Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN FRAKTUR

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Dosen Pengampu : Ns. Diana Tri Lestari, M.Kep

Oleh :

1. Andry Adi Pangestu 20101440119008


2. Fuadeh 20101440119049
3. Hafida Ika Y 20101440119051

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV DIPONEGORO
SEMARANG
2021
I. Konsep Teori
a. Definisi
Fraktur adalah gangguan darikomunitas yang normal dari suatu tulang. Jika terjadi
fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu. Radiografi
(sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak mampuan
menunjukkan otot atau ligament yang robek, saraf yang putus, atau pembuluh darah
yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulih klien (Black dan Hawks,
2014).

b. Manifestasi Klinik
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi,
hemotoma dan edema.
2. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
3. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat
diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering salingmelengkapi satu sama
lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1-2 inci)
4. Krepitasi akibat gesekan antra fragmen satu dnegan yang lainnya
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya terjadi setelah beberapa
jam atau hari setelah cedera.

c. Patofisiologi
Fraktur pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam
tubuh,yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik patologik.Kemampuan otot
mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh
darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun
maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan
poliferasi menjadi edemlokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau
tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat 13 menimbulkan gangguan rasa
nyaman nyeri. Selain itu, dapat mengenai tulang dan terjadi neurovascular yang
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu, fraktur
terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak dapat mengakibatkan
kerusakan integritas kulit (Andra&Yessie, 2013)

d. Penatalaksanaan Medis
Menurut Long (1996), ada beberapa terapi yang digunakan untuk pada pasein fraktur
antara lain:
1. Debridemen luka untuk membuang kotoran, bendaasing, jaringan yang rusak
dan tulang yang nekrose
2. Memberikan toksoid tetanus
3. Pengobatan dengan antibiotik
4. Memantau gejala osteomyelitis, tetanus, gangrene gas
5. Menutup luka bila tidak ada gejala infeksi
6. Reduksi fraktur
7. Imobilisasi fraktur
8. Kompres dingin boleh dilaksanakan untuk mencegah perdarahan, edema,dan
nyeri
9. Obat penawar nyeri

e. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiografi pada dua bidang (carilusensi dan diskontinuitas pada konteks
tulang)
2. Tomografi, CT scan, MRI (jaringan)
3. Ultrasonografi dan scan tulang dengan radioisotope (scan tulang terutama
berguna ketika radiografi/CT scan memberikan hasil negative pada kecurigaan
fraktur secara klinis)

II. Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a) Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan nafas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk.
b) Breathing
Kelemahan menelan/bentuk/melindungi jalan nafas, timbulnya pernafasan
yang sulit dan/atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi/aspirasi.
c) Circulation
Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap
lanjut,adanya takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini,distritmia,
kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianos pada tahap lanjut.
2. Pengkajian Sekunder
1) Aktivitas/istirahat
- Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
- Keterbatasan mobilitas
2) Sirkulasi
- Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
- Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)
- Tachikardi
- Penurunan nadi pada bagian distal yang cidera
- Cailary refil melambat
- Pucat pada bagian yang terkena
- Masa hemotoma pada sisi cedera
3) Neurosensori
- Kesemutan
- Deformitas,krepitasi, pemendekan
- Kelemahan
4) Kenyamanan
- Nyeri tiba-tiba cidera
- Spasme/kram otot
5) Keamanan
- Laserasi kulit
- Perdarahan
- Perubahan warna
- Pembengkakan total
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik
2. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan fraktur
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis (mis, penekanan
pada tonjolan tulang)
c. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik
Tujuan : keluhan nyeri dapat berkurang setelah dilakukannya tindakan
keperawatan
Kriteria hasil :
a. Klien menyatakan nyeri berkurang
b. Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas tidur/istirahat dengan
tepat
c. Tekanan darah normal
d. Ketegangan otot dapat menurun
e. Tidak ada peningkatan frekuensi nadi dan tekanan darah

Intervensi :

a. Identifikasi lokasi nyeri, karakteristik, durasi, frukuensi,kualitas, intensitas


nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
d. Identifikasi respon non verbal
e. Memberikan kompres hangat/dingin untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien
f. Memfasilitasi istirahat dan tidur pada pasien
g. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
h. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
i. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk meredakan nyeri
j. Berkolaborasi dengan dokter pemberian analgetik.

2. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan fraktur


Tujuan : pergerakan sendi membaik setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
a. Klien menyatakan luka tekan berkurang
b. Tidak ada perdarahan pada pasien

Intervensi :

1. Memonitor perubahan kulit


2. Memonitor trombofbletis dan tromboemboli vena
3. Berkolaborasi pemberian kortikosteroid

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang


Tujuan : kerusakan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Dengan kriteria hasil :
a. Kekuatan otot membaik
b. Tidak ada gerakan terbatas
c. Kelemahan fisik menurun
d. Kaku sendi menurun

Intervensi :

1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya


2. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
3. Memonitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
4. Memfasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
6. Menganjurkan ambulasi sederhana (misalnya berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai
toleransi)
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis
Tujuan : kerusakan integritas kulit dapat diatasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Dengan kriteria hasil :
a. Kerusakan lapisan kuli teratasi
b. Perdarahan teratasi
c. Nekrosis dapat teratasi
Intervensi :

1. Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit


2. Mengubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
3. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang,jika perlu
4. Menggunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif
5. Menganjurkan minum air yang cukup
6. Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
7. Menganjurkan meningkatan asupan buah dan sayur

Anda mungkin juga menyukai