Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Disusun Oleh :

Nama : Shafira Aulia Br Purba

Nim : 201102080

Kelompok :7

Dosen Pembimbing : Eqlima Elfira, S.Kep., Ns., M.Kep

Program Studi Profesi Ners

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Tahun Ajaran

2020/2021
Lampiran 4

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Pasien : Saudara A

Diagnosa Medis : Close Fraktur Manus

A. Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai


dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, ruptur tendon, kerusakan pembuluh
darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya
fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat
diabsorbsinya (Smeltzer, 2001). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang dapat
disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan
kontraksi otot ekstrim (Brunner & Sudarth, 2002). Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa (Mansjoer, 2007).

B. Etiologi

 Trauma langsung/ direct trauma


Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat diman bagian tersebut mendapat ruda paksa
(misalnya benturan dan pukulan yang mengkaibatkan patah tulang).
 Trauma tidak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi
fraktur pada pergelangan tangan.
 Trauma ringan
Terjadi bila tulang itu sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari
yang biasanya disebut dengan fraktur patologis.
 Kekerasan akibat tarikan otot
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekanan, dan penarikan.
C. Patofisiologi
D. Gejala Klinis

 Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang dimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
 Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai
menyebabkan deformitas ekstremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkannya dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi
dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat
melekatnya otot.
 Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontrasksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Framgmen sering
saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 – 5 cm.
 Saat ekstremitas diperiksa secara palpasi, teraba adanya krepitasi yang terjadi
akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
 Pembengkakkan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikut fraktur. Tanda ini dapat terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cedera.

E. Pemeriksaan Diagnostik
 X-ray, untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera.
 Bone scans, Tomogram atau MRI scans.
 Arteriogram, dlakukan bila ada kerusakan vaskuler.
 CCT, apabila diduga terjadi kerusakan otot.
 Pemeriksaan darah lengkap.

F. Penatalaksanaan Medis

Terdapat empat tujuan utama dalam penatalaksanaan medis pada kasus fraktur,
yaitu:
A. Menghilangkan rasa nyeri
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun
karena adanya luka di sekitar jaringan tulang yang patah. Untuk
mengaurangi nyeri tersebut, dapat diberika obat penghilang rasa nyeri dan
dengan teknik imobilisasi, yang dapat dicapai dengan cara pemsangan gips
atau bidai.
B. Menghasilkan dan Mempertahankan Posisi yang Ideal dari Fraktur
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang
lama. Untuk itu diperlukan lagi teknik yang lebih baik seperti pemasangan
traksi kontinyu, fiksasi internal, atau fiksasi eksternal tergantung dari dari
jenis frakturnya sendiri.
C. Penyatuan Tulang Kembali
Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu
dan akan menyatu dengan sempurna daam waktu 6 bulan. Namun
terkadang terdapat gangguan dalam penyatuan tulang, sehingga
dibutuhkan graft tulang.
D. Mengembalikan Fungsi Seperti Semula
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan
kakunya sendiri. Maka dari itu, diperlukan upaya mobilisasi secepat
mungkin dengan menggunakan alat bantu mobilisasi seperti walker, cruck,
dan lainnya.

G. Pengkajian Data Dasar Keperawatan Kasus Penyakit

Keluhan Utama :
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung lamanya serangan.
Riwayat penyakit :
a. Riwayat penyakit sekarang
Dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya membantu dalam
membuat rencana tindakan terhadap klien. Bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit sehingga bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana
yang terkena.
b. Riwayat penyakit dahulu
Dilakukan untuk menentukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi
petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit tertentu
seperti Paget’s atau Ca tulang yang menyebabkan fraktur patologis yang sering
sulit untuk disambung. Selain itu penyakit diabetes dengan luka di kaki sangat
beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kroni dan menghambat proses
penyembuhan tulang.
c. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya fraktur seperti diabetes, osteoporosis yang
sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik.
Pemeriksaan Fisik (Review of Systems):

a. B1 – Breath (Pernafasan)
MEmperhatikan pola nafas klien. Pola nafas yang cepat dan ireguler
mengindikasikan klien merasakan nyeri pada angota bagian tubuhnya.
b. B2 – Blood (Kardiovaskuler)
Memperhatikan irama dan frekuensi denyut jantung, reguler/ireguler. Perabaan
denyut nadi perifer untuk mengindikasikan kemungkinan adanya perdarahan
didalam dekat jaringan yang mengalami fraktur, sehingga nadi teraba cepat
namun lemah.
c. B3 – Brain (Perkemihan)
Tingkat kesadaran klien dapat dikaji lewat pertanyaan-pertanyaan seperti nama
dan alamat klien, dan menentukan nilai GCS klien.
d. B4 – Bladder (Perkemihan)
Memeriksan jumlah, warna, dan karaktersitik urine. Ada atau tidaknya distensi
kandung kemih.
e. B5 – Bowel (Pencernaan)
Penilaian apda rongga mulut, ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada
lidah menunjukkan adanya dehidrasi. Ada atau tidaknya bising usus. Ada atau
tidaknya distensi abdomen.
f. B6 – Bone (Muskuloskeletal)
Perhatikan warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit. Kebiruan
menunjukkan sianosis, kemerahan menunjukkan adanya infeksi atau perdarahan.
Warna kulit pucat menandakan klien memiliki kadar Hemoglobin (Hb) yang
rendah. Mengkaji rentang gerak dan kekuatan ekstremitas klien, dan juga melihat
integritas atau keutuhan kulit klien.

H. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko trauma b/d kehilangan integritas tulang (fraktur).
2. Nyeri b/d spasme otot, pergerakan fragmen tulang, edema, trauma
pada jaringan lunak, stres, dan cemas.
3. Resiko terjadi disfungsi neuromuskular periferal b/d trauma jaringan,
edema, adanya trombus, hipovolemia dan terhambatnya aliran
darah.
4. Resiko terjadi gangguan pertukaran gas b/d gangguan peredaran
darah/ emboli lemak dan perubahan membran alveolar.
5. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskular, nyeri,
restrictive therapy, dan imobilisasi.

I. Perencanaan Keperawatan

a. Resiko terjadi trauma b/d kehilangan integritas tulang


(fraktur) Hasil yang diharapkan:
1) Mempertahankan stabilisasi dan alignment fraktur,
2) Mendemonstrasikan mekanika tubuh untuk mempertahankan stabilitas
posisi tubuh, dan
3) Menunjukkan pertumbuhan valus yang baru pada bagan fraktur.
Rencana Tindakan:
1) Anjurkan bed-rest dengan memberikan penyangga saat mencoba
menggerakkan bagian yang fraktur. R/ Meningkatkan kemampuan,
mereduksi kemungkinan pengobatan.
2) Letakkan klien pada tempat tidur ortopedis. R/ Kelembutan dan kelenturan
alas dapat mempengaruhi bentuk gips yang basah.
3) Beri penyangga pada fraktur dengan bantal, pertahankan posisi netral
dengan menahan bagian yang fraktur dengan bantalan pasir, bidai,
trochanter-roll, dan papan kaki. R/ Mencegah penakanan sehingga
menghindari deformitas pada gips.
4) Evaluasi pergerakan bidai untuk menghindari edema. R/ Bidai digunakan
untuk memberikan imobilisasi ada fraktur dan untuk mencegah terjadinya
bengkak pada jaringan. Edema akan hilang dengan pemberian bidai.
5) Pertahankan posisi dan integritas dari traksi. R/ Tarikan pada traksi
dilakukan pada tulang panjang yang fraktur dan kemudian menjadikan otot
tegang sehingga memudahkan alignment.
6) Follow-up pemeriksaan X-ray. R/ Mengetahui proses tumbuhnya calus
untuk menentukan tingkat aktivitas dan memerlukan perubahan atau
tambahan terapi.
7) Pertahankan fisioterapi jika perlu. R/ Membantu menguatkan pertumbuhan
tulang dalam penyembuhan.

b. Nyeri b/d spasme otot, pergerakan fragmen tulang, edema,


traksi/imobilisasi karena penggunaan alat, stres dan kecemasan.
Hasil yang diharapkan:
a. Klien mengerti penyebab nyeri,
b. Klien mampu mengontrol nyeri, dan
c. Tanda-tanda vital dalam rentang normal.

Rencana tindakan:
1) Lakukan imobilisasi (bed-rest, gips, bidai dan traksi). R/ Mengurangi nyeri
dan mencegah perubahan posisi tulang serta luka pada jaringan.
2) Tinggikan dan sangga daerah luka. R/ Meningkatkan aliran vena,
mengurangi edema dan mengurangi nyeri.
3) Tinggikan bagian depan tempat tidur. R/ Memberikan rasa nyaman.
4) Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi nafas dalam.
R/ Meningkatkan kemampuan mengurangi rasa nyeri.
5) Lakukan latihan range of motion. R/ Mempertahankan kemampuan otot dan
menghindari pembengkakan pada jaringan yanag luka.
6) Kolaborasi untuk pemberian obat sesuai terapi. R/ Meningkatkan relaksasi
otot dan menekan rangsangan nyeri.
7) Evaluasi rasa nyeri, lokasi, dan karakteristik, termasuk intensitas. Perhatikan
juga rasa nyeri non-verbal (tanda vital, emosi, pergerakan/ perilaku). R/
Monitor keefektifan intervensi, tingkat kecemasan dapat menunjukkan
reaksi dari nyeri.

c. Resiko terjadi gangguan integritas kulit/jaringan b/d compound fracture,


pemasangan traksi, gangguan sensasi, sirkulasi dan imobilisasi fisik.
Rencana tindakan:
a. Periksa kulit sekitar luka, kemerahan, perdarahan, perubahan warna kulit. R/
Memberikan informasi gangguan sirkulasi kulit dan masalah-masalah yang
mungkin disebabkan oleh penggunaakn traksi dan terbentuknya edema.
b. Masase kulit dan tempat yang menonjol, menjaga alat tenun tetap kering,
memberikan alas yang lembut pada siku dan tumit. R/ Mengurangi
penekanan pada daerah yang beresiko lecet dan rusak.
c. Ubah posisi selang-seling sesuai indikasi. R/ Mengurangi penekanan yang
terus menerus pada posisi tertentu.
d. Kaji posisi splint ring traksi. R/ salah posisi akan menyebabkan kerusakan
kulit.
e. Pakai bed-matras/ air-matras. R/ Mencegah perlukaan setiap anggota tubuh,
dan untuk anggota tubuh yang kurang gerak efektif untuk mencegah
penurunan sirkulasi.
Lampiran 3

LAPORAN KASUS

1. Pengkajian
A. Identitas
Klien
: Sdr. A Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Klien
No. RM : 020868 Pekerjaan : Swasta
Alamat : Mojokerto Agama : Islam
Umur : 24 tahun Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia
Dx. Medis : Close Fracture Manus (D)

B. Alasan MRS
Klien mengatakan mengalami KLL (Kecelakaan Lalu Lintas) Sepeda
Motor dengan Truk 1 jam sebelumnya (jam 09.00 WIB). Klien
dibawa ke UGD RSK Mojowarno oleh warga setempat. Klien
mengatakan sebelumnya ia hendak ke kota M, lalu tiba-tiba tertabrak
Truk. Didapatkan hasil TTV: Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 84
x/menit, Suhu 36,5OC, RR 24x/menit, dan GCS e3 v5 m6 (total 14).
Pada hasil pemeriksaan fisik ditemukan luka robekan di pelipis kiri ±
3 cm dan pada jari kelingking tangan kanan ± 4 cm dengan
kedalaman ± 0,5 cm. Terdapat perdarahan pada luka robekan.
terdapat bengkak berwarna merah kebiruan pada kulit sekitar luka.
Klien mengatakan merasa nyeri pada bagian kepala dan lengan
dengan VAS 4 (skala 1 – 10).

C. TTV
Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 84 x/menit
o
Suhu : 36,5 C RR : 24 x/menit
BB : 60 Kg TB : 174 cm
G-C-S : 14 (E3 – V5 – M6)
D. Pengkajian Gawat Darurat
Sistem Diagnosa Tindakan Hasil/ Evaluasi
Keperawat- Keperawatan
An
Airway Jalan nafas
(jalan napas) tidak
efektif
Sumbatan:
Benda asing Monitor RR: 24x/ menit
Pernafasan
Sputum Auskultasi suara vesikuler pada
nafas lapang paru,
bentuk dada
normal
Darah Bantu klien Posisi: sim
mengatur posisi
Lidah Kolaborasi Klien dipasang O2
broncho-dilator nasal volume 2
lpm

Breathing Pola nafas Pola nafas klien


(pernapasan) tidak efektif
efektif
Produktif Kaji frekuensi, RR: 24x/ menit,
suara nafas, suara nafas:
kedalaman, normal vesikuler,
ekspansi paru. ekspansi paru
normal dan
simetris antara
dada kanan dan
dada kiri
Non- Kaji TIdak terdapat
produktif penggunaan otot penggunaan otot
bantu nafas bantu pernapasan
Nyeri dada Auskultasi suara Suara nafas:
nafas, catat leher; trakeal,
adanya suara ICS 2;
abnormal bronchovesikuler
lapang paru;
vesikuler
Ekspansi paru Bantu mengatur posisi klien: sim
menurun posisi klien
seperti
semifowler
Pola nafas normal dan
reguler
Sesak nafas -
Frekuensi 24x/ menit
teratur v
tidak teratur -
apnoe -
Bunyi nafas
wheezing -
Ronchii -
Coarce -
Crackles
Fine Crackles -
Dyspnoe saat Gangguan
perfusi
jaringan
Aktivitas Auskultasi suara S1 dan S2 tunggal
jantung, catat
adanya suara
tambahan
Tanpa Observasi GCS: 14
aktivitas tingkat (E3-V5-M6)
kesadaran
Dengan alat Observasi suhu Suhu 36,5oC
tambahan tubuh, warna warna kulit:
kulit/ mukosa kemerahan
warna mukosa:
merah muda
Ukur Urine dalam
pengeluaran kantong urine
urine 100cc
Palpasi nadi Nadi: reguler
perifer: lemah
frekuensi, HR: 84x/ menit
kekuatan, dan
kelenturan
Atur posisi klien posisi: sim
sesuai dengan
daerah yang
mengalami
gangguan
perfusi
Kolaborasi: terlampir
Pemeriksaan
laboratorium,
pemberian obat-
obatan
Circulation Gangguan
(Sirkulasi) sirkulasi
nadi Karotis palpasi nadi Rate: 84x/ menit
karotis, reguler
frekuensi,
kekuatan, dan
keteraturan
Observasi Hematom pada
adanya sianosis daerah sekitar mata
dan pipi kanan
Observasi Terdapat luka
daerah robekan pada
ekstremitas pelipis kiri ±3cm,
Observasi dan pada jari
adanya edema kelingking kanan
±4cm, dengan
dalam ±0,5cm.
Perdarahan (+),
Luka tampak kotor
dan terdapat darah
yang mengering
pada kulit sekitar
luka
Kaki tangan -
dingin
mimisan -
epistaksis
edema -
gemetaran -
kesemutan -
nyeri dada -
CRT 2-3 detik
(Capillary
Refill
Time)
Fluid (cairan
dan elektrolit)
Turgor baik
Mukosa lembab
mulut
BAB -
BAK Klien terpasang
kateter urine 16 fr,
urine dalam
kantong urine
100cc
Intoksikasi Resiko -
penyebaran
Toksin
keseluruh
tubuh
GCS 13 – 15
(E3-V5-M6)
Berikan Brankart terpasang
pengaman pagar, klien
tempat tidur, tampak lemah,
observasi respon klien kooperatif
perilaku
Neuro- Resiko
sensorik tinggi
trauma
Spasme otot Kaji adanya -
twitching pada
kaki/ tangan/
otot wajah
Parastesia Pasang -
pengaman
tempat tidur
Perubahan Suction dengan -
pergerakan kateter yang
lembut
Kerusakan Istirahatkan Terdapat luka
jaringan, klien selama robekan pada
vulnus fase akut pelipis kiri ±3cm,
dan pada jari
kelingking kanan
±4cm, dengan
dalam ±0,5cm.
Perdarahan (+),
Luka tampak kotor
dan terdapat darah
yang mengering
pada kulit sekitar
luka
Krepitasi Cegah perluasan Klien dilakukan
kerusakan hacthing pada
jaringan dan bagian robekan
kemungkinan pelipis kiri dengan
terjadinya benang seide/silk
infeksi rawat 4-0, diberi salep
luka dengan ikamicetin
teknik aseptik (chlorampenicol)
dan dibalut kasa
Fraktura Kolaborasi terlampir
pemberian obat
Integumen Gangguan
integritas
kulit
Luka bakar -
Nyeri Catat durasi, Klien mengatakan
intensitas, nyeri pada bagian
penyebaran kepala dan lengan
nyeri dengan VAS 4
(skala 1 – 10)

E. Terapi Obat-obatan
Waktu Nama Obat Dosis dan Cara Keterangan
Pemberian
10.00 Ranitidin 50 mg i.v. bolus Obat tukak
lambung dan
duodenum akut

10.25 Ketorolac 10 mg i.v. bolus Obat Analgesik

10.30 Tetagam 1 ml (250 iu) i.m Serum anti


Tetanus

10.35 Ceftriaxone 2 gr i.v. bolus Antibiotik

11.00 Ikamicetin 2% topikal (salep) Antibiotik


(Chlorampenicol)

F. Hasil Foto Rontgen


Jenis Pemeriksaan Hasil
Skull COR
Manus (D) (AP-Lateral) Susp. Close Fracture Manus (D)
G. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Ds: Kecelakaan lalu lintas Gangguan
- Klien mengatakan rasa
sebelumnya ia hendak ke nyaman:
kota M, lalu tiba-tiba Trauma jaringan tubuh Nyeri
tertabrak Truk.
- Klien mengatakan
merasa nyeri pada Terputusnya kontinuitas
bagian kepala depan dan jaringan
lengan kanan.

Do: Pelepasan mediator-


- Terdapat luka robekan di mediator nyeri
pelipis kiri ± 3 cm dan (prostaglandin,
pada jari kelingking sitokinin, neurotrofin,
tangan kanan ± 4 cm serotonin, adenosin,
dengan dalam ± 0,5 cm. cannabinoid, histamin,
- VAS nyeri 4 leukotrin, dan kinin)
(skala 1 –
10)

Hantaran impuls nyeri


ke sistem saraf pusat

Respon Nyeri

Nyeri

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan tulang (fraktur) akibat kecelakaan lalu lintas yang
ditandai dengan klien mengatakan merasa nyeri pada bagian kepala depan
dan lengan kanan, terdapat luka robekan di pelipis kiri ± 3 cm dan pada jari
kelingking kanan ± 4 cm dengan kedalaman ± 0,5 cm, VAS nyeri 4 (Skala 1
– 10).
3. Intervensi Keperawatan
Tanggal : 14 Maret 2015
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan tulang (fraktur) akibat kecelakaan lalu lintas yang
ditandai dengan klien mengatakan merasa nyeri pada bagian kepala depan
dan lengan kanan, terdapat luka robekan di pelipis kiri ± 3 cm dan pada jari
kelingking kanan ± 4 cm dengan kedalaman ± 0,5 cm, VAS nyeri 4 (Skala 1
– 10).
Tujuan dan Rencana dan Rasional
Kriteria Hasil
Tujuan 1. Manajemen nyeri kaji intensitas dan skala nyeri. R/
Setelah dilakukan Nyeri merupakan respon subjektif yg dapat dikaji
tindakan dengan menggunakan skala.
keperawatan 2. Pengaturan posisi berikan klien posisi semifowler.
selama 1x24 jam, R/ Posisi dengan kepala lebih tinggi dapat
diharapkan nyeri memperlambat aliran darah dan cairan ke kepala
yang dirasakan sehingga dapat mempertahankan tekanan
klien berkurang, intrakranial dalam abtas normal sehingga
mencegah nyeri bertambah kuat.
Kriteria Hasil
1. Klien 3. Terapi relaksasi ajarkan klien teknik relaksasi nafas
mengatakan dalam. R/ Memfokuskan perhatian klein pada
nyeri yang kontrol nafas sehingga dapat mengurangi fokus
dirasakan perhatian pada nyeri sehingga dapat dirasa
berkurang. berkurang.
2. Klien tidak
gelisah 4. Observasi ROM (Range of Movement) klien, minta
3. Klien klien menggerakkan anggota gerak/ekstremitasnya
mengidentifikas yang tidak terdapat kecurigaan fraktur semaksimal
i aktivitas yang mungkin mulai dari daerah distal ke proksimal
dapat (jari-jari kemudian ke lengan), tanyakan apabila
mengurangi klien merasa sudah maksimal/ merasa nyeri. R/
nyeri. ROM menentukan lokasi dan batasan gerak klien
4. VAS nyeri serta nyeri yang dirasakan
turun menjadi
1-2 5. Anjurkan klien untuk melakukan pemeriksaan
(skala 1 – 10) rontgen daerah kepala dan bagian tubuh lain yang
tampak mengalami deformitas, curiga memar CF,
atau teraba nyeri. R/ Hasil rontgen menunjukkan
kondisi tulang/ bagian dalam tubuh klien apabila
dicurigai terdapat close fracture tambahan selain
yang nampak saat melakukan inspeksi, sehingga
dapat diintervensi lebih lanjut untuk
meminimalkan nyeri yang dirasakan klien.
6. Lakukan pembidaian sementara pada bagian
ekstremitas yang tampak mengalami deformitas,
memar curiga CF dan nyeri apabila dilakukan
perabaan/palpasi. R/ Pembidaian meminimalkan
pergerakan pada daerah ekstremitas tersebut
sehingga meminimalkan rasa nyeri yang muncul.

7. Lakukan tindakan hacthing pada jaringan kulit


yang robek. R/ Meminimalkan resiko bertambah
lebarnya robeka kulit akibat pergerakan sehingga
meminimalkan respon nyeri.

8. Kolaborasi pemberian obat analgetik i.v R/


Analgesik per i.v. memberikan respon anti-nyeri
yang lebih cepat.
4. Implementasi Keperawatan
Tanggal : 14 Maret 2015
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan tulang (fraktur) akibat kecelakaan lalu lintas yang
ditandai dengan klien mengatakan merasa nyeri pada bagian kepala depan
dan lengan kanan, terdapat luka robekan di pelipis kiri ± 3 cm dan pada jari
kelingking kanan ± 4 cm dengan kedalaman ± 0,5 cm, VAS nyeri 4 (Skala 1
– 10).
Waktu Tindakan dan Respon Klien Ttd.
10.00 Klien dipindahkan dari mobil pick-up ke brankart Jr
pasien. R/ Pemindahan klien ke brankar dibantu
pengantar.

10.00 Memberikan Inform Consent kepada keluarga klien/ Jr


pengantar untuk ditanda tangani mengenai persetujuan
tindakan yang dilakukan terhadap klien. R/ Sebagai
pernyataan tertulis persetujuan keluarga/ pengantar
klien terhadap tindakan yang akan dilakukan terhadap
klien.

10.00 Melepas pakaian klien secara keseluruhan untuk Jr


memudahkan dalam melakukan pemeriksaan fisik
terhadap luka, memar, jejas, dan deformitas. R/ Klien
diam saja dan tampak meringis kesakitan, namun
pakaian berhasil dibuka seluruhnya dan diganti dengan
pakaian dan selimut pasien untuk menutupi tubuh
klien.

10.00 Menanyakan nama dan alamat klien dengan nada agak Jr


keras, serta meminta klien untuk melihat bagaimana
kesadaran dan GCS klien. R/ Klien berespon dengan
menyebut nama dan alamat dengan pelan, dan
mencoba mengangkat tangan kiri. GCS 14 (E3-V5-
M6) kesadaran compos mentis.

10.00 Membersihkan tubuh klien dengan kompres/ Jr


membasuh luka sekitar dari darah dan kotoran/ debu.
R/ Klien kooperatif dan tampak meringis kesakitan
saat dibersihkan.

10.05 Melakukan teknik hacthing pada bagian pelipis kiri Jr


dan jari kelingking kanan klien diawali dengan
pemberian injeksi lidocain 2 mg untuk anestesi lokal
daerah yang akan dilakukan hacthing. R/ Klien
kooperatif saat dilakukan hatching. perdarahan 5 cc.

10.05 Melakukan pemasangan infus dengan cairan D5 ½ NS Jr


dan pemasangan O2 nasal 3lpm untuk pemenuhan
kebutuhan fisiologis klien serta penggantian cairan
tubuh yang keluar lewat perdarahan.

10.05 Melakukan pemasangan DK (Douwer Kateter/ Foley Jr


Kateter) ukuran 16 fr untuk memfasilitasi klien dalam
eliminasi urine karena klien tirah baring dan tidak
dianjurkan bergerak untuk meminimalkan nyeri. R/
Klien kooperatif.

10.10 Menganjurkan klien untuk jangan terlalu banyak Jr


bergerak dengan tujuan meminimalkan nyeri. R/ Klien
menyetujui dengan menjawab “ya” dengan pelan.

10.15 Mengobservasi TTV klien. R/ Tekanan darah 130/80 Jr


mmHg, Nadi 84 x/menit, RR 20 x/menit, Suhu: 36oC.

10.25 Memasukkan obat ranitidin dan ketorolac 10 mg per Jr


i.v. catheter (bolus). R/ Klien muntah bercampur isi
lambung, air, dan darah, cairan berwarna merah ±400
cc ditampung di wadah.

10.30 Memasukkan obat Tetagam 250 iu (1 ml) per i.m. R/ Jr


Klien kooperatif dan tidak tampak gelisah.

11.00 Memasukkan obat injeksi antibiotik Ceftriaxone 2 gr Jr


(10 ml) per i.v. bolus sebagai antibiotik profilaksis
karena tubuh klien terdapat luka robek, untuk
meminimalkan terjadinya infeksi. R/ Klien kooperatif.

12.30 Klien dibawa ke ruang rontgen untuk foto skull dan Jr


manus (D). R/ Hasil foto skull: COR, foto manus (D)
AP-Lateral: Susp. CF Manus (D).

12.40 Klien dilakukan pembidaian pada bagian telapak Jr


tangan kanan hingga jari keseluruhan untuk
meminimalkan pergerakan dan nyeri. R/ Klien maun
dan kooperatif saat dilakukan tindakan.
5. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Waktu Evaluasi
Gangguan rasa nyaman: 13.00 S:
Nyeri berhubungan - Klien mengatakan nyeri yang
dengan terputusnya dirasakan telah berkurang.
kontinuitas jaringan O:
tulang (fraktur) akibat - Klien tampak tenang namun
kecelakaan lalu lintas sesekali meringis kesakitan dengan
yang ditandai dengan VAS 2 (skala 1-10).
klien mengatakan - Hasil pengukuran TTV: Suhu
merasa nyeri pada 36OC, Nadi: 84x/menit, Tekanan
bagian kepala depan dan darah: 130/80 mmHg, dan RR
lengan kanan, terdapat 20x/menit.
luka robekan di pelipis - Klien tidak gelisah dan tampak
kiri ± 3 cm dan pada jari tenang.
kelingking kanan ± 4
cm dengan kedalaman ± A : Masalah teratasi
0,5 cm, VAS nyeri 4 P : Hentikan intervensi
(Skala 1 – 10).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8.
Jakarta: EGC.
Jonathan Cristofer Riwu Ratu, 2016, Laporan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada
Klien Sdr. A dengan Close Fraktur Manus (D) di Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Kristen Mojowarno Jombang, Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan Willian Booth.
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Ed.4. Jakarta: Media
Aesculapicus.

Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8. Jakarta: EGC. Tim
Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved
from http://www.inna-ppni.or.id
Wilkinson, M. Judith, Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosisi Keperawatan;
Diagnosisi NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil HOC. Ed.9. Jakarta: EGC
Nama : Shafira Aulia Br Purba
Nim : 201102080 / Kelompok 7 / Keperawatan Gawat Darurat
Judul : Pemberian Campuran Kunyit dan Jahe dengan Tingkat Nyeri Pada
Pasien Fraktur
Latar Belakang:

Tulang merupakan kerangka kerja tubuh manusia dan fraktur (patah tulang) dapat
terjadi pada tulang manapun yang membentuk tubuh. Suatu fraktur dapat menimbulkan nyeri
yang ekstrim atau ringan pada area yang cedera. Walaupun obat-obat nonsteroid efektif untuk
menghilangkan nyeri, obat-obat herbal dan suplemen diet bisa memberikan alternatif
pengobatan untuk menghilangkan nyeri yang lebih aman Hasil wawancara dengan 3 orang
penderita fraktur yang berobat di dukun patah. Ketiganya mengatakan nyeri yang dirasakan
berkurang setelah diolesi ramuan herbal oleh dukun patah. Hasil wawancara dengan dukun
patah menyatakan bahwa diantara komposisi ramuan obat yang diolesi pada luka patah tulang
pasiennya mengandung kunyit dan jahe.

Metode Penelitian:

Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimental-semu (quasi-eksperimental


research). Rancangan dalam penelitian ini adalah One Group Pretest-Posttest Design, dalam
rancangan ini digunakan satu kelompok subjek sejumlah 48 orang responden yang diperoleh
melalui teknik total sampling. Pengaruh pemberian campuran kunyit dan jahe pada pasien
fraktur diuji dengan menggunakan rumus uji non parametrik Wilcoxon signed rank test pada
derajat kemaknaan 95%. Pada bagian akhir analisa data, didapatkan nilai Z=-2.694 dan p
value= 0.007
<α=0.05.

Hasil Penelitian:

- Mayoritas responden merupakan pasien patah tulang akibat kecelakaan.

- Hasil penelitian ini terdapat pengaruh pemberian campuran kunyit dan jahe terhadap tingkat
nyeri pada pasien fraktur yang berobat di dukun patah Kecamatan Jeumpa Kabupaten
Bireuen, didapatkan nilai Z=-2.694 dan p value= 0.007 <0.05.
Kesimpulan:

Studi ini menemukan ada pengaruh pemberian campuran kunyit dan jahe terhadap
tingkat nyeri pada pasien fraktur yang berobat di dukun patah Kecamatan Jeumpa Kabupaten
Bireuen.

Daftar Pustaka:
Fitria. et al. 2016. Pemberian Campuran Kunyit dan Jahe dengan Tingkat Nyeri Pada
Pasien Fraktur. Jurnal Ilmu Keperawatan 2016 4:1
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Nama : Shafira Aulia Br Purba


NIM : 201102080
Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat
Topik : Patah Tulang
Sub topik : Penanganan Awal Patah Tulang
Sasaran : Keluarga Pasien
Hari/Tanggal : Jumat, 4 Desember 2020
Waktu : 1 x 15 menit

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, keluarga klien dapat menyebutkan pengertian tanda-
tanda dan penanganan patah tulang

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan keluarga klien dapat :
1. Menyebutkan pengertian Patah Tulang
2. Menyebutkan Penyebab Patah Tulang
3. Menyebutkan Tanda dan gejala Patah Tulang
4. Menyebutkan Penatalakanaan pada Patah Tulang

III. SASARAN
Keluarga Pasien

IV. MATERI (Terlampir)

V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

VI. MEDIA
 Leaflet
VII. KRITERIA EVALUASI
Evaluasi Struktur
 Peserta hadir ditempat penyuluhan
 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang Lobby IGD RSSA
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya Evaluasi Proses
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
 Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
Evaluasi Hasil
 Keluarga Pasien mengetahui tentang Patah Tulang

VIII. KEGIATAN PENYULUHAN


No. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN
PESERTA
1. 3 Pembukaan :
menit  Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam
mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dari  Memperhatikan
penyuluhan
 Menyebutkan materi yang akan  Memperhatikan
diberikan
 Menanyakan sekilas tentang
pengetahuan keluarga Pasien
mengenai Patah Tulang

2. 15 Pelaksanaan :
menit  Menjelaskan tentang pengertian  Memperhatikan
Patah Tulang
 Menjelaskan tentang penyebab  Memperhatikan
Patah Tulang
 Menjelaskan tentang tanda dan  Memperhatika
gejala Patah Tulang
tentang  Memperhatikan
 Menjelaskan
penatalaksanaan Patah Tulang
 Memberi kesempatan kepada  Bertanya dan

peserta untuk bertanya menjawab


pertanyaan yang
diajukan
3. 10 Evaluasi :
menit  Menanyakan kepada peserta  Menjawab
tentang materi yang telah pertanyaan
diberikan, dan reinforcement
kepada ibu yang dapat menjawab
pertanyaan.
4. 2 Terminasi :
menit  Menyimpulkan materi yang telah  Mendengarkan
disampaikan
 Mengucapkan terimakasih atas  Menjawab salam
peran serta peserta.
 Mengucapkan salam penutup

Anda mungkin juga menyukai