Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN FRAKTUR

Oleh :
Nama : I Made Tantri Patrayana

Nim : P07120219069

Kelas / Prodi : 3B / S.Tr Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI S.TR KEPERAWATAN

2021
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL NURSING PADA
PASIEN FRAKTUR

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Fraktur atau patah tulang merupakan masalah yang sangat menarik perhatian
masyarakat. Banyak kejadian yang tidak terduga yang dapat menyebabkan terjadinya
fraktur, baik itu fraktur tertutup maupun fraktur terbuka. Terjadinya kecelakaan secara
tiba-tiba yang menyebabkan fraktur seringkali membuat orang panik dan tidak tahu
tindakan apa yang harus dilakukan. Ini disebabkan tidak adanya kesiapan dan
kurangnya pengetahuan terhadap fraktur tersebut.Seringkali untuk penanganan fraktur
ini tidak tepat, mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia. Contohnya
ada seseorang yang mengalami fraktur. Tetapi, karena kurangnya pengetahuan dalam
penanganan pertolongan pertama terhadap fraktur, ia pergi ke dukun pijat karena
mungkin ia menganggap bahwa gejala fraktur mirip dengan gejala orang yang terkilir.
Olehnya itu, kita harus mengetahui paling tidak bagaimana penanganan pada korban
fraktur.

2. Penyebab/faktor predisposisi
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dibagi menjadi tiga yaitu :
1) Cedera traumatik pada tulang dapat di sebabkan oleh :
a. Cedera langsung atau pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan. Pemukulanbiasanya menyebabakan fraktur
melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur
danmenyebabkan fraktur klavikula
c. Fraktur yang di sebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.
2) Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma
minor dapat mengakibatkanfraktur. Dan dapat juga terjadi pada berbagai keadaan
berikut :
a. Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis: dapat terjadi akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu prosesyang progresif, lambat dan sakit nyeri
c. Rakhitis: suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin
D yang mempengaruhisemua jaringan yang lain, biasanya disebabkan
oleh defisiensi diit, tetapi kadang kadang dapat terjadikarena kegagalan
absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang
rendah.
d. Secara spontan: disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemilitcran.
3. Fraktur stress
Fraktur yang terjadi akibat kekuatan atau tekanan yang berulang dan berlebihan

3. Pohon masalah

Trauma Langsung Trauma Langsung Trauma Langsung

Diskontinuitas tulang FRAKTUR Pergeseran Fragmen

Perubahan Jaringan Nyeri Akut


sekitar

Pergeseran Fragmen
Tulang

Deformitas

Gangguan Mobilitas Fisik


4. Klasifikasi
Fraktur memiliki jenis atau klasifikasi yang dibedakan dengan melihat tingkat
cedera tulang dan kerusakan jaringan yang dialami. Klasifikasi Fraktur dibagi menjadi
3 yaitu:
1) Fraktur tertutup bisa disebut (simple fraktur), apabila tidak terdapathubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar
2) Fraktur terbuka bisa disebut (compoun fraktur), apabila terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar. Karena adanyaperlukaan dikulit
3) Fraktur dengan komplikasi, misal mehmed, delayed, nonton, nonton,infeksi
tulang

Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat yaitu: 1)


Derajat 1
- Luka 1 cm
- Kerusakan pada jaringan lunak sedikit, tidak ada luka remuk
- Fraktur sederhana, transversal, komunitif ringan
- Kontaminasa minimal
2) Derajat II
- Laserasi 1 cm
- Kerusakan pada jaringan lunak, tidak luas, flap/avulsi -
Kontaminasi sedang.
3) Derajat III
Terjadinya rusak pada jaringan lunak yaitu meliputi struktur kulit, otot dan juga
neurovaskuler sertakontaminasi derajat tinggi

Fraktur dapat dikategorikan berdasarkan 1)


Jumlah garis
- Simple fraktur : terdapat lebih dari satu garis fraktur
- Multiple fraktur : lebih dari satu garis fraktur
- Comminutive fraktur : lebih banyak garis fraktur dan patah menjadi
fragmen keci
2) Luas garis fraktur
- Fraktur inkomplit : tulang tidak terpotong secara keseluruhan
- Fraktur komplikasi : tulang terpotong total
- Hairline fraktur : garis fraktur tidak tampak
3) Bentuk fragmen
- Green stick : retak pada sebelah sisi dari tulang (sering pada anak)
- Fraktur transversal : fraktur fragmen melintang
- Fraktur obligue : fraktur fragmen miring
- Fraktur spinal : fraktur fragmen melingkar

5. Gejala klinis

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang


diimobilisasi, hematoma, dan edema
b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat
diatas dan dibawah tempat fraktur
d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

6. Pemeriksaan diagnostic / penunjang

a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya


b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal

7. Penatalaksanaan medis

a. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen


tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula
b. Imobilisasi fraktur: Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
d. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
e. Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
f. Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
g. Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi
disuse dan meningkatkan peredaran darah

8. Komplikasi

a. Dislokasi: Tulang bergeser dari posisi normalnya pada sendi


b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. kurangnya pemahaman konsep kesehatan dikarenakan kepercayaan pasien lebih
ke pengobatan tradisional.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian primer
- Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk

- Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang
sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi

- Circulation

TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,


takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut

b. Pengkajian sekunder
a) Aktivitas/istirahat
1. Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
2. Keterbatasan mobilitas
b) Sirkulasi
1. Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
2. Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
3. Tachikardi
4. Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
5. Capilary refil melambat > 2 detik
6. Pucat pada bagian yang terkena
7. Masa hematoma pada sisi cedera
c) Neurosensori
1. Kesemutan
2. Deformitas, krepitasi, pemendekan
3. Kelemahan
d) Kenyamanan
1. Nyeri tiba-tiba saat cidera
2. Spasme/ kram otot
e) Keamanan
1. Laserasi kulit
2. Perdarahan
3. Perubahan warna
4. Pembengkakan local

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang.
3. Rencana asuhan keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

1. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan Intervensi Utama


berhubungan selama ....x... jam diharapkan Tingkat Manajemen Nyeri (I. 08238)
dengan agen
Nyeri (L.08066) menurun dengan Observasi
pencedera fisik.
kriteria hasil : - Identifikasi lokasi,
1. Kemampuan menuntaskan karakteristik, durasi,
aktivitas meningkat frekuensi, kualitas, intensitas
2. Keluhan nyeri menurun nyeri
3. Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri
4. Sikap protektif menurun - Identifikasi respons nyeri non
5. Gelisah menurun verbal
6. Kesulitan tidur menurun - Identifikani faktor yang
7. Menarik diri menurun memperberat dan
8. Berfokus pada diri sendiri memperingan nyeri
menurun - Identifikasi pengetahuan dan
9. Diaforesis menurun keyakinan tentang nyeri
10. Perasaan depresi - Identifikasi pengaruh budaya
(tertekan) menurun terhadap respon nyeri
11. Perasaan takut mengalami - Identifikasi pengaruh nyeri
cedera berulang menurun pada kualitas hidup
12. Anoreksia menurun - Monitor keberhasilan terapi
13. Perineum terasa tertekan komplementer yang sudah
menurun diberikan
14. Uterus teraba membulat - Monitor efek samping
menurun penggunaan analgetik
15. Ketegangan otot menurun Terapeutik
16. Pupil dilatasi menurun - Berikan teknik
17. Muntah menurun nonfarmakologis untuk
18. Mual menurun mengurangi rasa nyeri (mis.
19. Frekuensi nadi membaik TENS, hipnosis, akupresur,
20. Pola napas membaik terapi musik, biofeedback,
21. Tekanan darah membaik terapi pijat,
22. Proses berpikir membaik aromaterapi,tekník imajinasi
23. Fokus membaik terbimbing, kompres
24. Fungsi berkemih membaik hangat/dingin, terapi
25. Perilaku membaik bermain).
26. Nafsu makan membaik - Kontrol lingkungan yang
27. Pola tidur membaik. memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kabisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Pemberian Analgesik (I. 08243)


Observasi
- Identifikasi karakteristik
nyeri (mis. pencetus, pereda,
kualitas, lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat alergi
obat
- Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. narkotika,
non-narkotik, atau NSAID)
đengan tingkat keparahan
nyeri
- Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah
pemberian analgesic
- Monitor efektifitas analgesic
Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesik
yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
- Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
- Tetapkan target efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan
respons
pasien
Dokumentasikan
respons
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama
mobilitas keperawatan ...x… jam diharapkan Dukungan Ambulasi (I.06171)
fisik Mobilitas Fisik (L.05042) meningkat Observasi
berhubungan dengan kriteria hasil : - Identifikasi adanya nyeri atau
dengan 1. Pergerakan ekstremitas keluhan fisik lainnya.
kerusakan meningkat - Identifikasi toleransi fisik
integritas 2. Kekuatan otot meningkat melakukan ambulasi
struktur tulang. 3. Rentang gerak (ROM) - Monitor frekuensi jantung dan
meningkat tekanan darah sebelum
4. Nyeri menurun memulai ambulasi
5. Kecemasan menurun - Monitor kondisi umum
6. Kaku sendi menurun selama melakukan ambulasi
7. Gerakan tidak terkoordinasi Terapeutik
menurun - Fasilitasi aktivitas ambulasi
8. Gerakan terbatas menurun dengan alat bantu (mis.
9. Kelemahan fisik menurun tongkat,kruk)
- Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika perlu
- Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi
dini
- Anjarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi).

Dukungan mobilisasi
(I.05173)
Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu (mis. pagar
tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi

- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini

- Ajarkan mobilisasi sederhana


yang harus dilakukan (mis,
duduk di tempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi

C. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural


1. Konsep dalam transkultural nursing
Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada
analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leininger, 1978).
Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang difokuskan pada
perilaku individu atau kelompok. Proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat dan sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. a.
Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. b.
Etnosentris
Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki
individu menganggap budayanya adalah yang terbaik
c. Etnis
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim
d. Ras
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid, mongoloid. e. Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku
pada individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk
memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan
kondisi dan kualitas kehidupan manusia
f. Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia
g. Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi
digunakan untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan individu,
keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan
berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan
damai
Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985), adalah cara pandang,
keyakinan, nilai- nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar
belakang budaya, terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu :
a. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki
nilainilaidan norma- norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan
pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun
dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
b. Kesehatan
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan
suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan
untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang
adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
c. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan
dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya
saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan
simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh
manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim
seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah
ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur
sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok
ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus
mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan
individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup,
bahasa dan atribut yang digunakan.
d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai
dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan
adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

2. Prinsip dalam transkultural nursing


Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan
keperawatan. Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip
asuhan keperawatan yaitu:
a. Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan
diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien
sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya,
misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
b. Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan,
misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis,
maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
c. Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup
klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang
dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang
dianut. Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam
menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam
bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa
proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berpikir dan
memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995).
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

D. Konsep Asuhan Keperawatan Transkultural Nursing


1. Pengkajian
Dirancang berdasarkan 7 komponen yg ada pada Leiningers Sunrise models.
1) Faktor teknologi (technological factors)
Adalah sarana yang memungkinkan manusia untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.
Pemanfaatan teknologi kesehatan dipengaruhi oleh sikap tenaga kesehatan,
kebutuhan serta permintaan masyarakat.
Perawat perlu mengkaji:
a. Persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
b. Alasan mencari bantuan kesehatan
c. Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat
d. Alasan memilih pengobatan alternatif
2) Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat
untuk mendapatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya
sendiri.
Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah:
a. Agama yang dianut
b. Cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan
c. Kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
d. Melakukan ikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa.
3) Faktor sosial & keterikatan kekeluargaan (Kinship & social factors)
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan
tertentu untuk berbagi pengalaman dan emosi, serta mengidentifikasikan diri
sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Sosial adalah segala sesuatu
yang berkenaan dengan perilaku interpersonal atau yang berkenaan dengan
proses sosial (Soekanto, 1983).
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor:
a. Nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, status, tipe keluarga
b. Pengambilan keputusan dalam keluarga
c. Hubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Kebiasaan rutin yang dilakukan keluarga seperti arisan keluarga
e. Kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat seperti ikut kelompok
pengajian
4) Faktor nilai-nilai budaya & gaya hidup (cultural value &lifeways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma budaya adalah
suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya
terkait.
Perawat perlu mengkaji beberapa hal, yaitu
a. Posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga
b. Bahasa yang digunakan
c. Kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit,
d. Persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
5) Faktor kebijakan & peraturan RS yg berlaku (Political & legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya
(Andrew and Boyle, 1995 ).
Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah:
a. Peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung
b. Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu
c. Cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
d. Hak dan kewajiban klien dalam perjanjian dg RS
6) Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya:
a. Pekerjaan klien
b. Sumber biaya pengobatan
c. Tabungan yang dimiliki oleh keluarga (Kebiasaan menabung & jumlah
tabungan dalam sebulan)
d. Sumber ekonomi yang dimanfaatn klien misalnya asuransi, penggantian
biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
7) Faktor pendidikan (Educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya.
Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah:
a. Tingkat pendidikan klien
b. Jenis pendidikan
c. Kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman
sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.

2. Diagnosa Keperawatan Transkultural nursing


Diagnosis keperawatan adalah respon klien sesuai dengan latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan
(Andrew & Boyle, 1995). Respon klien yang ditegakkan dengan cara:
a. Mengidentifikasi budaya yang mendukung kesehatan (olahraga teratur,
membaca, suka makan sayur).
b. Budaya yang pantang untuk dilanggar (makanan pantang, pantangan untuk
dikujungi saat sakit, hal tabu untuk dilakukan)
c. Budaya yang bertentangan dengan kesehatannya (merokok, pengobatan
aternatif yang memperburuk kesehatan).
Contoh Diagnosa transkultural nursing:
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan lingkungan (mis.
ketidakcukupan informasi, ketidaksesuaian budaya, bahasa asing).
b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
c. Gangguan interaksi soasial berhubungan dengan disorientasi sosiokultural
d. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sisitem nilai yang
diyakini

3. Perencanaan dan Implementasi


Proses memilih strategi keperawatan yang tepat dan melaksanakan tindakan
sesuai dengan latar belakang budaya. Dilakukan berdasarkan budaya klien dengan
strategi:
a. Mempertahankan budaya bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan
b. Negosiasi budaya, bila budaya klien kurang mendukung kesehatan (mambantu
klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan).
c. Mengubah budaya karena budaya yang dimiliki bertentangan dengan kesehatan.
Bila budaya klien dan perawat berbeda, Perawat dan klien mencoba memahami
budaya masing-masing melalui proses akulturasi (proses mengidentifikasi persamaan
dan perbedaan budaya, sehingga terjadi tenggang rasa). Bila perawat tidak memahami
budaya klien, klien akan merasa tidak percaya pada perawat shg mengakibatkan
gangguan hubungan terapeutik perawat-klien. Pemahaman budaya klien amat
mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat klien yang
terapeutik, sehingga menciptakan kepuasan klien dan membangkitkan kesembuhan.

4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang:
a. Mempertahankan budaya sesuai dengan kesehatan
b. Negosiasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan
c. Mengubah budaya yang bertentangan dengan kesehatan
Melalui evaluasi, dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan keinginan
klien dan sesuai dengan latar belakang budayanya.
REFERENSI

Purwanto, Hadi. 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta : Kemenkes


Saputri, Luh Gede Dwi (2019) Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post
ORIF Dengan Nyeri Akut Di Ruang Janger RSUD Mangusada Tahun 2019.
Diploma thesis, Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan
Keperawatan.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indoneisa:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Yanuar, Citra TriolisaSeptigalu (2018) Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Operasi
Close Fraktur Femur Dengan Masalah Keperawatan KetidakefektifanPerfusi
Jaringan Perifer Diruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Bangil Pasuruan.
Diploma thesis, STIKES Insan Cendekia Medika Jombang
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Pembimbing/CT Denpasar, 29 September 2021


Nama Mahasiswa

Dr. Drs. I Wayan Mustika,S.Kep.,Ns.,M.Kes I Made Tantri Patrayana

NIP:196508111988031002 P07120219069

Anda mungkin juga menyukai