dari pihak orang yang mengobati Yang berasal dari pihak pasien adalah berupa kekuatan dirinya
dan kesungguhan bergantung kepada Allah, serta keyakinannya yang pasti bahwa Al-Qur’an itu
memang penyembuh sekaligus rahmat bagi orang-orang yang beriman dan ta’awwudz yang
benar yang sesuai antara hati dan lisan, maka yang demikian itu merupakan suatu bentuk
perlawanan terhadap penyakit. Dan seseorang yang melakukan perlawanan tidak akan
memperoleh kemenangan dari musuh kecuali dengan dua hal, yaitu : Pertama : Keadaan senjata
yang dipergunakan haruslah benar, bagus dan kedua tangan yang menggunakannya pun harus
kuat. Jika salah satu dari keduanya hilang, maka senjata itu tidak banyak berarti, apalagi jika
kedua hal di atas tidak ada, yaitu, hatinya kosong dari tauhid, tawakkal, takwa, tawajjuh
(menghadap, bergantung sepenuhnya kepada Allah) dan tidak memiliki senjata. Kedua : Dari
pihak yang mengobati dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah juga harus memenuhi kedua hal di
atas[9]. Oleh karena itu, Ibnut Tiin rahimahullah berkata : “Ruqyah dengan menggunakan
beberapa kalimat ta’awwudz dan juga yang lainnya dari Nama-Nama Allah adalah pengobatan
rohani. Jika dilakukan oleh lisan orang-orang yang baik, maka dengan izin Allah Subhanahu wa
Ta’ala kesembuhan tersebut akan terwujud”[10] Para ulama telah sepakat membolehkan ruqyah
dengan tiga syarat, yaitu[11] : Ruqyah itu dengan menggunakan firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala, atau Asma dan sifat-Nya, atau sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Ruqyah itu
boleh diucapkan dalam bahasa Arab atau bahasa lain yang difahami maknanya. Harus diyakini
bahwa bukanlah dzat ruqyah itu sendiri yang memberikan pengaruh, tetapi yang memberi
pengaruh itu adalah kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sedangkan ruqyah hanya merupakan
salah satu sebab saja.[12]
Khusus untuk pasien yang sudah dinyatakan positif terjangkit virus Corona Covid-
19, maka dapat menambahkan bacaan berupa Juz ke-5 Al-Qur'an, yaitu surah An
Nisaa ayat 24-147 dan juz ke-7 surat Al Maidah ayat 83 sampai surat Al An'am
ayat 110 sebelum mengkhatamkan Alquran.

Tiga Jenis Obat Alami yang Disebutkan


dalam Al-Quran
Penulis Abi Abdul Jabbar 3 February 2020

MADANINEWS.ID, JAKARTA — Allah SWT telah menjamin bahwa seluruh penyakit yang


menimpa seorang hamba pasti ada obatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ُ‫َما َأ ْنزَ َل هللاُ دَا ًء ِإالَّ َأ ْنزَل لَه‬


‫شفَا ًء‬

“ Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan menurunkan pula obat untuk
penyakit tersebut ” (H.R. Bukhari)

Hadits ini menunjukkan bahwa seluruh jenis penyakit, memiliki obat yang dapat digunakan
untuk mencegah, menyembuhkan, ataupun untuk meringankan penyakit tersebut. Hadits ini juga
mengandung dorongan untuk mempelajari pengobatan penyakit-penyakit badan sebagaimana
kita mempelajari obat untuk penyakit-penyakit hati. Karena Allah Ta’ala telah menjelaskan
kepada kita bahwa seluruh jenis penyakit memiliki obat, sehingga kita hendaknya berusaha
mempelajari dan kemudian mempraktikkannya.

Allah SWT bahkan menyebut beberapa jenis obat-obatan alami yang bisa menyembuhkan
penyakit di dalm Al-Quran. Setidaknya ada tiga obat yang Allah sebut dalam Al-Quran   yakni
delima, madu, dan jahe. berikut ulasannya :

1. Jahe

ALLAH berfirman,

‫اج َها زَ ْن َجبِياًل‬ ً ‫سقَ ْونَ فِي َها َكْأ‬


ُ َ‫سا َكانَ ِمز‬ ْ ُ‫َوي‬

“Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe.”
(QS Al-Insan: 17).

Dikutip dari Buku Pintar Sains dalam Alquran Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, halaman
811-813, karya Dr.Nadiah Thayyarah, jahe atau zanjabil dalam bahasa Arab atau ginger dalam
bahasa Inggris adalah sejenis tanaman rumput-rumputan aromatik yang berumur panjang.
Termasuk kelompok rhizome, yaitu tumbuhan yang memiliki akar sekaligus menjadi batang
yang tumbuh menyamping di dalam tanah dan akar-batang itu bisa mencapai panjang 1,5 meter
bercabang banyak. Daunnya pipih seperti lembing dan runcing di ujungnya, permukaannya
halus, warnanya hijau gelap.

Dalam buku itu juga disebutkan bahwa Ibnu Masawih menyatakan, jahe berguna bagi gangguan
hati akibat cuaca panas ataupun dingin, mampu meningkatkan vitalitas pria, dan mengobati
gastritis pada lambung dan usus.

2. Madu

Selanjutnya adalah madu, yakni dipercaya dapat menjadi penawar berbagai penyakit. Seperti
dijelaskan di dalam Surat An Nahl ayat 69:

‫س ۗ ِإنَّ فِي ٰ َذلِ َك آَل يَةً لِقَ ْو ٍم‬ ِ ‫اب ُم ْختَلِفٌ َأ ْل َوانُهُ فِي ِه‬
ِ ‫شفَا ٌء لِلنَّا‬ َ ‫سبُ َل َربِّ ِك ُذلُاًل ۚ يَ ْخ ُر ُج ِمنْ بُطُونِ َها‬
ٌ ‫ش َر‬ ِ ‫ثُ َّم ُكلِي ِمنْ ُك ِّل الثَّ َم َرا‬
ْ ‫ت فَا‬
ُ ‫سلُ ِكي‬
َ‫َيتَفَ َّكرُون‬

“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang
telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-
macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan,”

Sementara dalam buku Alquran vs Sains Modern Menurut Dr Zakir Naik karya Ramadhani dan
kawan-kawan, disebutkan, pada Perang Dunia II orang-orang Rusia menggunakan madu untuk
menyembuhkan luka-luka mereka.

3. Buah Delima

Allah SWT berfirman:

ِ َ‫ي آاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذب‬


‫ان‬ ِّ ‫فَبَِأ‬.. ٌ‫فِي ِه َما فَا ِك َهةٌ َونَ ْخ ٌل َو ُر َّمان‬

“Di dalam keduanya (ada macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima. Maka nikmat
Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?,” (QS.Ar Rahman 68-69).

Dikutip dari buku Sains dalam Alquran Mengerti Mukzijat Allah Halaman 823 Karya dr
Nadiiyah Thayyarah, Delima termasuk tumbuhan purba kala dan memiliki berbagai
keistimewaan dan manfaat. Contohnya, para Firaun Mesir Kuno telah memanfaatkan delima
sebagai obat.

Dijelaskan juga dalam buku tersbeut, pada saat batuk air Delima berkhasiat sebagai mencahar
atau menteralisir perut. Kemudian asam Delima memperbaiki pencernaan. Delima juga
memperlancar air seni, mengatasi diaere, mencegah muntah, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai