Anda di halaman 1dari 19

Laporan

Pendahuluan
Profesi KGD
Nama Mahasiswa :
Prima Sistianingsih

Kasus/Diagnosa Medis: Fraktur Femur


Jenis Kasus : Trauma / Non Trauma
Ruangan : IGD
Kasus ke : 2

CATATAN KOREKSI PEMBIMBING

KOREKSI I KOREKSI II

(………………………..……...
(…………………………………………………………) ………………………….)
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

FORMULIR SISTEMATIKA
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT STIKes FALETEHAN

A. Konsep Penyakit
1. Definisi Penyakit

Fraktur adalah kondisi ketika tulang menjadi patah, retak/pecah karena trauma tau
aktivitas fisik dengan tekanan berlebih. Cedera skelet yang paling signifikan dapat
terjadi disebut fraktur. Selain berakibat kejaringan tulang, cedera dapat terjadi
disekitar jaringan lunak, pembuluh darah dan syaraf. (Pamela S. 2010).

Fraktur femur merupakan diskontinuitas dari femoral shaft yang bisa terjadi akibat
trauma baik secara langsung ataupun tidak langsung dan apabila terjadi patah pada
tulang ini bisa menimbulkan perdarahan yang cukup banyak bahkan bisa
mengakibatkan syok, morbiditas yang lama dan juga kecacatan apabila tidak
mendapatkan penanganan yang baik.Diantara pasien fraktur femur terdapat 1%
yang menderita kecacatan menetap dan 30% mengalami kecacatan yang bersifat
sementara.Fraktur saat ini merupakan penyakit muskuloskeletal yang banyak di
jumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia.

2. Etiologi

Menurut Paula Kristianty, (2009). Penyebab fraktur adalah :


a. Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya
kekerasan/trauma. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis
melintang/miring.

b. Trauma tidak langsung

Menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh dari tempat terjadinya


kekerasan, yang patah biasanya bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran
vektor kekerasan.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

3. Manifestasi Klinis

a. Nyeri terus menerus dan bertambah berat


b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c. Pemendekan tulang terjadi karena kontraksi otot yang melekat di atas dan
bawah tempat fraktur.
d. Krepitasi akibat gesekan fragmen satu dengan lainnya
e. Pembengkakan /edema
f. Kurang/hilang sensasi
g. Pergerakan abnormal. (Smeltzer, Suzanne C. 2001)

4. Deskripsi patofisiologi ( Berdasarkan Kasus kegawatdaruratan )

Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan


ketidakseimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur tertutup atau terbuka.
Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak sedangkan fraktur terbuka
disertai dengan kerusakan jaringan lunak seperti otot, tendon, ligamen dan
pembuluh darah. ( Smeltzer, Suzanne C. 2001 )

Tekanan yang kuat dapat terjadi multiple fraktur terbuka karena fragmen tulang
keluar menembus kulit dan menjadi luka terbuka serta peradangan yang dapat
memungkinkan infeksi, keluarnya darah dapat mempercepat perkembangan
bakteri. Tertariknya segmen karena kejang otot pada area fraktur sehingga
disposisi tulang. Multiple fraktur terjadi jika tulang dikarnakan oleh stres yang
lebih besar dari yang dapat di absorbsinya. Multiple fraktur dapat disebabkan oleh
pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan
kontraksi otot ekstrim. Meskipun tulang patah jaringan disekitarnya akan
terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan keotot dan sendi,
ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat
mengalami cidera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen
tulang. ( Smeltzer, Suzanne C. 2001 ).
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya
atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi multiple fraktur, pembuluh
darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian
tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya
respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya. (Chirudin Rasjad, 2000).
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

Trauma langsung/tidak langsung


Nyeri Akut

Pergeseran fragmen tulang

Tulang tembus ke kulit Fraktur tertutup

Perubahan jaringan sekitar

Pergeseran Laserasi
fragma tulang kulit
Laserasi

Terputusnya vena dan arteri Deformitas Gangguan


integritas
kulit/jaringan
Perdarahan
Gangguan
fungsi
Hipovolemia

5. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Pamela 2010:


a. Hitung darah Lengkap (HDL), kadar hematocrit dan haemoglobin mungkin
normal atau diatas normal meskipun hemorage akut, nilai normal tidak
menyingkirkan syok hemoragic
b. Elektrolit, sebagai data dasar untuk mengesampingkan masalah elektrolit
c. Amylase, peningkatan nilai mungkin menunjukan kemungkinan cedara intra
abdomen
d. Laktat, peningkatan kadar berkaitan dengan hemoragi akut, syok dan
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

peningkatan metabolisme anaerob


e. Gas darah arteri, asidosis, untuk pasien dengan permasalahan kadar PacO2.
f. Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur : Scan
tulang, tomogram, CT-scan / MRI: Memperlihatkan
fraktur dan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

6. Penatalaksanaan Medis/Operatif

Klien dengan fraktur, penting untuk mengimobilisasi bagian tubuh yang terkena
segera sebelum klien dipindahkan. Daerah yang patah harus di sangga diatas dan
dibawah tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi. Imobilisasi tulang panjang
ekstremitas bawah dapat juga dilakukan dengan membebat kedua tungkai
bersama. Pada cidera ekstremitas atas lengan dapat dibebatkan ke dada. Peredaran
di distal cidera harus dikaji untuk menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.
Luka ditutup dengan kasa steril ( Arif Muttaqin, 2008 ).
a. Recognisi atau pengenalan adalah riwayat kecelakaan derajat keparahannya,
prinsip pertama yaitu mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan
anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis
b. Reduksi adalah usaha manipulasi fragmen tulang patah untuk kembali seperti
asalnya, reduksi ada dua macam yaitu reduksi tertutup ( tanpa operasi),
contohnya dengan traksi dan reduksi terbuka (dengan operasi), contohnya
dengan fiksasi internal dengan pemasangan pin, kawat,sekrup atau batangan
logam.
c. Retensi adalah metode untuk mempertahankan fragmen selama penyembuhan,
dengan fiksasi internal maupun fiksasi eksternal, contohnya GIPS yaitu alat
immobilisasi eksternal yang kaku dan dicetak sesuai bentuk tubuh yang
dipasang.
d. Rehabilitasi dimulai segera dan sesudah dilakukan pengobatan untuk
menghindari kontraktur sendi dan atrofi otot. Tujuannya adalah mengurangi
oedema, mempertahankan gerakan sendi, memulihkan kekuatan otot, dan
memandu pasien kembali ke aktivitas normal.
e. ORIF yaitu pembedahan untuk memperbaiki fungsi dengan mengembalikan
stabilitas dan mengurangi nyeri tulang yang patah yang telah direduksi dengan
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

skrap, paku, dan pin logam.


f. Traksi yaitu pemasangan tarikan ke bagian tubuh, beratnya traksi disesuaikan
dengan spasme otot yang terjadi. ( Smeltzer, Suzanne C. 2001).

7. Terapi Farmakologis

a. Farmakologi
Pemberian obat analgesic untuk mengatasi nyeri pada fraktur dan antibiotic jika
diperlukan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan (Fraktur Femur)


1. Pengkajian

a. Primary Survei
Kaji tingkat kesadaran menggunakan AVPU.
 Airway, Memaksimalkan oksigenisasi dan ventilasi. Daerah tulang servikal
harus diimobilisasi dalam posisi netral menggunakan collar neck,head
block, dan diikat pada alas yang kaku untuk kecurigaan fraktur servikalis.

 Breathing, Pernapasan dinilai dengan menghitung laju pernapasan,


memperhatikan kesimetrisan pergerakan dinding dada, cek saturasi
oksigen, penggunaan otot-otot bantu pernapasan tambahan, dan auskultasi
bunyi pernapasan.

 Circulation. Lihat status hemodinamik klien (Tekanan darah dan suhu) jika
terdapat perdarahan resusitasi cairan intravena, yaitu cairan isotonic,
seperti NaCl 0,9% atau RL dengan pemberian (20 Ml/Kg) jika pasien syok,
transfuse darah 10-25 ml/kg harus dipertimbangkan. Perhatikan tanda
gejala syok dan jika ada perdarahan perhatikan klasifikasi perdarahannya.

 Disability, menjelang akhir survey primer dievaluasi keadaan neurologis


secara cepat, yang dinilai adalah tingkat kesadaran dan reaksi pupil. GCS
(Glasgow Coma Scale ) adalah system skoring yang sederhana dan dapat
meramal tingkat kesadaran klien. Penurunan kesadaran dapat disebabkan
oleh penrunan oksigen atau penurunan perfusi ke otak.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

 Exposure, eksposur dilakukan secara cepat dengan membuka pakaian


secara keseluruhan lihat ada atau tidaknya luka lain pada tubuh pasien.

b. Secondary Survei
Ketika survei primer selesai dilakukan, survei sekunder yang lebih detail dapat
dilakukan. survei ini dimulai dari pemeriksaan GCS dan tanda-tanda vital serta
kaji bagian kepala dan bergerak ke arah bawah hingga kaki pasien.
Pemeriksaan head to toe pada pasien fraktur menurut Pamela 2010 :
1) Kepala dan leher, kepala harus di inspeksi apakah ada luka, hemoragi
eksternal, deformitas, objek yang tertancap dan drainase rinorea atau
ortorea. Kepala juga harus dipalpasi apakah ada deformitas, area nyeri
tekan atau udara subkutan. Leher harus dikaji apakah ada luka nyata,
perdarahan eksternal, atau objek yang tertancap. Ada atau tidaknya distensi
vena jugularis harus diperhatikan.

2) Dada, dada harus diinspeksi apakah ada tanda-tanda cedera nyata,


termasuk ada luka dada melesak, hemoragi eksternal atau objek yang
tertancap. Pergerakan naik turun dinding dada harus diperhatikan. Papasi
dinding dada adakah nyeri tekan/krepitasi. Auskultasi pernafasan cek
kedalaman ,kualitas dan bunyi nafas.

3) Abdomen, pengkajian abdomen di mulai dari inspeksi abdomen apakah


ada tanda- tanda trauma nyata, hemoragi eksternal, atau objek yang
tertancap. Abdomen harus di palpasi ada atau tidak nyeri tekan, keras dan
distensi.

4) Pelvis, pelvis harus diinspeksi apakah terdapat tanda-tanda trauma, harus


dipalpasi adakah nyeri tekan.

5) Genitourinarius, apakah ada tanda-tanda cedera nyata, termasuk ada luka,


hemoragi eksternal atau objek yang tertancap, ada atau tidak darah di
meatus uretra, perdarahan pervagina atau hematom skrotum.

6) Ekstremitas, inspeksi tanda-tanda trauma apakah ada tanda-tanda cedera


Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

nyata, termasuk ada luka dada melesak, hemoragi eksternal objek yang
tertancap atau deformitas. Cek waktu pengisian kapiler, serta kaji nadi dan
kualitasnya. Kualitas nadi harus dibandingkan secara bilateral apakah
sama. Sensasi juga harus di kaji di setiap ekstremitas dibandingkan secara
bilateral apakah sama.

7) Punggung, pasien harus hati-hati diubah posisi ke setiap sisi, inspeksi


punggung, bokong dan posisi dorsal ekstremitas apakah terdapat tanda-
tanda trauma, hemoragi eksternal atau objek yang tertancap. Spinal cord
harus dipalpasi apakah ada area nyeri tekan, spasme otot atau deformitas
c. Anamnesa
KOMPAK (Keluhan, Obat, Makanan, Penyakit, Alergi, Kejadian).

2. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

Gejala dan tanda mayor Trauma langsung/tidak Hipovolemia


DS : - langsung
DO :
- Frekuensi nadi
Fraktur
meningkat
- Nadi teraba lemah
- Tekanan darah Fragmen tulang
menurun patah/mengalami
- Tekanan nadi pergeseran
menyempit
- Turgor kulit menurun
- Membran mukosa Tulang menembus kulit
kering
- Volume urin menurun
- Hematokrit meningkat Diskontinuitas tulang

Gejala dan tanda minor


DS : Perubahan jaringan sekitar
- Merasa lemah
- Mengeluh haus Laserasi
- DO :
- Pengisian vena Terputusnya vena dan
menurun
- Perubahan status
mental arteri Perdarahan
- Suhu tubuh meningkat
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

- Konsentrasi urin Hipovolemia


meningkat
- Berat badan turun
tiba- tiba

Gejala dan tanda mayor Trauma langsung/tidak Nyeri Akut


DS : langsung
- Mengeluh nyeri
DO :
- Tampak meringis Fraktur
- Bersikap protektif
- Gelisah
- Frekuensi nadi Fragmen tulang
meningkat patah/mengalami
- Sulit tidur pergeseran

Gejala dan tanda minor


Nyeri Akut
DS : -
DO :
- Tekanan darah
meningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir
terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri
sendiri
- Diaforesis

Gejala dan tanda mayor Trauma langsung/tidak Gangguan mobilitas fisik


DS : langsung
- Mengeluh sulit
menggerakan
ekstremitas Fraktur
DO :
- Kekuatan otot
menurun Fragmen tulang
- Rentang gerak (ROM) patah/mengalami
menurun pergeseran

Gejala dan tanda minor


Deformitas
DS :
- Nyeri saat bergerak
- Enggan melakukan Gangguan fungsi
pergerakan
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

- Merasa cemas saat Gangguan mobilitas fisik


bergerak
DO :
- Sendi kaku
- Gerakan tidak
terkoordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah
Gejala dan tanda mayor Trauma langsung/tidak Gangguan Integritas
DS : - langsung kulit/jaringan
DO :
- Kerusakan jaringan
Fraktur
dan/atau lapisan kulit
Gejala dan tanda minor
DS : - Fragmen tulang
DO : patah/mengalami
- Nyeri pergeseran
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematoma Tulang menembus kulit

Diskontinuitas tulang

Perubahan jaringan sekitar

Laserasi kulit

Gangguan integritas
kulit/jaringan

3. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul dan Prioritas Diagnosa

a. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan ditandai dengan frekuensi nadi


meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin
menurun, hematokrit meningkat, merasa lemah, mengeluh haus, pengisian
vena menurun, perubahan status mental, suhu tubuh meningkat, konsentrasi
urin meningkat, berat badan turun tiba-tiba.
b. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik ditandai dengan mengeluh nyeri, tampak
meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur,
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses
berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis
c. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang ditandai
dengan mengeluh sulit menggerakan ekstremitas, kekuatan otot menurun,
rentang gerak (ROM) menurun, nyeri saat bergerak, enggan melakukan
pergerakan, merasa cemas saat bergerak, sendi kaku, gerakan tidak
terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah.
d. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d faktor mekanis ditandai dengan
kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit,nyeri, perdarahan, kemerahan,
hematoma.
4.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Perencanaan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 Hipovolemia b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pemantauan Cairan - Monitor TTV untuk
perdarahan ditandai
selama 1x8 jam maka status cairan Observasi : membantu dalam
dengan : Gejala dan
tanda mayor membaik dengan kriteria hasil - Monitor frekuensi dan kekuatan menganalisa keseimbangan
DS : - nadi
: cairan dan derajat
DO : - Monitor frekuensi napas
- Kekuatan nadi meningkat kekurangan cairan
- Frekuensi nadi - Monitor tekanan darah
- Turgor kulit meningkat - Hentikan perdarahan
meningkat - Monitor elastisitas atau turgor
- Output urine meningkat untuk mencegah syok
kulit
- Nadi teraba lemah
- Dispnea menurun hipovolemik
- Monitor kadar albumin, dan
- Tekanan darah
- Distensi vena jugularis menurun - Mengidentifikasi tanda-
protein total
menurun
- Perasaan lemah menurun tanda syok untuk
- Monitor intake dan output cairan
- Tekanan nadi
- Keluhan haus menurun mengetahui perubahan-
- Identifikasi tanda-tanda
menyempit
- Frekuensi nadi membaik hipovolemia perubahan yang terjadi
- Turgor kulit
- Tekanan darah membaik - Identifikasi faktor risiko pada keadaan umum
Menurun
ketidakseimbangan cairan
- Tekanan nadi membaik pasien terutama untuk
- Membran mukosa
kering - Membran mukosa membaik mengetahui adakah tanda-

- Volume urin - Kadar ht membaik tanda syok hipovolemik


- Kadar hb membaik - Monitor intake dan output
menurun
- Hematokrit cairan untuk mengetahui
meningkat - Status mental membaik keseimbangan cairan.
- Suhu tubuh membaik
Gejala dan tanda minor
DS :
- Merasa lemah
- Mengeluh haus

DO :
- Pengisian vena
menurun
- Perubahan status
mental
- Suhu tubuh
meningkat
- Konsentrasi
urin meningkat
- Berat badan turun
tiba – tiba
2 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajeman Nyeri - Nyeri merupakan pengalaman
pencedera fisik, selama 1x8 jam maka tingkat nyeri Observasi : subyektif dan harus dijelaskan
ditandai dengan : menurun dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik, oleh pasien. Identifikasi
Gejala dan tanda - Keluhan nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas dan karakteristik nyeri dan faktor
mayor - Meringis menurun intensitas nyeri yang berhubungan merupakan
DS : - Identifikasi skala nyeri suatu hal yang amat penting
- Sikap protektif menurun
- Mengeluh nyeri - Identifikasi respons nyeri non untuk memilih intervensi yang
- Gelisah menurun
verbal
cocok dan untuk mengevaluasi
- DO : - Kesulitan tidur menurun
- Identifikasi faktor yang
keefektifan dari terapi yang
- Tampak meringis - Menarik diri menurun
memperberat rasa nyeri
diberikan.
- Bersikap protektif - Berfokus pada diri sendiri menurun
- Identifikasi pengetahuan tentang
- Penggunaan analgetik untuk
- Gelisah - Frekuensi nadi membaik nyeri
mengurangi rasa nyeri.
- Frekuensi nadi - Pola napas membaik - Identifikasi pengaruh budaya
- Tindakan komplementer
meningkat - Tekanan darah membaik terhadap respons nyeri
memungkinkan klien untuk
- Sulit tidur - Proses berpikir membaik - Identifikasi pengaruh nyeri pada mendapatkan rasa kontrol
kualitas nyeri terhadap nyeri.
- Monitor keberhasilan terapi
Gejala dan tanda minor
komplementer yang sudah
DS : -
diberikan
DO :
- Monitor efek samping
- Tekanan darah
penggunaan analgetik
meningkat
Terapeutik :
- Pola napas berubah
- Berikan terapi komplementer
- Nafsu makan
untuk mengurangi rasa nyeri
berubah
(mis. Hipnosis, akupresur, terapi
- Proses berpikir
musik, terapi pemijatan, kompres
terganggu
hangat/dingin
- Menarik diri
- Kontrol lingkungan yang
- Berfokus pada diri
memperberat rasa nyeri
sendiri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Diaforesis
Edukasi :
- Ajarkan terapi komplementer
unuk mengurangi rasa nyeri
(mis. Relaksasi, pijat, distraksi,
terapi bermain)
- Informasikan penggunaan
analgetik
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

3 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Latihan Rentang Gerak - Latihan gerakan pasif dapat
fisik b.d kerusakan selama 1x8 jam maka mobilitas fisik Observasi : meningkatkan kemampuan
integritas struktur meningkat dengan kriteria hasil : - Monitor lokasi ketidaknyamanan pasien untuk melakukan
tulang ditandai - Pergerakan ekstermitas meningkat atau nyeri pada saat bergerak rentang gerak
dengan : Gejala dan - Kekuatan otot meningkat Terapeutik : - Kolaborasi dengan
tanda mayor - Rentang gerak (ROM) meningkat - Cegah trauma selama latihan fisioterapis dapat
DS : - Nyeri menurun rentang gerak dilakukan menurunkan risiko
- Mengeluh sulit - Kecemasan menurun - Lakukan gerakan pasif dengan terjadinya iskemia jaringan
menggerakan - Kaku sendi menurun bantuan sesuai indikasi akibat sirkulasi darah yang
ekstremitas - Gerakan terbatas menurun - Anjurkan pasien untuk duduk di jelek pada daerah yang
DO : tempat tidur atau dikursi, jika
perlu tertekan
- Kekuatan otot - Kelemahan fisik menurun
Edukasi :
menurun
- Ajarkan rentang gerak aktif
- Rentang gerak
sesuai dengan program latihan
(ROM) menurun
- Informasikan tujuan dari latihan
Kolaborasi :
Gejala dan tanda minor
- Kolaborasi dengan fisioterapis
DS :
mengembangkan program
- Nyeri saat bergerak
latihan, jika perlu
- Enggan melakukan
- Berikan dukungan positif pada
pergerakan
saat melakukan latihan
- Merasa cemas saat
bergerak
DO :
- Sendi kaku
- Gerakan tidak
terkoordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah

4 Gangguan integritas Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Perawatan Integritas Kulit - Ubah posisi tiap 2 jam untuk
kulit/jaringan b.d selama 1x8 jam maka integritas kulit Observasi : menghindari tekanan dan
faktor mekanis dan jaringan meningkat dengan kriteria - Identifikasi penyebab gangguan meningkatkan aliran darah
ditandai dengan : hasil : - Lakukan pmijatan agar
integritas kulit (mis. Perubahan
Gejala dan tanda - Kerusakan jaringan menurun menghindari kerusakan
sirkulasi, perubahan status
mayor - Kerusakan lapisan kulit menurun kapiler-kapiler
nutrisi, penurunan mobilitas)
DS : - - Nyeri menurun - Minum air putih yang cukup
Terapeutik :
DO : - Perdarahan menurun agar terhindar dai dehidrasi
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
- Kerusakan jaringan - Kemerahan menurun - Mengkonsumsi buah dan
baring
dan/atau lapisan - Nekrosis menurun sayur untuk memperlancar
- Lakukan pemijatan pada area
kulit - Suhu kulit membaik pencernaan dan menjaga
penonjolan tulang, jika perlu
Gejala dan tanda minor - Sensasi membaik daya tahan tubuh
Edukasi :
DS : - - Tektur membaik
- Anjurkan minum air yang cukup
DO :
- Anjurkan meningkatkan asupan
- Nyeri
nutrisi
- Perdarahan
- Anjurkan meningkatkan asupan
- Kemerahan
buah dan sayur
- Hematoma
DAFTAR PUSTAKA

Kidd, Pamela. S. Dkk. 2010. Pedoman Keperawatan Emergency. Jakarta; EGC.

Krisanty, Paulina. Dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta; CV. Trans
Info Media.

Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal Aplikasi pada raktik Klinik
Keperawatan. Jakarta; EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth.

Jakarta; EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. STANDAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


INDONESIA

(SDKI). Jakarta ; Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai