Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

H DENGAN
POST CRANIEKTOMY EVAKUASI DUE TO MODERAT HEAD
INJURY, EDH AT FRONTOTEMPORO SINISTRA AND BONE
DISCONTINUITY AT LEFT CLAVICLE MIDDLE THIRD
COMMINUTED DISPLACED
DI RUANG KEMUNING LANTAI 2B (BEDAH SYARAF)
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners XXXV


Stase Keperawatan Medikal Bedah

RIA NURIANA RAHAYU


220112170563

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXV
BANDUNG
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN
POST CRANIEKTOMY EVAKUASI DUE TO MODERAT HEAD
INJURY, EDH AT FRONTOTEMPORO SINISTRA AND BONE
DISCONTINUITY AT LEFT CLAVICLE MIDDLE THIRD
COMMINUTED DISPLACED
DI RUANG KEMUNING LANTAI 2B (BEDAH SYARAF)
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

I. PENGKAJIAN ANAK
1. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
a. Identitas Klien
Nama : Tn. H
Tanggal Lahir : 11 Februari 1987
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Alamat : Kp. Sentra kec. Patokbeusi Subang
Diagnosa Medis : Post Craniektomy Evakuasi Due To
Moderat Head Injury And Epidural
Hematoma At Frontotemporo Sinistra
Tanggal Dikaji : 13 April 2018
Tanggal Masuk RS : 11 April 2018
No. Medrec : 0001679065
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Usia : 29 th
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan klien : Istri

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Nyeri
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
6 jam sebelum masuk rumah sakit, klien mengalami kecelakaan
motor tunggal didaerah tempat tinggalnya. Motor yang dikendarai
klien melaju dengan kecepatan sedang dan melewati jalan berlubang
lalu klien terlempar dengan kepala membentur aspal jalan terlebih
dahulu. Klien langsung dibawa ke RS terdekat dan mendapat
penangangan. Menurut keluarga berdasarkan cerita warga sekitar yang
menyaksikam kejadian, klien tidak memakai helm, pingsan, adanyah
muntah darah, perdarahan telinga (otorrthea), dan perdarahan hidung.
Di RS tersebut dilakukan CT Scan kepala non kontras dan Rontgen
Thorax, kemudian klien di rujuk ke RSHS. Klien mengatakan tidak
mengingat kronologis kejadian kecelakaan.
Klien mengeluh nyeri pada bagian clavicula sebelah kiri,
keluhan dirasakan semakin parah ketika klien bergerak, dan berkurang
ketika diistirahatkan. Nyeri dirasakan nyut-nyutan, skala nyeri 5
(Comparative Pain Scale 0 – 10), nyeri dirasakan menetap.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga memiliki riwayat penyakit Hipertensi, tidak memiliki
riwayat DM.
d. Riwayat psikososial spiritual
Kondisi klien dalam keadaan sadar namun pasien mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi, klien mengeluh ada masalah di fungsi
pendengaran sehingga ketika mengobrol harus menggunakan nada
suara yang cukup keras. Aktivitas ibadah klien terhenti pada saat
masuk ke rumah sakit. Dukungan keluarga kepada pasien baik, hal ini
ditunjukkan dengan keluarga bergantian dalam menjaga pasien setiap
hari.
Klien dan Keluarga klien mengatakan takut dan cemas terkait
kondisi patah tulang pada aera clavicula, klien terus berulang kali
mengatakan takut jika bahunya tidak bisa sembuh, tidak bisa kembali
seperti semula dan bertanya kepada perawat apakah kondisi bahunya
bisa sembuah atau tidak. Keluarga klien mempasrahkan semuanya.
e. Riwayat ADL (makan, minum, eliminasi, tidur, aktifitas)
Aktivitas Sebelum di RS Selama di RS
a. Makan dan - Frekuensi makan 3x - Frekuensi makan 3x
Minum sehari, 1 porsi dengan sehari, 2-3 sendok yang
jenis makanan Nasi dimakan (Menu
putih, lauk pauk dan makanan gizi
sayuran. seimbang)

- Minum Air Putih ± 2 - Minum Air Putih ± 1,5


L habis, dan Kopi 2 L habis.
hari sekali.
b. Eliminasi - BAB 2 hari sekali di - Menggunakan diapers,
BAB dan Toilet, konsistensi belum BAB semenjak
BAK Lembek, warna masuk RS.
kuning kecoklatan

- BAK ± 3-5 kali - Menggunakan diapers,


sehari, berwarna BAK ± 5 - 6 kali
kuning jernih. sehari. (2x sehari
mengganti diapers)
c. Personal Mandi dan gosok gigi 2 Semenjak di RS, Klien di
hyigiene kali sehari, keramas wash lap dengan tisu basah
setiap hari. Mengunting sehari sekali, belum
kuku ketika kuku sudah pernah keramas, belum
panjang. pernah sikat gigi, dan
gunting kuku. Kondisi
kuku kotor dan panjang.
d. Istirahat dan 5 – 6 jam Pukul 09.00 malam
tidur biasanya sudah tidur,
terkadang di malam hari
terbangun karena rasa sakit
Aktivitas Sebelum di RS Selama di RS
di bagian bahu yang
terdapat patah tulang.
Klien tidur siang 1 – 2
jam.
e. Aktivitas Mandiri Semenjak masuk rumah
sakit, klien banyak
menghabiskan waktunya
untuk bedrest.
Dibantu sebagian.

MANDIRI KETERGANTUNGAN
(1 POIN) (O POIN)
AKTIFITAS Tidak perlu supervise, Memerlukan supervise, Skor
arahan, atau bantuan arahan, bantuan personal
personal atau asuhan penuh
 Mandiri secara penuh  Perlu bantuan mandi
 Memerlukan pada lebih dari 1 bagian
bantuan hanya pada tubuh
satu bagian tubuh,  Bantuan saat masuk dan
MANDI 1
missal: punggung, keluar kamar mandi atau
area genital atau shower
ekstremitas yang  Mandi dilakukan oleh
terkena orang lain
 Dapat mengambil  Perlu bantuan memakai
pakaian dari lemari baju sendiri
baju dan laci  Perlu bantuan dipakaikan
MEMAKAI  Memakai baju dan baju secara komplit
0
BAJU pakaian lain secara
lengkap
 Memerlukan bantuan
mengikat tali sepatu
 Dapat pergi ke kamar  Perlu bantuan penuh
kecil untuk berpindah ke toilet
 Dapat naik dan turun  Dapat membersihkan diri
dari toilet  Memerlukan pispot
TOILETING  Dapat merapihkan atau popok 0
baju
 Dapat membersihkan
area genital tanpa
dibantu
BERPINDAH  Dapat berpindah dari  Memerlukan bantuan 0
TEMPAT dan ke tempat tidur berpindah dari tempat
atau kursi tanpa tidur atau kursi
bantuan  Memerlukan bantuan
berpindah secara penuh
 Dapat  Inkontinensia BAB atau
mengendalikan dan BAK sebagian atau total
KONTINENS menahan rasa ingin
1
IA buang air kecil
(BAK) dan buang air
besar (BAB)
 Dapat mengambil  Memerlukan bantuan
makanan dari piring ke sebagian atau total saat
mulut tanpa bantuan proses makan
MAKAN 0
 Persiapan makan dapat  Memerlukan metode
dilakukan oleh orang parenteral
lain

Total skor 2

Definii  6 = Pasien Mandiri


resiko : 4 = Pasien Ketergantungan Sedang
 0 = Pasien Sangat Tergantung
*Lakukan bantuan ADL sesuai dengan tingkat ketergantungan

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
1) Penampilan : terlihat lemah
2) Kesadaran : Kompos mentis (GCS : 15)
b. Pemeriksaan TTV
1) Tekanan Darah : 120/80 mmHg
2) HR : 98 x/menit
3) RR : 22 x/menit
4) Suhu : 370 C
c. Atropometri
Sebelum masuk RS
BB : 80 kg
TB : 170 cm
IMT : 27,68 (Gizi Lebih)

BBI : (TB – 100) – 10%(TB -100)


: (170 – 100) – 10%(70)
: 70 – 7
: 63
Kebutuhan Nutrisi :
Harris Benedict (Pria) : 66,5 + (13,8 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x Usia)
: 66,5 + (13,8 x 80) + (5 x 170) – (6,8 x 31)
: 66,5 + 1104 + 850 – 210.8
: 1809,7 Kkal
Total Kebutuhan Energi : REE x f. Aktivitas x f.stress
: 1809,7 x 1,2 x 1,35
: 2931,7 Kkal/hari
Keb KH 60 – 70% : 1759 gr – 2052,1 gr / hari
Keb Protein 10 – 15% : 293,17 gr – 439,75 gr / hari
Keb Lemak 10 – 25% : 293,17 gr – 732,9 gr / hari

Note : REE (Resting Energy Expenditure) yaitu jumlah energi yang


dibutuhkan untuk mempetahankan fungsi tubuh.
Harris Benedict : digunakan untuk mengukur energi seseorang yang
memiliki IMT dengan status gizi berlebih.
Standar IMT
<16 Malnutrisi
17 – 19 Berat Badan Kurang
20 – 25 Normal
26 – 30 Berat Badan Lebih
31 – 40 Kegemukan sedang sampai berat
>40 Kegemukan yang tidak wajar
Kebutuhan Cairan :
Berdasarkan BB (80 Kg)
BB 10kg pertama : 1000 ml
BB 10 kg kedua : 500 ml
BB sisa : 20 ml x 60kg = 1200 ml
Total : 2700 ml / hari
d. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala dan Leher
Rambut : bentuk kepala simetris, terdapat luka post op
dibagian kiri tetutup perban., terdapat drainage.
Mata : bentuk mata simetris, tidak ada ikterik.
Hidung : bentuk hidung simetris, tidak ada deformitas tulang
hidung, pernapasan cuping hidung (-),
perdarahan(-), pembengkakn (-).
Telinga : bentuk telingan simetris, fungsi pendengaran
bagian kiri menurun, terdapat darah mengering di
bagian luar telinga kiri, tidak ada nyeri tekan dan
tidak ada lesi
Mulut : bentuk simetris, bibir kering, refleks menelan (+),
refleks mengunyah (+)
Leher : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada bengkak.
2) Dada
Tidak ada penggunaan otot napas tambahan, suara napas bersih,
3) Abdomen
Abdomen : abdomen datar, tidak ada benjolan, tidak ada lesi, tidak
ada nyeri tekan, bising usus 5x/menit.
4) Ekstremitas
Ekstremitas Atas : bentuk asimetris, CRT < 2 detik, akral tangan
hangat, terpasang IV line pada tangan sebelah kanan, terpasang
arm sling di tangan sebelah kiri. Terdapat lebam di area middle
clavicula. Kekuatan Otot 5/sulit terkaji
Esktremitas Bawah : bentuk simetris, CRT <2 detik, akral hangat,
terdapat luka lecet akibat gesekan di kaki sebelah kiri, kondisi luka
sudah kering. Kekuatan Otot 4/4.
5) Pemeriksaan 12 Syaraf Cranial
a) N. I (olfaktorius)
Dapat mencium bau makanan, dapat membedakan bau
b) N. II (optikus)
Fungsi penglihatan baik, refleks cahaya (+), lapang pandang
(+)
c) N.III (okulomotor), N. IV (throclearis), N. VI (abdusen)
Mata pasien mampu mengikuti arah gerak tangan ke segala
arah, kelopak mata mampu dikedipkan, pupil isokor,
d) N. V (trigeminus)
Fungsi mengunyah normal, sensorik baik dapat menunjukan
area yang diberikan rangsangan. Refleks baik.
e) N. VII (Facialis)
Klien dapat mengangkat kedua alis mata, tersenyum dengan
memperlihatkan gigi, wajah simteris, pengecapan baik.
f) N.VIII (Auditorius)
Pemeriksaan detik arloji dan gesekan jari, telinga kiri jaraknya
lebih pendek dalam mendengarkan bunyi yang dihasilkan.
Terjadi penurunan pendengaran disebelah kiri
g) N.IX (glosopharingeal), N.X (vagus)
Refleks menelan baik
h) N. XI (accecorius)
Tidak terkaji
i) N. XII (Hypoglosal)
Klien mampu menjulurkan lidah, menggerakkannya ke segala
arah.
6) Pemeriksaan Resiko Jatuh
Skala Morse (Morse Fall Scale/MFS)

NO Risiko Nilai Skor


1 Riwayat jatuh, yang baru atau dalam Tidak 0 0
bulan terakhir Ya 25
2 Diagnos Medis Sekunder > 1 Tidak 0 0
Ya 25
3 Alat Bantu Jalan :
- Bed Rest / dibantu perawat 0
- Penopang, tongkat/walker 15 0
- Furniture 30
4 Memakai terapi heparin lock/ IV Tidak 0 20
Ya 20
NO Risiko Nilai Skor
5 Cara berjalan / berpindah
- Normal/ bed rest/ immobilisasi 0
- Lemah 15 10
- Terganggu 20
6 Status Mental :
- Orientasi sesuai kemampuan diri 0 0
- Lupa keterbatasan diri 15
Total Score 30
Interpretasi : Skor risiko jatuh berkisar 0 -125
Skor 0 – 24 = Tidak berisiko Skor ≥ 46 = Risiko tinggi
Skor 25 – 45 = Risiko rendah – sedang
7) Pemeriksaan Resiko Dekubitus
Skala Braden : Untuk mengidentifikasi risiko tinggi-rendahnya
kemungkinan untuk terjadi dekubitus dan segera melakukan tindakan
pencegahan. Skala ini menurut tenaga profesinal keperawatan
dianggap memiliki efektifitas yang tinggi dalam menentukan risiko
terjadinya dekubitus.

1 2 3 4 Skor
PERSEPSI Keterbatasn Sangat Keterbatas Tidak ada 3
SENORI penuh terbatas an ringan keterbatasan
KELEMBAPA Lembab Sangat Kadang- Tidak ada 3
N terus Lembab kadang lembab
menerus lembab
AKTIVITAS Di tempat Diatas kursi Kadang- Sering 1
tidur kadang berjalan
berjalan
MOBILISASI Tidak dapat Pergerakan Keterbatas Tidak ada 3
bergerak sangat an ringan keterbatasan
terbatas
STATUS Sangat Tidak Adekuat Baik sekali 3
NUTRISI buruk adekuat
FRIKSI/ Bermasalah Potensi Tidak ada 3
GESEKAN Masalah masalah
Total Score 16
1 2 3 4 Skor
Definisi Risiko : < 10 = risiko sangat tinggi 10 – 12 = risiko
tinggi
13 – 14 = risiko sedang 15 – 18 = berisiko
<19 = risiko rendah/tidak berisiko

4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tanggal 11 Januari 2018
a. Pemeriksaan CT Scan Tidak Terkaji
b. Pemeriksaan Rontgen Thorak Dada
c. Xray
Kesan : Bone Discontinuity at left clavicle middle third comminuted
displaced allner group I ( terputusnya tulang di tulang klavikula
tengah dimana tulang patah menjadi beberapa bagian)
d. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Flag Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi
Hematologi 8 Parameter
Hemoglobin L 10,7 g/dl 14 – 17,4
Hematokrit L 31,6 % 41,5 – 50,4
Leukosit H 12,65 10ribu /uL 4,5 – 11,0
Eritrosit L 3,75 Juta/uL 4,4 – 6,0
Trombosit 182 Ribu/uL 150 – 450
Indeks Eritrosit
MCV 84,3 fL 80 – 96
MCH 28,5 Pg 27,5 – 33,2
MCHC 33,9 % 33,4 – 35.5
Prothrombin Time/ PT
PT 11.30 Detik 9,1 – 13,1
INR 1.04 0,8 – 1,2
APTT (Pemeriksaan untuk melihat waktu pembekuan darah)
APTT 26.20 Detik 21 – 41
5. TERAPI
Terapi Kegunaan
IV Line NACL 1500cc/24 jam Pemberian sejumlah cairan kedalam
tubuh untuk menggantikan
kehilangan cairan atau zat zat nutrisi
dari tubuh.
Pemberian 02 6 Liter nasal kanul Keb. Oksigen :
V.t x RR x 20%
(5 – 8 x BB) x 22 x 20 - 40% 640 x
22 x 20 - 40%
2,8 L – 5,6 L
Dibulatkan menjadi 6 L
Note : 20-40% (Fi02 Nasal kanul)

Bertujuan untuk meningkatkan


jumlah penyerapan oksigen oleh
paru-paru.
Melalui pemberian O2 diharapkan
pasien akan muncul output berupa
peningkatan energi, peningkatan
kualitas tidur, hidup yang lebih baik.

Pada klien dengan trauma kepala,


kekurangan oksigen akan
menyebabkan terjadinya
metabolisme anaerob, sehingga akan
terjadi metabolisme asam laktat
sebagai sisa metabolisme.
Peninggian asam laktat di otakakan
menyebabkan terjadinya asidosi
laktat, sehingga akn terjadi edema
otak dan peningkatan TTIK.
Ceftriaxone 1 gr vial (2 x 1) IV Termasuk golongan atibiotik
sefalosporin, digunakan untuk
mengatasi berbagai infeksi bakteri.
Ketorolax 30 gr (2x 1) IV Salah satu jenis obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAIDs) yang biasanya
digunakan untuk meredakan
peradangan dan rasa nyeri setelah
operasi
Ranitidin 50 gr (2 x 1) IV Termasuk ke dalam golongan obat
H2 histamin bloker. Obat untuk
mengurangi jumlah asam labung
dalam perut.
Kalnex 500 mg (3 x 1) IV Kalnex termasuk golongan obat
tranexamic acid merupakan agen
antifibrinolytic. Berfungsi untuk
menghalangi pemecahan bekuan
darah sehingga dapat mencegah atau
membantu menghentikan
perdarahan.
Vit K (3x1) IV Vit. K (Koagulasi) jenis vitamin
yang larut dalam lemak. Fungsi
utamany adalah membantu proses
pembekuan darah untuk
menghentikan perdarahan.
6. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS: Faktor Pencetus : Kecelakaan Nyeri akut
- Klien mengeluh nyeri pada bagian tunggal
clavicula sebelah kiri, keluhan ↓
dirasakan semakin parah ketika klien Benturan di area klavikula sinistra
bergerak, dan berkurang ketika ↓
diistirahatkan. Nyeri dirasakan nyut- Fraktur
nyutan, skala nyeri 5 (Comparative ↓
Pain Scale 0 – 10), nyeri dirasakan Pergeseran fragmen tulang
menetap. ↓
Kerusakan / Cedera sel
DO: ↓
- HR: 98x/m, RR: 22x/m Pelepasan histamin, bradikinin, di
- Klien terpasang arm sling nosiseptor
- Klien terlihat meringis ↓
- Klien terlihat cemas Impuls saraf menyebar di sepanjang
- Hasil pemeriksaan Xray serabut saraf perifer aferen
Kesan : Bone Discontinuity at left ↓
clavicle middle third comminuted Serabut A & C melokalisir sumber
displaced allner group I nyeri dan mendeteksi intesitas nyeri
- Terdapat lebam di area klavikula ↓
sinistra Nyeri akut
Data Etiologi Masalah
DS : Trauma Kepala Gangguan Mobilitas Fisik di
- Klien mengeluh lemas ↓ tempat tidur
- Klien mengatakan tidak kuat untuk Terputusnya kontinuitas jar. Kulit,
duduk, hanya bisa berbaring. Jika otot dan vaskuler
dipaksakan terasa pusing ↓
Peningkatan suplai darah ke area
DO : trauma
- Kekuatan Otot (4/4) ↓
- Klien terlihat lemah Perubahan sirkulasi CSS

Aliran darah ke otak ↓

Gg. Perfusi Jaringan Serebral

Kerusakan hemisfer motorik

Penurunan kekuatan dan tahanan otot

Gg. Mobilitas Fisik
DS : Fraktur middle clavicula Deficit Knowlegde
- Klien mengatakan takut jika area ↓
bahunya tidak bisa kembali seperti Adanya Tindakan Operasi
sedia kala (Immobilisasi) terpasang arm sling
- Keluarga klien mengatakan tidak terlalu ↓
Data Etiologi Masalah
mengerti terkait penyembuhan luka Kurang terpapar informasi, terkait
patah tulang penyembuhan luka

DO : Kurang Pengetahuan
- Klien terlihat berurang kali terus ↓
menerus menanyakan terkait luka patah Cemas, takut
tulangnya
DS : Nyeri dan pusing bila bergerak, Defisit Perawatan Diri
- Klien mengatakan nyeri di area bahu, adanya kelemahan
kadang kadang disertai pusing kepala ↓
bila banyak pergerakan Tidak mampu memenuhi kebutuhan
secara mandiri

DO : ADL dibantu
- Tampak meringis jika banyak
pergerakan
- Kebutuhan sehari-hari (mandi,
berpakaian, toileting, makan,
berpindah) dibantu keluarga
- Kekuatan otot ekstremitas bawah 4/4
- Klien terlihat menggaruk area badan
- Kuku klien terlihat panjang dan kotor
DS : - Trauma kepala Resiko Peningkatan Tekanan
DO : ↓ Intra Cranial
Data Etiologi Masalah
- Posisi Head of bed 30 derajat Terputusnya kontinuitas jar, kulit,
- Pemberian Cairan ( IV line Nacl o,9% otot dan vaskuler
1500/24jam) ↓
- Pemberian oksigen 6 liter Peningkatan suplai darah ke area
trauma

Perubahan sirkulasi CSS

TTIK
- Kejang
- Tachicardia
- Muntah Proyektil
- Sakit kepala yang
hebat
- MAP memanjang
DS : Kerusakan hemisfer motorik Resiko luka tekan
DO : ↓
- Klien tirah baring lama Penurunan kekuatan dan tahanan otot
- Aktivitas klien semua di lakukan di ↓
tempat tidur Tirah baring lama
- Braden scale : 16 (beresiko) ↓
Resiko Kerusakan Integritas Kulit
DS : Kerusakan hemisfer motorik Resiko Jatuh
DO : ↓
Data Etiologi Masalah
- Klien terlihat lemah Penurunan kekuatan dan tahanan otot
- Aktivitas pergerakan di bantu ↓
keluarga Resiko Jatuh
- Pemeriksaan Resiko Jatuh : Skala
Morse (Morse Fall Scale/MFS) = 30
(resiko rendah-sedang)

DS : Trauma kepala Risiko Infeksi


DO : ↓
- Adanya luka terbuka di area kepala Adanya luka terbuka (Post op)

Kuman pathogen masuk, port de
entry

Risiko Infeksi

7. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya agen cedera fisik : Fraktur clavikula
b. Gangguan Mobilitas Fisik di tempat tidur berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
c. Deficit Knowlegde berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
d. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan
e. Resiko Peningkatan Tekanan Intra Cranial
f. Resiko luka tekan berhubungan dengan faktor mekanik : tirah baring lama, immobilitas fisik
g. Resiko Jatuh berhubungan dengan adanya penurunan kekuatan otot ekstremitas bawah
h. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka terbuka

8. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama : Tn. H Ruangan : Kemuning 2B
Usia : 31 tahun Nama Mahasiswa : Ria Nuriana
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut: dengan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri :
adanya agen cedera tindakan keperawatan
fisik : Fraktur selama 3x24 jam, 1. Kaji skala, lakukan pengkajian 1. Skala nyeri perlu diketahui
clavikula nyeri pasien dapat nyeri yang komprehensif untuk menentukan intervensi
DS: teratasi dengan meliputi lokasi, karakteristik, yang diperlukan. Untuk nyeri
- Klien mengeluh kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas, ringan diberikan intervensi non
nyeri pada - Skala nyeri intesnsitas, dan faktor farmakologi dan untuk nyeri
bagian clavicula berkurang pencetus. sedang dan berat diberikan
sebelah kiri, - Tidak ada gangguan intervensi farmakologi. Skala
keluhan tidur dari pasien nyeri klien 5 (0-10), diperlukan
dirasakan terkait nyeri kolaborasi pemberian terapi anti
semakin parah - Luka teratasi tanpa nyeri yang berkekuatan sedang,
ketika klien menimbulkan tanda seperti ketorolac dan tramadol.
bergerak, dan infeksi
berkurang - TTV dalam batas 2. Teknik pursed lips breathing
ketika normal 2. Ajarkan teknik distraksi nyeri: dapat merelaksasi otot juga
diistirahatkan. pursed lips breathing pembuluh darah yang
Nyeri dirasakan mengalami kontraksi, sehingga
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
nyut-nyutan, aliran darah kaya akan nutrisi
skala nyeri 5 dan oksigen bisa sampai ke
(Comparative daerah tulang dan jaringan yang
Pain Scale 0 – 3. Posisikan klien dengan terluka.
10), nyeri nyaman
dirasakan 3. Posisi yang nyaman dapat
menetap. mencegah terjadinya
peningkatan skala nyeri
DO: 4. Istirahatkan klien
- HR: 98x/m, 4. Rasa nyeri klien bisa berkurang.
RR: 22x/m Istirahat akan membantu
- Klien memaksimalkan energi klien
terpasang arm untuk menyelesaikan proses
sling peradangan sehingga jaringan
- Klien terlihat disekitar tulang yang patah
meringis 5. Monitoring TTV (TD, HR, terjadi cepat namun maksimal,
- Klien terlihat RR, suhu, nyeri) pasien sehingga penyembuhan berjalan
cemas maksimal.
- Hasil
pemeriksaan 5. TTV pada pasien yang
Xray 6. Imobilisasi bahu pasien mengalami nyeri akan
Kesan : Bone mengalami peningkatan.
Discontinuity Peningkatan terjadi pada
at left clavicle tekanan darah, denyut nadi
middle third menjadi lebih cepat, dan
comminuted respirasi juga menjadi lebih
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
displaced cepat.
allner group I
- Terdapat 6. Prinsip penanganan fraktur
lebam di area adalah 4R, Recognition,
klavikula Reduction, Retention, dan
sinistra Rehabilitation. Imobilisasi
7. Lakukan perawatan luka masuk pada fase recognition dan
retention. Ketika telah diketahui
terjadi fraktur, ekstremitas harus
dibidai atau diimobilisasi agar
tetap berada pada posisi
8. Kolaborasi pemberian anatomisnya, dan tulang tidak
antinyeri. Kolaborasi: menciderai pembuluh darah dan
ketorolac 2 ampul dalam RL saraf. Karena jika tidak
500cc/ 24 jam diimoilisasi, pergeseran tulang
yang mengalami fraktur akan
lebih besar dan penyembuhan
akan lebih sulit. Tambah sulit
jika patahan tulang sampai
menciderai saraf dan pembuluh
darah.

7. Perawatan luka yang baik


dengan frekuensi minimal
1x/hari akan mencegah
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
terjadinya infeksi sehingga
dapat meringankan rasa nyeri
yang dialami pasien.

8. Ketorolac merupakan obat


golongan NSAID yang
berfungsi memblok produksi
substansi kimia peradangan
seperti prostaglandin, histamin,
dan bradikinin yang dapat
menimbulkan nyeri.
2 Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan 1. Monitoring tanda – tanda 1. Perubahan tanda-tanda vital
Fisik di tempat tidur tindakan keperawatan vital sebelum dan sesudah setelah mobilisai merupakan
berhubungan dengan 3x4 jam : mobilisasi indikator adanya kelelahan ,
penurunan kekuatan - Pergerakan sendi gangguan kardiovaskular atau
otot aktif pernapasan.
DS : - Mobility level 2. Ajarkan pasien teknik
- Klien mengeluh - Self care: ADL, ambulasi 2. Teknik ambulasi yang benar
lemas transfer perlu diterapkan agar pasien
- Klien performance tetap dapat melakukan
mengatakan Dengan kriteria hasil: mobilisasi sesuai dengan
tidak kuat untuk - Klien meningkat 3. Kaji kemampuan pasien kemampuan.
duduk, hanya dalam aktifitas fisik dalam mobilisaisi
bisa berbaring. - Mengerti tujuan dan
Jika dipaksakan peningkatan 3. Pasien dengan hambatan
terasa pusing mobilitas 4. Latih pasien dalam mobilisasi perlu dibantu saat
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
- Memverbalisasikan pemenuhan ADL secara mobilisasi untuk mencegah
DO : perasaan dalam mandiri sesuai kemampuan terjadinya resiko jatuh.
- Kekuatan Otot meningkatkan
(4/4) kekuatan dan 4. Pasien dengan gangguan
- Klien terlihat kemampuan mobilitas fisik perlu di bantu
lemah berpindah 5. Dampingi dan bantu pasien dalam pemenuhan ADL agar
- Mempergerakan saat mobilisasi dan bantu tetap terpenuhi pemenuhan
penggunaan alat penuhi kebutuhan ADL KDM nya.
bantu untuk pasien
mobilisasi
6. Berikan alat bantu jika
pasien memerlukan.

7. Ajarkan pasien bagaimana


merubah posisi
3 Deficit Knowlegde Setelah dilakukan Berikan informasi tentang Waktu penyembuhan fraktur
berhubungan dengan tindakan klien dan
penyembuhan luka Fraktur : bervariasi secara individual dan
kurangnya terpapar keluarga dapat
informasi mengetahui mengenai a. Proses penyembuhan luka berhubungan dengan beberapa
informasi tentang
b. Faktor-faktor yang faktor penting pada klien mulai
DS : penyembuhan luka
- Klien fraktur, dengan mendukung penyembuhan dari usia, lokalisasi luka,
mengatakan takut kriteria:
luka imobilisasi juga nutrisi klien.
jika area bahunya - Keluarga dapat
tidak bisa mengetahui secara - Sehingga perlu diberikan untuk
kembali seperti garis besar tentang
memaksimalkan peran dan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
sedia kala penyembuhan luka support keluarga.
- Keluarga klien fraktur
mengatakan tidak - Keluarga dapat
terlalu mengerti mengetahui peran
terkait keluarga selama
penyembuhan penyembuhan luka
luka patah tulang fraktur
- Cemas dan takut
DO : klien dan keluarga
Klien terlihat berkurang bahkan
berulang kali terus hilang
menerus
menanyakan terkait
luka patah tulangnya
4 Defisit Perawatan Setelah dilakukan 1. Kaji ADL Klien.ADL mana 1. klien dengan fraktur bahu akan
Diri berhubungan tindakan keperawatan yang mampu dilakukan oleh terdapat masalah pada mobilisasi
dengan kelemahan selama 3x24 jam, Klien secara mandiri dan yang yang memerlukan pergerakan
DS : defisit perawatan diri perlu mendapatkan bantuan esktremitas atas sehingga perawat
- Klien pasien dapat teratasi baik sebagian atau total dari dapat memperkirakan mana ADL
mengatakan nyeri dengan kriteria hasil: keluarga maupun perawat yang perlu dibantu dan dapat
di area bahu, - Keluarga mampu dilakukan secara mandiri oleh
kadang kadang memfasilitasi pasien pasien.
disertai pusing dalam kegiatan
kepala bila perawatan diri 2. Bantu pemenuhan ADL dan 2. Asistensi dilakukan untuk
banyak - Pasien terbebas dari perawatan diri yang tidak menjaga imobilisasi pasien
pergerakan bau badan mampu dilakukan pasien sehingga penyembuhan tulang
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
secara mandiri bisa berjalan dengan baik dan
maksimal serta tidak
DO : menimbulkan komplikasi.
- Tampak meringis 3. Ajarkan keluarga untuk
jika banyak menyeka tubuh pasien 1-
pergerakan 2x/hari 3. Menyeka tubuh sama dengan
- Kebutuhan membersihkan tubuh bertujuan
sehari-hari menjaga agar kuman, bakteri
(mandi, tidak berdiam di tubuh. Kuman
berpakaian, atau bakteri yang berdiam di
toileting, makan, tubuh akan memperlama proses
berpindah) 4. Tempatkan barang disekitar penyembuhan karena bisa
dibantu keluarga atau jangkauan klien menimbulkan infeksi dan
- Kekuatan otot membuat energi tubuh terpakai
ekstremitas untuk membuat pertahanan dari
bawah 4/4 5. Identifikasi kebiasaan BAB kuman atau bakteri tersebut.
- Klien terlihat pasien, ajarkan pasien untuk
menggaruk area BAB di pispot 4. Barang yang letaknya dekat
badan dengan klien dapat
Kuku klien terlihat mempermudah klien dalam
panjang dan kotor melakukan pemenuhan ADL.
6. Berikan diet tinggi cairan,
tinggi serat, dan tinggi protein
5. Klien melakukan tirah baring
yang cukup lama. Komplikasi
tirah baring lama akan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
menyebabkan konstipasi. Pasien
7. Lakukan ambulasi dini harus diperkenalkan dengan
pispot agar pola BAB pasien tidak
terganggu.

6. Diet tinggi cairan dan tinggi serat


akan membuat konsistensi feses
pasien menjadi lebih lembut
sehingga lebih mudah untuk
dieliminasi. Diet tinggi protein
diberikan untuk mendukung
penyembuhan luka dan tulang.

7. Ambulasi dini akan membantu


pengembalian segala fungsi tubuh
setelah dilakukan anestesi. Selain
itu ambulasi dini juga akan
mempercepat penyembuhan luka
dan tulang serta meminimalisir
terjadinya komplikasi delayed
union, mal-union, dan non-union.
5 Resiko Peningkatan Setelah dalam 3x24 1. Kaji faktor penyebab dari 1. Diprioritaskan deteksi dini
Tekanan Intra jam tidak terjadi situasi atau keadaan individu untuk memprioritaskan
Cranial peningkatan TIK pada atau penyebab intervensi, mengkaji status
berhubungan klien. Dengan kriteria koma/penurunan perfusi neurologis atau tanda-tanda
dengan hasil : jaringan dan kemungkinan kegagalan untuk menentukan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
peningkatan cairan - Klien tidak gelisah penyebab peningkatan TIK perawatan kegawatan atau
serebrospinal - Tidak mengeluh tindakanperawatan
nyeri kepala, mual,
DS : - muntah 2. Monitor TTV tiap 4 jam 2. Suatu dikatakan normal jika
DO : - GCS 4,5,6 sirkulasi serebri terpelihara
- Posisi Head of - Tidak terdapat dengan baik atau fluktuasi
bed 30 derajat papiledema ditandai dengan TD sistemik,
- Pemberian Cairan - TTV dalam batas dengan meningkatnya tekanan
( IV line Nacl normal darah (diastolik) maka diikuti
o,9% dengan peningkatan tekanan
1500/24jam) darah inracranial.
- Pemberian
oksigen 6 liter 3. Monitor Suhu dan 3. Panas merupakan reflek dari
pengaturan suhu lingkungan hipotalamus. Peningkatan
kebutuhan metabolisme dan
O2 akan menunjang
peningkatan TIK (intracranial
pressure)
4. Pertahankan kepala atau
leher pada posisi yang netral, 4. Posisi kepala head up 30
Head of bed 30 derajat derajat meningkatkan venous
usahakan dengan sedikit return darah.
bantal. Hindari penggunaan
bantal yang tinggi pada
kepala
5. Tindakan yang terus menerus
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
5. Berikan periode istirahat dapat meningkatkan TIK dan
antara tindakan perawatan refleks rangsangan kumulatif
dan batasi lamanya prosedur
6. kekurangan oksigen akan
6. Pemberian Oksigen menyebabkan terjadinya
metabolisme anaerob,
sehingga akan terjadi
metabolisme asam laktat
sebagai sisa metabolisme.
Peninggian asam laktat di
otakakan menyebabkan
terjadinya asidosi laktat,
sehingga akn terjadi edema
otak dan peningkatan TTIK.
6 Resiko luka tekan Setelah dilakukan Pressure Management : 8.
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Anjurkan klien untuk
faktor mekanik : 3 x 24 jam luka tekan menggunakan pakaian yang
tirah baring lama, tidak terjadi dengan longgar
immobilitas fisik kriteria hasil : 2. Hindari kerutan pada tempat
DS : - Integritas kulit tidur
DO : yang baik bisa 3. Jaga kebersihan kulit agar
- Klien tirah dipertahankan tetap bersih dan kering
baring lama - Status nutrisi 4. Mobilisasi klien (mika-miki)
- Aktivitas klien adekuat 5. Monitor kulit akan adanya
semua di kemerahan
lakukan di 6. Oleskan lotion atau baby oil
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
tempat tidur pada daerah yang tertekan
Braden scale : 16 7. Monitor status nutrisi klien
(beresiko) 8. Memandikan klien dengan
sabun dan air hangat
9. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemberian tinggi
protein, mineral dan vitamin
10. Monitor serum albumin dan
trnasferin
7 Resiko Jatuh NOC 1. Identifikasi faktor-faktor 1. Mencegah terjadinya jatuh
berhubungan dengan - Risk control
yang dapat menyebabkan
adanya penurunan - Knowledge :
kekuatan otot Personal Safety jatuh
ekstremitas bawah Setelah dilakukan 2. Mencegah risiko jatuh yang
2. Identifikasi kebutuhan
DS : tindakan keperawatan dapat menyebabkan
DO : tidak terjadi jatuh keamanan klien, penambahan trauma
- Klien terlihat dengan Kriteria hasil :
berdasarkan tingkat fisik,
lemah - Klien terbebas dari
- Aktivitas resiko jatuh fungsi kognitif dan tingkah
pergerakan di - Klien mengetahui
laku
bantu keluarga tentang risiko jatuh
- Pemeriksaan - Klien mengetahui
Resiko Jatuh : strategi dan 3. Mencegah resiko jatuh
3. Bed plang selalu terpasang
Skala Morse menunjukkan sikap
(Morse Fall melindugi diri 4. Mencegah resiko jatuh
Scale/MFS) = sendiri.
4. Memodifikasi lingkungan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
30 (resiko (ciptakan lingkungan yang
rendah-sedang)
aman untuk klien)
5. Memudahkan klien menjangkau
peralatan yang dibutuhkan
5. Tempatkan furniture
diruangan dengan susunan
terbaik untuk akomodasi
ketidak mampuan klien dan
keluarga
8 Resiko infeksi Setelah tindakan 1. Pertahankan teknik aseptif 1. Pasien berisiko untuk
berhubungan 3x24 jam , mengalami infeksi akibat
dengan adanya diharapkan: adanya luka terbuka. Oleh
luka terbuka - Tidak terdapat karena itu diperlukan teknik
DS : tanda-tanda infeksi aseptif dalam melakukan
DO : - Ibu pasien dapat tindakan pada passien untuk
Adanya luka terbuka menerapkan mencegah adanya kontaminasi
di area kepala perilaku hygiene kuman. Salah satu bentuk dari
yang baik 2. Cuci tangan setiap sebelum teknik aseptif adalah dengan
- Status imunitas dan sesudah tindakan mencuci tangan sebelum
dalam keadaan baik keperawatan melakukan tindakan dan kontak
- Pengetahuan ibu dengan pasien.
tentang Control
infection baik. 2. Tanda-tanda vital merupakan
indikator utama dari kondisi
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
tubuh. Jika terdapat infeksi
3. Monitor adanya tanda maka tanda-tanda vital akan
gejala infeksi lokal ataupun mengalami perubahan terlebih
sistemik. dahulu. Oleh karena itu
4. Berikan edukasi kepada diperlukan untuk
keluarga pasien tentang cuci memperhatikan tanda-tanda
tangan yang benar. vital sebagai indikasi pertama
5. Penggantian balutan dengan dari adanya tanda infeksi secara
teknik aseptik sistemik.
6. Edukasi keluarga pasien
tentang faktor penyebab
timbulnya infeksi, 3. Mengganti balutan luka secara
pencegahan dan tanda rutin merupakan bentuk dari
gejala infeksi. pencegahan infeksi terutama
infeksi lokal.
9. CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. H Ruangan : Kemuning
2B
Usia : 31 tahun Nama Mahasiswa : Ria Nuriana

No Tgl/jam Implementasi Respon


1. 14-04-2018
Hasil identifikasi nyeri:
No. Dx 1 - Skala: 5
18.30 Melakukan identifikasi nyeri: - Lokasi: middle clavicula
skala, lokasi, frekuensi, pencetus - Frekuensi: Setiap bergerak
nyeri dan TTV - Nyeri berkurang ketika dalam
posisi berbaring yang nyaman.
- Pencetus: Ketika bergerak,
berpindah.
- TTV: 120/80mmHg
HR:98x/menit, RR: 22x/menit

08.40 Edukasi manajemen nyeri:


- Relaksasi dan distraksi - Pasien mengatakan dapat sedikit
- Kolaborasi pemberian mengurangi rasa nyeri dengan
ketorolax 2 amp di drip distraksi, namun nyeri semakin
dengan cairan Nacl 0,9% berkurang mendapatkan obat
500cc/24 jam antinyeri

No Dx 2 - Klien mengatakan nyaman


11.00 Melakukan ROM pasif dan aktif ketika dilakukan ROM Pasif.

11.15 No Dx 6
- Memastikan head of bed 30 Tidak ada tanda tanda TTIK
derajat
- Oksigenasi 6 liter
- Iv Line 1500/24 jam
2. 15-04-2018
15.00 No. Dx 1
Monitoring tanda-tanda vital - TD 130/70mmHg HR: 98x/menit,
Monitoring skala nyeri RR: 24x/menit
No Tgl/jam Implementasi Respon
- Skala nyeri : 4
15.15
- Tidak ada perubahan TTV yang
drastis saat pasien melakukan
No. Dx 2 dan 6
perubahan posisi
Membantu mobilisasi pasien
- Pasien hanya merubah posisi
untuk miring kanan dan kiri
terlentang dan miring kanan saja,
Melakukan ROM pasif dan aktif
karena terdapat arm string di bahu
ekstremitas bawah
18.15
sebelah kiri sehingga sulit untuk
di gerakkan.
- Pasien mengatakan nyaman
18.35
dengan posisi yang diberikan

Klien dan keluarga mengatakan


mengerti, ketakutan dan kecemasan
klien dan keluarga berkurang

No Dx 3
Memberikan edukasi terkait
proses penyembuhan fraktur dan
- Keluarga mengerti dengan
faktor faktor yang mempengaruhi
waktu penyembuhan informasi yang telah
disampaikan.
No. Dx 4 - Keluarga mengatakan klien
Memberikan edukasi tentang diseka menggunakan tisu basah
perawatan diri selama 1xsehari
hospitalisasi seperti mandi, - Klien tidak mau digunting kuku
keramas, oral hygiene, dan untuk meminimalisir
menjaga kebersihan kuku. pergerakan.

Tidak ada tanda-tanda TTIK


No Tgl/jam Implementasi Respon
No Dx 6
- Memastikan head of bed 30
derajat
- Oksigenasi 6 liter
- Iv Line 1500/24 jam

10. CATATAN PERKEMBANGAN/EVALUASI : SOAP


Nama : Tn. H Ruangan : Kemuning
2B
Usia : 31 tahun Nama Mahasiswa : Ria Nuriana
No
Tgl/jam Catatan Paraf
Dx
S: Klien mengeluh nyeri
O:
- Klien meringis saat nyeri dan lebih banyak diam dan
tidur
- Skala nyeri 5
A: Manajemen nyeri
P:
1 - Manajemen nyeri non pharmacologis
- Kolaborasi pemberian obat anti nyeri Ketorolax

I:
- Teknik distraki (Pursed lips breathing)
- Kolaborasi pemberian ketorolax
E: Nyeri berkurang, pasien dapat tidur setalah diberikan
obat.
2 S:
- Klien mengeluh nyeri saat dilakukan mobilisasi,
- Klien mengeluh lemas
O: Mobilisasi pasien dibantu
A: Bantu mobilisasi pasien untuk miring kanan dan
terlentang
P:
- Bantu pasien untuk mobilisasi dan ajarkan keluarga
teknik mobilisasi
- ROM aktif dan pasif
I:
- Membantu pasien untuk miring kanan dan terlentang
- ROM aktif dan pasif
E:
- Pasien tidak dapat miring ke kiri karena adanyanya
fraktir di bahu kiri
- Mobilitas di bantu sebagian
- Kekuatan otot ekstremitas bawah 4/4
S:
O:
- Klien dan keluarga terus berulang menanyakan terkait
penyembuhan fraktur
- Klien telihat cemas
3 A: edukasi tentang proses penyembuhan fraktur
P: Berikan informasi tentang penyembuhan fraktur
I: Memberikan informasi tentang penyembuhan fraktur dan
faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur
E: keluarga dan klien mengeti dengan informasi yang
telah disampaikan, kecemasan klien berkurang.
S:
O:
- Posisi head of bed 30 derajat
- Oksigenasi 6 Liter
A: Pemantauan resiko TTIK
P: monitor TTIK
6
I:
- Monitoring tanda tanda TTIK,
- Posisi head of bed 30 derajat
- Oksigenasi 6 Liter
- Pemberian cairan Nacl 0.9% 1500/24jam
E: Tidak ada tanda tanda TTIK

Daftar pustaka:

Annells, M., & Koch, T. (2003). Constipation and the preached trio: Diet, fluid
intake, exercise. International Journal of Nursing Studies, 40(8), 843–852.
http://doi.org/10.1016/S0020-7489(03)00075-0
Castillo, R. C., Raja, S. N., Frey, K. P., Vallier, H. A., Tornetta, P., Jaeblon, T., …
OʼToole, R. V. (2017). Improving Pain Management and Long-Term
Outcomes Following High-Energy Orthopaedic Trauma (Pain Study).
Journal of Orthopaedic Trauma, 31, S71–S77.
http://doi.org/10.1097/BOT.0000000000000793
Cooper, C., Barker, D. J., & Wickham, C. (1988). Physical activity, muscle
strength, and calcium intake in fracture of the proximal femur in Britain.
BMJ, 297(6661). Retrieved from
http://www.bmj.com/content/297/6661/1443.short
Farsinejad-Marj, M., Saneei, P., & Esmaillzadeh, A. (2016). Dietary magnesium
intake, bone mineral density and risk of fracture: a systematic review and
meta-analysis. Osteoporosis International, 27(4), 1389–1399.
http://doi.org/10.1007/s00198-015-3400-y
Morris, B. A., Benetti, M., Marro, H., & Rosenthal, C. K. (2010). Clinical
Practice Guidelines For Early Mobilization Hours After Surgery.
Orthopaedic Nursing, 29(5), 290–316.
http://doi.org/10.1097/NOR.0b013e3181ef7a5d
Obakponovwe, O., Kallala, R., Stavrou, P. Z., Harwood, P., & Giannoudis, P.
(2012). (iv) The management of distal femoral fractures: A literature review.
Orthopaedics and Trauma, 26(3), 176–183.
http://doi.org/10.1016/j.mporth.2012.06.002
Prasad, N., Rajamani, V., Hullin, D., & Murray, J. M. (2009). Post-operative
anaemia in femoral neck fracture patients: Does it need treatment? A single
blinded prospective randomised controlled trial. Injury, 40(10), 1073–1076.
http://doi.org/10.1016/j.injury.2009.02.021
Smith, J. R. A., Halliday, R., Aquilina, A. L., Morrison, R. J. M., Yip, G. C. K.,
McArthur, J., … Kelly, M. B. (2015). Distal femoral fractures: The need to
review the standard of care. Injury, 46(6), 1084–1088.
http://doi.org/10.1016/j.injury.2015.02.016
Theodorides, A. A., Pollard, T. C. B., Fishlock, A., Mataliotakis, G. I., Kelley, T.,
Thakar, C., … Giannoudis, P. V. (2011). Treatment of post-operative
infections following proximal femoral fractures: Our institutional experience.
Injury, 42(SUPPL. 5), S28–S34. http://doi.org/10.1016/S0020-
1383(11)70130-9

Anda mungkin juga menyukai