Anda di halaman 1dari 17

TERAPI QUR’ANI UNTUK PENYEMBUHAN

PENYAKIT HATI

Disusun untuk memenuhi tugas Kepribadian Perawat Islami

Dosen Pengampu : Sodikin, A.Kep.,M.Kep

Neni Nur Hayanti

1911020231

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah


melimpahkan rahmatnya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga penulis
dapet menyelesaikan penulisan makalahi ini dengan judul: “Terapi Qur’ani untuk
Penyembuhan Penyakit Hati.” bisa selesai pada waktunya.
Terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-ide nya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………….………………………ii

DAFTAR ISI………………………………..………………………………….....iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Tinjauan Pustaka……………………………………………….………
1
B. Rumusan Masalah………………………………..
…………………….3
C. Tujuan…………………..……………………………………………...3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Terapi Qur’ani dalam Penyembuhan Penyakit


Hati……………………………………………………………….……4
B. Pandangan Islam tentang Penyakit
Hati………………………………..7
C. Faktor Penyebab Timbulnya Penyakit
Hati…………………………….7
D. Cara Mencegah Penyakit Hati Menurut Al-
Qur’an…………………...10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………...12
B. Saran………………………………………………………………….12

DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………….13
iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tinjauan Pustaka
Al-Qur’an merupakan kitab teragung yang diturunkan di muka
bumi ini, salah satu bentuk keagungannya terletak pada keindahan,
keserasian, dan keseimbangan kata katanya, ditambah lagi isyarat-isyarat
ilmiahnya yang sungguh mengagumkan ilmuwan masa kini. Kemuliaan al-
Qur’an tidak semata-mata ditunjukkan oleh isi kandungan ajarannya yang
tidak dapat ditandingi oleh jin dan manusia, namun karena keotentikannya
yang berasal dari Allah SWT, yang ditujukan bagi manusia dan semesta.
Sehingga demikian, al-Qur’an telah memberi nafas baru dan warisan
panutan untuk diikuti bagi seluruh manusia.
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah dan memperkenalkan dirinya
sebagai Hu-dan li al-nas (petunjuk bagi seluruh manusia). Kehadirannya
dijelaskan dalam al-Qur’an untuk memberi putusan dan jalan keluar
terbaik bagi problem-problem kehidupan manusia. Inilah fungsi utama
kehadirannya, sebagai upaya mewujudkan kehidupan manusia yang
ahagia baik di dunia maupun di akhirat nanti. Untuk mewujudkan
kehidupan manusia yang ahagia, al-Qur’an hadir dengan berbagai macam
fungsi dan keistimewaan. Di antara salah satu keistimewaannya adalah al-
Qur’an sebagai syifa’ (penyembuh). Al-Qur’an dapat berfungsi sebagai
syifa’ bagi orang-orang yang beriman atas berbagai macam penyakit baik
fisiologis maupun psikologis, dan bagi orang yang mengetahui dan
mengamalkannya dapat berfungsi sebagai syifa’ dari penyakit kebodohan.
Lewat beberapa ayat-Nya, Allah SWT telah mengisyaratkan bahwa al-
Qur’an merupakan obat penyembuh dan penawar atas berbagai macam
penyakit, baik itu penyakit yang bersumber dari jasmani maupun ruhani.

Allah SWT berfirman:

Artinya:

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al-
Isra’: 82)

Artinya:
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS.
Yunus: 57)

Sebagaimana ayat al-Qur’an di atas menyebutkan bahwa al-Qur’an


disamping sebagai rahmat juga sebagai petunjuk untuk penyembuhan atau
obat. Quraish Shihab ketika menafsirkan - dalam tafsir al-Misbah QS.
Yunus [10] : 57 di atas, mengemukakan bahwa al-Qur’an adalah Syifaun
Lima fi as-Shudur (obat bagi yang terdapat dalam dada). Penyebutan kata
“dada” yang diartikan dengan hati menunjukkan bahwa wahyu-wahyu
Ilahi itu berfungsi menyembuhkan penyakit-penyakit ruhani (psikologis),
seperti ragu, dengki, takabbur, dan semacamnya.
Penyembuhan dengan menggunakan ayat-ayat al-Qur’an atau
disebut juga dengan penyembuhan qur’ani, sumber utama kekuatannya
adalah sebentuk doa yang dalam bahasa arab biasa disebut sebagai ruqyah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan tinjauan pustaka masalah di atas dapat diungkapkan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah pengertian Terapi Qur’ani dalam penyembuhan penyakit
hati?
2. Bagaimana pandangan islam tentang penyakit hati?
3. Apakah faktor penyebab timbulnya penyakit hati?
4. Bagaimana cara mencegah penyakit hati menurut Al-Qur’an?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Terapi Qur’ani dalam penyembuhan
penyakit hati
2. Mengetahui pandangan islam tentang penyakit hati
3. Mengetahui faktor penyebab timbulnya penyakit hati
4. Mengetahui cara mencegah penyakit hati menurut Al-Qur’an
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Terapi Qur’ani dalam Penyembuhan Penyakit Hati

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara


kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana
Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh
Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah
mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun
dengan aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka
mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS an-Nûr/24: 55)

‫ ِشفَا ٌء‬:Obat (penawar). Obat yang dimaksud dalam ayat ini meliputi obat atas
segala penyakit, baik ruhani maupun jasmani dengan spesifikasi tertentu,
sebagaimana yang akan dijelaskan dalam tafsirnya. ٌ‫ َرحْ َمة‬:Rahmat di dalam
ayat ini dipahami sebagai bantuan dari Allah, sehingga ketidakberdayaan
dalam bentuk apa pun tertanggulangi. Rahmat Allah yang dilimpahkan
kepada umat Islam adalah kebahagiaan hidup sebagai akibat dari ridha-
Nya, termasuk di dalamnya kehidupan di akherat kelak. Oleh karena itu
jika al-Quran dipahami sebagai rahmat bagi umat Islam, maka maknanya
adalah
limpahan karunia berupa kebajikan dan keberkatan yang disediakan oleh
4
Allah bagi mereka (umat Islam) yang memhami, menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai yang diamanatkan oleh Allah dalam al-Quran.

Menurut Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menyatakan bahwa


sesungguhnya al Quran Sebagai obat (penawar) dan rahmat bagi kaum
yang beriman. Bila seseorang mengalami keraguan, penyimpangan dan
kegundahan yang terdapat dalam hati, maka al-Quran-lah yang menjadi
obat (penawar) semua itu. Di samping itu al-Quran merupakan rahmat
yang membuahkan kebaikan dan mendorong untuk melakukannya.
Kegunanaan itu tidak akan didapatkan kecuali bagi orang yang mengimani
(membenarkan) serta mengikutinya. Bagi orang yang seperti ini (beriman),
al-Quran akan berfungsi menjadi obat (penawar) dan sekaligus rahmat
baginya. Adapun bagi orang kafir yang telah dengan sengaja mezalimi diri
sendiri dengan sikap kufurnya, maka tatkala mereka mendengarkan dan
membaca ayat-ayat al-Quran, tidaklah bacaan ayat-ayat al-Quran itu tidak
akan berguna bagi mereka, melainkan  mereka bahkan akan semakin jauh
dan semakin bersikap kufur, karena hati mereka telah tertutup oleh dosa-
dosa yang mereka perbuat. Dan yang menjadi sebab bagi orang kafir
menjadi semakin jauh dari kesembuhan dari penyakit dan rahmat Allah itu
bukanlah karena (kesalahan) bacaan ayat-ayat (al-Quran)-nya, tetapi
karena (disebabkan oleh) sikap mereka yang salah terhadap al-Quran.
Sebagaimana firman Allah Subhanâhu wa Ta’âla:
“Katakanlah: Al-Quran itu adalah petunjuk dan obat (penawar) bagi
orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada
telinga mereka ada sumbatan sedang al-Quran itu suatu kegelapan bagi
mereka. Mereka itu adalah orang-orang yang dipanggil dari tempat yang
jauh.” (QS Fushshilat/41: 44)
5
Dalam ayat lain menerangkan juga Allah Subhânahu wa Ta’âla juga
berfirman:

“Dan apabila diturunkan suatu surat maka di antara mereka ada yang
berkata: ‘Siapakah di antara kamu yang bertambah iman dengan surat ini?’
Adapun orang-orang yang beriman maka surat ini menambah iman sedang
mereka merasa gembira. Adapun orang-orang yang di dalam hati mereka
ada penyakit maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka di
samping kekafiran dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (QS at-
Taubah/9: 124-125)
Al Quran sebagai Obat (penawar) yang terkandung dalam al-Quran
bersifat umum, meliputi obat (penawar) hati seperti kegelisahan hati, dari
berbagai syubhat kejahilan berbagai pemikiran yang merusak
penyimpangan yang jahat dan berbagai tendensi yang batil.
Di samping itu al Quran juga menjadi obat jasmani dari berbagai
macam penyakit, meski pun tata-cara yang digunakannya bukan dengan
tata-cara yang lazim digunakan dalam penggunaan obat untuk penyakit
jasmani, tetapi digunakan dengan tata-cara yang spesifik melalui terapi
spiritual yang bisa berdampak pada orang-orang yang beriman karena
pengaruh (sugesti) yang diakibatkan oleh keyakinan mereka ketika
menggunakan al-Quran sebagai obat (penawar) bagi penyakit yang
diderita olehnya. Karena yang dimaksud penyakit jasmani di sini,
bukanlah penyakit fisik (murni), tetapi penyakit yang di dalam istilah
kedokteran dikenal dengan sebutan psikosomatik. Misalnya: “penyakit
sesak nafas atau dada bagaikan tertekan karena adanya ketidakseimbangan
ruhani”. Dalam hal ini dokter bisa menyarankan kepada pasien muslim
untuk membaca ayat-ayat al-Quran untuk memberikan sugesti agar pasien
merasa tenang dan nyaman,

sehingga secara kejiwaan terbantu untuk melakukan pengobatan pada


dampak fisiknya.

B. Pandangan Islam tentang Penyakit Hati


Dalam perspektif Islam, penyakit hati sering diidentikkan dengan
beberapa sifat buruk atau tingkah laku tercela (al-akhlaq al-mazmumah),
seperti dengki, iri hati, arogan, emosional dan seterusnya.
Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw ‘Ilmiah
Nafsi, membagi penyakit hati dalam sembilan bagian, yaitu: pamer (riya’),
marah (al-ghadhab), lalai dan lupa (al-ghaflah wan nisyah), was-was (al-
was-wasah), frustrasi (al-ya’s), rakus (tama’), terperdaya (al-ghurur),
sombong (al-ujub), dengki dan iri hati (al-hasd wal hiqd).
Dalam konteks ini menekankan pada empat jenis penyakit hati
yang menonjol, yaitu: riya’, marah, membanggakan diri, iri hati dan
dengki. Beberapa sifat tercela di atas ada relevansinya jika dianggap
sebagai penyakit jiwa, sebab dalam kesehatan mental (mental hygiene)
sifat-sifat tersebut merupakan indikasi dari penyakit kejiwaan manusia
(psychoses). Jadi pada penderitanya sakit jiwa salah satunya ditandai oleh
sifat-sifat buruk tersebut.

C. Faktor Penyebab Timbulnya Penyakit Hati


Penyakit hati atau (psychoses) adalah kelainan kepribadian yang
ditandai oleh mental dalam (profound-mental), dan gangguan emosional
yang mengubah individu normal menjadi tidak mampu mengatur dirinya
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dua istilah yang dapat
diidentifikasikan dengan psychoses ini adalah insanity dan dementia.
Insanity adalah istilah resmi yang menunjukkan bahwa seseorang itu
kacau akibat dari tindakannya. Pada saat lain istilah demensia digunakan
untuk kebanyakan kelainan mental, tetapi secara umum kini
diinterpretasikan

sebagai sinonim dengan kekacauan mental (mental disorder) yang


menyolok. Sebab mereka sering melakukan tingkah laku yang semaunya
sendiri.
Seseorang yang diserang penyakit hati kepribadiannya terganggu
dan selanjutnya menyebabkan kurang mampu menyesuaikan diri dengan
wajar dan tidak sanggup memahami problemanya. Seringkali orang yang
sakit jiwa tidak merasa bahwa dirinya sakit, sebaliknya ia menganggap
dirinya normal, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari
yang lain.
Hati adalah bagian tubuh yang mempunyai peran penting dalam
perilaku seorang manusia. Sebagaimana sabda Rasul:
“Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal
daging. Jika segumpal daging itu baik, maka seluruh tubuh juga baik. Jika
segumpal daging itu rusak, maka seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah,
segumpal daging itu adalah hati”. (HR Muslim, no. 1599.

Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasâ`i, Abu


Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, dan ad-Darimi, dengan lafazh yang berbeda-
beda namun maknanya sama. Hadits ini dimuat oleh Imam an-Nawawi
dalam Arba’in an-Nawawiyah, hadits no. 6, dan Riyadhush-Shalihin, no.
588)
Untuk itulah, salah satu fungsi agama adalah menjaga hati agar tetap baik.
Namun sering kali seseorang justru tidak mengerti bahwa tujuan
penciptaan manusia adalah hidup dalam pedoman Al Quran dan As
Sunnah sehingga muncullah penyakit hati menurut Islam yang merusak
aqidahnya. Berikut adalah beberapa penyebab penyakit hati dalam Islam.
1. Kurangnya keimanan
Hal pertama yang menyebabkan seseorang mengalami penyakit
hati adalah karena kurangnya keimanan dalam hati. Hati yang tidak

memiliki keimanan lama kelamaan akan menjadi penyebab


matinya
hati. Lakukan cara meningkatkan iman dan taqwa agar terjauh dari
berbagai penyakit hati.
2. Selalu mengeluh
Allah berfirman:
“Sesunguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia
mendapat kebaikan, ia amat kikir.” (Q. S. Al ma’arij :19-21)
Hukum mengeluh dalam Islam adalah dilarang. Manusia yang suka
mengeluh akan menyebabkan terkena penyakit hati, seperti malas,
juga iri dengki dalam Islam.
3. Kurang bersyukur
Rasa kurang bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah
SWT akan menyebabkan penyakit hati. Dengan mengikuti cara
bersyukur menurut Islam, hati akan terhindar dari berbagai
penyakit hati.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara
rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan
bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu
menyembah.” (Q. S. Al Baqarah: 172)
4. Selalu berbuat maksiat
Perbuatan maksiat akan membuat hati menjadi keras sehingga sulit
untuk menerima nasehat baik. Orang yang suka berbuat maksiat
akan menjadi egois, berhati kotor, dan gampang emosi. Padahal
Allah telah berfirman:
Artinya: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan),
karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (Q. S. Yusuf:
53)

5. Berbuat syirik
Syirik dalam Islam merupakan salah satu dosa besar dalam Islam.
Syirik menyebabkan pelakunya akan memiliki aqidah yang cacat
selama ia melakukan syirik. Allah berfirman :
Artinya: “atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka
itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah
seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari
binatang ternak itu).” (Q. S. Al Furqan : 44)

D. Cara Mencegah Penyakit Hati Menurut Al-Qur’an


1. Menjaga kekuatan mental.
Ibnu Qoyim menjelaskan bahwa salah satu upaya yang
harus dilakukan orang yang memiliki penyakit hati adalah menjaga
kekuatan mentalnya, dengan ilmu yang bermanfaat dan melakukan
berbagai ketaatan. Hatinya harus dipaksa untuk mendengarkan
nasehat dan ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah, serta
fisiknya dipaksa untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Karena
ilmu dan amal merupakan nutrisi bagi hati manusia.
2. Menghindari hal-hal yang membuat penyakit lebih parah.
Ibnu Qoyim menyatakan, orang yang sakit hati harus
menghindari segala yang bisa memperparah penyakit dalam
hatinya, yaitu dengan manjauhi semua perbuatan dosa dan maksiat.
Hindarkan diri dari segala bentuk penyimpangan karena dosa dan
maksiat adalah sumber penyakit bagi hati.
3. Membaca Al-Qur’an dan tadabbur (merenungkannya).
Ketika mulai merasa kesal dan sakit hati cobalah untuk
membaca Al-Qur’an dan Tadabburi Qur’an agar mendapat
ketenangan lahir dan batin.

10

4. Rajin mengosongkan perut (shaum).


Rajin mengosongkan perut ini disarankan agar berpuasa,
karena dengan berpuasa hawa bafsu anda dapat terkendali dan yang
pasti penyakit hati akan sedikit demi sedikit terkikis dan hilang.
5. Mendirikan shalat malam (tahajud).
Ketika tidak mampu membuang segala kebencian dan
kesedihan didalam hati maka cobalah untuk mendirikan shalat
malam (qiyamul lail) dengan cara itu bisa membantu menemukan
solusi tentang penyakit hati yang dimiliki. Memintalah dengan
bersungguh-sungguh maka Allah akan memberikan kelapangan
dada.
11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hati dalam bahasa arab disebut qalbu merupakan salah satu bagian
yang sangat penting dalam tubuh manusia. Hati memiliki pengaruh yang
besar dalam menentukan perilaku seseorang. Jika hatinya baik
maka akan baik pula perilaku atau amalnya dan begitu sebaliknya.
Hati bisa memiliki penyakit seperti halnya anggota badan lainnya.
Adapun penyakit hati menurut Islam ada banyak sekali jenisnya, mulai
dari jenis penyakit hati yang ringan sampai pada jenis penyakit hati yang
sangat berat. Jenis peyakit hati yang sangat berat dalam Islam yaitu
penyakit yang membuat para pelakunya menjadi memilih dosa teramat
besar dan bahkan dosa dosa tersebut tidak dapat untuk diampuni oleh
Allah.

B. Saran
Tetaplah bersyukur kepada Allah SWT., atas nikmat yang Allah
SWT., berikan kepada kita, karena pada dasarnya semua yang terjadi
kepada kita adalah sebuah nikmat dari Allah SWT. Oleh karena itu slalu
ingat padaNya dan memohon ampunan dan meminta perlindungan Allah
SWT. Dengan demikian kita akan tejaga dari penyakit hati yang telah
terurai di atas.

12

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihor. 2010.  Akhlak Tasawuf. Bandung: CV PUSTAKA SETIA

Barozi, Ahmad dan Abu Azka Fathin Mazayasyah. 2008.  Penyakit Hati dan

Penyembuhannya. Yogyakarta: DARUL HIKMAH

Muhyidin, Muhammad. 2009.  Kecerdasan Jiwa. Yogyakarta: AR-RUZZ


MEDIA
Muttawaly. 2016. Penyembuh Penyakit Hati. (Diakses tanggal 21 Mei 2020)

http://digilib.uinsby.ac.id/5494/4/Bab%201.pdf

Wanasir, Johan. 2015. Al Quran Sebagai Obat dari Segala Penyakit Hati dan

Jasmani. (Diakses tanggal 21 Mei 2020)


https://www.kompasiana.com/johanwanasir/5598ae56939373bb0b97b61b/
al-quran-sebagai-obat-dari-segala-penyakit-hati-dan-jasmani?page=all

Zainuddin. 2015. Penyakit Hati dan Cara Pengobatannya. (Diakses pada 21 Mei
2020)
https://www.uin-malang.ac.id/r/151001/penyakit-hati-dan-cara
pengobatannya.html

13

Anda mungkin juga menyukai