LAPORAN PENDAHULUAN
(FRAKTUR CRURIS)
A. Pengertian
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia
dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenal stress yang
lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Brunner&Suddart).
B. Jenis Fraktur
1. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran.
2. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis
tengah tulang
3. Fraktur tertutup : fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya
kulit
4. Fraktur terbuka : fraktur dengan luka pada kulit atau membrane
mukosa sampai kepatahan tulang.
5. Greenstick : fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,
sedang sisi lainnya membengkak.
6. Transversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang
7. Kominutif : fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa
frakmen
8. Depresi : fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam
9. Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi
pada tulang belakang)
10. Patologik : fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh
ligament atau tendo pada daerah perlekatannnya.
C. Etiologi
Adapun penyebab dari fraktur menurut Brunner and Suddart
(2003) adalah sebagai berikut:
1. Trauma langsung merupakan utama yang sering
menyebabkan fraktur. Fraktur tersebut terjadi pada saat
benturan dengan benda keras.
2. Putaran dengan kekuatan yang berlebihan
(hiperfleksi) pada tulang akan dapat mengakibatkan
dislokasi atau fraktur.
3. Kompresi atau tekanan pada tulang belakang akibat
jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas dan
sebagainya.
4. Gangguan spinal bawaan atau cacat sejak kecil atau
kondisi patologis yang menimbulkan penyakit tulang atau
melemahnya tulang.
5. Postur Tubuh (obesitas atau kegemukan) dan “Body
Mekanik” yang salah seperti mengangkat benda berat.
D. Patofisiologi Nursing Patyways
Trauma langsung, trauma tidak langsung, kondisi patologis
Fraktur cruris
Diskontinuitas tulang
pergeseran fragmen tulang
E. Manifestasi Klinis
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen
tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema
b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi,
luasnya
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk
klirens ginjal
G. Penatalaksanaan Medis & Keperawatan
a. Recognisi: melihat kondisi fraktur, luasnya, dan jenis
frakturnya
b. Reduksi :reduksi fraktur terbuka atau tertutup; tindakan
manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin
untuk kembali seperti letak semula.
c. Imobilisasi : dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna/interna,
mempertahankan dan mengembalikan fungsi (pemberiaan analgesik,
status neurovaskuler, latihan isometric & setting otot untuk
meminimalkan atrofi otot), melaksanakan manajemen nyeri
d. Rehabilitasi
H. Komplikasi
a. Malunion : tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak
seharusnya.
b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi
dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Data Dasar
a. Aktivitas/istirahat
kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas.
Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah). Tachikardi,
Penurunan nadi pada bagian distal yang cidera, Capilary refill
melambat, Pucat pada bagian yang terkena. Masa hematoma pada
sisi cedera
c. Neurosensori
Kesemutan, Deformitas, krepitasi, pemendekan
kelemahan
d. Kenyamanan
nyeri tiba-tiba saat cidera, spasme/ kramotot
e. Keamanan
laserasi kulit, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan
lokal
2. Prioritas Keperawatan
a. Mencegah cedera tulang/ jaringan lanjut
b. Menghilangkan nyeri
c. Mencegah komplikasi
d. Memberikan informasi tentang kondisi dan kebutuhan
pengobatan
3. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitar fraktur,
kerusakan rangka neuromuskuler
b. Nyeri b.d spasme otot, pergeseran fragmen tulang
c. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka, bedah
perbaikan
4. Intervensi
a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitar fraktur,
kerusakan rangka neuromuskuler
Tujuan :kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah
dilakukan tindakan keperaawatan.
Kriteria hasil:
1) Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
2) Mempertahankan posisi fungsi tulang
3) Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit
4) Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
Intervensi:
1) Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
2) Tinggikan ekstrimitas yang sakit
3) Instruksikan klien/bantu dalam latihan rentang gerak pada
ekstrimitas yang sakit dan tak sakit
4) Beri penyangga pada ekstrimitas yang sakit diatas dan dibawah
fraktur ketika bergerak
5) Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
6) Berikan dorongan adapasi untuk melakukan AKS dalam lingkup
keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan ’Awasi tekanan
darah, nadi dengan melakukan aktivitas
7) Ubah posisi secara periodic
8) Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi
b. Nyeri b.d spasme otot, pergeseran fragmen tulang
Tujuan : nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan
perawatan
Kriteria hasil:
1) Klien menyatakan nyeri berkurang
2) Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam
aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
3) Tekanan darah normal
4) Tidak ada peningkatan nadi dan RR
Intervensi:
1. Kaji ulang lokasi, intensitas dan tipe nyeri
2. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
3. Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk
melakukan aktivitas hiburan
4. Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
5. Jelaskan prosedur sebelum memulai
6. Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif/aktif
7. Dorong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh :
relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi,
sentuhan
8. Observasi tanda-tanda vital
9. Kolaborasi : pemberian analgetik
c. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka, bedah
perbaikan
Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah
tindakan perawatan
Kriteria hasil:
1) Penyembuhan luka sesuai waktu
2) Tidak ada laserasi,
3) Integritas kulit baik
Intervensi:
1. Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi
atau drainase
2. Monitor suhu tubuh
3. Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang
menonjol
4. Lakukan alih posisi dengan sering, pertahankan kesejajaran
tubuh
5. Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
6. Masage kulit sekitar akhir gips dengan alcohol
7. Gunakan tempat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
8. Kolaborasi pemberian antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
II. KLASIFIKASI
Ada 2 tipe dari fraktur cruris yaitu
1. Fraktur intra capsuler : yaitu terjadi dalam tulang sendi panggul dan captula
o Melalui kapital fraktur
o Hanya dibawah kepala femur
o Melalui leher dari femur
2. Fraktur ekstra kapsuler
o Terjadi diluar sendi dan kapsul melalui trokanter cruris yang lebih besar atau yang lebih kecil pada
daerah intertrokanter
o Terjadi di bagian distal menuju leher cruris tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokanter terkecil
Selain 2 tipe di atas ada lebih dari 150 klasifikasi fraktur diantaranya 5 yang utama adalah :
Incomplete : Fraktur yang hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang satu sisi patah yang lain
biasanya hanya bengkok (green stick)
Complete : Garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan frgmen tulang biasanya
berupa tempat
utup (simple) : Fraktur tidak meluas melewati kulit
uka ( complete ) : Fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit dimana potensial untuk terjadi infeksi
ogis : Fraktur terjadi pada penyakit tulang ( seperti kanker, osteoforosis ) dengan tak ada trauma
hanya minimal.
III. ETIOLOGI
Trauma langsung menyebabkan fraktur pada titik terjadinya trauma itu, misalnya tulang kaki
terbentur bumper mobil maka tulang akan patah, tepat ditempat benturan.
Trauma tidak langsung menyebabkan fraktur di tempat yang jatuh dari tempat terjadinya trauma.
Truma akibat tarikan otot, jarang terjadi.
Adanya metastase kanker tulang dapat melunakkan struktur tulang dan menyebabkan fraktur
Adanya penyakit primer seperti osteoporosis.
( E. Oerswari, 1989 : 147 )
IV. PATOFISIOLOGI
1. Fase hematum
Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur
Setelah 24 jam suplai darah di sekitar fraktur meningkat
2. Fase granulasi jaringan
Terjadi 1 – 5 hari setelah injury
Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis
Itematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru fogoblast dan
osteoblast.
3. Fase formasi callus
Terjadi 6 – 10 harisetelah injuri
Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus
4. Fase ossificasi
Mulai pada 2 – 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh
Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium yang
menyatukan tulang yang patah
5. Fase consolidasi dan remadelling
Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas osteoblast
dan osteuctas
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Rontgen
Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung
Mengetahui tempat dan type fraktur
Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan
secara periodik
2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan
lunak.
3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun ( perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)
Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma
5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera
hati.
( Marlyn E. Doenges, 1999 : 762 )
VII. PENATALAKSANAAN
1. Faktor Reduction
Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali secara manual
dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya.
Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi pembedahan,
seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti plates
batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur tergantung umur klien.
Peralatan traksi :
o Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendek
o Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang.
2. Fraktur Immobilisasi
Pembalutan (gips)
Eksternal Fiksasi
Internal Fiksasi
Pemilihan Fraksi
3. Fraksi terbuka
Pembedahan debridement dan irigrasi
Imunisasi tetanus
Terapi antibiotic prophylactic
Immobilisasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Fraktur adalah istilah hilangnya kontinuitas tulang yang
dapat terjadi pada tulang rawan dan bisa bersifat total
ataupun sebagian. Fraktur disebabkan oleh trauma
tenaga fisik, kekuatan sudut tenaga fisik dan keadaan
dari fisik itu sendiri (Sidrap, 2017, p. 135). Fraktur cruris
dapat terjadi karena tekanan putar atau puntir yang
berakibat fraktur spinal pada tulang kaki dalam tingkat
yang berbeda (Noor, 2016, p. 542). Open reduction
merupakan tindakan pemebedahan yang bertujuan
untuk meperbaiki tulang. Dari tindakan Open reduction
dilakukan untuk pemasangan kawat, screws, pins, plate,
intermedulani rods atau nail (Arizal, 2014, p. 98). Dari
tindakan pembedahan biasanya mengakibatkan
kerusakan pada jaringan dan akan melepaskan zat
histamine, serotin, plasmakini, bradikinin, prostagladin
yang biasanya disebut mediator nyeri. Nyeri yang
dirasakan merupakan rangsangan dari reseotor nyeri
yang terletak diujung saraf, selaput lendir dan jaringan
lain (Margono, 2014, p. 24)
Menurut data dari Badan Kesehatan Dunia Oragization (WHO)pada tahun 2016
terdapat 18 juta jiwa meninggal karena fraktur yang disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)dari badan pengembangan Depkes
RI tahun 2013 peristiwa yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 jiwa, dari kasus
kecelakaan mengalami fraktur sebanyak 1.770 jiwa. Jawa timur selama 10 bulan dari
Januari sampai Oktober 2016 kasus fraktur karena kecelakaan 1.422 jiwa.
Sedangkan di Kabupaten Jember terdapat priode 2016 pada bula Januari sampai
Maret sebanyak 110 orang yang mngalami fraktur (Eriawan, 2016, hal. 3)
Dalam kondisi anatomis dibandingkan tulang panjang lainnya apabila mengalami
trauma,tulangtibia yangletaknya berada dibawahsubkutan akan lebih sering
mengalami resiko fraktur terbuka. Frakturterjadi karena adanya daya putar atau
puntir yang dapat mengakibatkan terjadinya fraktur spiral pada kedua tulang kaki
dalam keadaan tingkat yang berbeda (Noor, 2016, hal. 541). Pemebedahan
merupakan tindakan invansive dengan membuka atau melukai bagian tubuh yang
ditangani. Setelah bagian yang akan ditangani telah diap dilakukan pembedahan
maka segera dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan
penjaitan (Ismonah Dkk, 2015, p. 20). Pasien post ORIF biasanya merasakan nyeri
terutama saat bergerak Menurut Kneale dalam(Ismonah Dkk, 2015, p. 20). Menurut
Schhrock pada pasien post operasi sering magalami nyeri meskipun tersedia obat-
oabat analgetik yang efektif, namun nyeri pasca bedah tidak dapat diatasi dengan
baik, 50% pasien mengalami nyeri sehingga dapat mengganggu kenyamanan pasien
(Priliyana & Karyudiani, 2014, p. 14)
Secara garis besar ada dua manageman untuk mengatasi neyri yaitu manageman
farmakologi dan dan mangemen non farmakologi. Adapun cara menegemen nyeri
non farmakologi yang mencangkup latian pernapasan dengan teknik relaksasi
progresif, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat
efektif untuk menurunkan nyeri yang dirasakan pasien pasca operasi (Priliyana &
Karyudiani, 2014, p. 13)
1.2 BatasanMasalah
Masalah studi kasus ini di batasi dengan klien yang tidak mengalami syok pada open
frktur cruris ini dibatasi dengan kerusakan vaskuler yang diikuti sindrom
kompartemen berhubungan dengan gangguan rasa aman nyaman nyeri di Ruang
seruni RSUD dr. Soebandi Jember.
1.3 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan pertanyaan yang perlu dijawab
dengan studi kasus yang akan dilaksanakan. Adapun rumusan masalahnya adalah
bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami fraktur kruris post
op hari ke-0 dengan gangguan rasa aman nyaman nyeri di ruang seruni RSUD dr
soebansi Jember.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuanumum
Mahasiswamampu menerapakan asuhankeperawatan pada pasien yang mengalami
fraktur kruris post op hari ke-0 dengan gangguan rasa aman nyaman nyeri.
1. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan fraktur kruris post op hari ke-0 dengan
gangguan rasa aman nyaman nyeri
2. Merumuskan diagnose keperawatan asuhan keperawatan fraktur kruris post op hari
ke-0 dengan gangguan rasa aman nyaman nyeri
3. Merencanakan asuhan keperawatan fraktur kruris post op hari ke-0 dengan
gangguan rasa aman nyaman nyeri
4. Melaksankan asuhan keperawatan fraktur kruris post op hari ke-0 dengan gangguan
rasa aman nyaman nyeri
5. Mengevaluasi asuhan keperawatan fraktur kruris post op hari ke-0 dengan gangguan
rasa aman nyaman nyeri
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu dan informasi tentang asuhan
keperawatan fraktur kruris post op hari ke-0 dengan gangguan rasa aman nyaman
nyeri.
2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi
pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu di masa yang akan dating
melalui pengaplikasian teori dalam praktik lapangan serta pengambilan ilmu baru
yang di dapat dilahan praktek
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Fraktur adalah patahntulang yang terjadi karena tulang sudah tidak dapat lagi
menahan beban yang berlebih. Penyabab fraktur bisa bisa terjadi karena pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak serta kontraksi otot yang
mendadak secara ekstrem. (Bararah & Jauhar, 2013, hal. 267)
Fraktur kruris atau tibia-fibula adalah terputusnya hubungan tulang tibia dan fibula.
Secara klinis bisa berupa fraktur terbuka bila disertai kerusakan pada jaringan lunak
(otot,kulit,jaringan saraf dan pembuluh darah) sehingga meemungkinkan terjadinya
antara fragmen tulaang yang patah dengan udara luar dan fraktur tertutup (Zairin,
2016, p. 541). Fraktur pada tulang bisa mengakibatkan jaringan yang ada pada
sekitar tulang mengalami kerusakan dan bisa menyebabkan perdarahan pada otot,
sendi, dislokasi sendi dan rupture tendon. (Bararah & Jauhar, 2013, hal. 267)
medadak dan bahkan kotraksi otot ekstrem, yang mengakibatkan perdarahan pada
jaringan pada otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan
kerusakan pembuluhdarah.
2.1.2 Etiologi
Menurut: ( Rosyidi & Hidayat, 2013, pp. 35-36).
1. Kekerasan langsung
Kekerasan lansung menyebabakan terjadinya frakktur pada bagian yang mengalami
kekerasan atau trauma
2.1.3 Manifestasi klinis
Menurut 😦 Rosyidi & Hidayat, 2013, p. 40)
1. Deformitas
2. Bengkak/edem
3. Echimosis (memar)
4. Spasme otot
5. Nyeri
6. Krepitasi
7. Peningkatan temperature local
8. Pergerakan abnormal
2.1.4 Klasifikasi
Menurut:(Hariyanto & Sulistyowati, 2015, p. 86)klasifikasi fraktur antara lain;
2.1.6
Kondisi patologis
Patwhay
Trauma langsung
Trauma tidak lansung
tidak langsung
v
Fraktur
Operasi/pembedahan
Post operasi
Kerusakan sel
Implus ke otak
Persepesi nyeri
Deformitas
Pergerakan terbatas
Gambar 2.1 Patwhay fraktur cruris berdasarkan (Haswita & Sulistyowati, 2017, hal.
87)& ( Rosyidi & Hidayat, 2013, hal. 57)
2.1.7 Komplikasi
Menurut ( Rosyidi & Hidayat, 2013, pp. 45-46)
1. Kerusakan arteri
Tanda-tanda pecahnya arteri yang disebabkan karena trauma seperti nadi tidak ada,
CRT menurun, terdapat sianosis bagian distal, adanya hematoma yang lebar dan pad
ekstremitas teraba dingin biasanya disebakan karena tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada daerah yang sakit dilakukannya tindakan reduksi dan
dilakukannya tindakan pembedahan.
1. Kompartement sindrom
Penyebab dari Kompartemen sindrom ditandai dengan adanya odem atau
perdarahan yang menekan saraf dan otot, pembulu darah yang bisanaya muncul
pada gangguan sistem pernapasan, takikardi dan pasien demam.Karena terjebaknya
otot, tulang saraf dan pembuluh darah dalam jaringan paruthal ini dapat
menyebabkan komplikasi yang serius.
1. Fat Embolism Syndrom
Terjadinya Fat embolism syndrome (FES) karena lemak-lemak yang bone
marrow kuning masuk ke dalam kealiran darah dan menyebabkan oksigen dalam
darah menjadi menurun sehingga mengakibatkan komplikasi yang serius yang
ditandai dengan gangguan pernapasan, takikardi , takipnea, hipertensi dan suhu
badan meningkat, keadaan ini sering terjadi pada fraktur tulang panjang.
1. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
ortophedik infeksi ini dimuali pada kulit (superficial) dan masuk kedalam. Hal ini
lebih sring pada fraktur yang terbuka dan juga bisa terjadi karena dalam
pembedahan biasanya menggunakan denda asing bagi tubuh seperti plat dan pin
1. Avaskuler Nekrosis
Nekrosis tulang karena adanya volkman’s ischemia yang yang disebabkan karena
alirah darah pada tulang terganggu biasanya disebut dengan Avaskluler
nekrosis (AVN).
1. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyaknya darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi fraktur
1. Nonunion
Kegagalan fraktur yang berusaha untuk menyambung kan tulang dengan lengkap,
kuat serta stabil setelah jangka waktu 8 sampai 9 bualan proses ini dinamakan
Nonunion. Hal ini karena aliran darah pada tulang yang berkurang, tanda–tanda
jika tulang telah mengalami nonunion adalah terajadinya pseudoarthoris atau
terbentuknya sendi palsu, dan pergerakan sendi secara berlebih.
1. Malunion
Penyembuhan tulang yang dilakukan dengan cara pembedahan dan remobilisasi dan
ditandai dengan terjadinya peningkatan kekuatan dan kekutan sehingga terjadi
perubahan bentuk atau derfomitas proses ini disebut dengan Malunion.
2. Teori nyeri
3. Teori pemisahan (Specifiticty theory)
Pada awalnya rangsangan nyeri masuk kemedula spinalis melewati kornu dorsalis
yang betemu didaerah posterior, kemudian naik ketractus lissur yang menyilang
digaris median sisi lainya. Dan rangsangan nyeri berakhir dikorteks sensori yang
akhirnya dapat diteruskan(Haswita; Sulistyowati, Reni, 2017, hal. 182)
3. Fisiologi nyeri
Terjadinya stimulus yang menimbulkan rusaknya pada jaringan yang terdapat pada
rangkaian dari terjadinya proses elekrik dan kimiawi secara kompleks seperti
tranduksi, tramnmisi, modulsai serta persepsi pada pengalaman emosional dan
psikologis yang menjadi penyebab nyeri. (Haswita; Sulistyowati, Reni, 2017, hal.
183)
1. Transduksi adalah proses dimana stimulus noksius akan dirubah menjadi aktivitas
elektrik yang berada pada ujung saraf sensorikterkait pada reseptor(Haswita;
Sulistyowati, Reni, 2017, hal. 183)
2. Dalam proses penyaluran melibatkan saraf sensorik perifer yang meneruskan impuls
kemedula spinalis, kemudian jaringan saraf akan menuju keatasdari medulla spinalis
kebatang otak dan t Yang terakhir adalah hubungan timbal balik antara thalamus dan
kortex.(Haswita; Sulistyowati, Reni, 2017, hal. 183)
3. Nyeri merupakan gambaran subjektif yang dialami seseorang sehingga sangat sulit
untuk dipahami. Sefdangkan pada proses terakhir implus nyeri yang disalurkan sampai
timbulnya nyeri belum jelas, bahkan dari otak yang menimbulkan nyeri itu sendiri tidak
mapu untuk dijelaskan(Haswita & Sulistyowati, 2017, hal. 183)
4. Klasifikasi nyeri
A. Jenis nyeri
Berdsarkan jenis nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri perifer, nyeri senbtral dan
nyeri psikogenik.
5. Bentuk nyeri
Bentuk nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik.(Haswita;
Sulistyowati, Reni, 2017, hal. 182)
0: Tidak nyeri
1:Nyeri ringan
2:Nyeri sedang
3:Nyeri berat atau parah
5:Nyeri hebat
7. Penganan nyeri
Teori farmakologi :Secara farmakologi dengan cara memeberikanterapi analgetik
analgetik pada umunya meredakan nyeri denganmengubah kadar natrium dan
kalium, tubuh sehingga memperlambatatau memutus transisi nyeri (Rosdani &
Kowalsaki, 2017, p. 888).Adapun tiga jenis analgesik umumnya digunakan:
1. Proviking incident: Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma
langsung dan trauma tidak langsung, Penanganan pada pasien fraktur bisa dilakukan
dengan beberapa prosedur salah satunya adalah pembedahan(Warjiman & Munawaroh,
2015, p. 38)
2. Quality of pain: Pada saat pasien sadar dari general anesthesia maka menimbulkan
berbagai keluhan dengan gejala dimana salah satu keluhan yang sering dikemukakan
adalah nyeri(Warjiman & Munawaroh, 2015, p. 38)
3. Region: nyeri dapat menyerbar pada keadaan yang menyebabkan tekanan serabut
saraf(Lukman & Ningsih, 2013, p. 302)
4. Severity:dampak yang ditimnulkan dari kerusakan jaringan yaitu perubahansensori
ketidak nyaman. Untuk pengukuran nyeri dalam proses pengkajian lebih mudah
menggunakan skala 0-10 (skala nyeri ringan, sedang dan berat) yaitu analog visual skala
dengan menyatakan sejauh mana nyeri yang dirasakan klien (Lukman & Ningsih, 2013,
p. 302)
5. Time:pascatidakanpembedahanklienmerasakannyeri, nyeri yang diraskanlebihhebat
dan berlandung lama(Lukman & Ningsih, 2013, p. 302)
6. Riwayat Penyakit Dahulu
7. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Fraktur biasanya sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan,atau luka yang
disebakan oleh kecelakaan kendaraan bermotor (Lukman & Ningsih, 2013, hal. 26)
sehingga dilakukan pemebedahan
4. Pemeriksaan Fisik
5. Keadaan Umum
Saat pasien sadar dari anastesi umum, rasa nyeri menjadi sangat tersa sebelum
kesadaran pasien kembali penuh.Nyeri akut akibat insisi menyebabkan pasien
gelisah dan menyebabkan tanda-tanda vital berubah(Muttaqin & Sari, 2013, p. 140)
Sistem Pernafasan
Pasien pasca operasi akan mengalami efek dari anastesi umum terlihat pada sitem
respirasi, dimana akan terjadi respon depresi pernafasan sekunder sisa anastesi
inhalasi, control kepatenan jalan nafas menurun(Muttaqin & Sari, 2013, p. 137)
Sistem Kardiovaskuler
Pada pasien pasca operasi akan mengalami efek anastesi yang akan mempengaruhi
mekanisme regulasi sirkulasi normal sehingga mempunyai resiko terjadinya
penurunan kemampuan jantung dalam melakukan stroke volume efektif yang
berimplikasi pada penurunan curah jantung (Muttaqin & Sari, 2013, p. 137)
Sistem persyarafan
Pasien pasca operasi akan mengalami efek anastesi pada system syaraf pusat akan
mempengaruhi penurunan control kesadaran dan kemampuan orientasi pada
lingkungan(Muttaqin & Sari, 2013, p. 137).
Sistem Pengindraan
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal tidak ada lesi tidak ada nyeri
tekanan ( Rosyidi & Hidayat, 2013, p. 52)
Sistem Pencernaan
Efek anastesi juga mempengaruhi kemampuan pengosongan lambung(Muttaqin &
Sari, 2013, p. 137)
Sistem Perkemihan
Efek anastesi juga mempengaruhi terhambatnya jaras efren dan efren terhadap
control miksi, sehingga berimplikasi pada masalah gangguan pemenuhan eliminasi
urine (Muttaqin & Sari, 2013, p. 137)
Sistem Musculoskeletal
Pembedahan menimbulkan kerusakan pada jaringan dan akan melepaskan zat
histamine, serotonin, plasmakini, bradikinin, prostaglandin yang disebut mediator
nyeri. Mediator ini merangsang reseptor nyeri yang terletak di ujung saraf bebas dari
kulit, selaput lendir dan jaringan lain sehingga rangsangan dirasakan sebagai nyeri
(Margono, 2014, p. 24)
Sistem Integument
Efek dari anastesi juga mempengaruhi pusat pengatur suhu
Sistem Endokrin
Pada pasien post operasi akan mangalami hipoglikemi karena efek anastesi
menyebabkan asupan karbohidrat tidak adekuat(Muttaqin & Sari, 2013, p. 85)
Sistem Imunologi
Bila terjadi gangguan imunologi pasien mengalami mual fan muntah (Setiati dkk,
2014, p. 1560)
Sitem Reproduksi
Sistem Reproduksi
Pada pasien fraktur tidak bisa mekukan hubungan seksual karena harus menjalani
rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri ( Rosyidi & Hidayat, 2013, p. 50)
5. Pemeriksaan Penunjang
A. PemeriksaanRontgen :
Untuk mengetahui lokasi, luasnya fraktur, luasnya trauma dapat dulakukan
pemeriksaan rontgen, rontgen sendiri dibagi menjadi beberapa bagian yaitu
CTscan
scan CI :
scan CI: dilakukan untuk memperlihatkaan fraktur dan juga
dapatdigunakanuntukmengidentifikasikerusakanjaringanlunak.
1. Hitungdarah lengkap
HB mungkin meningkat atau menurun
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Definisi: perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial
3. Penyebab
Gejala penyakit
Kurang pengendalian situasional/lingkungan
Efek samping terapi
Gangguan adaptasi kehamilan
1. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Mengeluh tidak nyaman
Objektif
1. Gelisah
1. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Mengeluh sulit tidur
2. Tidak mampu rileks
3. Mengeluh kedinginan/kepanasan
4. Mengeluh mual
5. Mengeluh lelah
Objektif
1. Menunjukkan gejala distress
2. Tampak merintih atau menangis
3. Pola eliminasi berubah
4. Postur tubuh berubah
(SDKI, 2017, p. 166)
Objektif
1. Kekuatan otot menurun
2. Rentang gerak (ROM) menurun
3. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Nyeri saat bergerak
2. Enggan melakukan pergerakan
3. Merasa cemas saat bergerak
Objektif
1. Gerakan tidak terkoordinasi
2. Gerakan terbatas
3. Fisik lemah
4. Kondisi klinis terkait
Trauma (SDKI, 2017, p. 124)
Penyebab :
1. Perubahan sirkulasi
2. Perubahan status nutrisi ( kelebihan atau kekurangan)
3. Kekurangan atau kelebihan volume cairan
4. Efek terapi radiasi
5. Neuropati perifer
6. Perubahan hormonal
Gejala dan Tanda Mayor :
Objektif
Objektif
Nyeri
Perdarahan
Kemerahan
Hematoma
Kondisi Klinis Terkait :
Imobilisasi
Gagal jantung kongestif
Gagal ginjal
Diabetes mellitus
Imunodefisiensi(PPNI, 2016, p. 282)
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan bekas luka operasi
5. Definisi : Beresiko mengalami peningkatan terserah organisme patogenik.
6. Faktor resiko :
Penyakit kronis diabetes
Efek prosedur infasif
Malnutrisi
Peningkatan paparan organisme lingkungan
Ketidak adekuatan pertehanan tubuh primer
Ketidak adekuatan pertahanan tubuh sekunder
1. Kondisi klinis terkait :
AIDS
Luka bakar
Penyakit paru obstruktif kronis
Diabetes
Tindakan infasif
Kondisi penggunaan terapi steroid
Penyalahgunaan obat
Ketuban pecah
Kangker
Gagal ginal
Imunosupresi
Limpedema
Leukositopenia
Gangguan fungsi hati
2.4.3 Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan pembedahan
2. Tujuan/kriteria hasil
Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan
Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
Melaporkan nyeri pada penyedia tenaga kesehatan
Mempertahankan pola tidur yang baik
Mempertahankan selera makan yang baik
1. Aktivitas keperawatan
Kaji skala nyeri dengan meminta pasien untuk menilai nyeri atau ketidak nyamanan
dengan angka 0 sampai 10
Manajemen nyeri (NIC)
Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik dan
durasi nyeri
1. Penyuluhan untuk pasien atau keluarga
Ajarkan keluarga dan pasien teknik nonfarmakologi
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berlangsung
1. Aktivitas kolaboratif
2. Berikan tindakan untuk nyeri berkurang dengan melakukan tindakan kolaborasi
pemberian
Aktivitas lain
1. Kriteria Hasil
Pasien/ keluarga menunjukkan rutinitas perawatan kulit atau perawatan luka yang
optimal
Drainasi purulen (atau lainnya) atau bau luka minimal
Tidak adalepuh atau maserasi pada kulit
Nekrosis, selumur, lubang, perluasan luka ke jaringan di bawah kulit, atau
pembentukan saluran sinus berkurang atau tidak ada
Eritema kulit dan eritema di sekitar luka minimal
1. Aktivitas Keperwatan
Pengkajian :
1. Aktivitas Lain
Lakukan perawatan luka atau perawatan kulit secara rutin menngunakan prinnsip
stiril
Perawatan Luka (NIC) :
Intervensi NIC
2.4.4 Implementasi
Implementasi adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan keperawatan
yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, di samping itu juga dibutuhkan
keterampilan interpersonal, intelektual, teknik yang dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan
psikologis.
2.4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evalusi ini
adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan
dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan
Perawat mempunyai tigaalternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
1. Berhasil : keadaan posien kembali pulih sesui dengan waktu yang telah ditenyukan
pada tujuan
2. Tercapai sebagian : pasien menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dlam pernyataan tujuan
3. Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang
diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan.( Bararah & Jauhar,2013:51)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian
studi kasus ini menggunkan pendekatan kualitatif. Untuk menemukan data berupa
angka sebagai sebagai proses menganalisis dengan apa yang telah diketahui proses
ini menggunanakan metode penelitian kualitatif(Kuntjojo, 2009:11). Studi kasus
dilakukan terhadap suatu unit tunggal, yakni bisakepada individu, satu komunitas
atau kelompok tertentu yang terkena sauatu persooalan/masalah (Munif, 2010: 121).
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus yang merupakan studi bertujuan
untuk membandingkan antara teori dan kasus asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami open fraaktur cruris post op hari ke-0 dengan gangguan rasa aman nyeri
di ruang seruni RSUD dr soebandi Jember
ngan gangguan rasa aman nyaman nyeri diruang seruni RSUD dr Jember.
Fraktur kruris atau tibia-fibula adalah terputusnya hubungan tulang tibia dan fibula.
Secara klinis bisa berupa fraktur terbuka bila disertai kerusakan pada jaringan lunak
(otot,kulit,jaringan saraf dan pembuluh darah) sehinggg memungkinkan terjadinya
antara fragmen tulang yang patah dengan udara luar dan fraktur tertutup (Zairin,
2016, p. 541).
3.3 Partisipan
Partisipan dalam penelitian adalah orang yang benar-benar tahu dan menguasai
masalah, serta terlibat langsung dalam masalah penelitian. Metode penelitian
kualitatif, maka peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor konsektual, jadi
dalam hal ini ditentukan bagaimana cara memilih sampel selain itu juga harus
ditentukan berapa banyak jumlah sampel yang diperlukan untuk suatu penelitian
1. Pasien
Karakteristik partisipan adalah satu klien yaitu yang mengalami open fraktur cruris
hari ke-0 dengan gangguan rasa aman nyaman nyeri. Data dapat diperoleh dari klien
meliputi identitas, alasan masuk rumah sakit, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit sebelumnya, obat-obatan yang digunakan, kebiasaan,
alergi obat/makanan, pemeriksaan fisik yang meliputi sistem persyarafan, sistem
pernafan, sistem kardiovaskular, sistem endokrin, sistem perkemihan, sistem
pencernaan, sistem muskuloskletal, sistem imunologi, sistem integument, dan
sistem reproduksi.
2. Keluarga
Data yang dapat diperoleh data subjektif meliputi riwayat penyakit keluarga,
genogram, riwayat lingkungan dan kebiasan.
3. Petugas kesehatan
4. Dokter
Dari dokter dapat diperoleh data yaitu terapi pada pasien Post Op fraktur
1. Perawat
Dari perawat dapat diperoleh data tentang keadaan dan kondisi pasien selama
dirumh sakit atau kondisi saat pertama datang di rumah sakit.
1. Ahli gizi
Dari ahli gizi dapat diperoleh data tentang diet yang harus diberikan kepada
pasien post op fraktur dan makanan yang tidak boleh dimakan oleh pasien.
1. Radiologi dan laboratorium
Dapat diperoleh data tentang hasil dari foto thorax, hasil laboratorium pada
pasien post op fraktur hasil pemeriksaan EKG.
1. Wawancara
Wawancara merupakansuatu proses tanya jawab dengan tujuan tertentu dimana
terdiri dari dua orang atau lebih yang saling berhadapan dengan cara percakapan
secara langsung. Penelitian ini menggunakan metode wawancaralangsung
karenapeneliti akan mendapatkan data yang nantikan data tersebut akan diolah
kembali (Hidayat, 2014, p. 82)
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu setiap pernyataan tertulis disusun oleh seseorang atau
lembaga untuk keperluan penguji suatu peristiwa (Farida, 2010).Penelitian ini,
peneliti melakukan dokumentasi menggunakan hasil dari observasi keadaan klien
dan rekam medik.
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan dalam penelitian studi kasus meliputi uji:
2. Triagulasi
A. Triagulasisumber
Penelitiansumberberartimembandingkan dan
mengecekulangderajatkepercayaansuatuinformasi yang diperolehmelaluisumber
beda.Penelitianakanmembandingkanhasilpengamatandenganwawancara, hasil yang
dikatakanpasienataukeluargasecarapribadidengandokumen yang ada(Bachri,B.S,
2010, p. 56)
1. Mereduksi data
Mereduksi data berarti melimih hal-hal yang pokok, dengan memfokuskan data pada
hal-hal yang penting. Pada intinya hanya pada tema, dan polanya. Sehingga data
yang reduksi akan menggambarkan memeprjelas serta mempermudah peneliti
dalam melakukan pengumpulan
2. Penyajian data
Penyajian data yang dapat dilakukan dalam bentuk uraian yang singkat, bagan dan
hubungan antara berbagai kategori ataupun sejenisnya.
3. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian studi kasus merupakan temuan baru yang sebelumnya
belum pernah didapatkan oleh peneliti atau belum pernah ada. Temuan yang
didapatkan bisa berupa deskripsi atau gamnbaran yang sebelumnya masih belum
jelas setelah dilakukuan menjadi lebih jelas berupa kausal atau teori
2. Anonymity
Menentukan jaminan dalam penggunaan sabjek penelitian hanya mencantumkan
nama respoden pada lembar (Hidayat, 2014, p. 82)
3. Confidentiality
Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan
individu Penelitian ini, peneliti akan berusaha untuk menjamin kerahasiaan
partisipan dengan cara tidak mempublikasikan informasi apapun mengenai
partisipan kepada pihak lain yang tidak terlibat dalam penelitian(Hidayat, 2014, p.
82)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada hasil bab ini peneliti akan membahas tentang hasil dan pembahasan dari studi
kasus tentang asuhan keperawatan klien yang mengalami post op open fraktur cruris
Dextra 1/3 Proximalgrade II di ruang Seruni RS dr. Soebandi.
Dari hasil yang didapat akan menjelaskan gambaran lokasi pengambilan data,
menjelaskan hasil pengkajian, merumuskan diagnose berdasarkan masalah yang
ditemukan pada pasien, menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan melakukan evaluasi.
Dari pembahasan yang didapat yaitu akan membahas kesenjangan antara fakta,
teori, dan opini. Faakta berupa data hasil studi kasus yang telah diperoleh yang akan
dibandingkan dengan teori atau tinjauan pustaka dan selanjutnya menyimpulkan
dalam bentuk opini sehingga bisa ditemukan kesenjanya masing-masing.
4.1 Hasil
4.1.1 Gambar Lokasi Pengambilan Data
Lokasi penelitian Asuhan keperawatan Klien yang Mengalami Post Op Open Fraktur
Cruris Dextra 1/3 Proximal Hari Ke-0 Dengan Gangguan Rasa Aman Nyaman Nyeri
Di Ruang Seruni RSD dr.Soebandi Jember. Penelitian dilakukan di Ruang Seruni
dengan jumlah tempat tidur sebanyak 20 Bed. Diruang Seruni terbagi atas 2 ruangan
bangsal yaitu 14 bed untuk pasien laki-laki dan 6 bed untuk pasien perempuan.
Untuk tenaga kesehatan diruang Seruni terdiri 12 orang perawat dengan jumlah
dokter 6.
3
7
11
10
Keterangan:
1. Kamar mandi pasien 1 8. Rungan loker dan tempat sholat
2. Bad untuk pasien perempuan
9. Kamar mandi petugas
3. Ruangan KARU
10. Kamar mandi pasien 2
4. Nurse station
11. Gudang
5. Meja administrasi
6. Ruangan untuk operan
4.1.2 Pengkajian
1. Identitas Klien
Tabel 4.1 Identitas Klien yang Mengalami Post Op fraktur Cruris Dextra 1/3 Proximal Grade
II RSD dr. Soebandi Jember Juni 2018
Pendidikan SMP SD
2. Status Kesehatan Saat Ini
Tabel 4.2 Status Kesehatan Klien yang Mengalami Post Op fraktur Cruris Dextra 1/3
Proximal Grade II RSD dr. Soebandi Jember Juni 2018
Keluhan Utama:
Pada tanggal 24 juni 2018 pasien merasakan nyeri pasa kaki nya yang
disebabkan karena kecelakaan lalu lintas,pada tanggal 25 juni pasien
dilakukan tindakan pembedahan, padasaat pengkajian tanggal 26
juni 2018 pukul 06.00 WIB pasien merasakan nyeri dan nyeri terasa
cenut-cenut hingga menjalar dari paha sampai keujung kaki skala
nyeri 5 nyeri bertambah hebat pada saat bergerak dan berkurang
Riwayat Penyakit sekarang pada saat kaki dilentangkan
3. Riwayat Psikososial
Tabel 4.3 Riwayat Psikososial Klien yang Mengalami Post Op fraktur Cruris Dextra 1/3
ProximalGrade II RSD dr. Soebandi Jember Juni 2018
a. Persepsi ibu dengan Ibu merasa cemas terhadap keadaan janinya, sehingga ibu susah tidur
keadaan janinnya pada malam hari, bahkan hanya tidur 2 jam
b. Harapan yang ibu Ibu berharap janinnya sehat, dan sudah tidak ingin hamil lagi karena
inginkan terhadap janinya sudah memiliki 4 anak
e. Kesiapan mental Ibu merasa khawatir ketika nanti bayinya sudah lahir tetapi kakinya
menjadi ibu belum sembuh total, dan ibu tampak sering melamun.
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Sambungan …
Tabel 4.4 Riwayat Kesehatan Terdahulu Klien yang Mengalami Post Op fraktur Cruris
Dextra 1/3 ProximalGrade II RSD dr. Soebandi Jember Juni 2018
Riwayat Penyakit
sebelumnya:
Penyakit Pasien tidak memiliki penyakit jantung dan DM, Hipertensi dan sesak
Terakhir Masuk RS Pasien terakhir MRS 2 bulan yang lalu untuk memeriksakan kandungannya
Riwayat Penyakit Keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami penyakit yang diderita
Keluarga pasien saat ini, keluarga tidak mempunyai penyakit kanker tulang
Kebiasaan Sebelum sakit pasien memiliki kebiasaan minum kopi 1 kali sehari
Obat-obatan yang
Digunakan Selama hamil pasien sering mengkonsumsi sakatonik
Alat Bantu Pasien tidak memakai alat bantu pendengaran, kacamata, serta gigi palsu
5.
P
Genogram
Gambar 4. 2Genogram Klien yang Mengalami Post Op fraktur Cruris Dextra 1/3
Proximal Grade II RSD dr. Soebandi Jember Juni 2018
Keterangan:
Laki-laki
Perempuan
Menikah
Meninggal
P Pasien
6. Pemeriksaan Fisik
7. Keadaan umum
Tabel 4.5 Pemeriksaan Fisik Klien yang Mengalami Post Op fraktur Cruris Dextra 1/3
ProximalGrade II RSD dr. Soebandi Jember Juni 2018
Kesadaran Composmentis
Sambungan …
110/80 mmHg
TD
N 90x/ menit
S 36,1ºC
RR 20x/ menit
TB 158cm
BB 60 kg
1. Body System
Tabel 4.6 Pemeriksaan Body System Klien yang Mengalami Fisik Klien yang Mengalami
Post Op fraktur Cruris Dextra 1/3 Proximal Grade II RSD dr. Soebandi Jember Juni 2018Juni
2018
Pemeriksaan
Fisik Klien
Pernapasan:
Nadi 90 x/menit
Kardiovaskuler
P: suara jantung redup, kanan atas: SIC II linea para sternalis dextra,
kanan bawah: SIC IV linea sternalis sinistra, kiei bawah SIC IV linio
medio clavicularis sinistra
A: S1, S2 tunggal
Kesadaran composmentis
GCS 4-5-6
Pengindraan Pasien masih mampu mencium aroma kopi, merasakan rangsangan lewat
sentuhan dibagian ekstremitas atas ataupun bawah pasien bisa menyebutkan
angka pada jarak 1 meter
I:Mukosa bibir kering, tidak ada lesi tidak ada stomatitis, terdapat karies gigi pada
gigi grahang, terdapat gigi yang tanggal, bentuk abdomen cembung karena pasien
sedang hamil usia 16-17 minggu
I:Tangan sebelah kiri terpasang infus, tidak ada phlebitis, tampak luka incici akibat
dari pembedahan operasi region cruris fibula 1/3 proximal dextra, panjang luka
vertical dan horizontal ± 10 cm dan lebar ± 2cm, kondisi luka bersih tidak adapes
terpasang elastic blanded diregio knee sampai angkle terpasang juga drain
dengan jumlah 30cc/7jam setelah operasi dengan warna merah agak kehitaman,
2. Terdapat odem pada jari-jari kaki kanan pasien merasakan nyeri pada
area knee joint sampai angkle joint
5555 5555
I: kulit kering, tidak ikterik, tidak sianosis tapi agak sedikit pucat
Integument
Hasil pemeriksaan glukosa sewaktu pasien yaitu 86mg/ Dl, Leher: tidak ada
pembesaran pada vena jugularis
Endokrin
Imunologi Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening pada leher, ketiak dan lipat paha,
pasien mengalami mual
Terpasang kateter,
Janin tunggal, letak bujur kepala janin dibawah, belum masuk PAP dan
DJJ 145x/menit
Reproduksi
41-53%
d. Trombosit 160
150-450 10 L 0
4,5-11 10 /L
0
b. Leukosit 8,3
Radiologi
Gambar 4.3 Hasil pemeriksaan radiologi tampak hasil terpasangplat + secrub terfiksasi
dengan baik.
USG
Gambar 4.4 Hasil pemeriksaan USG tampak janin tunggal hidup intrauterus, letak
bujur kepala dibawah, BPD: 4.65 cm, AL: 14,14 cm, FL 2,83 cm, AFL: 14,56 cm.
8. Terapi Pengobatan
Tabel 4.8Terapi Pengobatan Klien yang Mengalami Fisik Klien yang Mengalami Post Op
fraktur Cruris Dextra 1/3 ProximalGrade II RSD dr. Soebandi Jember Juni 2018Juni 2018
Terapi Klien
26 Juni 2018 –
Injeksi :
Ceftriaxon 2x1gr
Ranitidine 2x50mg
Gentamysin 2x80mg
Keterolax 3x30mg
P/O:
Asam Folat
Terapi
Supositoria:
Siges
4.1.3 Analisa Data
Tabel 4.9 Analisa Data Klien yang Mengalami Fisik Klien yang Mengalami Post Op fraktur
Cruris Dextra 1/3 Proximal Grade II RSD dr. Soebandi Jember Juni 2018Juni 2018
post operasi
4. TTV
persepsi nyeri
N: 90 x/menit
nyeri akut
2 Ds: Fraktur Gangguan mobilitas
fisik
1. Pasien mengatakan belum
berani menggerakkan kaki kanan Operasi (pembedahan)
bagian bawah
2. Pasien mengatakan kakinya Post operasi
masih terasa nyeri untuk bergerak
Kerusakan sel
Sambungan …
Do :
1. Pasien tampak lemah
derfomitas
Pembedahan
Pergerakan terbatas
3. Kekuatan otot
5555 5555 Gangguan mobilitas fisik
222 555
Kerusakan integritas kulit
Fraktur
Operasi(pembedahan)
Opst operasi
Kurangnya asupan gizi
Ds:
Hb turun
Do:
1. Hipotensi (110/80 mmHg)
K/u lemah
2. Pasien tampak pucat
3. K/U lemah Resiko syok
4 Resiko Syok
anseitas
1.
Sambungan …
4.1.4 Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.10Diagnosa KeperawatanKlien yang Mengalami Fisik Klien yang Mengalami Post
Op fraktur Cruris Dextra 1/3 Proximal Grade II RSD dr. Soebandi Jember Juni 2018Juni
2018
O:
-TTV
-TD:110/80mmHg
-N:90x/menit
O:
-kekuatan otot
. 222 555
S: –
O:
– pada kaki kanan bagian bawah tampak luka yang dibebat
Sambungan …
Do:
S:
4.1.5 Intervensi Keperawatan
Tabel 4.11 Intervensi Keperawatan Klien yang Mengalami Post Op fraktur Cruris Dextra 1/3
Proximal Grade II RSD dr. Soebandi Jember Juni 2018
Diagnosa Keperawatan
Intervensi (NIC) Rasional
No. Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
1. Resiko syok setelah dilakukan 1. Observasi tanda-tanda 1. Mengetahui keadaan umu
tindakan keperawatan diharapkan vital pasien
resiko syok dapat teratasi dengan
criteria hasil:
a. Pasien tidak mengalami 2. Kaji kondisi yang dapat 2. mengidentifikasi adany
syok mengarah kehipovolemia perubahan-perubahan yang
(mis. Pembedahan, terapi terjadi pada keadaan umum
b. Tanda-tanda vital dalam anti koagulan, diare dan terutama untuk mengetahui
rentan normal muntah yang lama, gagal adakah tanda tanda syok
jantung kongesif berat.
c. Kulit hangat dan kering
3. Kaji asupan dan
haluaran, termasuk luka,
drain, muntah, dan diare
4. Kaji warna dan
kelembapan kulit
5. Berikan cairan
elektrolit, koloid, atau 3. Gejala GI dapat
darah/ produk darah untuk menunjukkan efek aniemia
masalah volume yang (hipoksia pada organ)
bersirkulasi
5. Mengembalikan
kekurangn darah gara dapat
kemabli dalam rentan norm
Sambungan …
6. Membantu pemulihan
terhadap HB yang turun
6. Berikan obat sesuai
indikasi. 7.
3. Observasi nyeri secara
komprehensif meliputi
lokasi karakteristik dan 5. Memebantu atau
durasi mengontrol, mengalihkan ra
nyeri
4. Ajarkan keluarga dan
pasien teknik non
yang baik farmakologi
d. Tanda vital: 5. Berikan informasi
tentang nyeri, seperti
1. TD: tidak lebih dari 120/90 penyebab nyeri, berapa lama
mmHg nyeri akan berlangsung
3. Memeberikan
informasi secra actual
menyakut diagnosis, terapai 3. Meminimalkan terjadin
dan prognosis dan mengenali tanda-tanda
4. Yakinkan pasien
melalui sentuhan, dan sikap
Anseitas secra empatiksecra verbal
dan non verbal secra
Setelah dilakukan tindakan bergatian
keperawatan diharapkan anseitas 4. Membantu proses peny
berkurang yang ditandai dengan luka dan menjaga agar luka
bersih dan kering
a. Anseitas berkurang 5. Berikan penguatan
positif ketika pasien mampu
b. Meneruskan aktivitas meneruskan aktivitas sehari-
yng dibutuhkan meskipun hari dan aktivitas lainnya
mengalami kecemasan meskipun mengalami
anseitas
c. Memiliki tanda-tanda
vital dalam batas normal
d. Menggunakan teknik 5. Memenuhi kebutuhan
relaksasi untuk meredakan memepercepat proses penye
anseitas
5.
6. Untuk membunuh
mikroorganisme pathogen p
daerah yang beresiko terjad
Sambungan …
1. Mengobservasi verb
nonverbal dari kecemasan k
mengetahui tingakat kecem
dialami
5. Dengan tujuan agar
merasa nyaman dan agar tid
bertentangan dengan progra
. perawatn
4.1.6 Implementasi Keperawatan
Tabel 4.12 Implementasi Klien yang Mengalami Fisik Klien yang Mengalami Post Op
fraktur Cruris Dextra 1/3 Proximal Grade II RSD dr. Soebandi Jember Juni 2018Juni 2018
R/ TD:100/70mmHg
N:80x/menit
Rabu 07:00 1,2
S:36,2 C
0
Sambungan …
Rabu 08:00 2
R/ pasien hanya mampu
26juni 2018 menggerakkan jari pada kaki kanan,
baik-baik saja
Meyakinkan pasien melalui
sentuhan, dan sikap secra
empatiksecara verbal dan non
09:40 verbal secara bergatian
4.1.7 Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.13 Evaluasi Keperawatan Klien yang Mengalami Fisik Klien yang Mengalami Post
Op fraktur Cruris Dextra 1/3 Proximal Grade II RSD dr. Soebandi Jember Juni 2018J
O:
– TTV:110/70mmHg
– TD:110/70mmHg
– N:84x/menit
– S:36,2C
– HB:10,4
A: resiko syok teratasi sebgain
2 2 27 Juni 2018 07:00 S: pasien mengatakan nyeri sudah
berkurang dan sudah bisa tidur dengan
lelap, tetapi jika kaki dibuat gerak akan
terasa nyeri kembali
O:
1. Tanda vital:
a. TD: 110/70 mmHg
07:20
b. N: 84x/ menit
c. RR: 18x/ menit
2. Pasien tampak
mendemonstrasikan teknik nafas
dalam yang telah diajarkan oleh
petugas
P:
08:30
3. Pasien tamapak bergeser dikit
demi sediki
P:
07:15 O:
P:
Sambungan …
O:
– TTv:
TD:110/70mmHg
N:84x/menit
S:36,2C
A: anseitas teratasi
Hari 3
Diagnosa Hari 1 Hari 2
Tabel 4.14 Lanjutan 4. Porsi makan yang dihabiskan 4. pasien suda
hanya 1/3 tentang nyeri yang
makan yang disediakan
5. Wajah tampak segar 5. Pasien meng
6. Mata tamapak sayu porsi makan yang
6. Keadaan fisik tampak tidak
7. Wajah tampak pucat lemah
8. Keadaan fisik terlihat lemah 7. Pasien tampak lebih tenang
A:nyeri akut teratasi sebagian
P: P: P:
1. Observasi tanda-tanda vital 1. Observasi tanda-tanda Kaji 1. Observasi ta
skala nyeri skala nyeri
2. Kaji skala nyeri
2. Lakukan perubahan posisi 2. Lakukan pe
3. Lakukan perubahan posisi (meninggikan) bagian yang nyeri (meninggikan) bag
(meninggikan) bagian yang nyeri
3. Kolaborasi pemebrian 3. Kolaborasi
4. Kolaborasi pemebrian analgetik analgetik
analgetik
5. Kaji adanya gejala deprivasi
tidur dan insomnia, seperti konfusi
akut, agitasi, anseitas, gangguan
perceptual, relaksasi lambat dan
iritasi
6. Jelaskan pada pasien
pentingnya tidur yang cukup
selama kehamilan, sakit, setres
psikososial
I I: I:
R/ TD:110/80 mmHg R/ R/
S :36,5 C
0
N :80x/menit N :80x/menit
2. Mengkaji skala nyeri
S :36 C
0
S :36 C
0
R/pasien mnegatakan skala nyeri 2 2. Mengkaji skala nyeri 2. Mengkaji sk
5.
E: E: E:
s:Pasien mengatakan nyeri sudah s: pasien mengatakan nyeri sudah s:pasien mengatak
berkurang tapi berkurang tapi masih tersa linu sudah berkurang,
pada paha atas
jika digerakkan masih terasa nyeri, o:
o:
1. Tanda vital: 1. Tanda vital:
1. Tanda vital:
a. TD: 110/80 mmHg a. TD: 110/80
a. TD: 110/80 mmHg
b. N: 80x/ menit b. N: 86x/ men
b. N: 86x/ menit
c. RR: 20x/ menit c. RR: 18x/ m
c. RR: 18x/ menit
2.
2. a. Pasien men
2. nafas dalam sesua
a. Pasien menunjukkan teknik
nafas dalam sesuai yang diajarkan
d. Pasien hanya menghabiskan d. Pasien hanya menghabiskan d. Pasien hany
1/3 porsi makan yang diberikan 1/3 porsi makan yang diberikan 1/2 porsi makan y
O: O: O:
1. Pasien masih belum benani 1. Pasien menggunkan kursi 1. Pasien meng
untuk menggunkan alat bantut untuk menyangga kakinya bantu kursi melak
2. Pasien belum bisa melakukan 2. Pasien belum bisa melakukan 2. Pasien belum
aktivitas, aktivitas mandiri keculai makan aktivitas mandiri
dan minum atau hanya
3. Pasien hanya dapat menggeserkan badannya 3. Pasien mem
menggeser bokong dengan bantuan keluarga ketika in
keluarga 3. Pasien meminta bantuan
4.
223 55
P: P: P:
1. Kaji fungsi motorik dan 1. Kaji fungsi motorik dan 1. Kaji fungsi
sensorik pasien sensorik pasien sensorik pasien
2. Atur posisi pasien dengan 2. Ajarkan dan bantu pasien 2. Atur posisi
kesejajran tubuh yang benar untuk berpindah posisi kesejajran tubuh y
3. Ajarkan pasien tentang 3. Ajarkan pasien dengan 3. Ajarkan pas
penggunaan alat bantu yang benar penggunaan alat bantu penggunaan alat b
4. Atur posisi pasien dengan 4. Atur posisi pasien dengan 4. Atur posisi
posisi kesejajaran tubuh yang benar posisi kesejajaran tubuh yang benar posisi kesejajaran
5. Kolaborasi dengan fisioterapi 5. Kolaborasi dengan fisioterapi 5. Kolaborasi
dalam penanganan traksi yang dalam penanganan traksi yang dalam penanganan
boleh digerakkan
Tabel E: E: E:
4.14 s:Pasien mengatakan pasien :Pasien mengatakan pasien :Pasien mengataka
Lanjutan mengatakan sudah bisa bergerak mengatakan sudah bisa bergerak mengatakan sudah
dan duduk walaupun masih perlu dan duduk walaupun masih perlu dan duduk walaup
dibantu oleh keluarga dibantu oleh keluarga dibantu oleh kelua
o: o: o:
1. Pasien masih belum benani 1. Pasien masih belum benani 1. Pasien masi
untuk menggunkan alat bantut untuk menggunkan alat bantut untuk menggunka
2. Pasien belum bisa melakukan 2. Pasien belum bisa melakukan 2. Pasien belum
aktivitas, aktivitas,
1. Luka masih tamapak dalam 1. Luka 1. Luka masih
bebatan bebatan
2. masih tampak dalam bebatan
2. Luka masih tampak 2. Luka masih
terpasang drain 3. Luka masih tampak terpasang drain
terpasang drain
3. 3. Tidak ada le
4. Tidak ada lepus atau maserasi pada kul
Tabel 4.14 Lanjutan maserasi pada kulit
4. Tidak adea
Tidak ada lepus atau maserasi pada 5. Tidak adea tanda-tanda infesi
kulit 5. Eritema kul
6. Eritema kulit dan eritema
4. Tidak adea tanda-tanda infesi
A:kerusakan integritas kulit teratasi A:kerusakan integritas kulit teratasi A:kerusakan integri
sebagian sebagian sebagian
P: P:
Tabel I: I: I:
4.14 1. Mengobservasi adanya 1. Mengobservasi adanya 1. Mengobsev
Lanjutan kemerahan, pembengkakan atau kemerahan bembengkakan dan tanda infeksi
tanda-tanda dehisensi tanda-tanda dehisensi atau eviserasi
R/ tidak ada tanda
R/ pada daerah luka masih tampak R/tidak ada kemerahan pada daerah seperti kemerahan
balutan dan tidak ada tanda-tanda sekitar luka dan tidak ada kemunculan eksud
ifeksi pembengkakan atau tanda-tanda
2. Mengkaji da
luka terhadap kara
luas dan kedalama
karakteristik eksud
infeksi nekrotik
E: E: E:
o: o: o:
1. Luka masih tamapak dalam 2. Luka masih tamapak dalam 1. Luka masih
bebatan bebatan bebatan
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengkajian
Dalam bab ini penulis akan melihat apakah Asuhan Keperawatan Klien yang
Mengalami Post Op Fraktur Cruris Dextra 1/3 ProximalGrade II Hari ke-0 Dengan
Gangguan Rasa Aman Nyaman Nyeri Di Ruang Serunu RSD dr. Soebandi Jember
mulai dari pengkajian sampai evaluasi yang dilakukan pada tanggal 26 juni 2018
samap 01 juli 2018 apakah sesuai dengan tinjauan pustaka, adapun kesenjangan
yang perlu dibahas antara lain:
1. Identitas
Saat pegkajian pada Asuhan Keperawatan Post Op Fraktur Cruris, terdapat
kesenjangan anatara fakta dan teori, faktanya klien: Ny.D, umur: 35 tahun, jenis
kelamin perempuan sedangkan pada teori fraktur cenderung terjadi pada laki-laki
yang berumur dibawah usia 45 tahun
Pada perempuan yang mengalami fraktur tibia fibula biasanya sering terjadi yang
disebabkan karena kecelakaan lalu lintas. Selain karena fraktur akibat kecelakaan
lalu lintas, pada perempuan usia diatas 30 tahun rentan mengalami fraktur karena
tingkat kepadatan tulang sudah menurut. Sedangkan fraktur femur lebih banyak
dialami oleh laki-laki yang disebabkan kecelakaan lalu lintas(Desiartama, Agus;
Aryana, I G N, 2017, p. 2)
2. Pemeriksaan body system
3. Sistem pernafasan
Saat pengkajian pada Asuhan Keperawatan Post Op Fraktur Cruris, terdapat
kesenjangan antara fakta dan teori, faktanya pada pemeriksaan fisik pernafasan
spontan, tidak ada retraksi dinding dada pola nafas regular tidak menggunakan otot
bantu pernafasan frekuensi nafas 18x/menit sedangkan pada teori pasien pasca
operasi akan mengalami efek anastesi umum terlihat pada sistem respirasi, dimana
akan terjadi respon depresi pernafasan sekunder.
Sedangkan menurut peneliti perbedaan antara teori dan kasus kemukinan karena
retan waktu, karena pasien dilakukan tindakan operasi pada tanggal 26 juni 2018
pukul 22.00 dan selesai pada pukul 02.00 dini hari dan dilakukan pengkajian pada
tanggal 27 juni pukul 06.00 sehingga pasien sudah tidak mengalami depresi pada
sistem pernafasan karena pasien dilakukan pengkajian setelah 5 jam post operasi
yang dibuntikan dengan pernafasan spontan, pola nafas regular tidak menggunkan
otot bantu pernafasan dan frekuensi nafas 18x/menit
1. Sistem Kardiovaskuler
Saat pegkajian pada Asuhan Keperawatan Post Op Fraktur Cruris, terdapat
kesenjangan antara fakta dan teori, faktanya nadi 90x/menit sedangkan pada teori
pada pasien pasca operasi akan mengalami efek anastesi yang akan mempengaruhi
mekanisme regulasi sirkulasi normal sehingga mempunyai resiko terjadi penurunan
curah jantung
1. Sistem Persyarafan
Saat pegkajian pada Asuhan Keperawatan Post Op Fraktur Cruris, terdapat
kesenjangan antara fakta dan teori, faktanyaa kesadaran composmentis, GCS 4-5-6,
Reaksi pupil terhadap cahaya normal, Reflek: plantar positif sedangkan pada teori
pasien pasca operasi akan mengalami efek anastesi pada sistem syaraf pusat dan
mempengaruhi control kesadaran dan kemapuan orientasi lingkungan
Menurut (Permatasari dkk, 2017, p. 187)Kesadaran yang terganggu pada pasien
pasca operasi biasanya karena sisa efek obat anastesi masih ada, Sedangkan dari
tindakan anastesi umum pasien harus sadar dalam waktu 30 sampai 60 menit.
Adapum masa pemulihan dari anastesi terdiri dari 3 fase yaitu:
Menurut peneliti perbedaan antara teori dan kasus kemukinan pasien tidak
menegalami hambatan jaras efren dan efren terhadap control miksi, sehingga
berimplikasi pada masalah gangguan pemenuhan eliminasi urine karena selama
prosedur pembedahan pasien dilakukan katerisasi urin yang dibuktikan dengan
pasien menggunakan kateter dengan ukuran 14 Fr, produksi urine 600cc.
1. Pemeriksaan Penunjang
Saat pegkajian pada Asuhan Keperawatan Post Op Fraktur Cruris, terdapat
kesenjangan antara fakta dan teori, faktanya hemoglobin, leukosit, hematokrit,
trombosit, rontgen deangkan menurut teori pemeriksaan penunjang yang harus
dilakukan pemeriksaan rontgen, STcan tulang Hb dan scanCI
Sedangkan menurut peneliti klien tidak dilakukan CTsan dan scanCI karena hasil
dari pemeriksaan rontgen sudah menggambarkan dari hasil CTsan dan scanCI yang
dibuktikan dengan tampak terpasang plat dengan baik pada kaki pasien.
4.2.2 Diagnosa Keparawatan
Setelah dilakukan pengumpulan data berdasarkan hasil pengakajian pada Ny.D
perumusan diagnosa terdapat kesenjangan antara teori dan fakta, yaitu adanya
pengurangan dan penambahan diagnosa baru berdasarkan fakta, diagnose yang
muncul nyeri akut, gangguan mobilitas fisik, kerusakan integritas kulit dan
gangguan pola tidur sedangkan menurut teori diagnosa yang muncul nyeri akut,
gangguan mobilitas fisik, kerusakan integritas kulit dan resiko infeksi.
1. Resiko infeksi
Menurut(Sandy dkk, 2015, p. 15) infeksi luka operasi (ILO) merupakan infeksi yang
terjadi ketika mikrioorganisme dari kulit, bagian tubuh yang lain dan lingkungan
masuk kedalam insisi yang terjadi dalam waktu 30 hari yang ditandai dengan adanya
pus, inflamasi, bengkak, nyeri dan panas.
Menurut peneliti pada hasil pengkajian dan laboratorium tidak mununjang untuk
data diagnose resiko infeksi yang dibuktikan dengan luka masih tampak dalam
bebatan, tidak ada lepuh atau maserasi pada kulit tidak adea tanda-tanda infesi
eritema kulit dan eritema sekitar tidak ada dan leokosit 8,3 dengan retan normal 4,5-
11 10 /L.
0
Sedangkan untuk diagnose gangguan pola tidur muncul pada hari ke 2 karena
setelah dilakukan tindakan pembedahan pasien merasa cemas pada bayi yang
dikandungnya dibuktikan dengan data pasien mengatakan tidak bisa tidur setelah
dokter memeriksa keadaaan janinnya, yang yang DJJnya sudah tidak terdeteksi,
pasien mengatakan hanya tidur 2 jam.
4.2.3 Intervensi
Padaasuhan keperawatan pada klien post op open fraktur cruris Dextra 1/3
Proximalgrade II jari ke-0 pembuatan intervensi dilakukan sesuai dengan tinjauan
pustaka baik untuk diagnose nyeri akut, gangguan mobilitas fisik, dan kerusakan
integritas kulit sehingga tidak ada kesenjangan intervensi antara kasus dan tinjauan
pustaka untuk semua diagnosa.
Implementasi
Pada asuhan keperawatan pada klien post op open fraktur cruris Dextra 1/3
Proximalgrade II jari ke-0 implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan
intervensi yang direncanakan pada tinjauan pustaka yang dibuat dan juga tidak ada
modifikasi ataupun tambahan tindakan yang dilakukan pada pasien.
Evaluasi
Berdasarkan studi kasus pada klien telah dilakukan evaluasi 5 hari membandingkan
data subjektif dan data objektif dengan kriteria hasil sehingga di assement
tujuan teratasi.Hasil evaluasi tidak ditemukan adanya kesenjangan antara kriteria
hasil yang ada di intervensi tinjauan pustaka dengan data subjek dan objek yang ada
di evaluasi catatan perkembangan.
BAB 5
PENUTUP
Pada bab ini akan menguraikan tentang kesimpulan dari hasil studi kasus dan saran
yang dapat diberikan penulis tentang Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan
KeperawatanKlien Yang Mengalami Post Op Open Fraktur Cruris Proxima l/3
DextraGrade II Hari Ke-0 Dengan Gangguan Rasa Aman Nyaman Nyeri Di Ruang
Seruni RSD dr.Soebandi Jember”
Kesimpulan
Asuhan KeperawatanKlien Yang Mengalami post op open fraktur Cruris proxima l/3
dextragrade IIhari ke-0 Dengan Gangguan Rasa Aman Nyaman nyeri di ruang seruni
RSD dr.Soebandi Jember tahun 2018 membutuhkan waktu dan proses yang
berkesinambungan sesuai dengan kondisi klien, dimana penulis menggunakan
pendekatan managemen proses keperawatan yang terdiri dari beberapa proses yaitu
pengakajian, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan,
implementasi, dan evaluasi. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada kasus
diatas, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Tahap Pengakajian
Didasarkan tahap pengkajian data subjektif diperoleh data pasien
mengeluh nyeri.Pada tanggal 24 juni 2018 pasien merasakan nyeri pada kaki nya
yang disebabkan karena kecelakaan lalu lintas,pada tanggal 25 juni pasien dilakukan
tindakan pembedahan, padasaat pengkajian tanggal 26 juni 2018 pukul 06.00 WIB
pasien merasakan nyeri dan nyeri terasa cenut-cenut hingga menjalar dari paha
sampai keujung kaki skala nyeri 5 nyeri bertambah hebat pada saat bergerak dan
berkurang pada saat kaki dilentangkan
2. Tahap Perumusan Diagnosa
Perumusan diagnosa yang didasarkan pada analisa data pasien yang post op open
fraktur cruris proximal 1/3 dextra grade II hari ke-0 mengalami nyeri akut.
4. Tahap Implementasi
Implementasi yang diterapkan pada kasus pasien post op open fraktur cruris
proximal 1/3 dextra grade II dengan masalah nyeri akut yaitu dengan memberikan
mengobservasi tanda-tanda vital mengajarkan teknik ditraksi realaksasi nafas,
melakukan tindakan kolaborasi pemberian analgetik ranitidine 1x50mg, ketelorax
1×30 mg dan gentamysin 1x80mg
5. Tahap Evaluasi
Evaluasi yang dilaksanakan pada pasien post op open fraktur cruris proximal 1/3
dextra grade II hari ke-0 dengan yaitu tercapai dan keluhan pasien nyeri akut yang
dirasakan pasien berkurang atau hilang.
Saran
Setelah penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan
KeperawatanKlien Yang Mengalami Post Op Open Fraktur Cruris Proxima l/3
DextraGrade II Hari Ke-0 Dengan Gangguan Rasa Aman Nyaman Nyeri Di Ruang
Seruni RSD dr.Soebandi Jember ” penulis ingin menyampaikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi Responden
Dari hasil studi kasus ini agar dapat digunakaan sebagai pengetahuan tambahan baik
bagi pasien maupun keluarga pasien untuk membantu menangani nyeri akut
penulisdan diharapakan keluarga dan pasien mampu bermobilisasi secara hati-hati
agar tidak terjadi cedera ulang serta meminta pasien untuk selalu memeriksakan
kesehatan secara rutin.
3. Bagi Institusi
4. Di harapkan dari studi kasus ini dapat meningkatkan pengembangan ilmu
pengetahuan dalam hal memberikan “Asuhan KeperawatanKlien Yang Mengalami Post
Op Open Fraktur Cruris Proxima l/3 DextraGrade II Hari Ke-0 Dengan Gangguan Rasa
Aman Nyaman Nyeri Di Ruang Seruni RSD dr.Soebandi JemberAsuhan
KeperawatanKlien Yang Mengalami Post Op Open Fraktur Cruris Proxima l/3
DextraGrade II Hari Ke-0 Dengan Gangguan Rasa Aman Nyaman Nyeri Di Ruang Seruni
RSD dr.Soebandi Jember”
5. Diharapkan pihak adanya penambahan literatur agar dapat membantu semua
mahasiswa dalam proses pembelajaran khususnya pada mahasiswa tingkat akhir untuk
memperlancar penyusunan karya tulis ilmiah
4. Bagi penulis
Dalam pengumpulan data sebaiknya menggunakan komunikasi yang efektif, sikap,
tingkah laku, ketrampilan, serta dibutuhkan persiapkan penguasaan ilmu secara
teoritis. Dan lebih meningkatkan pemahaman tentang pengetahuan teori fraktur
sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan baik dan benar dalam
memberikan pelayanan kesehatan.