KANKER PENIS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Onkologi Tahun Ajaran 2017/2018
OLEH :
Kelompok 6 (AJ1/B19)
1. Dhinar Retno Panitis 131611123032
2. Ari Kurniawati 131611123041
3. Dewi Fajarwati Prihatiningsih 131611123042
4. Sindhu Agung Laksono 131611123043
5. Robeta Lintang Dwiwardani 131611123044
6. Hermansyah 131611123045
7. Ezra Ledya Sevtiana Sinaga 131611123046
KANKER PENIS
1.1 Definisi
Kanker Penis adalah kanker yang sangat ganas pada alat reproduksi pria,
dan kalau tidak segera ditangani bisa memicu kanker pada organ tubuh yang lain
dan dapat menyebabkan amputasi pada penis (Bin Muhsin, 2011).
Kanker penis adalah kanker yang terdapat pada kulit dan jaringan penis
(Asrul Sani, 2010).
Kanker penis adalah karsinoma sel squamosa dari epitel glans penis atau
permukaan dalam prepusium (Tri Kurnianto, 2008).
Karsinoma penis adalah suatu penyakit yang berhubungan erat dengan
bagian onkologi dan bagian urologi yang merupakan suatu karsinoma sel
skuamosa dari epitel glans penis atau permukaan dalam prepusium. Referensi
lainnya mengatakan bahwa karsinoma penis ataukanker penis adalah tumor ganas
dari sistem reproduksi laki-laki yang dimulai dengan lesi kecil dari prepusium dan
bisa menyebar sampai ke batang penis.
1.2 Anatomi Fisiologi
Penis terdiri atas 3 buah corpora berbentuk silindris yaitu 2 buah corpora
kavernosa yang salinng berpasangan dan sebuah korpus spongiosum yang berda
disebelah ventralnya. Korpora kavernosa dibungkus oleh jaringan fibrotic tunika
albuginea sehingga merupakan satu kesatuan sedankan disebelah proximal
terpisah menjadi dua sebagai krura penis. Setiap krura penis dibungkus oleh otot
ischio-kavernosus yang kemudian menempel pada rami osis ischii.
Korpus spongisum membungkus uretra mulai dari diafragma urogenitalis
dan disebelah proximal dilapisi otot bulbo-kavernosus. Korpus spongiosum ini
berakhir pada sebelah distal sebagai glans penis. Ketiga corpora itu dibungkus oleh
fascia Buck dan lebih sperfisial lagi oleh fascia Colles atau fascia Dartos yang
merupakan kelanjutan dari fascia Scarpa.
Didalam setiap korpus yang terbungkus oleh tunika albuginea terdapat
jaringan erektil yaitu berupa jaringan kaversus(berongga) seperti spon. Jaringan
ini terdiri atas sinusoid atau ringga lacuna yang dilapisi endothelium dan oto polos
kavernosus. Rongga lacuna ini dapat menampung darah yang cukup banyak
sehingga menyebabkan ketegangan batang penis.
Fungsi fisiologis penis ialah sebagai saluran keluar bagi kemih maupun
sperma melalui proses senggama. Disamping itu, berbicara mengenai fungsi penis
tidak bias terlepas daripada fungsi organ reproduksi pria yang lain diantaranya
testis, scrotum dan saluran-saluiran lain. Fungsi primer dari system reproduksi
laki-laki adalah menghasilkan spermatozoa matang dan menempatkan sperma
dalam saluran reproduksi perempuan melalui senggama. Testis mempunyai fungsi
eksokrin dalam spermatogenesis dan fungsi endokrin untuk mensekresikan
hormone-hormon seks yang mengendalikan perkembangan dan fungsi seksual.
Semua fungsi dari system reproduksi laki-laki diatur melalui inetraksi hormonal
yang kompleks.
1.3 Etiologi
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker penis.
Diduga penyebabnya adalah smegma (cairan berbau yang menyerupai keju, yang
terdapat di bawah kulit depan glans penis). Tetapi penyebabnya yang pasti tidak
diketahui.
Pria tidak disunat yang tidak menjaga kebersihan daerah di bawah kulit
depan glans penis dan pria yang pernah menderita herpes genitalis memiliki resiko
tinggi menderita kanker penis.
Beberapa hal diketahui menjadi faktor resiko penyakit ini, diantaranya :
a. Usia tua.
Usia tua insiden meningkat (85 tahun : 9,2 %).
b. Pria yang tak menjalani sunat. Sirkumsisi dilakukan untuk membantu
mencegah infeksi human papillomavirus (HPV).
c. Kebersihan daerah kemaluan yang tak terjaga. Pria yang menghindari
personal hygiene tubuh akan meningkatkan risiko terkena kanker.
d. Infeksi Human Papilloma Virus, biasanya tertular melalui hubungan intim
bebas
e. Penggunaan produk tembakau.
Laki-laki yang kebiasaan mengunyah tembakau dan produk-produk terkait
berada pada risiko lebih tinggi terkena kanker.
f. Kondisi fimosis atau tertutupnya saluran pembuangan akibat lubang pada kulit
bagian depan yang menutup sehingga sulit buang air kecil.
g. Ca serviks pada pasangan seksualnya.
Peranan infeksi virus terus dipelajari. Kanker penis (penile cancer)
berhubungan dengan keberadaan infeksi virus herpes dan human papilloma virus
(HPV). Human papilloma viruses (HPV) tipe 16 dan 18 telah ditemukan pada
sepertiga pria yang menderita kanker penis. Apakah virus ini
menyebabkan kanker ataukah hanya berperan sebagai saprophytes, belum
ditetapkan.
Penile intraepithelial neoplasia dipertimbangkan sebagai precursor,
tetapi hanya 5-15% dari lesi ini yang berkembang menjadi invasive squamous
cell carcinoma. Belum ada bukti nyata bahwa smegma merupakan karsinogen
(zat penyebab kanker), meskipun hal ini telah dipercaya secara luas
(Dito Anurogo, 2008).
1.4 Patofisiologi
Kanker penis biasanya dimulai sebagai lesi kecil pada glans atau kepala
penis. Kanker penis berkisar dari putih-abu-abu, tidak teratur, exophytic, massa
endofit datar dan ulserasi. Sel kanker berangsur-angsur tumbuh secara lateral di
sepanjang permukaan penis dan bisa menutupi seluruh kelenjar serta preputium
sebelum menyerang corpora dan keseluruhan batang penis. Semakin luas lesi,
semakin besar kemungkinan invasi lokal dan metastasis nodal. Kanker penis
mungkin papilari dan exophytic atau datar serta ulseratif. Jika kanker penis ini
tidak diobati secara dini makan dapat terjadi autoamputasi (Brosman, 2011).
Lesi papilaris dan colitis memiliki tingkat pertumbuhan yang serupa, tetapi
lesi ulseratif cenderung bermetastasis ke kelenjar getah bening dan hal ini
berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup dimana lebih rendah dari 5
tahun. Ukuran kanker yang lebih besar dari 5 cm dan melibatkan lebih dari 75%
dari poros tersebut berasosiasi dengan prevalensi tinggi metastasis nodal dan
tingkat kelangsungan hidup lebih rendah, tetapi hubungan yang konsisten antara
ukuran kanker, kehadiran metastasis inguinal node, dan kelangsungan hidup belum
diidentifikasi (Brosman, 2011).
Fasia Buck, yang mengelilingi corpora, bertindak sebagai penghalang
sementara. Jika kanker telah menembus fasia Buck dan albuginea tunika, kanker
telah dapat menyebar ke pembuluh darah dan bahkan secara sistemik. Metastasis
ke kelenjar getah bening femoral dan inguinal adalah jalur awal untuk penyebaran
kanker penis. Oleh karena, crossover kelenjar getah bening maka sel kanker dapat
menyebar secara bilateral ke kedua kelenjar getah bening inguinalis (Brosman,
2011).
Metastase pada simpul-simpul daerah inguinal menyebabkan terjadinya
nekrosis kulit, infeksi kronis, dan, akhirnya kematian akibat dari sepsis atau
perdarahan sekunder terhadap erosi ke dalam pembuluh femoral. Metastase jauh
dari sel kanker dapat menyerang hati, tulang, paru-paru, atau otak. Karsinoma
penis terjadi secara progresif dan terbukti berakibat fatal pada pasien yang tidak
diobati dalam waktu 2 tahun (Brosman, 2011).
1.5 WOC Ca Penis
Stage I Ta N0 M0
T1 N0 M0
Stage II T1 N1 M0
T2 N0 M0
T2 N1 M0
Stage III T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N0 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stage IV T4 Any N M0
Any T N3 M0
Any T Any N M1
2956.)
Gejalanya berupa:
a. Bengkak pada penis meskipun tidak dalam kondisi ereksi.
b. Terdapat tanda-tanda radang seperti nyeri atau terdapat luka
pada penis dengan sebab yang tidak jelas.
c. Lesi yang sulit sembuh, disertai subtle induration pada kulit, pertumbuhan
kecil di kulit (a small excrescence), papula, pustula, tumbuhnya kutil atau
veruka (a warty growth), atau pertumbuhan exophytic.
d. Perubahan warna pada kulit penis juga dapat menjadi tanda awalnya.
e. Terdapat benjolan pada lipat paha, artinya terjadi pembesaran kelenjar getah
bening pada daerah tersebut. Terkadang ditemukan suatu massa, ulceration,
suppuration, atau perdarahan (hemorrhage) di daerah lipat paha (inguinal)
karena nodal metastases. Kondisi ini menandakan bahwa
stadium kanker sudah dalam taraf lanjut.
f. Nyeri penis dan perdarahan dari penis (pada stadium lanjut).
g. Penderita dengan kanker yang telah menyebar luas (advanced metastatic
cancer) dapat mengeluhkan lemah (weakness), penurunan berat badan (weight
loss), kelelahan (fatigue), lesi pada penis kemungkinan dapat berdarah.
h. Banyak pria tidak periksa ke dokter sampai kanker mengerosi (eroded)
preputium dan menjadi berbau tidak sedap karena infeksi dan nekrosis.
(Dito Anurogo, 2008)
efektif untuk kanker penis. Perlu diketahui, kanker penis ditemukan lebih sering
ketika khitan/sunat ditunda hingga pubertas. Khitan saat dewasa hanya sedikit
1.11 Penatalaksanaan
Gambar 4. Sirkumsisi
5) Penektomi
Penektomi adalah pemotongan penis sebagian atau total. Penectomi
merupakan pengobatan yang tepat untuk kanker penis. Jika tumornya
terbatas pada daerah kecil di ujung penis, dilakukan penektomi parsial
(pengangkatan sebagian kecil penis). Untuk stadium lanjut dilakukan
penektomi total disertai uretrostomi (pembuatan lubang uretra yang baru di
daerah perineum). Amputasi sebagian (amputasi parsial) cocok
jika kanker meliputi glans penis dan bagian distal penis saat ereksi (distal
shaft).
Pada beberapa situasi/keadaan, local wedge resection dapat dikerjakan
dengan mudah, ini berhubungan dengan rata-rata rekurensi sebesar 50%.
Jika surgical resection baik dengan wedge maupun partial penectomy tidak
memberikan kebebasan yang cukup (adequate margin), maka strategi
total penectomy haruslah dipertimbangkan. Jika sebagian
sisa penis (residual penis) dan urethra tidak cukup bagi pasien untuk
kencing sambil berdiri, maka dapat dilakukan tindakan perineal
urethrostomy.
a. Inspeksi :
- Tampak adanya bengkak pada penis
- Tampak adanya perubahan warna pada penis
- Tampak adanya kutil pada kulit penis
- Tampak adanya lesi pada penis
- Tampak adanya massa, ulceration, suppuration, atau perdarahan
(hemorrhage) di daerah lipat paha (inguinal) karena nodal metastases.
- Tampak adanya nekrosis pada preputium dan berbau tak sedap.
- Klien tampak meringis akibat nyeri
- Apabila kanker sampai metastase jauh maka klien tampak kurus dan
lemah.
- Klien tampak pucat.
b. Palpasi :
- Adanya massa pada daerah inguinal.
- Nyeri tekan pada daerah inguinal
1.14 Pemeriksaan Diagnostic
Pemeriksaan Laboratorium:
a. Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus (specific) atau petanda tumor
(tumor markers) pada kanker penis.
b. Pemeriksaan umum, meliputi: hitung darah lengkap, pemeriksaan kimia
dengan tes fungsi hati (a chemistry panel with liver function tests), dan
penilaian (assessment) status jantung, paru-paru, dan ginjal, sangat
membantu untuk mendeteksi masalah yang tak terduga.
c. Pasien dengan penyakit yang parah dapat anemis, dengan leukocytosis dan
hypoalbuminemia.
d. Hypercalcemia ditemukan pada beberapa pasien saat ketiadaan
penyebaran (absence of metastases).
Prosedur diagnostik:
a. Biopsi
Tes diagnostik yang paling penting adalah biopsi. Biopsi diperlukan
untuk menentukan perluasan tumor sehingga dapat direncanakan
pengobatannya. Biopsi adalah pengangkatan dalam jumlah kecil jaringan
untuk diperiksa di bawah mikroskop. Tes-tes lain juga dapat
mengindikasikan kanker yang ada, tetapi hanya biopsi yang dapat membuat
diagnosis pasti. Biopsi kelenjar getah bening sentinel adalah jenis lain dari
biopsi. Hal ini penting untuk mengetahui apakah sel-sel kanker telah
menyebar ke daerah lain di luar penis. Dalam teknik ini, dokter menghapus
satu atau beberapa kelenjar getah bening sentinel-node pertama ke dalam
sistem getah bening yang mengalir dekat dengan nodul untuk memeriksa
sel-sel kanker. Dalam kasus kanker penis, kelenjar getah bening sentinel
terletak tepat di bawah kulit di pangkal paha. Jika sel kanker yang
terdeteksi, itu berarti bahwa penyakit ini mungkin telah menyebar ke
kelenjar getah bening lain di wilayah ini atau di luar melalui pembuluh
darah dan getah bening.
b. Imaging Modalitas
Direkomendasikan untuk:
- Mengetahui staging dari penyakit
- Untuk menentukan tindak lanjut pasien
- Untuk menilai penyebaran (metastase) sel kanker
c. USG
USG dilakukan untuk:
- Menilai keadaan, luas dan resectability kanker penis.
- Penilaian terhadap kelenjar getah bening.
- Mendeteksi adanya metastase
d. CT SCAN
CT SCAN dilakukan untuk:
- Penilaian kelenjar getah bening
- Limited utilitas di lesi primer
e. MRI
Paling akurat dalam mendeteksi penyakit primer dan nodal. MRI
menggunakan medan magnet, bukan x-ray, untuk menghasilkan gambar
rinci dari tubuh. Sebuah media kontras dapat disuntikkan ke pembuluh
darah pasien untuk menciptakan gambaran yang lebih jelas.
f. Tomography Emisi Positron (PET) scan.
PET scan adalah cara untuk membuat gambar organ dan jaringan dalam
tubuh. Sejumlah kecil zat radioaktif disuntikkan ke dalam tubuh pasien. Zat
ini diserap terutama oleh organ dan jaringan yang menggunakan energi.
Karena kanker cenderung untuk menggunakan energi secara aktif,
menyerap lebih dari zat radioaktif. Scanner kemudian mendeteksi zat ini
untuk menghasilkan gambar dari bagian dalam tubuh. Beberapa dokter
akan menggunakan PET scan untuk mencari bukti penyebaran kanker
penis, meskipun tidak secara khusus disetujui untuk menggunakan ini. Hal
ini diketahui bermanfaat dalam stadium kanker paru-paru skuamosa dan
kerongkongan, dan meningkatkan pengalaman yang pada akhirnya dapat
menjadi alat yang lebih standar dalam mendiagnosis kanker penis.
(Dito Anurogo, 2008)
DAFTAR PUSTAKA