Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR CRICURIS DEXTRA

A. PENGERTIAN

Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih
besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart 2000)

Fraktur kruris atau tibia-fibula adalah terputusnya hubungan tulang tibia dan fibula.
Secara klinis bisa berupa fraktur terbuka bila disertai kerusakan pada jaringan lunak
(otot,kulit,jaringan saraf dan pembuluh darah) sehingga meemungkinkan terjadinya antara
fragmen tulaang yang patah dengan udara luar dan fraktur tertutup (Zairin, 2016, p. 541).

Fraktur pada tulang bisa mengakibatkan jaringan yang ada pada sekitar tulang mengalami
kerusakan dan bisa menyebabkan perdarahan pada otot, sendi, dislokasi sendi dan rupture
tendon. (Bararah & Jauhar, 2013,

B. ETIOLOGI

Terjadinya fraktur curis adanya

1.trauma, jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada tempat
yang terkena, halite juga mengaibatkan kerusakan pada jaringan lunak disekitarnya. Jika
kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka dapat terjadi fraktur padatempat yang
jauh dari tempat yang terkena dan kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur mungkin
tidak ada.

2. fraktur patologis Adanya suatu fraktur secara primer terjadi karena adanya proses
pelemahan tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang bermetastase

3. fraktur akibat kecelakaan atau tekanan Tulang juga bisa mengalami otot-otot yang
berada di sekitaar tulang tidak mampu mengabsorpsi energy atau kekuatan yang
menimpanya.

4. spontan,terjadi karena tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga
5. fraktur tibia dan fibula yang terjadi akibat pukulan langsung,jatuh dengan kaki dalam
posisi fleksi atau gerakan memutar yang keras.

6. fraktur tibia dan fibula secara umum terjadi akibat dai pemutaran pergelangan kaki
yang kuat dan sering dikait dengan gangguan kesejajaran. ( Apley, G.A. 1995)

C. PATOFISIOLOGI

Ketika tulang patah, periosteum dan pembuluh darah di bagian korteks, sum-sum tulang
dan jaringan lunak didekatnya (otot) cidera ini merupakan keadaan derajad yang memerlukan
pembedahan segera karena dapat menimbulkan syok hipovolemik. Pendarahan yang
terakumulasi menimbulkan pembengkakan jaringan sekitar daerah cidera yang apabila ditekan
atau digerakan dapat timbul rasa nyeri yang hebat yang mengakibatkan syok neurogenic
( Mansjoer Arief, 2002)

Sedangkan kerusakan pada system persyarafan akan menimbulkan kehilangan sensasi


yang dapat berakibat paralysis yang menetap pada fraktur, juga terjadi keterbatasan gerak ole
karena fungsi pada daerah cidera. Sewaktu tulang patah pendarahan biasanya terjadi disekitar
tempat patah, kedalam jaringan lemak tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur.

Sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah
ketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati di mulai. Di tempat patah
terdapat fibrin hematoma fraktur dan berfungsi sehingga jalan-jalan untuk membentuk sel-sel
baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus.
Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk
tulang sejati ( Mansjoer Arif, 2002).
D. PATHWAY

Trauma langsung Trauma tidak langsung kondisi paologis

FRAKTUR Nyeri

Diskontinuitas tulang Pergeseran fragmen tulang

Perubahan jaringan sekitar kerusakan fragmen tulang

Pergeseran frag. Tulang laserasi kulit spasme otot reaksi setres klien

deformitas peningk tek kapiler melep katekolamin


Kerusakan
intergritas
gangguan fengsi pelepasan histamine mob asam lemak
kulit

Gg mobilitas fisik prote plasma hilang bergab deng trom

edema emboli

penekan pem darah menyumb pem darah

penurunan perfusi jar

Gang perfu
jaringan
E. TANDA DAN GEJALA

Fraktur kruris biasanya terjadi karena tekanan akibat jatuh, trauma, atau pukulan
langsung. Hal ini sering disebabkan oleh tabrakan kendaraan bermotor atau melalui kontak
langsung atau gerakan memutar tiba-tiba pada saat olah raga.

Pada umumnya, fraktur kruris berhubungan dengan:

 Terasa nyeri diarea fraktur


 Deformitas yang jelas atau panjang
 Ketidak mampuan melakukan aktifitas seperti biasanya
 Jangkauan gerak terbatas di daerah fraktur
 Memar atau perubahan warna dapat mengindikasikan kerusakan pembuluh darah

F. FOKUS PENGKAJIAN

1. pengkajian primer

a. airway adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas oleh adanya penumpukan skret
akibat kelemahan reflek batuk

b. breathing, kelemahan menelan atau batuk atau melindungi jalan nafas, timbulnya
pernafasan yang sulit dan atau tak teratur, suara nafas terdengan ronchi atau aspirasi

c. circulasion, TD dapat normal atau meningkat, hipoyensi terjadi pda tahap lanjut,
takikardi bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membrane mukosa pucat,
dingin , sianosis pada tahap lanjut.

2. pengkajian sekunder

A. aktivitas / istirahat

1. kehilangan fungsi pada bagian yang terkena

2. keterbatasan mobilitas
B. sirkulasi

1. Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri / ansietas)

2. Hipotensi ( respon terhadap kehilngan darah)

3. tachkikardi

4. penurunan nadi pada bagian distal yang cidera

5. capillary refill melambat

6. pucat pada bagian yang terkena

7. masa hematoma pada sisi cedera

C. Neurosensori

1. kesemutan

2. deformitas, krepitasi, pemendekan

3. kelemahan

D.kenyamana

1. nyeri tiba-tiba saat cidera

2. spasme / kram otot

3. perubahan warna

4. pembengkakan local
G. DIAGNOSA

Pre Operasi

1. Nyeri berhubungan dengan patah tulang, spasme otot, edema dan kerusakan jaringan
lunak

2. resiko tinggi terjadinya perubahan neurovaskuler perifer berhubungan dengan


menurunnya aliran darah akibat cidera vaskuler langsung, edema berlebihan,
pembentukan thrombus, hipovaolemia.

3. resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan


primer : kerusakan kulit, trauma jaringan, kerusakan pada jaringan lunak

4. kecemasan berhubungan dengan nyeri, ketidak mampuan dan gangguan mobilisasi

Pos Operasi

1. nyeri berhubungan dengan pemasangan pen, sekrup, drain dan adanya luka operasi

2. resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi

3. gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan terapi fraktur, pemasangan
traksi, gips, dan fiksasi

4. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan bertambahnya


metabolism untuk penyembuhan tulang dan jaringan.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya


b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
I. PENATALAKSANAAN
a. Recognisi: melihat kondisi fraktur, luasnya, dan jenis frakturnya
b. Reduksi :reduksi fraktur terbuka atau tertutup; tindakan manipulasi fragmen-fragmen
tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.
c. Imobilisasi : dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna/interna, mempertahankan dan
mengembalikan fungsi (pemberiaan analgesik, status neurovaskuler, latihan isometric &
setting otot untuk meminimalkan atrofi otot), melaksanakan manajemen nyeri
d. Rehabilitasi
1. Patah tulang tertutup
A. Pertolongan darurat (emergency)
1) Pemasangan bidal (splint)
2) Mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut
3) Mengurangi rasa nyeri
4) Menekan kemungkinan terjadinya emboli dan schok
5) Memudahkan transportasi dan pengambilan foto
B. Pengobatan definitif
1) Reposisi secara tertutup
Manipulasi secara tertutup untuk mereposisi terbatas hanya pada patah tulang
tertentu. Traksi dengan melakukan tarikan pada ekstremitas bagian distal
2) Imobilisasi
a) Gips (plaster of paris castis)
b) Traksi secara kontinue : traksi kulit, traksi tulang
3) Reposisi secara terbuka
Melakukan reposisi dengan operasi kemudian melakukan mobilisasi dengan
menggunakan fiksasi interna yang dapat berupa plat, pen dan kawat
C. Rehabilitasi
Tujuan umum :
1) Mempertahankan ruang gerak sendi
2) Mempertahankan kekuatan otot
3) Mempercepat proses penyembuhan fraktur
4) Mempercepat pengambilan fungsi penderita
Latihan terdiri dari :
1) Mempertahankan ruang gerak sendi
2) Latihan otot
3) Latihan berjalan
(Pedoman Diagnosis dan Terapi, UPF, 1994 : 138)

J. DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran UI : Jakarta.
Andy Santosa Augustinus, ( 2010). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Jakarta:
Akademi Perawat Sint Carolus.
Brunner and Suddarth (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta”
Donges Marilynn, E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC
Price Sylvia, A. 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid2 .Edisi
4. Jakarta: EGC
Smeltzer Suzanne, C. 1997. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8.Vol 3.
Jakarta: EGC

Tucker, Susan Martin. 1993. Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Volume 3. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai