keperawatan pada Ny. K dengan diagnosa medis Old Myocard Infark (OMI) ,
maka penulis menyajikan suatu kasus yang penulis amati mulai tanggal 24 Juni
2019 sampai 27 Juni 2019 dengan data pengkajian pada tanggal 24 Juni 2019
pukul 11.30 WIB. Anamnesa diperoleh dari klien dan keluarga klien file No.
4.1 Hasil
Kabupaten Ngawi. Rumah sakit ini merupakan Rumah sakit Tipe – C sejak
bedah wanita atau penyakit dalam wanita salah satunya adalah Ruang
menjadi 3 kelas, yaitu kelas 1,kelas 2, dan kelas 3. Di ruang mawar terbagi
dan kamar F (Isolasi). Jumlah perawat di ruang ada 16 orang terdiri dari
Nama : Ny.K
Umur : 59 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
RSUD dr.Soeroto Ngawi pukul 14.00 WIB, dan sampai di IGD RSUD
Nacl 8tpm, O2nasal 4lpm, dan dipasang kateter ukuran 16. Dari pengkajian
di IGD didapatkan GCS E:4 V:5 M:6 TTV : TD :130/80 mmHg, Nadi
:95x/menit, Suhu: 36°C,RR : 32x/menit, SPO2: 65%, akral hangat. Pada
tanggal 24 Juni 2019 pukul 11.30 pasien mengatakan nyeri dada sebelah
kiri seperti tertekan benda berat, dengan skala nyeri sedang (4-6), nyeri
ireguler. Akibat nyeri dada dan sesak pola tidur klien terganggu, klien
kateter.
5. Alergi :
sebelumnya
dokter.
4. Pola pertahanan
klinik dokter
5. Pola kepercayaan
ini adalah cobaan dari Allah SWT. Saat klien merasa badanya sakit
klien beristigfar.
6. Genogram
Ny. K
Keterangan :
: laki-laki : tinggal dalam satu rumah
: perempuan : klien
: garis perkawinan : meninggal
: garis keturunan
perawatan dirumah sakit, dan tidak pernah malu atas penyakit yang
diderita sekarang.
4.2.7 Pola Kesehatan Sehari-hari
Tanda-tanda vital
TD : 110/80mmHg
Nadi : 95x/menit
Suhu : 36,5ºC
RR : 27x/menit
SpO2 : 99%
4. Hidung :
kanul nasal 4 lpm, bersih tidak ada sekret yang keluar, dan
(b) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada sinus – sinus hidung.
5. Telinga :
pendengaran pasienbaik.
(b) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada tragus dan area
kelenjar limfe.
7. Leher
(a) Inspeksi : Leher simetris, tidak terdapat lesi ataupun bekas lesi,
a. Paru - Paru
(a) Inspeksi : Bentuk dada normal chest, simetris kanan dan kiri,
b. Jantung
sinistra
9. Pemeriksaan Abdomen
medusa.
(d) Palpasi : Abdomen teraba hangat, tidak ada nyeri tekan pada
(a) Inspeksi : Kulit bersih dan tidak pucat. Ekstremitas atas dan
(a) Reflek Biseps :Respons klien fleksi lengan pada sendi siku
sendi
ekstensor
Kesadaran :Composmentis
GCS :E : 4 V : 5 M : 6 Total : 15
4.2.9 Pemeriksaan penunjang
a) EKG
patologis,
b) Laboratorium
2. O2 nasal 4lpm
4. Injeksi Intravena
5. Oral
b. Aminoral 3x1 mg
c. Calos 2x1 mg
d. Digoxin 1x1 mg
e. Notisil 1x2 mg
f. Ramipril 1x5 mg
Lala Dwi.P
4.2.11 Analisa Data
Nama : Ny. K Ruang : Mawar
Umur : 59 tahun No Reg : 269xxx
biologis)
5. Perubahan pola Tujuan :Setelah dilakukan 1. Nilai adanya faktor yang 1. Perubahan pola tidur menyebabkan
istirahat tidur tindakan keperawatan selama menunjang gangguan pola tidur kecemasan, yang dapat memicu nyeri
berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan dapat (dispneu, sering buang air kecil dada dan meningkatkan konsumsi oksigen
nyeri dada, sesak memenuhi kebutuhan istirahat karena efek deuritik, nyeri, rasa miokard.
nafas. atau tidur klien ,dengan takut, cemas, merasa kesepian, 2. Keluhan fisik yang mengganggu
KH : kebisingan, lampu terlalu terang, kebutuhan istirahat tidur harus dikelola
1. Mata tidak sayu tindakan keperawatan). untuk menunjang kebutuhan istirahat dan
2. Wajah klien segar, 2. Berikan tindakan untuk mengatasi mengurangi kebutuhan oksigen miokard.
3. Tidur klien terpenuhi faktor penyebab (mengatur posisi 3. Prosedur ritual dapat memberikan
tidur yang nyaman, terapi deuretik kenyamanan fisik sebelum tidur yang
diberikan pada pagi hari, menunjang relaksasi.
memberikan obat anti nyeri sesuai 4. Dapat meningkatkan motivasi untuk tidur.
indikasi, memberikan selimut). 5. Obat sedatif menurunkan kecemasan dan
3. Memberikan prosedur ritual membantu untuk tidur.
sebelum waktu tidur yang 6. Efek samping obat yang membahayakan
menunjang istirahat tidur klien harus dikaji ulang.
(menggosok punggung, minum susu
hangat, mengatur suhu ruangan,
memberikan bantal yang nyaman,
mengajak klien berdo’a).
4. Rencanakan tindakan keperawatan
yang tidak mengganggu jam
istirahat tidur klien.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat sedatif atau
tranquilizer (diasepam) sesuai
indikasi.
6. Observasi reaksi, efek samping dan
tanda-tanda toksisitas obat yang
diberikan (bila ada segera laporkan
dokter).
6. Resiko kerusakan Tujuan : Setelah di lakukan 1. Anjurkan klien untuk memakai 1. Kulit berisiko karena gangguan sirkulasi
integritas kulit tindakan keperawatan selama pakaian yang longgr perifer, imobilitas fisik.
berhubungan dengan 3x24 jam di harapkan mampu 2. Hindari kerutan pada tempat tidur 2. Meningkatkan aliran darah, meminimalkan
tirah baring lama. mempertahankan integritas kulit 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap hipoksia jaringan.
, dengan bersih dan kering 3. Kulit yang bersih terhidar dari infeksi
4. Sibin pasien sehari 2x 4. Menghindari bau dan kerusakan kulit
KH : 5. Ubah posisi sering di tempat tidur, 5. Terlalu kering atau lembab dapat merusak
1. Tidak ada tanda – tanda bantu latihan gerak pasif / aktif. kulit dan mempercepat kerusakan
infeksi,
2. Klien diseka 2x dalam sehari
4.2.14 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi
Diagnosa Tgl/jam Catatan tindakan TTD Evaluasi TTD
Keperawatan
1) Nyeri kronis 24/06/19 1. Mengobservasi karakteristik nyeri, lokasi, Tanggal 24 Juni 2019 pukul 21.00
berhubungan 11.30 intensitas, lamanya,danpenyebaran. S :klien mengatakan nyeri dada sedikit
dengan iskemik Respon: klien mengatakan nyeri di dada, seperti berkurang, skala nyeri 4,sesak sedikit
miokard (agen tertekan benda berat, nyeri pada sebelah kiri, berkurang jika diberikan O2 tambahan
cidera fisik) dengan skala nyeri 5, nyei hilang timbul O : klien tampak gelisah, ekspresi wajah
11.35 2. Mengobservasi ttv meringis ksakitan
Respon :TD :110/80 mmHg 1. TD : 120/90 mmHg
Nadi :95x/menit 2. Nadi :89x/menit
RR:27x/menit 3. RR: 25x/menit
Suhu:36,5°C 4. SPO2 : 99%
12.00 3. mengatur posisi semifowler A : masalah belum teratasi
Respon: klien tampak lebih nyaman setelah P : lanjutkan intervensi
diposisikan semi fowler 1. Observasi karakteristik nyeri, lokasi,
13.00 4. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi intensitas, lamanya,danpenyebaran.
Respon: klien mengikuti perawat mengarkan teknik 2. Observasi ttv
relaksasi dengan nafas dalam dan teknik distraksi 3. Atur posisi fisiologis
dengan mendengarkan lagu-lagu 4. Mengajarkan teknik relaksasi dan
13.00 5. Memberikan oksigen tambahan dengan kanul nasal distraksi
atau maasker sesuai dengan indikasi. 5. Berikan oksigen tambahan dengan
Respon:klien tampak lebih rileks setelah diberkan kanul nasal atau maasker sesuai
O2 nasal 4lpm dengan indikasi.
15.00 6. Memenejemen lingkungan : Lingkungan yang 6. Menejemen lingkungan :
tenang dan batasi pengunjung. Lingkungan yang tenang dan batasi
Respon: klien lebih nyaman dengan lingkungan pengunjung.
yang tenang dan pengunjung yang sedikit 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam
16.00 8. Mengkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi santagesic
pemberian terapi santagesic 2x1 2ml,
Respon : setelah diberikan terapi santagesic nyeri
klien berkurang
2) Penurunan curah 24/06/19 1. Mengauskultasi dan catat terjadinya bunyi jantung Tanggal 24Juni 2019 pukul 21.00
jantung 11.35 S3 atau S4 - S : klien mengatakan pusing
berhubungan Respon: BJ 1 dan BJ 2 ireguler dan lemah. Adanya berkurang, sesak sedikit berkurang
dengan gangguan bunyi jantung tambahan murmur O:
kontraktilitas 16.15 2. Memberikan makanan dengan porsi sedikit tapi 1. BJ 1 dan dan BJ 2 ireguler lemah,
ventrikel kiri sering dan mudah dikunyah, batasi asupan kafein. 2. terdengan adanya bunyi jantung
16.20 Respon: klien makan dengan porsi RS habis, dan tambahan murmur
tidak mengkonsumsi kafen A : masalah teratasi sebagian
16.20 3. Meningkatkan tirah baring dengan posisi 45° P : lanjutkan intervensi
Respon: klien tampak tidak sesak setelah 1. Ukur tekanan darah.
diposisikan 45° 2. Berikan makanan dengan porsi
sedikit tapi sering dan mudah
dikunyah, batasi asupan kafein.
3. Tingkatkan tirah baring dengan
posisi 45°
3) Intoleransi aktivitas 24/06/19 1. Mengobservasi TTV Tnggal 24 Juni 219 pukul 21.00
berhubungan 11.35 Respon :TD :110/80 mmHg S : klien mengatakan masih nyeri, hanya
dengan Nadi :95x/menit berbaring ditempat tidur saja
ketidakseimbangan RR:27x/menit O: klien tampak belum mampu beraktifitas,
antara suplai dan Suhu:36,5°C semua aktifitas klien di lakukan di tempat
kebutuhan oksigen 2. Meningkatkan istirahat, batasi aktivitas pada dasar tidur seperti makan, minum dan mandi di
miokard 12.00 nyeri atau respon hemodinamik. bantu oleh keluarga dan perawat,
Respon: klien menurut atas apa yng diperintahkan TD:120/90
perawat Nadi :89x/menit
3. Membatasi pengunjung dan kunjungan oleh klien RR:25x/menit
12.10 Respon : setelah dinasehati perawat keluarga klien A: masalah belum teratasi
akan membatasi pengunjung P:lanjutkan intervensi
4. Menganjurkan klien menghindari peningkatan 1. Observasi ttv
15.00 tekanan abdomen, seperti mengejan saat defekasi. 2. Tingkatkan istirahat, batasi
Respon : klien paham apa yang dijelaskan perawat. aktivitas pada dasar nyeri atau
5. Menilai respon klien terhadap aktivitas yang telah di respon hemodinamik
15.00 lakukan, kelelahan,sianosis,pucat, pusing, dan nyeri 3. Batasi pengunjung
dada. 4. Anjurkan klien menghindari
Respon:: klien hanya tidur ditempat tidur, tidak ada peningkatan tekanan abdomen
aktifitas, tidak kelelahan, tidak sianosis, tidak pucat, 5. Nilai respon klien terhadap aktifitas
sedikit pusing, dan nyeri dada berkurang yang telah dilakukan
4) Perubahan pola 24/06/19 1. Menilai adanya faktor yang menunjang gangguan Tanggal 24 Juni 2019 pukul 21.00
istirahat tidur 11.30 pola tidur (dispneu, sering buang air kecil karena S : klien mengatakan masih pusing, nyeri
berhubungan efek deuritik, nyeri, rasa takut, cemas, merasa daada
dengan nyeri dada, kesepian, kebisingan, lampu terlalu terang, tindakan O : wajah klien tmpak tampak masih layu,
sesak nafas. keperawatan). A : masalah teratasi sebagian
Respon:klien mengatakan tidak bisa tidur karena P : Lanjutkan intervensi
16.30 sesak, nyeri dada, dan lampu terlalu terang, dan 1. Nilai adanya faktor yang menunjang
lingkungan yang rame gangguan pola tidur
2. Memberikan tindakan untuk mengatasi faktor 2. Berikan tindakan untuk mengatasi
penyebab (mengatur posisi tidur yang nyaman, faktor penyebab (mengatur posisi
terapi deuretik diberikan pada pagi hari, tidur yang nyaman, terapi deuretik
19.00 memberikan obat anti nyeri sesuai indikasi, diberikan pada pagi hari,
memberikan selimut). memberikan obat anti nyeri sesuai
Respon: setelah diberikan injeksi furosemide kien indikasi, memberikan selimut).
tidur 3. Berikan prosedur ritual sebelum
3. Memberikan prosedur ritual sebelum waktu tidur waktu tidur yang menunjang
yang menunjang istirahat tidur klien (menggosok istirahat tidur klien
punggung, minum susu hangat, mengatur suhu
ruangan, memberikan bantal yang nyaman,
mengajak klien berdo’a).
Respon: klien mengikuti perintah perawat sebelum
tidur minum air hangat, dan berdoa
.
5) Resiko kerusakan 24/06/19 1. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang Tanggal 24 Juni 2019 pukul 21.00
integritas kulit 15.20 longgar S :-
berhubungan Respon:klien memahami apa yang diperintahkan O : tidak tampak bula-bula, tidak tampak
dengan tirah baring perawat kemerahan disekitar punggung kien
lama 15.20 2. Menghindari kerutan pada tempat tidur A : masalah teratasi
Respon: tempat tidur klien terlihat rapi P :pertahankan intervensi
15.30 3. Menyibin pasien sehari 2x 1. anjurkan klien untuk memakai
Respon: klien mengatakan lebih nyaman jika pakaian yang longgar
disibin 2x dalam sehari 2. hindari kerutan pada tempat tidur
16.00 4. Mengubah posisi sering di tempat tidur, bantu 3. sibin pasien sehari 2x
latihan gerak pasif / aktif. 4. ubah posisi sering ditmpat tidur,
Respon: klien kooperatif bantu latihan gerak aktif/pasif
4.3 Pembahasan
Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang
terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam Asuhan Keperawatan pada
klien dengan Diagnosa medis Old Myocard Infark (OMI) di Ruang Mawar RSUD
4.3.1 Pengkajian
data yang sengaja di lakukan secara sistematis untuk memperoleh informasi atau
data dari klien sehingga masalah keperawatan klien dapat di rumuskan dengan tepat
Menurut Udjianti (2013) keluhan yang sereing muncul pada penderita OMI
antara lain nyeri dada sebelah kiri , sesak nafas, jantung berdebar-debar, kulit
Menurut Udjianti (2013) pemeriksaan fisik pada klien OMI di dapatkan hasil
tekanan darah dapat naik, normal, atau turun, dapat terjadi takikardia atau
bradikardia, frekuensi pernafasan meningkat, suhu tubuh dapat normal, tetapi juga
cuping hidung, sianosis, konjungtiva pucat, distensi pada vena jugularis, adanya
retraksi intercostae, terdapat suara nafas tambahan, ictus cordis pada garis sternal
kiri, perkusi jantung pekak pada ICS III-VI, edema pada ekstremitas.
Menurut Price dan Wilson (2006) hasil pemeriksaan EKG di dapatkan hasil Q
patologis.
Di dalam tinjauan kasus di temukan kaluhan nyeri dada sebelah kiri nyeri
seperti tertekan benda berat yang menjalar ke lengan kiri, bahu kiri, leher, dan
rahang kiri, jantung berdebar – debar, keringat dingin, badan, sesak nafas, terasa
pemeriksaan fisik di dapatkan hasil tanda – tanda vital : TD: 110/80 mmhg, Nadi :
ronkhi, retraksi dinding dada, terpasang O2 nasal kanul 4 lpm. Bunyi jantung 1
dan 2 irregular dan lemah terdapat bunyi jantung tambahan murmur, akral dingin,
CRT < 3 detik, bising usus 6 x/menit, palpasi abdomen teraba skiballa.
gambaran Q patologis.
Pada dasarnya tidak banyak kesenjangan antara tinjauan pustaka dan kasus.
Kesenjangan yang muncul pada tinjauan kasus klien tidak mengalami mual dan
muntah dan odemaperifer. Mual dan muntah pada penderita OMI dapat terjadi
akibat nyeri hebat yang tidak dapat terkontrol akibat terjadi reflek vasofagal, hal
tersebut sesuai dengan teori (Kowalak, 2012), sedangkan pada klien nyeri dada
masih dapat di kontrol. Edema perifer dapat terjadi akibat adanya mekanisme
(Muttaqin, 2012).
4. Diagnosa keperawatan
berasal dari analisis dan sintesis, dan tidak diidentifikasi tersendiri (Christensen &
Kenney, 2009).
yang akan dibandingkan dengan diagnosa keperawatan yang ada pada tinjauan
mungkin muncul pada penderita OMI yang ada pada tinjuan pustaka ada 10
antara lain :
ventrikel kiri
alveoli
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung.
7. Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri dada, sesak nafas dan
hospitalisasi.
Dari 11 diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka tidak semua ada pada
tinjauan kasus. Diagnosa pada tinjauan kasus di sesuaikan dengan tanda dan
gejala yang dialami oleh klien. Terdapat 5 diagnosa keperawatan yang muncul
ventrikel kiri
4. Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri dada, sesak nafas
dan hospitalisasi.
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
Tinjauan Kasus
Sedangkan diagnosa keperawatan dari tinjauan pustaka yang tidak muncul pada
Pada tinjauan teori masalah ini muncul jika terjadi peningkatan reflek
sudah di berikan terapi injeksi diuretik, di mana fungsi diuretik adalah untuk
adanya odema perifer Dan pola sehari – hari klien minum air putih (di batasi)
± 1500 cc/hari, cairan infus 1000 cc / hari. BAK terpasang cateter urine 1000
cc/24 jam.
Pada tinjauan teori masalah ini muncul akibat nyeri hebat, yang
pengkajian klien tidak mengeluh mual dan muntah. Yang di buktikan dengan
pola sehari – hari klien selama di rumah sakit makan nasi halus (sesuai diet
dari ahli gizi), klien makan 3 kali / hari, satu porsi habis
pada kasus Ny. K tidak terjadi hipoksemia, melainkan kondisi tubuh memiliki
kelebihan oksigen.
jantung
yang lemah, lalu pasien cemas akan penyakitnya. Sedangkan pada kasus Ny.
6. Perencanaan keperawatan
dan diagnosis dari status kesehatan klien, kekuatan, dan masalah klien. Setelah
arahann untuk menentukan cara membantu klien guna menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan pemulihan, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan
Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada tinjauan
tujuan.
Dalam tujuan pada tinjauan kasus dicantumkan kriteria waktu karena pada
kasus nyata keadaan klien secara langsung. Intervensi diagnosa keperawatan yang
ditampilakan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesamaan namun
masing – masing intervensi tetap mengacu pada sasaran, data dan kriteria hasil
yang telah di tetapkan. Adapun rencana keperawatan sudah sesuai dengan diagnosa
5.3.1 Nyeri dada akut berhubungan dengan iskemia miokard (agen cidera
biologis)
harapkan menyatakan penurunan nyeri dada (skala nyeri 0-3), pola EKG
isoelektris, normal, TTV dalam batas normal (TD 110/80mmhg, nadi 60-
100x/menit, respirasi 18 – 24 x/menit. Intervensi untuk mengatasi diagnosa nyeri
akut berhubungan dengan iskemia miokard (agen cidera biologis) antara lain
dada akut berhubungan dengan iskemia miokard (agen cidera biologis) di lakukan
dada (skala nyeri 0-2), pola EKG isoelektris, kardiak izoenzim normal, TTV
dalam batas normal (TD sistole 120/80 mmhg, nadi 60-100x/menit, respirasi 18 –
(masase pada daerah nyeri), kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
akut adalah 1x24 jam, tetapi dalam tinjauan kasus penulis melakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam. Waktu pada tinjauan pustaka 1x24 jam, hanya
status kesehatan klien dan mencegah terjadinya serangan ulang. Selain itu
intervensi melakukan kolaborasi dalam pemberian terapi non-farmakologis
(PTCA & CABG) tidak di lakukan karena dokter tidak menganjurkan selain itu
ventrikel kiri
dengan kriteria hasil tanda – tanda vital dalam batas normal (TD sistole : 100-
120 mmhg diastole : 70-80 mmhg, nadi 60-100 x/menit, suhu 365-375 C), irama
merah muda, BJ 1 dan BJ2 2 reguler dan kuat, tidak ada suara jantung tambahan
dengan intervensi sebagai berikut : ukur tekanan darah dan bandingkan tekanan
darah kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, dan duduk bila
memungkinkan, evaluasi kualitas denyut nadi, auskultasi dan catat adanya bunyi
dengan tim medis untuk pemberian heparin melalui intravena, pantau data
tanda – tanda vital dalam batas normal (TD sistole : 100-120 mmhg diastole :
70-80 mmhg, nadi 60-100 x/menit, suhu 365-375 C), irama jantung tidak
muda, BJ 1 dan BJ2 2 reguler dan kuat, tidak ada suara jantung tambahan.
Dengan intervensi antara lain ukur tekanan darah, evaluasi kualitas denyut
penurunan curah jantung adalah 15 menit , tetapi dalam tinjauan kasus penulis
pada tinjauan kasus 4x24 jam, tidak hanya menangani kegawatdaruratnya tetapi
juga untuk memulihkan status kesehatan klien sampai klien benar – benar di
dan memantau data enzim jantung tidak di lakukan karena dokter tidak
menganjurkan..
selama 45 menit di harapkan terbebas dari nyeri dan mampu memenuhi kebutuhan
secara mandiri dengan kriteria hasil tidak ada keluhan nyeri saat melakukan
aktivitas, aktivitas tidak hanya di tempat tidur, klien dapat miring kanan dan kiri
secara mandiri, dapat duduk tanpa bantuan, makan dan minum secara mandiri.
Dengan intervensi sebagai berikut :catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan
mengejan saat defekasi, jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktivitas, nilai
jantung.
terbebas dari nyeri dan mampu memenuhi kebutuhan secara mandiri dengan
kriteria hasil tidak ada keluhan nyeri saat melakukan aktivitas, aktivitas tidak
hanya di tempat tidur, klien dapat miring kanan dan kiri secara mandiri, dapat
duduk tanpa bantuan, makan dan minum secara mandiri. Dengan intervensi
Kesenjangan yang muncul adalah pada kriteria waktu, pada tinjauan pustaka
aktifitas adalah 45 menit, tetapi dalam tinjauan kasus dengan waktu tersebut
status kesehatan klien sampai klien benar – benar di nyatakan sembuh. Selain itu
terintegrasi untuk pelaksanaan diagnosa pada kasus tidak semua sama pada
tinjauan pustaka, hal itu karena disesuaikan dengan keadaan klien yang
sebenarnya.
Dalam melaksanakan tindakan ini ada faktor penunjang maupun faktor
penghambat yang penulis alami. Hal – hal yang menunjang dalam asuhan
keperawatan yaitu antara lain : adanya kerjasama yang baik dari perawat maupun
dokter ruangan dan tim kesehatan lainnya, tersedianya sarana dan prasarana
dengan iskemia miokard (agen cidera biologis) tindakan keperawatan antara lain
daerah dada), melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
dengan iskemia miokard (agen cidera biologis) pada tanggal 24 juni 2019 di
menegemen nyeri (masase pada daerah nyeri), melakukan kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian terapi santagesic 2x1, observasi karakteristik nyeri.
Tindakan keperawatan hari selanjutnya sama dengan tindakan pada hari pertama.
kondisi klien.
kiri
tekanan darah dan bandingkan tekanan darah kedua lengan, ukur dalam keadaan
Juni 2019 antara lainmengukur tekanan darah, mengevaluasi kualitas denyut nadi,
keperawatan hari selanjutnya sama dengan tindakan pada hari pertama. Semua tindakan
mengejan saat defekasi, menjelaskan pola peningkatan bertahap dari aktivitas, menilai
jantung.
keperawatan hari selanjutnya sama dengan tindakan pada hari pertama. Semua
klien.
kasus semu (Dermawan 2012), sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat
dilakukan karena dapat diketahui keadaan klien dan masalahnya secara langsung.
Evaluasi Dalam tinjauan kasus pada Ny. K ini, dilakukan evaluasi setiap hari
untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan yang diharapkan atau timbul
masalah baru.Jika belum tercapai, rencana keperawatan bisa tetap diteruskan atau
ditambahkan rencana keperawatan baru. Pada klien infark miokard akut setelah
dilakukan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan sesuai dengan teori
yang ada dapat disimpulkan bahwa tujuan dari tindakan keperawatan telah
tercapai, dan dapat dilanjutkan dengan perencanaan pulang, antara lain sebagai
berikut :
4.5.1 Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard (agen cidera biologis)
iskemia miokard (agen cidera biologis) masalah teratasi dengan mengacu pada
(Dongoes, 2014) dengan kriteria hasil klien mengatakan penurunan nyeri dada,
skala nyeri 0-3, tanda – tanda vital dalam batas normal, (sistole 100-120 diastole
Pada tinjauan kasus di lakukan evaluasi keperawatan selama 4x24 jam. Pada
tanggal 1 maret 2018 masalah klien teratasi. Respon klien sama dengan hasil
yang diharapkan yaitu klien tidak merasakan nyeri dada, hasil pemeriksaan
tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi 78x/menit dan frekuensi pernafasan
didapatkan hasil normal EKG, sehingga keadaan seperti ini sudah diperbolehkan
ventrikel kiri
mengacu pada (Dongoes, 2014) dengan kriteria tanda – tanda vital dalam batas
normal, (sistole 100-120 diastole 70-80 mmhg, nadi nadi 100 x/menit, jantung tidak
Pada tinjauan kasus di lakukan evaluasi keperawatan selama 3x24 jam. Pada
tanggal 26 Juni 2019 masalah klien teratasi. Dengan respon klien mengatakan
sudah tidak tidak pusing, jantung tidak berdebar, tidak keluar keringat dingin, hasil
pemeriksaan tekanan darah 120/70 mmhg, frekuensi nadi 78 x/menit denyut nadi
teratur dan kuat, sehingga masalah dapat teratasi serta pasien diperbolehkan pulang
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan OMI yang dapat memperparah dan harus
makan-makanan yang tinggi lemak serta menghindari rokok. Anjurkan klien untuk
makan makanan yang tidak mengandung banyak lemak. Bila terdapat keluhan,
masalah teratasi mengacu pada (dongoes, 2014) dengan kriteria tidak ada nyeri
saat melakukan aktivitas, aktivitas klien tidak hanya di tempat tidur, dapat miring
kanan, dan kiri secara mandiri, dapat duduk tanpa bantuan, dapat makan dan
Juni 2019 masalah teratasi dengan respon klien tidak mearasakan nyeri saat
aktivitas, aktifitas dilakukan secara mandiri, BAK ke kamar mandi, sudah tidak
terpasang kateter urin, duduk tanpa bantuan, jalan-jalan keluar kamar secara
5.1 Simpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada
klien infark miokard akut maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pada pengkajian di temukan adanya keluhan utama yaitu nyeri dada sebelah
kiri dan sesak.
2. Pada diagnosa di tinjauan pustaka terdapat 10 diagnosa keperawatan, pada
tinjaun kasus ditemukan 5 diagnosa yang sesuai tinjauan pustaka dengan
diagnosa prioritas nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard (agen
cidera biologis)
3. Intervensi atau perencanaan tindakan keperawatan telah disesuaikan dengan
tinjauan teori yang telah dimodifikasi sesuai kondisi klien.
4. Dalam melaksanakan implementasi keperawatan diperlukan kerjasama secara
tim, baik oleh klien, keluarga, tim medis yang lain seperti (ahli gzi, radiologi,
dan laboratorium). Implementasi asuhan keperawatan yang dilakukan sama
dengan teori dalam tinjauan pustaka dan rencana tindakan dilakukan sesuai
dengan keadaan klien yang sesungguhnya.
5. Pada akhir evaluasi semua masalah dapat teratasi karena adanya kerjasama
yang baik antara klien, keluarga dan tim kesehatan. Sehingga klien
diperbolehkan untuk pulang pada tanggal 27 Juni 2019.
6. Pada pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa
medis infark miokard akut dilakukan mulai tahan pengkajian, analisa data,
rencana asuha keperawatan, tindakan keperawatan sampai evaluasi.
1.2 Saran
Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Lahan Praktik
Hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan
perawatan serta pengobatan terutama bagi klien Old Myocard Infark (OMI). Hal
ini dapat dilakukan dengan cara menyediakan fasilitas-fasilitas yang belum
tersedia di lahan praktik, serta meningkatkan sumber daya manusia dari tenaga –
tenaga keperawatan, non perawatan maupun medis, salah satunya dengan sering
mengadakan pelatihan maupun dengan meraih jenjang yang lebih tinggi.
2. Bagi Institusi
Meningkatkan mutu pendidikan dan pengetahuan mahasiswa secara
formal dan informal khususnya pengetahuan dalam bidang keperawatan pada
klien dengan Old Myocard Infark (OMI), serta memberikan sarana dan
prasarana untuk menunjang penulisan karya tulis ilmiah yang lebih baik lagi
seperti penambahan literatur melalui e-book, jurnal langganan yang mudah
untuk diakses.
3. Bagi Profesi Perawat
5. Bagi Keluarga
Keluarga di harapkan berpartisipasi untuk mengingatkan tentang terapi
yang harus dipatuhi oleh klien dan memberikan motivasi serta dukungan pada
klien agar pasien taat menjalani program terapi yang diberikan.