Disusun Oleh :
Nim : 201102080
Kelompok :7
Fakultas Keperawatan
Tahun Ajaran
2020/2021
Lampiran 4
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
B. Etiologi
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang dimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai
menyebabkan deformitas ekstremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkannya dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi
dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat
melekatnya otot.
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontrasksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Framgmen sering
saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 – 5 cm.
Saat ekstremitas diperiksa secara palpasi, teraba adanya krepitasi yang terjadi
akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
Pembengkakkan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikut fraktur. Tanda ini dapat terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cedera.
E. Pemeriksaan Diagnostik
X-ray, untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera.
Bone scans, Tomogram atau MRI scans.
Arteriogram, dlakukan bila ada kerusakan vaskuler.
CCT, apabila diduga terjadi kerusakan otot.
Pemeriksaan darah lengkap.
F. Penatalaksanaan Medis
Terdapat empat tujuan utama dalam penatalaksanaan medis pada kasus fraktur,
yaitu:
A. Menghilangkan rasa nyeri
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun
karena adanya luka di sekitar jaringan tulang yang patah. Untuk
mengaurangi nyeri tersebut, dapat diberika obat penghilang rasa nyeri dan
dengan teknik imobilisasi, yang dapat dicapai dengan cara pemsangan gips
atau bidai.
B. Menghasilkan dan Mempertahankan Posisi yang Ideal dari Fraktur
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang
lama. Untuk itu diperlukan lagi teknik yang lebih baik seperti pemasangan
traksi kontinyu, fiksasi internal, atau fiksasi eksternal tergantung dari dari
jenis frakturnya sendiri.
C. Penyatuan Tulang Kembali
Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu
dan akan menyatu dengan sempurna daam waktu 6 bulan. Namun
terkadang terdapat gangguan dalam penyatuan tulang, sehingga
dibutuhkan graft tulang.
D. Mengembalikan Fungsi Seperti Semula
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan
kakunya sendiri. Maka dari itu, diperlukan upaya mobilisasi secepat
mungkin dengan menggunakan alat bantu mobilisasi seperti walker, cruck,
dan lainnya.
Keluhan Utama :
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung lamanya serangan.
Riwayat penyakit :
a. Riwayat penyakit sekarang
Dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya membantu dalam
membuat rencana tindakan terhadap klien. Bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit sehingga bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana
yang terkena.
b. Riwayat penyakit dahulu
Dilakukan untuk menentukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi
petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit tertentu
seperti Paget’s atau Ca tulang yang menyebabkan fraktur patologis yang sering
sulit untuk disambung. Selain itu penyakit diabetes dengan luka di kaki sangat
beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kroni dan menghambat proses
penyembuhan tulang.
c. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya fraktur seperti diabetes, osteoporosis yang
sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik.
Pemeriksaan Fisik (Review of Systems):
a. B1 – Breath (Pernafasan)
MEmperhatikan pola nafas klien. Pola nafas yang cepat dan ireguler
mengindikasikan klien merasakan nyeri pada angota bagian tubuhnya.
b. B2 – Blood (Kardiovaskuler)
Memperhatikan irama dan frekuensi denyut jantung, reguler/ireguler. Perabaan
denyut nadi perifer untuk mengindikasikan kemungkinan adanya perdarahan
didalam dekat jaringan yang mengalami fraktur, sehingga nadi teraba cepat
namun lemah.
c. B3 – Brain (Perkemihan)
Tingkat kesadaran klien dapat dikaji lewat pertanyaan-pertanyaan seperti nama
dan alamat klien, dan menentukan nilai GCS klien.
d. B4 – Bladder (Perkemihan)
Memeriksan jumlah, warna, dan karaktersitik urine. Ada atau tidaknya distensi
kandung kemih.
e. B5 – Bowel (Pencernaan)
Penilaian apda rongga mulut, ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada
lidah menunjukkan adanya dehidrasi. Ada atau tidaknya bising usus. Ada atau
tidaknya distensi abdomen.
f. B6 – Bone (Muskuloskeletal)
Perhatikan warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit. Kebiruan
menunjukkan sianosis, kemerahan menunjukkan adanya infeksi atau perdarahan.
Warna kulit pucat menandakan klien memiliki kadar Hemoglobin (Hb) yang
rendah. Mengkaji rentang gerak dan kekuatan ekstremitas klien, dan juga melihat
integritas atau keutuhan kulit klien.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko trauma b/d kehilangan integritas tulang (fraktur).
2. Nyeri b/d spasme otot, pergerakan fragmen tulang, edema, trauma
pada jaringan lunak, stres, dan cemas.
3. Resiko terjadi disfungsi neuromuskular periferal b/d trauma jaringan,
edema, adanya trombus, hipovolemia dan terhambatnya aliran
darah.
4. Resiko terjadi gangguan pertukaran gas b/d gangguan peredaran
darah/ emboli lemak dan perubahan membran alveolar.
5. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskular, nyeri,
restrictive therapy, dan imobilisasi.
I. Perencanaan Keperawatan
Rencana tindakan:
1) Lakukan imobilisasi (bed-rest, gips, bidai dan traksi). R/ Mengurangi nyeri
dan mencegah perubahan posisi tulang serta luka pada jaringan.
2) Tinggikan dan sangga daerah luka. R/ Meningkatkan aliran vena,
mengurangi edema dan mengurangi nyeri.
3) Tinggikan bagian depan tempat tidur. R/ Memberikan rasa nyaman.
4) Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi nafas dalam.
R/ Meningkatkan kemampuan mengurangi rasa nyeri.
5) Lakukan latihan range of motion. R/ Mempertahankan kemampuan otot dan
menghindari pembengkakan pada jaringan yanag luka.
6) Kolaborasi untuk pemberian obat sesuai terapi. R/ Meningkatkan relaksasi
otot dan menekan rangsangan nyeri.
7) Evaluasi rasa nyeri, lokasi, dan karakteristik, termasuk intensitas. Perhatikan
juga rasa nyeri non-verbal (tanda vital, emosi, pergerakan/ perilaku). R/
Monitor keefektifan intervensi, tingkat kecemasan dapat menunjukkan
reaksi dari nyeri.
LAPORAN KASUS
1. Pengkajian
A. Identitas
Klien
: Sdr. A Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Klien
No. RM : 020868 Pekerjaan : Swasta
Alamat : Mojokerto Agama : Islam
Umur : 24 tahun Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia
Dx. Medis : Close Fracture Manus (D)
B. Alasan MRS
Klien mengatakan mengalami KLL (Kecelakaan Lalu Lintas) Sepeda
Motor dengan Truk 1 jam sebelumnya (jam 09.00 WIB). Klien
dibawa ke UGD RSK Mojowarno oleh warga setempat. Klien
mengatakan sebelumnya ia hendak ke kota M, lalu tiba-tiba tertabrak
Truk. Didapatkan hasil TTV: Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 84
x/menit, Suhu 36,5OC, RR 24x/menit, dan GCS e3 v5 m6 (total 14).
Pada hasil pemeriksaan fisik ditemukan luka robekan di pelipis kiri ±
3 cm dan pada jari kelingking tangan kanan ± 4 cm dengan
kedalaman ± 0,5 cm. Terdapat perdarahan pada luka robekan.
terdapat bengkak berwarna merah kebiruan pada kulit sekitar luka.
Klien mengatakan merasa nyeri pada bagian kepala dan lengan
dengan VAS 4 (skala 1 – 10).
C. TTV
Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 84 x/menit
o
Suhu : 36,5 C RR : 24 x/menit
BB : 60 Kg TB : 174 cm
G-C-S : 14 (E3 – V5 – M6)
D. Pengkajian Gawat Darurat
Sistem Diagnosa Tindakan Hasil/ Evaluasi
Keperawat- Keperawatan
An
Airway Jalan nafas
(jalan napas) tidak
efektif
Sumbatan:
Benda asing Monitor RR: 24x/ menit
Pernafasan
Sputum Auskultasi suara vesikuler pada
nafas lapang paru,
bentuk dada
normal
Darah Bantu klien Posisi: sim
mengatur posisi
Lidah Kolaborasi Klien dipasang O2
broncho-dilator nasal volume 2
lpm
E. Terapi Obat-obatan
Waktu Nama Obat Dosis dan Cara Keterangan
Pemberian
10.00 Ranitidin 50 mg i.v. bolus Obat tukak
lambung dan
duodenum akut
Respon Nyeri
Nyeri
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan tulang (fraktur) akibat kecelakaan lalu lintas yang
ditandai dengan klien mengatakan merasa nyeri pada bagian kepala depan
dan lengan kanan, terdapat luka robekan di pelipis kiri ± 3 cm dan pada jari
kelingking kanan ± 4 cm dengan kedalaman ± 0,5 cm, VAS nyeri 4 (Skala 1
– 10).
3. Intervensi Keperawatan
Tanggal : 14 Maret 2015
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan tulang (fraktur) akibat kecelakaan lalu lintas yang
ditandai dengan klien mengatakan merasa nyeri pada bagian kepala depan
dan lengan kanan, terdapat luka robekan di pelipis kiri ± 3 cm dan pada jari
kelingking kanan ± 4 cm dengan kedalaman ± 0,5 cm, VAS nyeri 4 (Skala 1
– 10).
Tujuan dan Rencana dan Rasional
Kriteria Hasil
Tujuan 1. Manajemen nyeri kaji intensitas dan skala nyeri. R/
Setelah dilakukan Nyeri merupakan respon subjektif yg dapat dikaji
tindakan dengan menggunakan skala.
keperawatan 2. Pengaturan posisi berikan klien posisi semifowler.
selama 1x24 jam, R/ Posisi dengan kepala lebih tinggi dapat
diharapkan nyeri memperlambat aliran darah dan cairan ke kepala
yang dirasakan sehingga dapat mempertahankan tekanan
klien berkurang, intrakranial dalam abtas normal sehingga
mencegah nyeri bertambah kuat.
Kriteria Hasil
1. Klien 3. Terapi relaksasi ajarkan klien teknik relaksasi nafas
mengatakan dalam. R/ Memfokuskan perhatian klein pada
nyeri yang kontrol nafas sehingga dapat mengurangi fokus
dirasakan perhatian pada nyeri sehingga dapat dirasa
berkurang. berkurang.
2. Klien tidak
gelisah 4. Observasi ROM (Range of Movement) klien, minta
3. Klien klien menggerakkan anggota gerak/ekstremitasnya
mengidentifikas yang tidak terdapat kecurigaan fraktur semaksimal
i aktivitas yang mungkin mulai dari daerah distal ke proksimal
dapat (jari-jari kemudian ke lengan), tanyakan apabila
mengurangi klien merasa sudah maksimal/ merasa nyeri. R/
nyeri. ROM menentukan lokasi dan batasan gerak klien
4. VAS nyeri serta nyeri yang dirasakan
turun menjadi
1-2 5. Anjurkan klien untuk melakukan pemeriksaan
(skala 1 – 10) rontgen daerah kepala dan bagian tubuh lain yang
tampak mengalami deformitas, curiga memar CF,
atau teraba nyeri. R/ Hasil rontgen menunjukkan
kondisi tulang/ bagian dalam tubuh klien apabila
dicurigai terdapat close fracture tambahan selain
yang nampak saat melakukan inspeksi, sehingga
dapat diintervensi lebih lanjut untuk
meminimalkan nyeri yang dirasakan klien.
6. Lakukan pembidaian sementara pada bagian
ekstremitas yang tampak mengalami deformitas,
memar curiga CF dan nyeri apabila dilakukan
perabaan/palpasi. R/ Pembidaian meminimalkan
pergerakan pada daerah ekstremitas tersebut
sehingga meminimalkan rasa nyeri yang muncul.
Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8. Jakarta: EGC. Tim
Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved
from http://www.inna-ppni.or.id
Wilkinson, M. Judith, Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosisi Keperawatan;
Diagnosisi NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil HOC. Ed.9. Jakarta: EGC
Nama : Shafira Aulia Br Purba
Nim : 201102080 / Kelompok 7 / Keperawatan Gawat Darurat
Judul : Pemberian Campuran Kunyit dan Jahe dengan Tingkat Nyeri Pada
Pasien Fraktur
Latar Belakang:
Tulang merupakan kerangka kerja tubuh manusia dan fraktur (patah tulang) dapat
terjadi pada tulang manapun yang membentuk tubuh. Suatu fraktur dapat menimbulkan nyeri
yang ekstrim atau ringan pada area yang cedera. Walaupun obat-obat nonsteroid efektif untuk
menghilangkan nyeri, obat-obat herbal dan suplemen diet bisa memberikan alternatif
pengobatan untuk menghilangkan nyeri yang lebih aman Hasil wawancara dengan 3 orang
penderita fraktur yang berobat di dukun patah. Ketiganya mengatakan nyeri yang dirasakan
berkurang setelah diolesi ramuan herbal oleh dukun patah. Hasil wawancara dengan dukun
patah menyatakan bahwa diantara komposisi ramuan obat yang diolesi pada luka patah tulang
pasiennya mengandung kunyit dan jahe.
Metode Penelitian:
Hasil Penelitian:
- Hasil penelitian ini terdapat pengaruh pemberian campuran kunyit dan jahe terhadap tingkat
nyeri pada pasien fraktur yang berobat di dukun patah Kecamatan Jeumpa Kabupaten
Bireuen, didapatkan nilai Z=-2.694 dan p value= 0.007 <0.05.
Kesimpulan:
Studi ini menemukan ada pengaruh pemberian campuran kunyit dan jahe terhadap
tingkat nyeri pada pasien fraktur yang berobat di dukun patah Kecamatan Jeumpa Kabupaten
Bireuen.
Daftar Pustaka:
Fitria. et al. 2016. Pemberian Campuran Kunyit dan Jahe dengan Tingkat Nyeri Pada
Pasien Fraktur. Jurnal Ilmu Keperawatan 2016 4:1
SATUAN ACARA PENYULUHAN
III. SASARAN
Keluarga Pasien
V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VI. MEDIA
Leaflet
VII. KRITERIA EVALUASI
Evaluasi Struktur
Peserta hadir ditempat penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang Lobby IGD RSSA
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya Evaluasi Proses
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
Evaluasi Hasil
Keluarga Pasien mengetahui tentang Patah Tulang
2. 15 Pelaksanaan :
menit Menjelaskan tentang pengertian Memperhatikan
Patah Tulang
Menjelaskan tentang penyebab Memperhatikan
Patah Tulang
Menjelaskan tentang tanda dan Memperhatika
gejala Patah Tulang
tentang Memperhatikan
Menjelaskan
penatalaksanaan Patah Tulang
Memberi kesempatan kepada Bertanya dan