Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER PENIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Onkologi Tahun Ajaran 2017/2018

Dosen Fasilitator : Ika Nur Pratiwi

OLEH :
Kelompok 6 (AJ1/B19)
1. Dhinar Retno Panitis 131611123032
2. Ari Kurniawati 131611123041
3. Dewi Fajarwati Prihatiningsih 131611123042
4. Sindhu Agung Laksono 131611123043
5. Robeta Lintang Dwiwardani 131611123044
6. Hermansyah 131611123045
7. Ezra Ledya Sevtiana Sinaga 131611123046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER PENIS

1.1 Definisi

Kanker Penis adalah kanker yang sangat ganas pada alat reproduksi pria,
dan kalau tidak segera ditangani bisa memicu kanker pada organ tubuh yang lain
dan dapat menyebabkan amputasi pada penis (Bin Muhsin, 2011).
Kanker penis adalah kanker yang terdapat pada kulit dan jaringan penis
(Asrul Sani, 2010).
Kanker penis adalah karsinoma sel squamosa dari epitel glans penis atau
permukaan dalam prepusium (Tri Kurnianto, 2008).
Karsinoma penis adalah suatu penyakit yang berhubungan erat dengan
bagian onkologi dan bagian urologi yang merupakan suatu karsinoma sel
skuamosa dari epitel glans penis atau permukaan dalam prepusium. Referensi
lainnya mengatakan bahwa karsinoma penis ataukanker penis adalah tumor ganas
dari sistem reproduksi laki-laki yang dimulai dengan lesi kecil dari prepusium dan
bisa menyebar sampai ke batang penis.
1.2 Anatomi Fisiologi

Penis terdiri atas 3 buah corpora berbentuk silindris yaitu 2 buah corpora
kavernosa yang salinng berpasangan dan sebuah korpus spongiosum yang berda
disebelah ventralnya. Korpora kavernosa dibungkus oleh jaringan fibrotic tunika
albuginea sehingga merupakan satu kesatuan sedankan disebelah proximal
terpisah menjadi dua sebagai krura penis. Setiap krura penis dibungkus oleh otot
ischio-kavernosus yang kemudian menempel pada rami osis ischii.
Korpus spongisum membungkus uretra mulai dari diafragma urogenitalis
dan disebelah proximal dilapisi otot bulbo-kavernosus. Korpus spongiosum ini
berakhir pada sebelah distal sebagai glans penis. Ketiga corpora itu dibungkus oleh
fascia Buck dan lebih sperfisial lagi oleh fascia Colles atau fascia Dartos yang
merupakan kelanjutan dari fascia Scarpa.
Didalam setiap korpus yang terbungkus oleh tunika albuginea terdapat
jaringan erektil yaitu berupa jaringan kaversus(berongga) seperti spon. Jaringan
ini terdiri atas sinusoid atau ringga lacuna yang dilapisi endothelium dan oto polos
kavernosus. Rongga lacuna ini dapat menampung darah yang cukup banyak
sehingga menyebabkan ketegangan batang penis.
Fungsi fisiologis penis ialah sebagai saluran keluar bagi kemih maupun
sperma melalui proses senggama. Disamping itu, berbicara mengenai fungsi penis
tidak bias terlepas daripada fungsi organ reproduksi pria yang lain diantaranya
testis, scrotum dan saluran-saluiran lain. Fungsi primer dari system reproduksi
laki-laki adalah menghasilkan spermatozoa matang dan menempatkan sperma
dalam saluran reproduksi perempuan melalui senggama. Testis mempunyai fungsi
eksokrin dalam spermatogenesis dan fungsi endokrin untuk mensekresikan
hormone-hormon seks yang mengendalikan perkembangan dan fungsi seksual.
Semua fungsi dari system reproduksi laki-laki diatur melalui inetraksi hormonal
yang kompleks.
1.3 Etiologi

Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker penis.
Diduga penyebabnya adalah smegma (cairan berbau yang menyerupai keju, yang
terdapat di bawah kulit depan glans penis). Tetapi penyebabnya yang pasti tidak
diketahui.
Pria tidak disunat yang tidak menjaga kebersihan daerah di bawah kulit
depan glans penis dan pria yang pernah menderita herpes genitalis memiliki resiko
tinggi menderita kanker penis.
Beberapa hal diketahui menjadi faktor resiko penyakit ini, diantaranya :
a. Usia tua.
Usia tua insiden meningkat (85 tahun : 9,2 %).
b. Pria yang tak menjalani sunat. Sirkumsisi dilakukan untuk membantu
mencegah infeksi human papillomavirus (HPV).
c. Kebersihan daerah kemaluan yang tak terjaga. Pria yang menghindari
personal hygiene tubuh akan meningkatkan risiko terkena kanker.
d. Infeksi Human Papilloma Virus, biasanya tertular melalui hubungan intim
bebas
e. Penggunaan produk tembakau.
Laki-laki yang kebiasaan mengunyah tembakau dan produk-produk terkait
berada pada risiko lebih tinggi terkena kanker.
f. Kondisi fimosis atau tertutupnya saluran pembuangan akibat lubang pada kulit
bagian depan yang menutup sehingga sulit buang air kecil.
g. Ca serviks pada pasangan seksualnya.
Peranan infeksi virus terus dipelajari. Kanker penis (penile cancer)
berhubungan dengan keberadaan infeksi virus herpes dan human papilloma virus
(HPV). Human papilloma viruses (HPV) tipe 16 dan 18 telah ditemukan pada
sepertiga pria yang menderita kanker penis. Apakah virus ini
menyebabkan kanker ataukah hanya berperan sebagai saprophytes, belum
ditetapkan.
Penile intraepithelial neoplasia dipertimbangkan sebagai precursor,
tetapi hanya 5-15% dari lesi ini yang berkembang menjadi invasive squamous
cell carcinoma. Belum ada bukti nyata bahwa smegma merupakan karsinogen
(zat penyebab kanker), meskipun hal ini telah dipercaya secara luas
(Dito Anurogo, 2008).
1.4 Patofisiologi
Kanker penis biasanya dimulai sebagai lesi kecil pada glans atau kepala
penis. Kanker penis berkisar dari putih-abu-abu, tidak teratur, exophytic, massa
endofit datar dan ulserasi. Sel kanker berangsur-angsur tumbuh secara lateral di
sepanjang permukaan penis dan bisa menutupi seluruh kelenjar serta preputium
sebelum menyerang corpora dan keseluruhan batang penis. Semakin luas lesi,
semakin besar kemungkinan invasi lokal dan metastasis nodal. Kanker penis
mungkin papilari dan exophytic atau datar serta ulseratif. Jika kanker penis ini
tidak diobati secara dini makan dapat terjadi autoamputasi (Brosman, 2011).
Lesi papilaris dan colitis memiliki tingkat pertumbuhan yang serupa, tetapi
lesi ulseratif cenderung bermetastasis ke kelenjar getah bening dan hal ini
berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup dimana lebih rendah dari 5
tahun. Ukuran kanker yang lebih besar dari 5 cm dan melibatkan lebih dari 75%
dari poros tersebut berasosiasi dengan prevalensi tinggi metastasis nodal dan
tingkat kelangsungan hidup lebih rendah, tetapi hubungan yang konsisten antara
ukuran kanker, kehadiran metastasis inguinal node, dan kelangsungan hidup belum
diidentifikasi (Brosman, 2011).
Fasia Buck, yang mengelilingi corpora, bertindak sebagai penghalang
sementara. Jika kanker telah menembus fasia Buck dan albuginea tunika, kanker
telah dapat menyebar ke pembuluh darah dan bahkan secara sistemik. Metastasis
ke kelenjar getah bening femoral dan inguinal adalah jalur awal untuk penyebaran
kanker penis. Oleh karena, crossover kelenjar getah bening maka sel kanker dapat
menyebar secara bilateral ke kedua kelenjar getah bening inguinalis (Brosman,
2011).
Metastase pada simpul-simpul daerah inguinal menyebabkan terjadinya
nekrosis kulit, infeksi kronis, dan, akhirnya kematian akibat dari sepsis atau
perdarahan sekunder terhadap erosi ke dalam pembuluh femoral. Metastase jauh
dari sel kanker dapat menyerang hati, tulang, paru-paru, atau otak. Karsinoma
penis terjadi secara progresif dan terbukti berakibat fatal pada pasien yang tidak
diobati dalam waktu 2 tahun (Brosman, 2011).
1.5 WOC Ca Penis

1.6 Klasifikasi Ca Penis

Karsinoma pada penis dimulai dari kelainan kecil di permukaan dalam


prepusium atau glans penis, termasuk korona glans. Bentuk kelainan dari
karsinoma dapat berupa papiler, lesi eksofitik, lesi datar, atau lesi ulseratif.
Karsinoma ini berangsur-angsur membesar sampai meliputi seluruh penis hingga
sebagian besar atau seluruhnya hilang dan meluas lagi ke regio pubis, skrotum,
dan bagian bawah perut. Fasia Buck di penis berfungsi sebagai rintangan
sementara sehingga uretra dan kandung kemih sering tidak terinvasi. Jika fasia ini
telah terinfiltrasi oleh tumor, sel kanker akan menjadi lebih mudah untuk dapat
menginvasi hematogen.
Metastasis jauh yang jarang ditemukan, dapat mengenai paru, hepar,
tulang, dan otak. Karsinoma skuamosa penis yang umumnya berdiferensiasi baik,
merupakan kanker dengan tingkat keganasan rendah tapi mempunyai daya
dekstruksi atau kemampuan merusak organ setempat yang kuat.
Klasifikasi klinis karsinoma penis paling sering menggunakan klasifikasi
dari American Joint Committee on Cancer (AJCC) TNM system. Untuk klasifikasi
tingkat patologi dari karsinoma penis, sering digunakan klasifikasi dengan sistem
TNM (lihat table)
Tumor Primer (T)
Tx : Tumor primer tidak dapat di periksa
T0 : Tidak ada bukti adanya tumor primer
Tis : Karsinoma in situ
Ta : Karsinoma tidak invasive
T1 : Invasi ke jaringan penyangga subepitel
T2 : Invasi ke korpus spongiosum atau ke korpus kavernosum
T3 : Invasi ke uretra atau prostat
T4 : Invasi ke seluruh atau organ sekitarnya
Kelenjar Limf (N)
Nx : Metastasis kelenjar limfa regional tidak dapat diperiksa
N0 : Tidak terdapat metastasis ke kelenjar limf regional
N1 : metastasis di dalam kelenjar limf inguinal superficial
N2 : Metastasis multiple atau bilateral di kelenjar limf inguinal superfisial
N3 : Metastasis di kelenjar inguinal profunda atau di dalam pelvis (unilateral atau
bilateral)
Metastasis Jauh (M)
Mx : Metastasis jauh tidak dapat diperiksa
M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh
(sumber: Campbell E S. Campbells urology. Filadelfia: Elsevier; 2002. h.
2956.)
Tabel 3.3 TNM Klasifikasi Patologi Karsinoma Penis
pN - Kelenjar limfa regional:
pNX : Metastasis kelenjar limfa regional tidak dapat diperiksa
pN0 : Tidak terdapat metastasis ke kelenjar limf regional
pN1 : Metastasis intranodal di satu sisi kelenjar limfa inguinal
pN2 : Metastasis di kedua sisi kelenjar limfa inguinal
pN3 : Metastasis kelenjar limfa di pelvis, metastas unilateral atau bilateral atau
ekstensi sampai ektranodal regional
pM Metastasis jauh
pM0 : Tidak ada metastasis jauh
pM1 : Teradapat metastasis jauh
G Histopathological grading
Gx : Tingkat diferensiasi tidak dapat diperiksa
G1 : Diferensiasi baik
G2 : Diferensiasi sedang
G3-4 : Diferensiasi buruk atau tidak dapat dikategori.
(sumber: Pizzocaro G, Algaba F, Solsona E, et all. Guidelines on penile
cancer. European association of urology; 2010)
1.7 Stadium Ca Penis

Sistem penentuan stadium dari karsinoma penis yang paling sering


digunakan adalah Union Internationale Contre le Cancer (UICC) tumor, nodes,
metastasis (TNM) system atau yang lebih baru American Joint Committee on
Cancer (AJCC) TNM system (lihat tabel 3.4).
Tabel 3.4 Stadium karsinoma penis menurut AJCC
Stage 0 Tis N0 M0

Stage I Ta N0 M0
T1 N0 M0

Stage II T1 N1 M0
T2 N0 M0
T2 N1 M0

Stage III T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N0 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0

Stage IV T4 Any N M0
Any T N3 M0
Any T Any N M1

(sumber: Campbell E S. Campbells urology. Filadelfia: Elsevier; 2002. h.


2956.)
Dari perspektif sejarah, penentuan sistem stadium menurut Jacksons
merupakan sistem yang paling orisinil. Meskipun telah jarang digunakan, sistem
yang telah familiar ini dapat menganalisis kasus kasus lama dari karsinoma
penis. Sistem Jacksons juga lebih dikenal dan lebih mudah digunakan juga
mempunyai informasi prognosis dari stadium karsinoma penis.
Klasifikasi Jacksons untuk karsinoma penis
Stage I (A) Tumor terbatas pada glans, preputium atau keduanya
Stage II (B) Tumor menyebar sampai ke batang penis
Stage III (C) Tumor dengan metastase ke inguinal yang masih dapat dioperasi
Stage IV (D) Tumor menyebar ke struktur organ lain di sekitar penis; Tumor
dengan metastease ke inguinal yang tidak dapat dikoreksi
dengan operasi atau tumor dengan metastasis jauh
(sumber: Campbell E S. Campbells urology. Filadelfia: Elsevier; 2002. h.

2956.)

1.8 Manifestasi Klinis

Gejalanya berupa:
a. Bengkak pada penis meskipun tidak dalam kondisi ereksi.
b. Terdapat tanda-tanda radang seperti nyeri atau terdapat luka
pada penis dengan sebab yang tidak jelas.
c. Lesi yang sulit sembuh, disertai subtle induration pada kulit, pertumbuhan
kecil di kulit (a small excrescence), papula, pustula, tumbuhnya kutil atau
veruka (a warty growth), atau pertumbuhan exophytic.
d. Perubahan warna pada kulit penis juga dapat menjadi tanda awalnya.
e. Terdapat benjolan pada lipat paha, artinya terjadi pembesaran kelenjar getah
bening pada daerah tersebut. Terkadang ditemukan suatu massa, ulceration,
suppuration, atau perdarahan (hemorrhage) di daerah lipat paha (inguinal)
karena nodal metastases. Kondisi ini menandakan bahwa
stadium kanker sudah dalam taraf lanjut.
f. Nyeri penis dan perdarahan dari penis (pada stadium lanjut).
g. Penderita dengan kanker yang telah menyebar luas (advanced metastatic
cancer) dapat mengeluhkan lemah (weakness), penurunan berat badan (weight
loss), kelelahan (fatigue), lesi pada penis kemungkinan dapat berdarah.
h. Banyak pria tidak periksa ke dokter sampai kanker mengerosi (eroded)
preputium dan menjadi berbau tidak sedap karena infeksi dan nekrosis.
(Dito Anurogo, 2008)

Gambar 1.7 Kanker Penis

Kategori lesi pada penis:


a. Lesi yang jinak (benign lesions)
Misalnya: pearly penile papules, hirsute papillomas, dan coronal papillae.
b. Lesi yang berpotensi menjadi ganas (premalignant)
Ini berhubungan dengan Leukoplakia dan squamous cell carcinoma. Contoh
yang paling umum adalah balanitis xerotica obliterans.
c. Lesi yang ganas (malignant neoplasm atau malignant carcinoma)
Ini termasuk variants dari squamous cell carcinoma seperti: carcinoma in situ
(CIS), erythroplasia of Queyrat, dan Bowen disease.
(Dito Anurogo, 2008).
1.9 Komplikasi

Sedikit komplikasi bedah yang dijumpai pada eksisi tumor


primer, penectomy partial atau complete, misalnya:
a. Infeksi
b. Edema
c. Striktua uretra jika urethral meatus yang baru harus dibuat.
Komplikasi yang berhubungan dengan inguinal node dissections:
a. Komplikasi dini (early complications) misalnya: infeksi luka (wound
infection), seroma, skin flap necrosis, phlebitis, dan emboli paru-paru
(pulmonary embolus)
b. Komplikasi lanjutan (late complication
misalnya: lymphedema pada scrotum dan anggota gerak bagian bawah
(kaki).
Komplikasi terapi radiasi:
Biasanya terlihat pada tumor yang berukuran lebih besar dari 4 cm.
a. urethral strictures (pada 50% pasien)
b. urethral fistula
c. penile necrosis
d. edema
e. nyeri pada penis
Pembedahan setelah terapi radiasi diperlukan pada 20-60% pasien.
(Dito Anurogo, 2008)
1.10Pencegahan

Khitan (circumcision) ditetapkan sebagai pencegah (prophylactic) yang

efektif untuk kanker penis. Perlu diketahui, kanker penis ditemukan lebih sering

ketika khitan/sunat ditunda hingga pubertas. Khitan saat dewasa hanya sedikit

bahkan tidak memberikan proteksi dari kanker penis (Asrul, 2010).

1.11 Penatalaksanaan

Pengobatan kanker penis bervariasi, tergandung kepada lokasi dan


beratnya tumor, antara lain:
a. Terapi Medikamentosa
Neoplasma intraepitel seperti Bowen disease atau erythroplasia of
Queyrat dapat diterapi dengan topical 5-fluorouracil.
b. Pembedahan
Pembedahan yang paling sering dilakukan untuk
pengobatankanker penis adalah :
1) Eksisi local
Dilakukan jika kanker masih terbatas pada penis dan masih kecil.
2) Microsurgery
Adalah pembedahan pada tumor penis dengan mikroskop untuk
menghilangkan jaringan tumor dan mempertahankan jaringan yang sehat
sekecil mungkin.
3) Bedah laser
Merupakan pembedahan dengan menggunakan sinar laser untuk
membakar atau memotong sinar laser. Bedah laser (Laser surgery)
digunakan pada pasien dengan lesi jinak (benign) dan ganas (malignant)
yang ada di permukaan (superficial). Terapi ini telah diterapkan pada kasus-
kasus local and limited invasive disease. Empat tipe laser yang digunakan
dalam bedah laser, yaitu: carbon dioxide, argon, dan potassium-titanyl
phosphate (KTP) lasers.
4) Sirkumsisi
Sirkumsisi adalah memotong ujung kulit penis yang terkena kanker.
Pada pasien dengan tumor yang berukuran kecil yang terbatas pada
preputium, cukup dengan khitan (sirkumsisi).

Gambar 4. Sirkumsisi
5) Penektomi
Penektomi adalah pemotongan penis sebagian atau total. Penectomi
merupakan pengobatan yang tepat untuk kanker penis. Jika tumornya
terbatas pada daerah kecil di ujung penis, dilakukan penektomi parsial
(pengangkatan sebagian kecil penis). Untuk stadium lanjut dilakukan
penektomi total disertai uretrostomi (pembuatan lubang uretra yang baru di
daerah perineum). Amputasi sebagian (amputasi parsial) cocok
jika kanker meliputi glans penis dan bagian distal penis saat ereksi (distal
shaft).
Pada beberapa situasi/keadaan, local wedge resection dapat dikerjakan
dengan mudah, ini berhubungan dengan rata-rata rekurensi sebesar 50%.
Jika surgical resection baik dengan wedge maupun partial penectomy tidak
memberikan kebebasan yang cukup (adequate margin), maka strategi
total penectomy haruslah dipertimbangkan. Jika sebagian
sisa penis (residual penis) dan urethra tidak cukup bagi pasien untuk
kencing sambil berdiri, maka dapat dilakukan tindakan perineal
urethrostomy.

Gambar 5. Post Operasi Penektomi


6) Mohs micrographic surgery (MMS)
Teknik bedah lainnya adalah Mohs micrographic surgery (MMS), yang
dapat dipakai (applicable) untuk pasien dengan noninvasive disease.
c. Kemoterapi
Kemoterapi bisa dilakukan sebagai tambahan terhadap pengangkatan
tumor. Obat-obatan yang paling banyak digunakan antara lain: cisplatin,
bleomycin, methotrexate, dan fluorouracil.
d. Terapi Radiasi/Radioterapi
Radioterapi perupakan pengobatan pelengkap dari pembedahan yang
bertujuan mengurangi resiko kekambuhan/rekurensi. Pada stadium lanjut
kombinasi pembedahan, kemoterapi dan radioterapi mungkin diperlukan.
Macamnya:
1. External beam radiation therapy
2. Brachytherapy

Strategi pemberian terapi untuk karsinoma penis.


Tumor Primer Terapi konservatif yang memungkinkan
Kategori Tis, Ta, T1a Terapi CO2, eksisi lokal, dan reseksi glans. Tergantung ukuran
dan lokasi tumor.
Mohs micrography surgery, atau terapi fotodinamik untuk lesi
superfisial yang berdiferensiasi baik.
Kategori T1b dan T2 Glansektomi, atau terapi amputasi sebagian jika invasi tumor
telah mencapai korpora.
Kategori T3 Dilakukan amputasi total dengan uretostomi perianal
Kategori T4 Dilakukan neoadjuvant chemotheraphy bagi pasien yang
memenuhi syarat.
Lesi lokal yang berulang Salvage surgery.
setelah terapi konservatif Lesi besar berulang: amputasi lesi
(sumber: Pizzocaro G, Algaba F, Solsona E, et all. Guidelines on penile cancer.
European association of urology; 2010)

1.12 Kriteria Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.


Pada penis tampak luka yang menyerupai jerawat atau kutil. Untuk
menyingkirkan faktor lain, kemungkinan dokter juga melakukan USG atau
MRI. Pemeriksaan pasti mengetahui adanya kanker dengan biopsi.
Diagnosis dilakukan dengan:
a. Anamnesis.
b. Pemeriksaan fisik.
c. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium.
- Darah : lengkap, LFT, BUN-Creatinin.
- Urine lengkap.
2) Radiologi
- Foto thorax.
- CT scan : Thorax, abdomen dan pelvic.
3) Biopsi (invasif)
(Akatsuki, 2010)
1.13 Pemeriksaan

a. Inspeksi :
- Tampak adanya bengkak pada penis
- Tampak adanya perubahan warna pada penis
- Tampak adanya kutil pada kulit penis
- Tampak adanya lesi pada penis
- Tampak adanya massa, ulceration, suppuration, atau perdarahan
(hemorrhage) di daerah lipat paha (inguinal) karena nodal metastases.
- Tampak adanya nekrosis pada preputium dan berbau tak sedap.
- Klien tampak meringis akibat nyeri
- Apabila kanker sampai metastase jauh maka klien tampak kurus dan
lemah.
- Klien tampak pucat.
b. Palpasi :
- Adanya massa pada daerah inguinal.
- Nyeri tekan pada daerah inguinal
1.14 Pemeriksaan Diagnostic

Pemeriksaan Laboratorium:
a. Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus (specific) atau petanda tumor
(tumor markers) pada kanker penis.
b. Pemeriksaan umum, meliputi: hitung darah lengkap, pemeriksaan kimia
dengan tes fungsi hati (a chemistry panel with liver function tests), dan
penilaian (assessment) status jantung, paru-paru, dan ginjal, sangat
membantu untuk mendeteksi masalah yang tak terduga.
c. Pasien dengan penyakit yang parah dapat anemis, dengan leukocytosis dan
hypoalbuminemia.
d. Hypercalcemia ditemukan pada beberapa pasien saat ketiadaan
penyebaran (absence of metastases).
Prosedur diagnostik:
a. Biopsi
Tes diagnostik yang paling penting adalah biopsi. Biopsi diperlukan
untuk menentukan perluasan tumor sehingga dapat direncanakan
pengobatannya. Biopsi adalah pengangkatan dalam jumlah kecil jaringan
untuk diperiksa di bawah mikroskop. Tes-tes lain juga dapat
mengindikasikan kanker yang ada, tetapi hanya biopsi yang dapat membuat
diagnosis pasti. Biopsi kelenjar getah bening sentinel adalah jenis lain dari
biopsi. Hal ini penting untuk mengetahui apakah sel-sel kanker telah
menyebar ke daerah lain di luar penis. Dalam teknik ini, dokter menghapus
satu atau beberapa kelenjar getah bening sentinel-node pertama ke dalam
sistem getah bening yang mengalir dekat dengan nodul untuk memeriksa
sel-sel kanker. Dalam kasus kanker penis, kelenjar getah bening sentinel
terletak tepat di bawah kulit di pangkal paha. Jika sel kanker yang
terdeteksi, itu berarti bahwa penyakit ini mungkin telah menyebar ke
kelenjar getah bening lain di wilayah ini atau di luar melalui pembuluh
darah dan getah bening.
b. Imaging Modalitas
Direkomendasikan untuk:
- Mengetahui staging dari penyakit
- Untuk menentukan tindak lanjut pasien
- Untuk menilai penyebaran (metastase) sel kanker
c. USG
USG dilakukan untuk:
- Menilai keadaan, luas dan resectability kanker penis.
- Penilaian terhadap kelenjar getah bening.
- Mendeteksi adanya metastase
d. CT SCAN
CT SCAN dilakukan untuk:
- Penilaian kelenjar getah bening
- Limited utilitas di lesi primer
e. MRI
Paling akurat dalam mendeteksi penyakit primer dan nodal. MRI
menggunakan medan magnet, bukan x-ray, untuk menghasilkan gambar
rinci dari tubuh. Sebuah media kontras dapat disuntikkan ke pembuluh
darah pasien untuk menciptakan gambaran yang lebih jelas.
f. Tomography Emisi Positron (PET) scan.
PET scan adalah cara untuk membuat gambar organ dan jaringan dalam
tubuh. Sejumlah kecil zat radioaktif disuntikkan ke dalam tubuh pasien. Zat
ini diserap terutama oleh organ dan jaringan yang menggunakan energi.
Karena kanker cenderung untuk menggunakan energi secara aktif,
menyerap lebih dari zat radioaktif. Scanner kemudian mendeteksi zat ini
untuk menghasilkan gambar dari bagian dalam tubuh. Beberapa dokter
akan menggunakan PET scan untuk mencari bukti penyebaran kanker
penis, meskipun tidak secara khusus disetujui untuk menggunakan ini. Hal
ini diketahui bermanfaat dalam stadium kanker paru-paru skuamosa dan
kerongkongan, dan meningkatkan pengalaman yang pada akhirnya dapat
menjadi alat yang lebih standar dalam mendiagnosis kanker penis.
(Dito Anurogo, 2008)
DAFTAR PUSTAKA

Akatsuki. 2010. Kanker Penis. http://akatsuki-ners.blogspot.com/ Diakses pada


tanggal 12 September 2017
Anurogo, Dito. 2008. Kanker
Penis. http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&dn=200802181754
11. Diakses pada tanggal 12 September 2017
Asrul. 2010. Kanker Penis. http://dokter-herbal.com/kanker-penis.html. Diakses pada
tanggal 12 September 2017
Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Brosman, Stanley. 2011. Penile Cancer.
http://emedicine.medscape.com/article/446554-overview#a0199 Diakses pada
tanggal 12 September 2017
Craft, Martha. 2010. Diagnosa Keperawatan Nanda. Yogyakarta: Digna Pustaka
Hutabarat, Mellyssa. 2010. Kanker Penis.
http://www.meillyssach.co.cc/2010/09/kanker-penis.html. Diakses pada
tanggal 12 September 2017
Kurnianto, Tri. 2008. Perawatan Ca Penis.
http://trikurnianto.multiply.com/photos/album/19/Perawatan_CA_penis. Diak
ses pada tanggal 12 September 2017
Muhsin, Bin. 2011. Kanker Penis.
http://islamicherbalmedicine.blogspot.com/2011/03/kanker-penis.html.
Diakses pada tanggal 12 September 2017
Sylvia & Price. 2008. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai