Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CA SERVIKS

Diajukan untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners XXXV


Stase Keperawatan Paliatif

Disusun oleh :
RIA NURIANA RAHAYU
220112170563

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXV
BANDUNG
2018
1. DEFINISI
Serviks atau leher rahim merupakan bagian dari rahim, sedangkan sel kanker
tumbuh di serviks dan vagina (Yatim, 2005). Kanker serviks merupakan suatu
penyakit yang diakibatkan oleh tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal disekitanya (FKUI dalam Nanda, 2015). Kanker serviks
merupakan kanker pembunuh wanita nomor 2 di dunia setelah kanker payudara.
Setiap tahunnya terdapat kurang lebih 500.000 kasus baru kanker serviks,
sebanyak 80% terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang.

2. ETIOLOGI
Perjalanan penyakit ca serviks merupakan salah satu model karsinogenesis
yang memlalui tahapan atau multistep, dimulai dari karsinogenesisi awal samapi
terjadinya perubahan morfologi hingga menjadi kanker invasif. Studi-studi
epidemiologi menunjukkan lebih dari 90% kanker serviks dihubungan dengan jenis
Human Papilloma Virus (HPV) . HPV merupakan faktor inisiator kanker seerviks.
Onkoprotein E6 dan E7 yang berasal dari dari HPV merupakan penyebab terjadinya
degenerasi keganasana. Onkoprotein E6 akan mengikat p53 sehingga TSG (Tumor
Supressor Gene) p53 akan kehilangan fungsinya. Sedangkan onkoprotein E7 akan
mengikat TSG Rb, ikatan ini akan menyebabkan erjadinya E2F yang merupakan
faktor transkripsi sehingga siklus sel berjalan tanpa kontrol. Salah satu vjenis HPV
yang paling berbahaya yaitu tipe 16, 18, 45 serta 56.

3. FAKTOR RISIKO
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks,
yaitu :
a. Usia reproduksi
usia pasien sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan erat dengan
kondisi kehamilan, persalinan, dan nifas. Proses reprosukdi sebaiknya berlangsung
pada saat ibu berumur 20 -35 tahun, sebab pada saat itu penyuli kehamilan jarang
tejadi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Schellenkens dan Ranti di RSUP
Hasan Sadikin Bandung Usia rata rata dari pasien kanker serviks rata-rata berusia
33 tahun. Sumber lain menerangkan bahwa rata-rata antara 30-60 tahun, terbanyak
pada usai 45-50 tahun. Hal ini dikarenakan periode laten dari fase prainvasif untuk
menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun. Menurut Benson KL, 2% dari
wanita yang berusia 40 tahun akan menderita kanker serviks dalam hidupnya. Hal
ini dimungkinkan karena perjalanan penyakit ini memerlukan waktu 7 sampai 10
tahun untuk terjadinya kanker invasif sehingga sebagian besar terjadinya atau
diketahuinya setelah usia lanjut.
b. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Usia menikah menurut Rotkin, Christophen dan Parker jelas berpengaruh.
Rotkin menghubungkan terjadinya kanker serviks dengan usia saat seorang wanita
mulai aktif berhubungan seksual, dikatakan juha bahwa kanker serviks cenderung
imbul bila mulai aktif berhubungan seksual pada usia kurang dari 17 tahun. Lebih
dijelaskan bahwa umur anatar 15-20 tahun merupakan periode yang rentan. Periode
rentan ini berhubungan denga kuatnya proses metaplasia pada usai pubertas,
sehingga bila ada yang menganggu proses metaplasia tersebut misalnya infeksi
akan memudahkan beralihanya proses menjadi dipalsi yang lebih berpotensi untuk
terjadinya keganasan.
c. Jumlah paritas
Kehamilan yang optimal adalah kehamilan anak lebih dari tiga. Kehamilan
setelah yang ketiga mempunyai risiko yang meningkat. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa parita tinggi merupakan salah satu fator risiko terkena
kanker serviks. Bukhari L dan Hadi A meyebutkan bahwa golongan wanita yang
bersalin 6 kali atau lebih mempunyai risiko menderi kanker serviks 1,9 kali lebih
besar dari pada wanita yang bersalin anatara 1-5 kali. Kehamilan dan persalinan
yang melebihi 3 kali dan jarak kehamila terlalu dekat akan meningkatkan kejadian
kanker serviks.
d. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang dapat mendukung atau mempengaruhi tngkat
pengetahuan seseorang dan taraf pendidikan yang rendah selalu berhubungan dngan
informasi dan pengetahuan yang terbatas. Pendidikan yang rendah menyebabakan
seseorang kurang peduli terhadap progarm kesehatan yang ada, sehingga mereka
tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi. Perilaku hidup sehat angat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduk.
e. Penggunakan kontrasepsi oral dalam angka waktu panjang
f. Riwayat kanker serviks pada keluarga
Bila seseorang mempunyai saudara kandung atau ibu yang mempunyai kanker
serviks, maka ia mempunyai kemungkinan 2-3 kali lebih untuk juga mempunyau
kanker serviks di badingkan dengan orang normal. Beberapa peneliti menduga hal
ini berhubunga dengan berkurangnya kemampuan untuk melawan infeksi HPV.
g. Berganti ganti pasangan seksual
Perilaku seksal berupa berganti pasangan seks akan meningktakan penularan
penyakit keliamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi HPV telah terbukti
dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Risiko tertular
kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual
6 orang atau lebih. Disamping itu, virus herpes simples tipe 2 dapat menjadi faktor
pendamping.
h. Merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir
serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat zat lainnya yang ada di
dalam rokok. Zat zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks disamping
merupakan ko-karsinogen infeksi virus.
i. Defisiensi zat gizi
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat
dapat meningkatakn risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin
juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang konsumsi
makannya rendah beta karoten dan retinol (Vitamin A).
j. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun
k. Golongan ekonomi lemah (tidak mampu melakukan Pap Smear secara rutin)
4. MANIFESTASI
a Rabas meningkat jumlahnya dan menjadi cair. Rabas tersebut berwarna
gelap dan memiliki bau yang busuk dikarenakan nekrosis dan infeksi dari
massa tumor.
b Adanya perdarahan yang terjadi pada interval tak teratur diantara periode
atau setelah menopause, dimana cukup besar daripada hanya bercak yang
terdapat pada pakaian dalam serta biasanya terlihat setelah terjadinya
trauma ringan (hubungan seksual, defekasi atau douching)
c Apabila penyakit ada dalam jangka panjang maka perdarahan mungkin
lebih persisten dan meningkat
d Berkembangnya kanker mengakibatkan jaringan disebelah luar serviks
terserang termasuk juga kelenjar limfe anterior ke sacrum (Baugman 2000)
Tanda-tanda kekambuhan menurut Yatim (2005):
a. Badan semakin kurus
b. Adanya nyeri pada kaki serta bokong
c. Terasa semban kedua kaki tanpa jelas penyebabnya
Tanda dan gejala lain menurut Yatim (2005) sebagai berikut :
a Menimbulkan perdarahan pervagina, contohnya setelah melalukan koitus, atau
perdarahan menstruasi yang terjadi lebih banyak tau lebih sering atau
timbulnya perdarahan diantara siklus menstruasi.
b Apabila kanker telah berada dalam stadium lebih lanjut maka terjadi
perdarahan secara spontan dan nyeri pada rongga panggul.
c Terhalangnya aliran seni akibat bendungan kanker atau sembab anggota bawah
karena penekanan pembuluh darah balik.
d Nyeri pinggang bagian bawah karena tekanan pada persyarafan.
Tanda-tanda awal kanker serviks tidak menimbulkan gejala. Namun dalam
perjalanannya dapat menimbulkan gejala sebagai berikut :
a Keputihan jangka panjang maka semakin berbau akibat infeksi nekrosis
jaringan
b Perdarahan diluar senggama (tingkat II dan III)
c Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%)
d Perdarahan spontan saat defekasi
e Perdarahan spontan pervagina (Nurarif, 2015)
Tahap lanjut (Sarwono, 2011)
a Cairan pervagina yang telah berbau busuk
b Nyeri panggul
c Nyeri pinggang dan pinggul
d Sering berkemih
e BAK atau BAB terasa sakit
f Gejala penyakit yang reditif (nyeri pinggang, edema kaki unilateral, dan
obstruksi ureter)
g Anemi akibat perdarahan berulang
h Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor keserabut saraf
5. PATOFISIOLOGI
6. KLASIFIKASI
Menurut Sarwono (2011) stadium kanker servik sebagai berikut :
0 Sel kanker masih terdapat diselaput lender serviks (karsinoma insitu)
I Masih terbatas di dalam jaringan serviks dan belum bermetastase ke badan
Rahim
IA Karsinoma yang terdiagnosa baru, hanya secara mikroskop dan belum
menunjukkan kelainan atau keluhan klinik
IAI Sel kanker sudah mulai bermetastase ke jaringan otot dengan kedalaman <
3 mm, dan ukuran besar tumor <7 mm
IA2 Sel kanker sudah bermetastase lebih dalam (>3 mm sampai 5 mm) dengan
lebar = 7 mm
IB Ukuran sel kanker sudah mencapai > IA2
IBI Ukuran sel tumor = 4 cm
IB2 Sel kanker yang > 4 cm dari diameter terbesar
II Tumor telah menginvasi diluar uterus, tetapi belum mengenai dinding
panggul atau sepertiga distal/bawah vagina
IIA Tanpa adanya invasi ke parametrium
IIB Telah menginvasi parametrium
III Tumor telah meluas ke dinding panggul atau telah mengenai sepertiga
bawah vagina dan menimbulkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya
ginjal
IIIA Tumor telah meluas kesepertiga bawah vagina dan tidak menginvasi ke
area perimetrium tidak sampai kedinding panggul
IIIB Tumor telah meluas kedinding panggul dan menyebabkan hidronefrosis
atau tidak berfungsinya ginjal
IV Tumor telah bermetastase ke luar organ reproduksi
IVA Tumor menginvasi kemukosa kandung kemih atau rectum dan telah keluar
dari rongga panggul minor
IVB Bermetastase jauh penyakit mikroinvasif : invasi stroma dengan
kedalaman 3 mm atau kurang dari membrane basalis epitel tanpa invasi
kerongga pembuluh limfe/darah atau melekat dengan lesi kanker serviks.

7. PEMERIKSAAN CA.SERVIKS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan sebagai
berikut (Suharto, 2007)
a. Pemeriksaan pap smear
Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi sel kanler lebih awal pada pasien saat
adanya keluhan. Sel kanker dapat dideteksi dari secret yang diambil dari porsi
serviks. Pemeriksaan dimulai pada wanita dengan usia 18 tahun atau ketika telah
melakukan aktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga kali dari hasil pmeriksaan pap
smear setiap tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun. Pap Smear dapat medeteksi
sampai 90% kasus kanker leher rahim secara akurat dan dengan biaya yang tidak
mahal, sehingga angaka kematian akibat kanker leher rahim dapat menurun sampai
lebih dari 50%. Sehingga setiap wanita yang telah aktif berhubungan seksual
sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila
selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil normal, maka pemeriksaan dapat
dilakukan 2 atau 3 tahun sekali.
Hasil pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut (Prayetni,1999):
 Normal
 Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas).
 Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas).
 Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar).
 Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam
atau ke organ tubuh lainnya)
b. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan dilakukan bersama dengan pap smear pada wanita dengan usia 30
tahun.
c. Biopsi
Pemeriksaan ini dilakukan pada saat pemeriksaan panggul yang tampak adanya
suatu pertumbuhan atau luka pada serviks , jika pemeriksaan pap smear menunjukkan
suatu abnormalitas atau kanker , pemeriksaan biopsy dapat dilakukan sebagai
pelengkap hasil pap smear. Adapun teknik yang biasa dilakukan adalah punch
biopsy. Biopsi dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan dengan cara mengambil
jaringan pada bagian kanal serviks.
d. Kolposkopi ( Pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat daerah yang terkena metaplasia.
e. Tes Schiller
Pemeriksaan dilakukan dengan mengoleskan yodium pada bagian serviks.
Serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena
adanya glikogen. Sedangkan sels erviks yang mengandung kanker akan
menunjukkan warna yang tidak berubah karena tidak ada glikogen.
f. Radiologi
- Pelvik limphangiografi yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada
saluran pelvik atau peroatik ,limfe.
- BPemeriksaan intravena urografi
Pemeriksaan diakukan untuk pada kanker serviks yang sudah memasuki
tahap lanjut yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal.
- Koniasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender servis dan
epitel gepeng serta kelenjarnya. Hal ini dilakukan bila hasil sitology dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelianan yang jelas.

8. PENATALAKSANAN
a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks luar), seluruh
kanker dapat diangkat dengan bantua pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop
electrosurgical excision procedure) atau konisasi. Klien dapat hamil kembali dan
dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang pap smear setiap 3 bulan selama 1
tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan dan jika klien tidak berencana untuk
hamil klien dapat dianjurkan histerektomi. Pembedahan dapat menjadi salah satu
terapi yang bersifat kuratif atau paliatif. Kuratif dapat menjadi tindakan yang
langsung menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang
ditimbulkan dapat hilang. Sedangkan tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti
memperbaiki penderita.Tindakan histerektomi merupakan tindakan pembedahan
yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total) atau (subtotal).
Histerektomi digunakan untuk mnegobati beberapa kanker serviks stadium awal
ataupun stadium pra-kanker servik jika sel-sel kanker ditemukan pada batas tepi
koniasi.Tindakan pembedahan biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai
IIA. Selain itu, klien berumur sebelum menopause atau kurang dari 65 tahun dan
pasien harus terbebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung,
ginjal dan hepar.
Ada beberapa jenis operasi untuk kanker serviks. Beberapa melibatkan
pengangkatan rahim (histerektomi), jenis operasi yaitu,
- Cryosurgery
Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasuka kedalam
vagina dan pada leher rahim. Cara seperti ini membunuh sel-sel abnormal
dengan cara membekukan sel-sel abnormal.Cryosurgery digunakan untuk
mengobati kanker serviks yang hanya ada didalam leher rahim (stadium 0)
- Bedah Laser
Pembedahan laser hanya digunakan sebagai pengobatan untuk kanekr servik
pra-invasif (stadium 0).
- Konisasi
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim. Hal ini
dilakukan dengan menggunakan pisau bedah laser atau menggunakan kawat
tipis yang dipanaskan oleh listrik (prosedur ini disebut LEEP atau LEETZ).
Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan atau mengobati kanker
serviks tahap awal atau 0.
- Trachelektomi
Merupakan sebuah prosedur untuk mengobati stadium awal untuk dapat diobati
dan masih dapat mempunyai anak. Metode ini melibatkan pengangkatan servik
dan bagian atas vagina dan melekatkannya pada jahitan berbentuk seperti
kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim didalam rahim.
Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat memiliki kehamilan jangka panjang
dan melahirkan bayi yang sehat melalui operasi Caesar.
- Ekstenterasi Panggul
Operasi ini digunakan untuk jenis kanker servik kambuhan
b. Penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan
parametrial dan modus limpa pada pelvik. Pengobatan kuratif ialah mematikan sel
kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar
getah bening panggul, dengahn tetap mempertahankan sebanyak mungkin
kebutuhan jaringan sehat disekitar rectum, vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai IIIB.
Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat
paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium IVA. Pada radioterapi
digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya.Efek samping dari terapi penyinaran adalah iritasi rectum dan
vagina, kerusakan kandung kemih dan rectum serta ovarium berhenti berfungsi
(Gale & Charette, 2000). Radioterapi merupakan salah satu modlaitas penting
dalam tatalaksana kanker serviks, dalam hal ini radioterapi dapat diberikan sebagai
kuratif definitive, ajuvan post-operasi dan paliatif. Radioterapi pasca bedah
diberikan sebagai terapi adjuvant bila memenuhi kriteria yaitu, batas sayatan poistif
atau close margin, karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi sedang-buruk,
karsinoma adenoskuamosa, adenokarsinoma, invasi limfovaskuler positif, dan
invasi.
Radioterapi terbagim kedalam 2 jenis yaitu:
- Radiasi Eksternal: Sinar berasal dari sebuah mesin besar. Klien tidak perlu
diarwat dirumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu.
- Radiasi Internal:
Zat radioaktif terdapat dalam sebuah kapsul yang dimauskan langsung kedalam
serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat
di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu..
Efek samping radioterapi yaitu, kelelahan, sakit magg, diare, mual, muntah,
perubahan warna kulit, kekeringan atau bekas luka pada vagina yang
menyebabkan senggama menyakitkan, menopause dini, masalah dengan buang
air kecil, tulang rapuh sehingga mudah patah tulang, rendahnya jumlah sel
darah merah atau anemia, rendahnya sel darah putih, pembengkakakan dikaki,
iritasi rectum, kerusakan kandung kemih dan rectum, ovarium berhenti
berfungsi.
- Kemoterapi
Merupakan penatalaksanaan dengan pemberian obat melalui infus, tablet dan
intramuscular. Obat kmoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel
kanker dan menghambat perkembangannya. Kemoterapi secara kombinasi
digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis
tunggal belum memberikan keuntungan yang memmuaskan sebagai contoh
obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP
(Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin).
- Terapi Biologis
Pada terapi biologi digunakan zat-zat untuk memeprbaiki sistem kekebalan
tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang
telah menyebar ke bagian tubuh lainnya, dan yang sering digunakan adalah
interferon yang dapat digunakan dengan kemoterapi.

Pengobatan Non-Farmakologi
a. Kebutuhan nutrisi umum:
1) Kebutuhan energi, kebutuhan energy pada pasien kanker ditentukan
dengan kalorimetri indirek. Selain itu dapat dipergunakan rumus
perhitungan dengan rule of humb yaitu,
Pasien ambulatory: 30-35 kkal/kgBB/hari
Pasien bed ridden: 20-25 kkal/kg/BB/hari
Pasien Obesitas: menggunakan berat badan ideal
2) Makronutrien
Kebutuhan protein: 1.2-2.0 g/kg BB/hari, pemberian protein perlu
disesuaikan dengan fungsi ginjal dan hati.
Kebutuhan Lemak: 25-30% dari energy total 35-50% dari energy total untuk
pasien kanker stdium lanjut dengan penurunan BB
Kebutuhan karbohidrat: sisa dari perhitungan protein dan lemak.
3) Cairan
Kebutuhan cairan pada pasien kanker yaitu,
Usia <55 tahun: 30-40 ml/kgBB/hari
Usia 55-65 tahun: 30 ml/kg/BB/hari
Usia > 65: 25 ml/kg BB/hari
Kebutuhan cairan pasien kanker perlu diperhatikan dengan baik, terutama
pasien kanker yang menjalani rado dan atau kemoterapi karena pasien
rentan mengalami dehidrasi.
4) Nutrien Spesifik
a) Branched-chain amino acids (BCAA)
BCAA dapat memperbaiki selera makan pada pasein kanker yang
mengalami anoreksia. Lewat sebuah penelitian acak berskala kecil.
Penelitian intervensi BCAA pada pasien kanker oleh Le Bricon,
menunjukkan bahwa suplementasi BCCA melalui oral sebanyak 3 kali
4,8g/hari selama 7 dapat meningkatkan kadar BCCA plasma sebanyak
121% dan menurunkan nsiden anoreksia pada kelompok BCCA
dibandingkan placebo. Selain melalui suplementasi, BCAA dapat diperoleh
dari bahan makanan sumber yang banyak dijumpai pada putih telur, ikan,
ayam, daging sapi, kacang kedelai, tahu, tempe, dan polong-polongan.
b) Asam lemak omega-3
Suplementasi asam lemak omega-3 secara enteral terbukti mampu
mempertahankan BB dan memperlambat kecepatan penurunan BB.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Almunandy, Heni, dan
Mila, (2012) ikan patin memiliki kadar omega-3 dan omega-6 yang baik
dikonsumsi oleh penderita kanker dan salahsatunya kanker serviks.

9. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA SERVIKS


I. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama, usia, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, dan penanggung jawab.
b. Keluhan Utama
Klien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai
keputihan menyerupai air.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan seperti: perdarahan, keputihan, rasa nyeri intra servikal,
penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.
d. Riwayat Penyakit Sebelumnya
- Paritas, kelainan menstruasi, adakah hubungan perdarahan dengan
aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang
dilakukan sekarang
- Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat
operasi kandungan, serta adanya tumor.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah keluarga yang menderita kanker.
f. Keadaan Psiko-Sosial-Ekonomi dan Budaya
Cancer serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang
rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi
yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal higiene
terutama kebersihan dari saluran urogenital.
g. Pola Fungsi Kesehatan Gordon
a) Pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada
daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina
yang mengandung zat-zat kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya
kanker serviks.
b) Pola istirahat dan tidur
Pola istirahat dan tidur klien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
progresivitas dari kanker serviks ataupun karena gangguan pada saat
kehamilan. Gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi
yang dialami oleh ibu.
c) Pola eliminasi
Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan
kandung kemih, disuria serta hematuria. Selain itu biisa juga terjadi
inkontinensia alvi akibat dari peningkatan tekanan otot abdominal.
d) Pola nutrisi dan metabolik
Asupan nutrisi pada ibu dengan kanker serviks harus banyak. Kaji jenis
makanan yang biasa dimakan oleh ibu serta pantau berat badan ibu .
Kanker serviks pada Ibu yang sedang hamil juga dapat mengganggu dari
perkembangan janin.
e) Pola kognitif – perseptual
Pada ibu dengan kanker serviks, biasanya terjadi gangguan pada pada
panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan,
atau pengecap. Bila sudah metastase ke organ tubuh lainnya.
f) Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai
penyakit kanker serviks, akibat dari persepsi yang salah dari
masyarakat. Dimana salah satu etiologi dari kanker serviks adalah akibat
dari sering berganti -ganti pasangan seksual.
g) Pola aktivitas dan latihan
Kaji apakah penyakit mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan
skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu
orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).
h) Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien
selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan
terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat
melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan
setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau
busuk dari vagina.
i) Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana
manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya
setelah sakit.
j) Pola peran – hubungan
Bagaimana pola peran hubungan klien dengan keluarga atau lingkungan
sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan
hubungannya.

k) Pola keyakinan dan nilai


Kaji apakah penyakit klien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang
diyakini.
II. Analisa Data
a. Data Subjektif
- Klien mengatakan merasa sakit ketika senggama dan terjadi perdarahan
setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang
abnormal
- Klien mengatakan merasa lemah pada ekstremitas bawah
- Klien mengatakan merasa nyeri pada panggul (pelvis) atau di perut bagian
bawah
- Klien mengatakan merasa nyeri ketika buang air kecil dan urine bercampur
darah
- Klien mengatakan nafsu makan berkurang
- Klien mengatakan merasa tidak bertenaga dan lemas
- Klien mengatakan kurang mengetahui mengenai kanker serviks
- Klien mengatakan merasa cemas tentang kondisinya serta penyakitnya.
- Klien mengatakan merasa kurang perhatian dari keluarganya
b. Data Obyektif
- TTV tidak dalam batas normal
Dimana batas normal TTV meliputi:
Nadi: 60-100 x/menit
Nafas: 16 - 24 x/menit
Tekanan Darah: 110-140 60-90 mmHg
Suhu: 36,5 – 37,5 0C
- Membran mukosa kering
- Turgor kulit buruk akibat perdarahan
- Pengisian kapiler lambat (tidak kembali dalam < 2-3 detik setelah ditekan)
- Ekspresi wajah pasien pucat
- Klien tampak lemas
- Warna kulit kebiruan
- Kulit pecah – pecah, rambut rontok, kuku rapuh
- Ekspresi wajah pasien meringis
- Klien tampak gelisah
- Tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesia)
- Terjadi hematuria
- Terjadi inkontinensia urine
- Terjadi inkontinensia alvi
- Berat badan pasien tidak stabil
- Mual ataupun muntah
- Keluar cairan encer yang berbau busuk dari vagina

NO. DATA ETIOLOGI MASKEP


1 DS : Sel-sel karsinoma Risiko syok
Klien mengatakan terjadi ↓ hipovolemi
perdarahan setelah senggama yang Menekan jaringan sekitar
kemudian berlanjut menjadi ↓
perdarahan yang abnormal Ulkus nekrosis jaringan
DO: ↓
- Nilai TTV tidak normal, TD ↓ Jaringan sekitar serviks
- Klien tampak gelisah rapuh
- Membran mukosa kering ↓
- Turgor kulit buruk akibat Perdarahan per vaginam
perdarahan yang terus menerus
- Warna kulit kebiruan ↓
- Pengisian kapiler lambat (tidak Resiko syok hipovolemi
kembali dalam < 2-3 detik
setelah ditekan)
- Ekspresi wajah pasien pucat
- Klien tampak lemas
2 DS : Sel-sel karsinoma Nyeri kronis
- Klien mengatakan merasa sakit ↓
ketika senggama Menekan jaringan sekitar
- Klien mengatakan merasa nyeri ↓
pada panggul (pelvis) atau di Iskemia jaringan
perut bagian bawah Dan terjadi infeksi
- Klien mengatakan merasa nyeri ↓
ketika buang air kecil dan urine Respon inflamasi:
bercampur darah pengeluaran bradikinin,
DO: histamin, prostaglandin
- Ekspresi wajah pasien ↓
meringis Penekanan ujung saraf nyeri
- Klien tampak gelisah ↓
- Nadi dan pernapasan ↑ Respon nyeri
- Tampak tanda - tanda infeksi yang terus-menerus dan
(kalor, rubor, dolor, tumor, berlangsung > 2 bulan
fungsio laesia) ↓
Ketunadayaan fisik
- Keluar cairan encer yang

berbau busuk dari vagina
Nyeri kronis
3 DS: Kurang pengetahuan tentang Cemas
proses penyakit
NO. DATA ETIOLOGI MASKEP
- Klien mengatakan kurang ↓
mengetahui mengenai kanker Cemas
serviks
- Klien mengatakan merasa cemas
tentang kondisinya serta
penyakitnya.
DO: klien tampak geliash
4 DS : - Ca serviks Gangguan
DO : ↓ eliminasi urin
- Hematuria Menyebar pada vagina
- Terjadi inkontinensia urine ↓
- Terjadi inkontinensia alvi Infeksi saluran kemih
- Keluar cairan encer yang ↓
berbau busuk dari vagina Ureter

Infiltrasi ureter/uretra

Inflamasi

Gangguan eliminasi urin
5 DS : Ca serviks Risiko
Klien mengatakan nafsu makan ↓ ketidakseimba
berkurang Terapi kemoterapi ngan nutri
DO : ↓ kurang dari
- Berat badan pasien tidak stabil Mual, muntah, anoreksia kebutuhan
- Mual ataupun muntah ↓
Nafsu makan ↓

Intake nutrisi ↓

Penurunan BB

Risiko nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

III. Diagnosa Keperawatan


a. Resiko syok hipovolemi
b. Nyeri kronik berhubungan dengan ketunadayaan fisik kronis
c. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit
d. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuan tubuh
IV. Rencana Tindakan Keperawatan

NO PERENCANAAN
TUJUAN
DX INTERVENSI RASIONAL
1 Setelah dilakukan Syok prevention: 1.Pemberian cairan
tindakan keperawatan 1. Berikan cairan IV dan atau dapat mencegah
selama 1 x 24 jam pasien oral yang tepat syok
tidak mengalami syok 2. Pantau kesadaran pasien 2. Memantau kondisi
hipovolemi, dengan 3. Monitor status sirkulasi pasien untuk
kriteria hasil : BP, warna kulit, suhu mengetahui
1. Pasien tidak mengalami kulit, denyut jantung, HR, keadaan pasien
anemia dan ritme, nadi perifer, dan saat ini
2. Tanda-tanda vital: TD, kapiler refill. 3. Monitor TTV
nadi, repirasi, dan suhu 4. Monitor tanda inadekuat pasien untuk
stabil dalam rentang oksigenasi jaringan mengetahui
normal 5. Monitor input dan output keadaan umum
3. Natrium dan kalium 6. Pantau adanya pasien
serum dalam batas perdarahan : per vaginam, 4. Monitor oksigenasi
normal hematuria dapat mencegah
4. pH darah serum dalam 7. Pantau nilai labor : HB, syok pada pasien
batas normal HT, AGD dan elektrolit 5. Monitor input dan
5. Mata tidak cekung 8. Tempatkan pasien pada output dapat
6. Demam (-) posisi supine, kaki elevasi mencegah syok
7. Hematokrit dalam batas untuk peningkatan preload pada pasien
normal dengan tepat 6. Monitor
8. Kulit tidak pucat 9. Ajarkan keluarga dan perdarahan dapat
9. Tidak ada perdarahan pasien tentang tanda dan mencegah syok
gejala datangnya syok pada pasien
10. Ajarkan keluarga dan 7. Monitor hasil
pasien tentang langkah laboratorium dapat
untuk mengatasi gejala mencegah syok
syok pada pasien
8. Posisi supine
dengan kaki
elevasi dapat
meningkatkan
preload
9. Pendidikan
kesehatan pada
keluarga dapat
mencegah syok
pada pasien
10. Pendidikan
kesehatan pada
keluarga dapat
meminimalisir
pada pasien
2 Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. Pengkajian nyeri
tindakan keperawatan nyeri secara pada pada pasien
selama 2 x 24 jam nyeri komprehensif : lokasi, dapat
hilang atau berkurang. karakteristik, durasi, mempermudah
Kriteria hasil : perawat dalam
NO PERENCANAAN
TUJUAN
DX INTERVENSI RASIONAL
11. Pasien frekuensi, kualitas dan melakukan
mengungkapkan faktor presipitasi intervensi
nyeri hilang atau 2. Observasi reaksi non 2. Observasi pada
berkurang dengan verbal dan pasien dapat
skala nyeri ketidaknyamanan menjadi data
berkurang dari 3. Kolaborasi dengan dalam melakukan
sebelumnya dokter : berikan anti pengkajian
12. Ekspresi wajah nyeri jenis opioid untuk 3. Kolaborasi
tenang tidak nyeri pada pasien pemberian anti
meringis kanker, berikan nyeri dapat
13. Tanda-tanda bital antibiotik spektrum luas mengurangi nyeri
dalam batas normal 4. Tingkatkan istirahat yang dirasakan
14. Pasien mampu 5. Berikan posisi yang pasien
mengenali nyeri nyaman 4. Istirahat yang
(skala, intensitas, 6. Ajarkan teknik relaksasi cukup dapat
frekuensi dan tanda napas dalam, distrasi, mengurangi nyeri
nyeri) atau guide imagery 5. Posisi yang
15. Pasien 7. Evaluasi keefektifan nyaman dapat
mengungkapkan opioid mengurangi nyeri
merasa nyaman 8. Observasi tanda-tanda 6. Relaksasi nafas
setelah nyeri vital sebelum dan dalam dapat
berkurang sesudah terapi mengurangi nyeri
7. Evaluasi
pengobatan dapat
menentukan
intervensi
selanjutnya
8. Observasi TTV
dapat mengetahui
keadaan umum
pasien
3 Setelah dilakukan 1. Dorong pasien untuk 1. Pengkajian
tindakan keperawatan mengungkapkan pikiran mendalam pada
selama 1 x 24 jam dan perasaannya pasien dapat
kecemasan pasien 2. Beri lingkungan yang mengetahui
berkurang atau hilang. terbuka agar pasien perasaan pasien
Kriteria hasil : merasa aman untuk saat ini
1. Pasien mendiskusikan perasaan 2. Lingkungan yang
mengungkapkan atau menolak untuk terbuka dapat
perasaan cemasnya bicara meningkatkan rasa
hilang atau 3. Berbicara dengan terbuka pasien
berkurang perlahan dan berikan pada perawat
2. Terciptanya sentuhan terapeutik 3. Berbicara perlahan
lingkungan yang 4. Bantu pasien atau orang dan sentuhan
aman dan nyaman terdekat dalam terapeutik dapat
bagi pasien mengenali dan meningkatkan rasa
3. Pasien tampak rileks, mengklarifikasi rasa percaya pasien
senang karena takut. pada perawat
mendapat perhatian 5. Fasilitasi pasien untuk
mendapatkan informasi
NO PERENCANAAN
TUJUAN
DX INTERVENSI RASIONAL
4. Pasien mendapat yang dibutuhkan oleh 4. Orang terdekat
informasi yang pasien dari dokter dapat mengkaji
akurat tentang 6. Ajarkan teknik napas perasaan pasien
penyakit dan dalam atau terapi 5. Informasi dari
kondisinya komplementer lainnya dokter dapat
5. Pasien mendapat (musik, murotal, dzikir, menurunkan rasa
dukungan dan dll) untuk mengurangi cemas pasien
perhatian dari orang rasa cemas 6. Nafas dalam dapat
terdekat / keluarga menurunkan
6. Pasien kecemasan pada
mengungkapkan pasien
lebih tenang
5 Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi 1. Pengkajian awal
tindakan keperawatan makanan dapat
selama 3 x 24 jam, status 2. Kolaborasi dengan ahli mempermudah
nutrisi pasien gizi untuk menentukan intervensi
dipertahankan untuk jumlah kalori dan nutrisi selanjutnya
memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan pasien 2. Kolaborasi dengan
tubuh kriteria hasil : 3. Anjurkan pasien untuk ahli gizi dapat
1. Pasien meningkatakan mengetahui
menghabiskan makanan yang banyak kebutuhan nutrisi
makanan yang telah mengandung zat besi pasien tiap harinya
disediakan oleh 4. Anjurkan pasien untuk 3. Zat besi dapat
rumah sakit meningkatkan protein meningkatkan sel
2. Berat badan pasien dan vitamin C darah pasien
dalam batas normal 5. Anjurkan pasien makan 4. Vitamin C dapat
sesuai TB saat makanan masih meningkatkan
3. Tidak terjadi hangat daya tahan tubuh
penurunan BB yang 6. Berikan informasi pasien
berarti tentang nutrisi yang 5. Makanan hangat
4. Konjungtiva tidak dibutuhkan dapat
anemis 7. Kolaborasi dengan meningkatkan
5. Nilai Hb dalam batas dokter untuk nafsu makan klien
normal memberikan anti emetik 6. Informasi yang
untuk mengurangi mual cukup dapat
dan muntah (jika meningkatkan
diperlukan) pengetahuan
8. Pantau BB pasien setiap pasien
hari 7. Kolaborasi dengan
9. Monitor nilai Hb dan Ht dokter untuk
10. Monitor intake dan pemberian anti
output emetic dapat
mengurangi mual
muntah pada
pasien
8. Pantau BB tiap hari
dapat mengetahui
status nutrisi
pasien
NO PERENCANAAN
TUJUAN
DX INTERVENSI RASIONAL
9. Monitor Hb dan Ht
dapat mengetahui
keadaan pasien
10. Monitor intake
output dapat
mengetahui
kondisi pasien

5. Implementasi
Melakukan semua tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan yang telah dibuat kemudian mendokumentasikannya dengan fomat
seperti berikut ini:
NO TANGGAL / IMPLEMENTASI RESPON PARAF
DX JAM

6. Evaluasi (SOAP)
Evaluasi setiap tindakan yang dilakukan kepada pasien dari masing-masing
diagnosa keperawatan dan catat menggunakan SOAP (Subjektif, Objektif, Analisis,
Planning) dengan format seperti berikut ini :
NO DX TANGGAL / EVALUASI PARAF
JAM

S:
O:
A:
P:
DAFTAR PUSTAKA

Arends J. ESPEN Guidelines: nutrition support in Cancer. 36 Th ESPEN Congress


2014
Baugman, Diane. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku Untuk Brunner
dan Suddarth. Jakarta :EGC
Bloss JD, Blessing JA, Behrens BC, Mannel RS, Rader JS, Sood AK,Markman M,
Benda J. Randomized Trial of Cisplatin and Ifosfamide With or Without
Bleomycin in Squamous Carcinoma of the Cervix: A Gynecologic Oncology
Group Study. J Clin Oncol 20:1832-1837.
Bulechek, G. M., Butcher, H.,Dochterman, J., & Wagner C. (2016). Nursing
Intervention Classification (NIC). Edisi 6 dalam bahasa Indonesia. Indonesia:
CV. Mocomedia.
Caderholm T, Bosaeus I, Barrazoni R, Bauer J, Van Gossum A, Slek S, et al. 2015.
Diagnostic criteriafor malnutrition- An ESPEN consensus statement. Clin
Nutr34:335-40
Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan : definisi dan klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC.
Lutringer-Magnin D,Kalecinski J, Cropet C, Barone G, Ronin V, Regnier V ET AL.
2013. Prevention sexually transmitted infections among girls and young
women in relation to their HPV vaccination status. Eur J Pubic Health.
Mandic A. 2012. Primary prevention of cervical cancer: prophylactic human
papillomavirusvaccines. J BUON. Official journal of the Balkan Union of
Oncology. 17 (3):422-7.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson E. (2016). Nursing Outcome
Classification (NOC). Edisi 5 dalam bahasa Indonesia. Indonesia : CV.
Mocomedia.

Nho J, Reul Kim S, Soon Kwon Y.2014. Depression and appetite: predictors of m
alnutrition ingynecologic cancer. Support Care Cancer 2014;22:3081 – 88
Cancer Cachexia Hub. About cancer cachexia [Internet]. Diakses dari
http://www.cancercachexia.com/about-cancer-cachexia
Nuhonni SA, Indriani, et al. 2014.Panduan Pelayanan Klinis Kedokteran Fisik da
n Rehabilitasi : Disabilitas pada Kanker. Jakarta : Perdosri p. 9-17,47-56
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC, Jilid 1. Yogyakarta :
Mediaction
Ravasco P, Monteiro-Grillo I, Camilo M. 2012. Individualized nutrition
intervention is of major benefit of colorectal cancer patients: long-
term follow-up of randomized controlled trial ofnutritional therapy. Am J
Clin Nutr;96: 1346 – 53.
Ruiz GV, Lopez-Briz E, Corbonell Sanchis R, Gonzavez Parales JL, Bort-Marti S.
2013. Megesterolacetate for treatment of cancer-cachexia syndrome (review).
The Cochrane Library issue3
Sarwono, Wiknjosatro hanifa. 2011. Pengantar Ilmu Kandungan, edisi 3. Yayasan
Pustaka
Tulaar ABM, Nuhonni SA, Wahyuni LK, et al. 2015. Pedoman Pelayanan
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi pada Disabilitas. Jakarta : Perdosri
Wahyuni LK, Tulaar ABM. 2014. Pedoman Standar Pengelolaan Disabilitas
Berdasarkan Kewenangan Pemberi Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Perdosri.
p.5-54,148-50
Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myoma, Kanker Rahim/Leher Rahim dan
Indung Telur Serta Gangguan Lainnya. Jakarta : Pustaka Populer Obor

Anda mungkin juga menyukai