Pendahuluan
Profesi KGD
Nama Mahasiswa :
PRIMA SISTIANINGSIH
KOREKSI I KOREKSI II
(…………………………………………………………) (………………………..……...
………………………….)
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021
FORMULIR SISTEMATIKA
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT STIKes FALETEHAN
1. DEFINISI PENYAKIT
Pneumonia adalah Proses inflamantori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agens infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering menyebabkan
kematian di Amerika Serikat. Dengan pria menduduki peringkat ke-empat dan wanita
peringkat ke-lima sebagai akibat hospitalisasi. Penyakit ini juga diobati secara luas
dibagian rawat jalan (Bunner&Suddart, 2001).
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA). Dengan gejala batuk dan
disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungi) dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang
disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis
(Nursalam, 2015).
antara lain, demam,sesak napas, batuk dengan dahak purulen kadang disertai darah dan
nyeri dada (Bunner&Suddart, 2001).
2. ETIOLOGI
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet atau sering disebabkan oleh streptoccus
pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus aureus sedangkan pada
pemakaian ventilator oleh p. Aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi
karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi
lingkungan, penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
Setelah masuk ke paru paru organism bermultiplikasi dan, jika telah berhasil
mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia. Menurut Nursalam
(2015) Selain di atas penyebab terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya yaitu :
1. Bacteria: diploccus pneumonia, pneumocaccus, streptokokus hemolyticus,
streptokoccus aureus, hemophilus influenzae, mycobacterium tuberkulosis,
bacillus friedlander.
2. Virus : respiratory syncytial virus, adeno virus, V.Ssitomegalitik, V.Influenza.
3. Mycoplasma pneumonia
4. Jamur : histoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans, blastomyces
dermatitides, coccidodies immtis, aspergillus, species, candida albicans.
5. Aspirasi : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing
6. Pneumonia hipostatik
7. Sindrom loeffler
3. MANIFESTASI KLINIS
Pneumonia bakterial (pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan menggigil,
demam yang timbul dengan cepat (39.5℃ sampai 40.5℃). dan nyeri dada yang terasa
seperti ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk. Pasien sangat sakit
dengan takipneu sangat jelas (25 sampai 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan
mendengkur, pernafasan cuping hidung, dan penggunaan otot-otot aksesori pernafasan
(Bunner&Suddart, 2001).
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021
Pada banyak kasus pneumonia, pipi berwarna kemerahan, warna mata menjadi terang,
dan bibir serta bidang kuku sianotik. Pasien lebih menyukai untuk duduk tegak
ditempat tidur dengan condong ke arah depan, mencoba untuk mencapai pertukaran
gas yang adekuat tanpa mencoba untuk batuk atau nafas dalam. Pasien banyak
mengeluarkan keringat. Sputum purulen dan buksn merupakan indikator yang dapat
dipercaya dari etiologi. Sputum berbusa, bersemu darah sering dihasilkan pneumonia
pneumokokus, stafilokokus, klebsiella, dan strepkokus. Pneumonia klebsiella sering
juga mempunyai sputum yang kental ; sputum H. Influenzae biasanya berwarna hijau
(Bunner&Suddart, 2001).
kanan ke sisi kiri jantung. Pencampuran darah yang teroksigenasi ini akhirnya
mengakibatkan hipoksemia arterial (Bunner&Suddart, 2001).
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang
meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di
alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan iflamasi dengan dominasi infiltrar
mononuclear pada struktur submukosa dan interstitial. Hal ini menyebabkan lepasnya
sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (Nursalam,
2015).
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah untuk dapat mengidentifikasi semua
organism yang ada.
Biopsy paru : untuk menetapkan diagnosis.
Sinar X mengidentifikasi distribusi structural (missal: lobar, bronchil): dapat juga
menyatakan abses.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organism khusus.
Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang di aspirasi
Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
Analisa gas darah : ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021
kasus, tekanan parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut
menunjukkan asidosis respiratorik.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS/OPERATIF
Penatalaksanaan Medis kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa
diberikan antibiotic per-oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan
penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya,
harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen
tambahan, cairan intervena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2
minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:
Oksigen 1-2L/menit.
IVFD dekstrose 10%:NACl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan eternal bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan
kesimbangan asam basa dan elektrolit.
Jika terjadi hipoksemia, pasien diberikasn oksigen. Analis gas darah arteri dilakukan
untuk menentukan kebutuhan akan oksigen dan untuk mengevaluasi keefektifan terapi
oksigen. Oksigen dengan konsntrasi tinggi merupakan kontraindikasi pada pasien
dengan PPOM karena oksigen ini dapat memperburuk ventilasi alveolar dengan
menggantikan dorongan ventilasi yang masih tersisa dan mengarah pada
dekompensasi. Tindakan dukungan pada pernafasan seperti intubasi endotrakeal,
inspirasi oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi mekanis, dan tekanan ekspirasi akhir
positif (PEEP) mungkin diperlukan untuk beberapa pasien tersebut (Bunner&Suddart,
2001).
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021
8. TERAPI FARMAKOLOGIS
Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai seperti yang
ditetapkan oleh hasil pewarnaan Gram. Penisilin G merupakan antibiotik pilihan untuk
infeksi oleh S. Pneumoniae. Medikasi efektif lainnya termasuk eritromisin,
klindamisin, sefalosporin generasi kedua dan ketiga, penisilin lainnya, dan
trimetoprimsulfametoksazol (Bactrim) (Bunner&Suddart, 2001).
10. PATOFLOW
Jamur, virus ,
Protozoa
Terhirup
Masuk Alveoli
Proses Peradangan
Akumulasi cairan di
Sekresi yang Pemenuhan Paru
alveoli
tertahan menurun
Bersihan Jalan
Nafas Tidak
Efektif
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021
DO : Pemenuhan paru
Tekanan darah berubah menurun
>20% dari kondisi istirahat ↓
Suplai O2 Menurun
Gambaran EKG ↓
menunjukkan aritmia Intoleransi Aktivitas
Gambaran EKG
menunjukkan iskemia
sianosis
Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik.
3. Hipertemia berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipertermia Kurva suhu tubuh
proses penyakit (infeksi) selama 2x 24 Jam Observasi memberikan indeks
Identifikasi penyebab
dibuktikan dengan : Termoregulasi respons pasien terhadap
hipertermia
Tanda Mayor membaik, dengan kriteria Monitor suhu tubuh terapi. Antipiretik
DS : hasil : Monitor kadar elektrolit diberikan dengan
- Monitor haluaran urin
Menggigil menurun kewaspadaan, karena
Monitor komplikasi akibat
Suhu tubuh membaik hipertermia
antipiretik dapat
DO :
Suhu kulit membaik Terapeutik mengakibatkan
Suhu tubuh lebih dari
37.8°C oral atau 38.8°C Sediakan lingkungan yang penurunah suhu dan
Takikardi menurun
rektal dingin
demikian mengganggu
Tanda minor Longgarkan atau lepaskan
DS : pakaian evaluasi suhu.
- Basahi dan kipasi permukaan
DO : tubuh
Kulit merah Berikan cairan oral
Kejang Ganti linen setiap hari atau
Takikardi lebih sering jika mengalami
Takipnea hiperhidrosis (keringat
Kulit terasa hangat. berlebih)
Lakukan pendinginan
eksternal
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi Istirahat mengurangi
dengan ketidakseimbangan antara selama 3x 24 Jam Toleransi Observasi kebutuhan oksigen
Identifikasi gangguan fungsi
suplai dan kebutuhan oksigen Aktivitas meningkat, dengan Posisi yang nyaman
tubuh yang mengakibatkan
dibuktikan dengan : kriteria hasil : kelelahan meningkatkan istirahat.
Tanda Mayor Frekuensi nadi meningkat Monitor kelelahan fisik dan Posisi semi fowler atau
DS : emosional
Saturasi oksigen meningkat fowler dianjurkan jika
Mengeluh lelah Monitor pola dan jam tidur
DO : Kemudahan dalam Monitor lokasi dan pasien dispnea. Sering
Frekuensi jantung melakukan aktivitas sehari- ketidaknyamanan selama mengubah posisi
meningkat > 20% dari melakukan aktivitas
kondisi istirahat hari meningkat Terapeutik mencegah pengumpulan
Tanda minor Keluhan lelah menurun Sediakan lingkungan nyaman sekresi dalam paru-paru.
DS : dan rendah stimulus (Mis.
Dispnea setelah aktivitas Dispnea saat beraktivitas Cahaya, suara, kunjungan)
Merasa tidak nyaman menurun Lakukan latihan rentang gerak
setelah aktivitas Perasaan lemah menurun pasif/aktif
Merasa lemah Berikan aktivitas distraksi yang
Frekuensi napas membaik menenangkan
DO :
Tekanan darah berubah Tekanan darah membaik. Fasilitaasi duduk disisi tempat
>20% dari kondisi istirahat tidur, jika tidak dapat berpindah
Gambaran EKG atau berjalan
menunjukkan aritmia Edukasi
Gambaran EKG Anjurkan tirah baring
menunjukkan iskemia Anjurkan melakukan aktivitas
Sianosis secara bertahap
Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2001. BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Edisi 8, Vol
1. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA
(SLKI). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia