Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR FEMUR

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Departemen Keperawatan Medikal Bedah Orthopaedi
Mahasiswa Program Profesi Ners Angkatan XV

Oleh :
Reni Nurazizah S.Kep
NPM : 4012200017

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERABANJAR


PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN KE-15
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

Jl. Mayjen Lili Kusumah-Sumanding Wetan No. 33 Kota Banjar


Tlp (0265) 741100 Fax (0265) 744043
web: www.stikesbp.ac.id
Definisi Penyakit
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang dapat diabsorbsi.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidajat, 2005)
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Linda
Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan
bahwa).

A. Etiologi
1. Trauma Langsung
Benturan pada tulang yang menyebabkan fraktur pada area benturan.
2. Trauma Tidak Langsung
Fraktur tidak terjadi pada tempat benturan tapi di tempat lain karena
kekuatan trauma diteruskan oleh sumbu tulang ke tempat lain.
Etiologi lain :
 trauma tenaga fisik (tabrakan,benturan)
 penyakit pada tulang (proses.degeneratif,kanker tulang)
 degenerasi spontan

B. Jenis Fraktur
 Fraktur komplit adalah patah pada selurh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran
 Fraktur inkomplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah
tulang.
 Fraktur tertutup (fraktur simple), tidak menyebabkan robekan kulit.
 Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks), merupakan fraktur
dengan luka pada kulit atau membrana mukosa sampai ke patahan
tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi : Grade I dengan luka bersih
kurang dari 1 cm panjangnya dan sakit jelas, Grade II luka lebih luas
tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif dan Grade III, yang
sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstensi, merupakan yang paling berat
Penyembuhan/perbaikan fraktur :
Bila sebuah tulang patah, maka jaringan lunak sekitarnya juga rusak,
periosteum terpisah dari tulang dan terjadi perdarahan yang cukup
berat. Bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan akan
membentuk jaringan granulasi, dimana sel-sel pembentuk tulang
premitif (osteogenik) berdeferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas.
Kondroblas akan mensekresi fosfat yang akan merangsang deposisi
kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus disekitar lokasi fraktur. Lapisan
ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapian kalus dari
fragmen yang satunya dan menyatu.
Fusi dari kedua fragmen terus berlanjut dengan terbentuknya trabekula
oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyebrangi
lokasi fraktur.Persatuan (union) tulang provisional ini akan menjalani
transformasi metaplastikuntuk menjadi lebih kuat dan lebih
terorganisasi. Kalus tulang akan mengalami re-modelling dimana
osteoblas akan membentuk tulang baru sementara osteoklas akan
menyingkirkan bagian yanng rusak sehingga akhirnya akan terbentuk
tulang yang menyerupai keadaan tulang aslinya.

C. Patofisiologi
Trauma Patologis Degeneratif Spontan

Patah Tulang

Terputusnya kontinuitas tulang DP : Nyeri akut

Terbuka Tertutup
Infeksi DP : Resiko infeksi Potensial infeksi,adanya emboli
lemak dari fraktur tulang panjang
& sindroma kompartemen .

Trauma Penetrasi

Perdarahan Cidera Vaskuler Trombosis Pembuluh

Komplikasi

Penyebab kematian dini Penyebab lambat


kematian(Stl 3 hr)

Hemoragi & Cidera Kepala Gangguan Organ Multipel Sepsis

Terjadi ARDS & DIC Pelepasan


Toksin

Syok Hipovolemik Dilatasi pemb. Darah

Penurunan Perfusi organ Terkumpulnya


Venosa

Peningkatan Curah jantung Penurunan


tekanan
Vaskular
sistemik

Penurunan Curah Jantung,Tensi, Perfusi

Syok Sepsis Kematian


(Tirah baring, Ulkus, Emboli pulmonal, penyusutan Otot ) DP :
Defisit self care

DP : Kerusakan mobilitas fisik

D. Data Fokus Pengkajian


1. Riwayat keperawatan
a. Riwayat Perjalanan penyakit
 Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan
kesehatan
 Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma
 Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll
 Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan
 Kehilangan fungsi
 Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis
b. Riwayat pengobatan sebelumnya
o Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis
kortikosteroid dalam jangka waktu lama
o Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal,
terutama pada wanita
o Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
o Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
c. Proses pertolongan pertama yang dilakukan
o Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan
gerakan diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum
dipindahkan
o Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema
2. Pemeriksaan fisik
a. Mengidentifikasi tipe fraktur
b. Inspeksi daerah mana yang terkena
- Deformitas yang nampak jelas
- Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera
- Laserasi
- Perubahan warna kulit
- Kehilangan fungsi daerah yang cidera
c. Palpasi
d. Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran
e. Krepitasi
f. Nadi, dingin
g. Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur

3. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium :

Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb,


hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah
(LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada
masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah.

b. Radiologi :

X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.


Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan
untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.

F. Analisa Data

No DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS : Terputusnya kontinuitas Nyeri akut


tulang
- klien
mengatakan
P reseptor nyeri
nyeri daerah
luka
Adanya nyeri
DO:
- Adanya
fraktur, muka
menahan sakit,
sembab
2 DS: Terputusnya kontinuitas Kerusakan
- klien tulang mobilitas fisik
mengatakan
susah bergerak Kelemahan fisik

DO:
Kerusakan mobilitas
fisik
- Adanya
keterbatasan
gerak

3 DS: Terputusnya kontinuitas Kurang


- klien tulang perawatan diri
menyatakan
kebutuhannya Kelemahan fisik
dibantu
keluarga Tidak bisa melakukan
DO: ADL

- keluarga
Kurang perawatan diri
membantu
memenuhi
kebutuhan
klien

4 DS: Terputusnya kontinuitas Resiko infeksi


- klien tulang
menyatakan
luka terasa Adanya fraktur terbuka/
perih tertutup

DO:

Perawatan
- adanya fraktur
pemasangan
(terbuka,
Luka terbuka
tertutup),
gips/spalk
tindakan
invasive

Resiko infeksi

G. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agent injury fisik (fraktur)
2. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan trauma
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal
H. Perencanaan

No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan

1 Nyeri akut b/d Setelah - Kaji ulang - Dengan


agent injury dilakukan kondisi nyeri mengetahui
fisik (fraktur) tindakan - Gunakan kondisi nyeri
perawatan komunikasi dapat
selama ..... x 24 teraupetik menentukan
jam nyeri akut - Evaluasi tindak-an
dapat diatasi pengalaman selanjutnya
dengan nyeri pasien - Dengan
kriteria: - Meminimalkan komunikasi
 Skala nyeri faktor pencetus terapeutik dapat
menurun nyeri membantu
 Klien merasa - Ajarkan teknik mengu-rangi
nyaman distraksi rasa nyeri.
 Kecukupan - Kolaborasi - Dengan adanya
istirahat dan denagn dokter pengalaman
tidur. untuk pemberian nyeri dpt
 Kemampuan analgetik membantu
aktivitas membiasakan
rasa nyeri yg
dialami.
- Dapat
menghindari
bertambahnya
rangsang nyeri.
- Walau Cuma
sesaat tapi dapat
melatih untuk
menghilangkan/
mengurangi
nyeri.
- Dengan
analgetik dapat
memutus
reseptor nyeri ke
cerebral.
2 Kurang Setelah - Monitor - Dengan
perawatan diri dilakukan kemampuan mengetahui
b/d kerusakan tindakan pasien terhadap kemampuan
muskuloskeletal perawatan perawatan diri perawatan
selama ..... x 24 - Monitor mandiri klien
jam terjadi kebutuhan akan shg dpt
peningkatan personal menentukan
self care hygiene, tindakan
dengan berpakaian, keperawatan
kriteria: toileting dan selanjunya
 Pasien dapat makan - Untuk
melaku kan - Beri bantuan mengetahui
aktivitas sampai pasien tindakan
 Kebersihan mempunyai ke- keperawatan yg
diri pasien mampuan untuk akan diberikan
terpenuhi merawat diri & - Dapat memenuhi
libatkan klg kebutuan
- Anjurkan pasien perawatan diri
untuk klien
melakukan - Dengan
aktivitas sehari- melakukan
hari sesuai aktivitas klien
kemampuannya dpt melatih
kemampuan
mandirinya
3 Resiko infeksi Setelah - Jelaskan tanda - Dpt melukan
berhubungan dilakukan dan gejala tindakan sedini
dengan tindakan infeksi mungkin untuk
prosedur invasif perawatan - Cuci tangan mencegah
dan trauma selama .... x 24 sebelum dan infeksi.
jam infeksi sesudah kontak - Meminimalkan
dapat dicegah dengan pasien. invasi
dengan - Gunakan teknik mikroorganisme
kriteria : steril dalam penyebab infeksi
 Bebas tanda perawtan luka. - Dapat manjaga
infeksi - Pertahankan kebersihan luka
 Sel darah intake nutrisi dr kuman
putih dalam dan cairan. - Dapat menjaga
batas normal - Kelola antibiotik keseibangan
sesuai order cairan dlm tubuh
shg luka akan
cepat sembuh
- Dapat menjaga
kekebalan tubuh
dari kuman
4 Kerusakan Setelah - Jelaskan pada - Dapat
mobilitas fisik dilakukan pasien memotivasi klien
b/d kerusakan tindakan pentingnya untuk melalukan
muskuloskeletal perawatan ambulasi dini ambulasi dini.
selama ..... x 24 - Monitor kemam - Dapat
jam mobilitas puan ambulasi menentukan
fisik dapat pasien tindakan
ditingkatkan - Latih pasien keperawatan
dengan kriteria: ROM sesuai selajutnya
- Klin dpt kemampuan dan - Dapat melatih
melakukan libatkan gerak
miring keluarga. ekstremitas
kanan/kiri - Konsultasi pasien serta
- Tidak terjadi dengan terapi mencegah
decubitus untuk adanya
perencanaan kontraktur sendi
ambulasi dan atropi otot .
- Dapat
mengetahui
mobilisasi yang
dpt dilakukan
klien
DAFTAR PUSTAKA

 Brunner, Suddarth. 2004. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, EGC.


Jakarta

 Dep.Kres.RI 2005. Penerapan proses keperawatan pada klien dengan


gangguan sistem muskuloskletal. Pusat pendidikan tenaga kesehatan
Dep.Kes.RI. Jakarta

 Werdiana, 2005. Askep fraktur femur. http://www.askep.go.id

 Doengoes Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,


Jakarta. EGC

 Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC

 Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner &


Suddart. Edisi 8. Vol 3. Jakarta. EGC

 Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3.


Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai