Anda di halaman 1dari 10

45

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN FRAKTUR

Dosen Pembimbing :

Ns. Nur Isnaini, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :

Neni Nur Hayanti

1911020231

6D Keperawatan S1

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
46

1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari pada yang dapat diabsorpsinya.
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak dan
bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan di sekitarnya juga akan
terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi,
ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami
cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Burner at all,
2002).

2. Etiologi
a. Kekerasan langsung:kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang
atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung:kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat
yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot:patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,
dan penarikan. (Oswari E,2000)

3. Tanda dan gejala


Menurut Sugeng Jitowiyono (2010) tanda dan gejala fraktur adalah sebagai berikut.
a. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti: Rotasi pemendekan tulang,
Penekanan tulang
b. Bengkak: edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur.
c. Echumosis dari perdarahan subculaneous.
d. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
e. Tenderness / keempukan.
f. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
47
g. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan).
h. Pergerakan abnormal
i. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah.
j. Krepitasi.

4. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk menahan
tekanan (Graham, 2007). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito & Lynda Juall, 2005). Setelah terjadi fraktur,
periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.
Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Black, 2007).
5. Pathways
48

6. Px penunjang
Foto rontgen pada daerah yang dicurigai fraktur. Pemeriksaan lainnya yang juga merupakan
persiapan operasi antara lain Darah lengkap, Golongandarah, Masa pembekuan dan perdarahan,
EKG, Kimia darah.

7. Penatalaksanaan
a. Medis
Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saatmenangani fraktur
1) Rekognisi
Pengenalan riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan perkiraan yang patah,
kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan bentuk tulang dan ketidakstabilan,
tindakan apa yang harus cepatdilakukan misalnya pemasangan bidai.
2) Reduksi
49
Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patahsedapat
mungkin kembali seperti letak asalnya. Cara penanganansecara reduksi :
Pemasangan gips Untuk mempertahankan posisifragmen tulang yang fraktur.
Reduksi tertutup (closed reductionexternal fixation) Menggunakan gips sebagai
fiksasi eksternal untuk memper-tahankan posisi tulang dengan alat-alat : skrup,
plate, pen,kawat, paku yang dipasang di sisi maupun di dalam tulang. Alat
inidiangkut kembali setelah 1-12 bulan dengan pembedahan.
3) Debridemen
Untuk mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar fraktur pada
keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan.d.RehabilitasiMemulihkan kembali
fragmen-fragmen tulang yang patah untuk mengembalikan fungsi normal. Perlu
dilakukan mobilisasiKemandirian bertahap.
b. Keperawatan
Tindakan yang harus diperhatikan agar ektremitas dapat berfungsi sebaik- baiknya maka
penanganan pada trauma ektremitas meliputi 4 hal (4 R) yaitu :
a. Recognition
Untuk dapat bertindak dengan baik, maka pada trauma ektremitas perlu diketahui
kelainan yang terjadi akibat cedernya. Baik jaringanlunak maupun tulangnya dengan
cara mengenali tanda-tanda dangangguan fungsi jaringan yang mengalami cedera.
Fraktur merupakanakibat dari sebuah kekerasan yang dapat menimbulkan kerusakan
pada tulang ataupun jaringan lunak sekitarnya. Dibedakan antaratrauma tumpul dan
tajam. Pada umumnya trauma tumpul akanmemberikan kememaran yang “diffuse”
pada jaringan lunak termasuk gangguan neurovaskuler yang akan menentukan
ektremitas.
b. Reduction
Tindakan mengembalikan ke posisi semula, tindakan ini diperlukanagar sebaik
mungkin kembali ke bentuk semula agar dapat berfungsikembali sebaik mungkin .
Penyembuhan memerlukan waktu danuntuk mempertahankan hasil reposisi
(retaining) penting dipikirkan tindakan berikutnya agar rehabilitasi dapat
memberikan hasil sebaik mungkin.
c. Retaining
Tindakan imobilisasi untuk memberi istirahat pada anggota gerak yang sehat
mendapatkan kesembuhan. Imobilisasi yang tidak adequatdapat memberikan
dampak pada penyembuhan dan rehabilitasi.
d. Rehabillitasi
50
Mengembalikan kemampuan dari anggota/alat yang sakit/cedera agar dapat
berfungsi kembali. Falsafah lama mengenai rehabilitasi ialahsuatu tindakan setelah
kuratif dan hanya mengatasi kendala akibatsequaele atau kecacatan; padahal untuk
mengembalikan fungsisebaiknya rehabilitasi, yang menekankan pada fungsi, akan
lebih berhasil bila dapat dilaksanakan secara dini, mencegah timbulnyakecacatan.

8. Focus pengkajian
Pemeriksaan fisik: data focus.
Primery survey
a. Airway: Memastikan kepatenan jalan napas tanpa adanyasumbatan atau obstruksi,
b. Breathing: memastikan irama napas normal atau cepat, pola napasteratur, tidak ada
dyspnea, tidak ada napas cuping hidung,dansuara napas vesikuler,
c. Circulation: nadi lemah/ tidak teraba, cepat >100x/mt, tekanandarah dibawah normal bila
terjadi syok, pucat oleh karena perdarahan, sianosis, kaji jumlah perdarahan dan lokasi,
capillaryrefill >2 detik apabila ada perdarahan.
d. Disability: kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupilanisokor apabila adanya
diskontinuitas saraf yang berdampak pada medulla spinalis.
e. Exposure/Environment: fraktur terbuka di femur dekstra, lukalaserasi pada wajah dan
tangan, memar pada abdomen, perutsemakin menegang.
Secondary survey
Kepala: Wajah, kulit kepala dan tulang tengkorak, mata,telinga, dan mulut.
Leher: lihat bagian depan, trachea, vena jugularis, otot-ototleher bagian belakang. Temuan
yang dianggap kritis: Distensivena jugularis, deviasi trakea atau tugging, emfisema kulitc)
Dada: Lihat tampilan fisik, tulang rusuk, penggunaan otot-ototasesoris, pergerakan dada,
suara paru. Temuan yang dianggapkritis: Luka terbuka, sucking chest wound, Flail chest
Dengan gerakan dada para doksikal, suara paru hilang atau melemah,gerakan dada sangat
lemah dengan pola napas yang tidak adekuat (disertai dengan penggunaaan otot-otot
asesoris).
Abdomen:
Memar pada abdomen dan tampak semakin tegang,lakukan auskultasi dan palpasi dan
perkusi pada abdomen.Temuan yang dianggap kritis ditekuannya penurunan bisingusus,
nyeri tekan pada abdomen bunyi dullness.e)
Pelvis:
Daerah pubik, Stabilitas pelvis, Krepitasi dan nyeritekan. Temuan yang dianggap kritis:
Pelvis yang lunak, nyeritekan dan tidak stabil serta pembengkakan di daerah pubik
51
Extremitas: ditemukan fraktur terbuka di femur dextra danluka laserasi pada tangan.
Anggota gerak atas dan bawah,denyut nadi, fungsi motorik, fungsi sensorik.Temuan
yangdianggap kritis: Nyeri, melemah atau menghilangnya denyutnadi, menurun atau
menghilangnya fungsi sensorik danmotorik.
Pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi suhu, nadi, pernafasandan tekanan darah.
Pemeriksaan status kesadaran dengan penilaian
GCS (Glasgow Coma Scale): terjadi penurunan kesadaran pada pasien.

9. Dx keperawatan yang mungkin muncul


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan struktur tulang

10. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


52
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan tindakan (D.l.08238)
agen pencedera keperawatan selama Obsevasi
fisiologis …x… diharapkan Identifikasi lokasi,
( D.0077 ) nyeri menurun karakteristik, durasi,
dengan frekuensi, kualitas,
Kriteris hasil intensitas nyeri
(D.L.08066) : Identifikasi skala nyeri
1) Kemampuan Identifikasi respons nyeri
pasien untuk non verbal
menuntaskan Identifikasi factor yang
aktivitas menurun memperberat dan
2) Keluhan nyeri memperingan nyeri
menurun Identifikasi pengetahuan
3) Pasien tampak dan keyakinan tentang
meringis menurun nyeri
4) Frekuensi nadi Identifikasi pengaruh nyeri
membaik pada kualitas hidup
5) Pola nafas Monitor keberhasilan
membaik terapi komplementer yang
6) Tekanan darah sudah di berikan
membaik Monitor efek samping
7) Fungsi berkemih penggunaan analgesic
membaik
8) Perilaku membaik
9) Pola tidur
membaik
Terapeutik
1.9 Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
( mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
53

kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
54

2 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi


fisik b.d kerusakan intervensi selama 3x24 (I.05173)
struktur tulang jam, maka Mobilitas Observasi
fisik meningkat dengan 2.1Identifikasi
kriteria hasil: kemampuan pasien
Pergerakkan ekstremitas dalam mobilisasi
meningkat, kekuatan otot 2.2 monitor tanda-tanda
meningkat, gerakan vital
terbatas menurun, Terapeutik
kelemahan fisik 2.3 Libatkan keluarga
menurun, aktivitas untuk membantu pasien
meningkat. dalam meningkatan
pergerakan
Edukasi
2.4 Anjurkan mobilisasi
dini
2.5 Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk
ditempat tidur, duduk
disisi tempat tidur,
pindah dari tempat tidur
ke kursi)

Anda mungkin juga menyukai