Anda di halaman 1dari 5

Al-Qur`an Obat Segala Penyakit

Posted by Admin pada 20/04/2009


Al-Allamah Abdurrahman As-Sadi rahimahullahu berkata pula dalam menjelaskan ayat ini:
Al-Qur`an mengandung penyembuh dan rahmat. Dan ini tidak berlaku untuk semua orang, namun
hanya bagi kaum mukminin yang membenarkan ayat-ayat-Nya dan berilmu dengannya. Adapun
orang-orang dzalim yang tidak membenarkan dan tidak mengamalkannya, maka ayat- ayat tersebut
tidaklah menambah baginya kecuali kerugian. Karena, hujjah telah ditegakkan kepadanya dengan
ayat-ayat itu.

Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan Al-Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain
kerugian. (Al-Isra`: 82)
Penjelasan Beberapa Mufradat Ayat

Kami turunkan Jumhur ahli qiraah membacanya dengan dia ali nun dan bertasydid Adapun Abu
Amr membacanya dengan tanpa tasydid (
). Sedangkan Mujahid membacanya dengan dia ali
huruf ya dan tanpa tasydid (
). Al-Marwazi juga meriwayatkan demikian dari Hafs. (Tafsir AlQurthubi, 10/315 dan Fathul Qadir, Asy-Syaukani, 3/253)

dari Al- ur an Kata min ( ) dalam ayat ini, menurut pendapat yang rajih (kuat), menjelaskan jenis
dan spesifikasi yang dimiliki Al- ur an Kata min di sini tidak bermakna sebagian, yang
mengesankan bahwa di antara ayat-ayat Al-Qur`an ada yang tidak termasuk syifa` (penawar),
sebagaimana yang dirajihkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullahu. Kata min pada ayat ini seperti halnya
yang terdapat dalam firman-Nya:

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amalamal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi (AnNur: 55)
Kata min dalam lafad
tidaklah bermakna sebagian, sebab mereka seluruhnya adalah orangorang yang beriman dan beramal shalih. (Lihat Tafsir Al-Qurthubi, 10/316, Fathul Qadir, 3/253, dan
At-Thibb An-Nabawi, Ibnul Qayyim, hal. 138)

Penyembuh Penyembuh yang dimaksud di sini meliputi penyembuh atas segala penyakit, baik
rohani maupun jasmani, sebagaimana yang akan dijelaskan dalam tafsirnya.
Penjelasan Tafsir Ayat
Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: Allah Subhanahu a Taala mengabarkan tentang kitab-Nya yang
diturunkan kepada Rasul-Nya Shallallahu alaihi a sallam, yaitu Al-Qur`an, yang tidak terdapat
kebatilan di dalamnya baik dari sisi depan maupun belakang, yang diturunkan dari Yang Maha

Bijaksana lagi Maha Terpuji, bahwa sesungguhnya Al-Qur`an itu merupakan penyembuh dan rahmat
bagi kaum mukminin. Yaitu menghilangkan segala hal berupa keraguan, kemunafikan, kesyirikan,
penyimpangan, dan penyelisihan yang terdapat dalam hati. Al-Qur`an- lah yang menyembuhkan itu
semua. Di samping itu, ia merupakan rahmat yang dengannya membuahkan keimanan, hikmah,
mencari kebaikan dan mendorong untuk melakukannya. Hal ini tidaklah didapatkan kecuali oleh
orang yang mengimani, membenarkan, serta mengikutinya. Bagi orang yang seperti ini, Al-Qur`an
akan menjadi penyembuh dan rahmat.
Adapun orang kafir yang mendzalimi dirinya sendiri, maka tatkala mendengarkan Al-Qur`an tidaklah
bertambah baginya melainkan semakin jauh dan semakin kufur. Dan sebab ini ada pada orang kafir
itu, bukan pada Al- ur annya Seperti firman Allah Subhanahu a Taala:

Katakanlah: Al-Qur`an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orangorang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-Qur`an itu suatu kegelapan
bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh
(Fushshilat: 44)
Dan Allah Subhanahu

a Taala juga berfirman:

Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata:
Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini? Adapun orangorang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. Adapun
orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran
mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir (AtTaubah: 124-125)
Dan masih banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang hal ini (Tafsir Ibnu Katsir, 3/60)
Al-Allamah Abdurrahman As-Sadi rahimahullahu berkata pula dalam menjelaskan ayat ini:
Al-Qur`an mengandung penyembuh dan rahmat. Dan ini tidak berlaku untuk semua orang, namun
hanya bagi kaum mukminin yang membenarkan ayat-ayat-Nya dan berilmu dengannya. Adapun
orang-orang dzalim yang tidak membenarkan dan tidak mengamalkannya, maka ayat- ayat tersebut
tidaklah menambah baginya kecuali kerugian. Karena, hujjah telah ditegakkan kepadanya dengan
ayat-ayat itu.
Penyembuhan yang terkandung dalam Al-Qur`an bersifat umum meliputi penyembuhan hati dari
berbagai syubhat, kejahilan, berbagai pemikiran yang merusak, penyimpangan yang jahat, dan
berbagai tendensi yang batil. Sebab ia (Al-Qur`an) mengandung ilmu yakin, yang dengannya akan
musnah setiap syubhat dan kejahilan. Ia merupakan pemberi nasehat serta peringatan, yang
dengannya akan musnah setiap syah at yang menyelisihi perintah Allah Subhanahu a Taala Di
samping itu, Al-Qur`an juga menyembuhkan jasmani dari berbagai penyakit.
Adapun rahmat, maka sesungguhnya di dalamnya terkandung sebab-sebab dan sarana untuk
meraihnya. Kapan saja seseorang melakukan sebab-sebab itu, maka dia akan menang dengan
meraih rahmat dan kebahagiaan yang abadi, serta ganjaran kebaikan, cepat ataupun lambat (Taisir
Al-Karim Ar-Rahman, hal. 465)
Al-Qur`an Menyembuhkan Penyakit Jasmani
Suatu hal yang menjadi keyakinan setiap muslim bahwa Al-Qur`anul Karim diturunkan Allah
Subhanahu a Taala untuk memberi petunjuk kepada setiap manusia, menyembuhkan berbagai

penyakit hati yang menjangkiti manusia, bagi mereka yang diberi hidayah oleh Allah Subhanahu wa
Taala dan dirahmati-Nya. Namun apakah Al-Qur`an dapat menyembuhkan penyakit jasmani?
Dalam hal ini, para ulama menukilkan dua pendapat: Ada yang mengkhususkan penyakit hati; Ada
pula yang menyebutkan penyakit jasmani dengan cara meruqyah, ber-taa ud , dan semisalnya
Ikhtilaf ini disebutkan Al-Qurthubi dalam Tafsir-nya. Demikian pula disebutkan Asy- Syaukani dalam
Fathul adir, lalu beliau berkata: Dan tidak ada penghalang untuk membawa ayat ini kepada dua
makna tersebut (Fathul adir, 3/253)
Pendapat ini semakin ditegaskan Syaikhul Islam Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam kitabnya Zadul
Maad:
Al-Qur`an adalah penyembuh yang sempurna dari seluruh penyakit hati dan jasmani, demikian pula
penyakit dunia dan akhirat. Dan tidaklah setiap orang diberi keahlian dan taufiq untuk menjadikannya
sebagai obat. Jika seorang yang sakit konsisten berobat dengannya dan meletakkan pada sakitnya
dengan penuh kejujuran dan keimanan, penerimaan yang sempurna, keyakinan yang kokoh, dan
menyempurnakan syaratnya, niscaya penyakit apapun tidak akan mampu menghadapinya selamalamanya. Bagaimana mungkin penyakit tersebut mampu menghadapi firman Dzat yang memiliki
langit dan bumi. Jika diturunkan kepada gunung, maka ia akan menghancurkannya. Atau diturunkan
kepada bumi, maka ia akan membelahnya. Maka tidak satu pun jenis penyakit, baik penyakit hati
maupun jasmani, melainkan dalam Al-Qur`an ada cara yang membimbing kepada obat dan sebab
(kesembuhan) nya. (Zadul Maad, 4/287)
Berikut ini kami sebutkan beberapa riwayat berkenaan tentang pengobatan dengan Al-Qur`an.
Di antaranya adalah apa yang diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim, dan lainnya dari hadits Aisyah
radhiallahu anha Beliau radhiallahu anha berkata: Adalah Rasulullah Shallallahu alaihi a sallam
terkena sihir1, sehingga beliau menyangka bahwa beliau mendatangi istrinya padahal tidak
mendatanginya.
Lalu beliau berkata: Wahai Aisyah, tahukah kamu bah a Allah Subhanahu a Taala telah
mengabulkan permohonanku? Dua lelaki telah datang kepadaku. Kemudian salah satunya duduk di
sebelah kepalaku dan yang lain di sebelah kakiku. Yang di sisi kepalaku berkata kepada yang
satunya: Kenapa beliau?
Dija ab: Terkena sihir
Yang satu bertanya: Siapa yang menyihirnya?
Dija ab: Labid bin Al-Asham, lelaki dari Banu Zuraiq sekutu Yahudi, ia seorang munafiq
(Yang satu) bertanya: Dengan apa?
Dija ab: Dengan sisir, rontokan rambut.
(Yang satu) bertanya: Di mana?
Dija ab: Pada mayang korma jantan di bawah batu yang ada di bawah sumur Dzarwan
Aisyah radhiallahu anha lalu berkata: Nabi lalu mendatangi sumur tersebut hingga beliau
mengeluarkannya. Beliau lalu berkata: Inilah sumur yang aku diperlihatkan seakan-akan airnya
adalah air daun pacar dan pohon kormanya seperti kepala-kepala setan. Lalu dikeluarkan. Aku
bertanya: Mengapa engkau tidak mengeluarkannya (dari mayang korma jantan tersebut, pen.)?
Beliau menjawab: Demi Allah, sungguh Allah telah menyembuhkanku dan aku membenci
tersebarnya kejahatan di kalangan manusia

Hadits ini diriwayatkan Al-Bukhari dalam Shahih-nya (kitab At-Thib, bab Hal Yustakhrajus Sihr? jilid
10, no. 5765, bersama Al-Fath). Juga dalam Shahih-nya (kitab Al-Adab, bab Innallaha Ya`muru Bil
Adl, jilid 10, no 6063) Juga diriwayatkan oleh Al-Imam Asy-Syafii sebagaimana yang terdapat
dalam Musnad Asy-Syafii (2/289, dari Syifa ul Iy), Al-Asfahani dalam Dala`ilun Nubuwwah (170/210),
dan Al-Lalaka i dalam Syarah Ushul Itiqad Ahlis Sunnah (2/2272) Namun ada tambahan bah a
Aisyah berkata: Dan turunlah (firman Allah Subhanahu a Taala):

Hingga selesai bacaan surah tersebut


Demikian pula yang diriwayatkan Al-Imam Bukhari rahimahullahu dalam Shahih-nya, dari hadits Abu
Said Al-Khudri radhiallahu anhu, beliau berkata:
Sekelompok2 shahabat Nabi berangkat dalam suatu perjalanan yang mereka tempuh Singgahlah
mereka di sebuah kampung Arab. Mereka pun meminta agar dijamu sebagai tamu, namun penduduk
kampung tersebut enggan menjamu mereka.
Selang beberapa waktu kemudian, pemimpin kampung tersebut terkena sengatan (kalajengking).
Penduduk kampung tersebut pun berusaha mencari segala upaya penyembuhan, namun sedikitpun
tak membuahkan hasil. Sebagian mereka ada yang berkata: Kalau sekiranya kalian mendatangi
sekelompok orang itu (yaitu para shahabat), mungkin sebagian mereka ada yang memiliki sesuatu
Mereka pun mendatanginya, lalu berkata: Wahai rombongan, sesungguhnya pemimpin kami
tersengat (kalajengking). Kami telah mengupayakan segala hal, namun tidak membuahkan hasil.
Apakah salah seorang di antara kalian memiliki sesuatu? Sebagian shahabat menja ab: Iya Demi
Allah, aku bisa meruqyah. Namun demi Allah, kami telah meminta jamuan kepada kalian namun
kalian tidak menjamu kami. Maka aku tidak akan meruqyah untuk kalian hingga kalian memberikan
upah kepada kami
Mereka pun setuju untuk memberi upah beberapa ekor kambing3. Maka dia (salah seorang
shahabat) pun meludahinya dan membacakan atas pemimpin kaum itu Alhamdulillahi rabbil alamin
(Al-Fatihah). Pemimpin kampung tersebut pun merasa terlepas dari ikatan, lalu dia berjalan tanpa ada
gangguan lagi.
Mereka lalu memberikan upah sebagaimana telah disepakati Sebagian shahabat berkata: Bagilah
Sedangkan yang meruqyah berkata: Jangan kalian lakukan, hingga kita menghadap Rasulullah
Shallallahu alaihi a sallam lalu kita menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi Kemudian
menunggu apa yang beliau perintahkan kepada kita
Merekapun menghadap Rasulullah Shallallahu alaihi a sallam kemudian melaporkan hal tersebut
Maka beliau bersabda: Tahu dari mana kalian bah a itu (Al-Fatihah, pen ) memang ruqyah? Lalu
beliau berkata: Kalian telah benar Bagilah (upahnya) dan berilah untukku bagian bersama kalian,
sambil beliau Shallallahu alaihi a sallam terta a
Adapun hadits yang diri ayatkan bah a Rasulullah Shallallahu alaihi

Sebaik-baik obat adalah Al- ur an


Dan hadits:

Al-Qur`an adalah obat.

a sallam bersabda:

Keduanya adalah hadits yang dhaif, telah dilemahkan oleh Al-Allamah Al-Albani rahimahullahu dalam
Dhaif Al-Jami Ash-Shagir, no. 2885 dan 4135.
Membuka Klinik Ruqyah
Di antara penyimpangan terkait dengan ruqyah adalah menjadikannya sebagai profesi, seperti halnya
dokter atau bidan yang membuka praktek khusus. Ini merupakan amalan yang menyelisihi metode
ruqyah di aman Rasulullah Shallallahu alaihi a sallam Asy-Syaikh Shalih Alus Syaikh berkata
ketika menyebutkan beberapa penyimpangan dalam meruqyah:
Pertama, dan yang paling besar (kesalahannya), adalah menjadikan bacaan (untuk penyembuhan)
atau ruqyah sebagai sarana untuk mencari nafkah, di mana dia memfokuskan diri secara penuh
untuk itu. Memang telah dimaklumi bahwa manusia membutuhkan ruqyah. Namun memfokuskan diri
untuk itu, bukanlah bagian dari petunjuk para shahabat di masanya. Padahal di antara mereka ada
yang sering meruqyah Namun bukan demikian petunjuk para shahabat dan tabiin
(Menjadikan meruqyah sebagai profesi) baru muncul di masa-masa belakangan. Petunjuk Salaf dan
bimbingan As-Sunnah dalam meruqyah adalah seseorang memberikan manfaat kepada saudarasaudaranya, baik dengan upah ataupun tidak. Namun janganlah dia memfokuskan diri dan
menjadikannya sebagai profesi seperti halnya dokter yang mengkhususkan dirinya (pada perkara ini).
Ini baru dari sudut pandang bahwa hal tersebut tidak terdapat (contohnya) pada zaman generasi
pertama.
Demikian pula dari sisi lainnya. Apa yang kami saksikan pada orang-orang yang mengkhususkan diri
(dalam meruqyah) telah menimbulkan banyak hal terlarang. Siapa yang mengkhususkan dirinya
untuk meruqyah, niscaya engkau mendapatinya memiliki sekian penyimpangan. Sebab dia butuh
prasyarat-prasyarat tertentu yang harus dia tunaikan dan yang harus dia tinggalkan Serta menjual
tanpa petunjuk. Barangsiapa meruqyah melalui kaset-kaset, suara-suara, di mana dia membaca di
sebuah kamar, sementara speaker berada di kamar yang lain, dan yang semisalnya, merupakan hal
yang menyelisihi nash. Ini sepantasnya dicegah untuk menutup pintu (penyimpangan). Sebab sangat
mungkin akan menjurus kepada hal-hal tercela dari para peruqyah yang mempopulerkan perkaraperkara yang terlarang atau yang tidak diperkenankan syariat. (Ar-Ruqa Wa Ahkamuha, Asy-Syaikh
Shalih Alus Syaikh, hal. 20-21)
1 Sebagian para pengekor ha a nafsu dari kalangan orientalis dan ahli bidah mengingkari hadits
yang menjelaskan bah a Nabi Shallallahu alaihi a sallam pernah terkena sihir, dan berusaha
menolaknya dengan berbagai alasan batil. Dan telah kami bantah walhamdulillah- para penolak
hadits ini dalam sebuah kitab yang berjudul Membedah Kebohongan Ali Umar Al-Habsyi Ar- Rafidhi,
Bantahan ilmiah terhadap kitab: Benarkah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi a sallam pernah
tersihir? Dan kami membahas secara rinci menurut ilmu riwayat maupun dirayah hadits. Silahkan
merujuk kepada kitab tersebut.
2 Dalam riwayat lain mereka berjumlah 30 orang.
3 Dalam riwayat lain: 30 ekor kambing, sesuai jumlah mereka.
Dikuti dari http://www.asysyariah.com, Penulis: Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi, Judul: Al Quran Obat
Segala Penyakit

Anda mungkin juga menyukai