Anda di halaman 1dari 43

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penulis akan menuliskan gambarn nyata tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan pada Ny. K dengan diagnosa medis Old Myocard Infark (OMI) ,

maka penulis menyajikan suatu kasus yang penulis amati mulai tanggal 24 Juni

2019 sampai 27 Juni 2019 dengan data pengkajian pada tanggal 24 Juni 2019

pukul 11.30 WIB. Anamnesa diperoleh dari klien dan keluarga klien file No.

Register 269338 sebagai berikut :

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data

RSUD dr. Soeroto Ngawi adalah RSUD milik Pemerintah Daerah

Kabupaten Ngawi. Rumah sakit ini merupakan Rumah sakit Tipe – C sejak

Tahun 2010. Di RSUD dr. Soeroto Ngawi memiliki pelayananruang non

bedah wanita atau penyakit dalam wanita salah satunya adalah Ruang

Mawar. Ruang ini digunakan untuk merawat pasien yang memerlukan

perawatan penyakit dalam, terdiri dari 26 tempat tidur yang terbagi

menjadi 3 kelas, yaitu kelas 1,kelas 2, dan kelas 3. Di ruang mawar terbagi

menjadi 6 kamar, yaitu kamar A, kamar B, kamar C, kamar D, kamar E,

dan kamar F (Isolasi). Jumlah perawat di ruang ada 16 orang terdiri dari

12 D3 Keperawatan dan 4 S1 Keperawatan.


4.2 Pengkajian

4.2.1 Identitas Klien

Nama : Ny.K

Umur : 59 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Plampoan, Ngawi

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Diagnosa Medis : Old Myocard Infark (OMI)

Tanggal MRS : 23 Juni 2019 pukul : 14.30

Tanggal Pengkajian : 24 Juni 2019 pukul : 11.30

4.2.2 Keluhan Utama

Saat MRS : Nyeri dada, nyeri perut dan sesak

Saat Pengkajian : Nyeri dada, pusing dan sesak

4.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan pada hari Minggu, tanggal 23 Juni 2019 waktu

dirumah saat duduk dan mendengarkan radio, tiba-tiba merasakan nyeri

dada, nyeri perut, dan sesak. Keluarga langsung membawanya ke IGD

RSUD dr.Soeroto Ngawi pukul 14.00 WIB, dan sampai di IGD RSUD

dr.Soeroto Ngawi pukul 14.30 WIB. Sesampai Di IGD dilakukan

observasi TTV, pemeriksaan laboratorium, injeksi furosemid 2 amp, infus

Nacl 8tpm, O2nasal 4lpm, dan dipasang kateter ukuran 16. Dari pengkajian

di IGD didapatkan GCS E:4 V:5 M:6 TTV : TD :130/80 mmHg, Nadi
:95x/menit, Suhu: 36°C,RR : 32x/menit, SPO2: 65%, akral hangat. Pada

pukul 17.30 WIB px dipindahkan di ruang Mawar. Pada saat pengkajian

tanggal 24 Juni 2019 pukul 11.30 pasien mengatakan nyeri dada sebelah

kiri seperti tertekan benda berat, dengan skala nyeri sedang (4-6), nyeri

hilng timbul. Klien juga mengatakan pusing, sesak, dengan BJ I BJ II

ireguler. Akibat nyeri dada dan sesak pola tidur klien terganggu, klien

bedrest total, dan di hari ke 2 pasien bertanya tentang penyakitnya. Klien

terpasang infus NaCl 16tpm ditangan sinistra, O2 Nasal4 lpm, terpasang

kateter.

4.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu

1. Penyakit – Penyakit dahulu :

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun.

2. Pernah Dirawat Di Rumah Sakit :

Sebelumnya pasien pernah Di rawat Di RSUD dr.Soeroto Ngawi,

karena penyakit Anemia

3. Penggunaan Obat – obatan :

Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan apapun

4. Tindakan (Operasi atau tindakan lain) :

Pasien belum pernah dilakukan tindakan operasi

5. Alergi :

Pasien tidak alergi terhadap makanan, dan obat-obatan

4.2.5 Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat

penyakit menurun maupun menular.


4.2.6 Riwayat Psikososial

1. Persepsi dan harapan klien terhadap masalahnya

Persepsi : Klien mengatakan penyakitnya ini sudah kronis

Harapan : klien mengatakan keadannya semoga cepat pulih seperti

sebelumnya

2. Persepsi dan harapan keluarga terhadap masalah klien

Persepsi : keluarga klien mengatakan masalah yang dialami klien

merupakan suatu musibah yang tidak dapat dihindari

Harapan : keluarga klien berharap klien bisa sembuh dari penyakitnya

3. Pola interaksi dan komunikasi

Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga, perawat,

maupun dokter. Dibuktikan dengan saat sakit pasien ditunggu oleh

anaknya, dan berkomunikasi dengan baik saat ditanya perawat dan

dokter.

4. Pola pertahanan

Keluarga klien mengatakan saat klien sakit, oleh keluarga dibawa ke

klinik dokter

5. Pola kepercayaan

Klien beragama islam, ia menyadari bahwa penyakit yang ia derita saat

ini adalah cobaan dari Allah SWT. Saat klien merasa badanya sakit

klien beristigfar.
6. Genogram

Ny. K

Keterangan :
: laki-laki : tinggal dalam satu rumah
: perempuan : klien
: garis perkawinan : meninggal
: garis keturunan

7. Pengkajian konsep diri:

Klien seorang ibu rumah tangga, yang sedang sakit, mendapatkan

perawatan dirumah sakit, dan tidak pernah malu atas penyakit yang

diderita sekarang.
4.2.7 Pola Kesehatan Sehari-hari

Tabel 4.1 Pola kesehatan sehari-hari sebelum dan saat MRS


Pola Sebelum MRS Saat MRS
a. Nutrisi Klien mengatakan biasanya Saat di RS klien mau makan,
klien makan 3x sehari dengan porsi yang di sediakan dari RS
porsi sedikit menu nasi, lauk, habis.
sayur dan kadang buah. Minum air putih ± 1500cc
Minum air putih ± 1000cc perhari
perhari
b. Eliminasi Klien mengatakan klien BAB Selama di rawat sampai saat
BAB-BAK 1x/hari dengan konsistensi pengkajian klien belum BAB.
lunak dan warna kuning. Saat pengkajian output urine
BAK 4-5x/hari warna kuning 1000cc/24jam
jernih, bau khas urine
c. Istirahat Klien mengatakan klien Klien mengatakan saat
biasanya tidur siang 1/2 jam dirumah sakit tidur siang 15
dan tidur malam 5-6 jam, menit dan tidur malam 3-4
kualitas tidur jam
d. Personal Klien mengatakan klien Selama dirawat di ruang
Hygiene mandi2x sehari pada pagi hari mawar klien di sibin 2x dalam
dan sore hari, gosok gigi sehari, ganti baju setiap hari
2x/hari, keramas 2x/seminggu ,
ganti baju 2x/hari
e. Aktivitas klien mengatakan klien dapat Aktivitas klien dibantu oleh
melakukan aktivitas secara keluarga
mandiri

Table 4.2 Barthel indeks


No Aktivitas Skor
1. Bathing ( Mandi ) 0 : Tergantung orang lain
1 : Mandiri
2. Dressing (Berpakaian) 0 : Tergantung orang lain
1 : Di bantu sebagian misal mengancing baju
2 : Mandiri
3. Bowel ( BAK ) 0 : Inkontinensia atau pakai kateter
1 : Kadang inkontinensia
2 : Kontinensia terartur untuk lebih dari 7 hari
4. Bladder ( BAB) 0 : Inkontinensia / tidak teratur
1 : Kadang inkontinensia (sekali dalam
seminggu)
2 : Kontinensia (teratur)
5. Penggunaan toilet 0 : Tergantung bantuan orang lain
1 : Membutuhkan bantuan tapi dapat
melakukan beberapa hal secara mandiri
2 : Mandiri
6. Perawatan diri (Grooming) 0 : membutuhkan bantuan orang lain
1 : Mandiri dalam perawatan muka, rambut, dan
gigi
7. Makan 0 : Tidak mampu
1 : Butuh bantuan sebagian seperti (memotong,
mengoles mentega)
2 : Mandiri
8. Transfering 0 : Tidak mampu
1 : Butuh bantuan 2 orang untuk bisa duduk
2 : Butuh bantuan 1 orang untuk duduk
3 : Mandiri
9. Mobilitas 0 : Tidak mampu
1 : Menggunakan kursi roda
2 : Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 : Mandiri meskipun menggunakan alat bantu
10. Naik turun tangga 0 : Tidak mampu
1 : Membutuhkan bantuan alat
2 : Mandiri
Interprentasi hasil :
3 :ketergantungan total

4.2.8 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum klien

Kesadaran composmetis, GCS E4V5M6,

Tanda-tanda vital

TD : 110/80mmHg

Nadi : 95x/menit

Suhu : 36,5ºC

RR : 27x/menit

SpO2 : 99%

2. Pemeriksaan kepala dan muka :

(a) Inspeksi : Bentuk kepala mesochepal, rambut beruban,

persebaran rambut merata,tidak terdapat lesi maupun bekas lesi

keadaan rambut kotor.

(b) Palpasi : rambut teraba lengket, tidak mudah rontok, tidak

teraba benjolan, dantidak terdapat nyeri tekan.


3. Mata :

(a) Inspeksi : Gerakan mata pasien dapat mengikuti arah penlight,

fungsi penglihatan baik, pupil isokor, konjungtiva merah

muda, sklera putih.

(b) Palpasi : bola mata teraba kenyal.

4. Hidung :

(a) Inspeksi :Lubang hidung simetris, terpasang Oksigen dengan

kanul nasal 4 lpm, bersih tidak ada sekret yang keluar, dan

tidak terdapat polip.

(b) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada sinus – sinus hidung.

5. Telinga :

(a) Inspeksi :Kedua telinga pasien tampak simetris, terdapat

sedikit serumen, gendang telinga dalam keadaan baik. Fungsi

pendengaran pasienbaik.

(b) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada tragus dan area

kelenjar limfe.

6. Mulut dan Tenggorokan :

(a) Inspeksi : mukosa bibir kering, tidak terdapat stomatitis, lidah

kotor, faring berwarna merah muda.

7. Leher

(a) Inspeksi : Leher simetris, tidak terdapat lesi ataupun bekas lesi,

dan tidak ada benjolan yang tampak.


(b) Palpasi : Trakea simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah

bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe,

dan vena jugularis.

8. Pemeriksaan Thorax / dada

a. Paru - Paru

(a) Inspeksi : Bentuk dada normal chest, simetris kanan dan kiri,

dada bersih tanpa lesi ataupun bekas lesi, dada mengembang

dan mengempis secara bersamaan, pasien bernapas 27x/menit.

(b) Palpasi : dada teraba hangat, ekspansi dada simteris.

(c) Perkusi : sonor pada semua intercostae kecuali pada intercostae

sinistra 3 – 5 perkusi pekak.

(d) Auskultasi : ada suara nafas tambahahan: ronchi

b. Jantung

(a) Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis di ics ke 5 midclavikula

sinistra

(b) Palpasi : Teraba ictus cordis pada ICS 5 midclavicula sinistra,

nadi 95x/menit kuat dan reguler.

(c) Perkusi : Suara pekak pada ICS 3 – 5 sinistra.

(d) Auskultasi : suara jantung 1 dan 2 ireguler dan lemah, bunyi

jantung tambahan murmur

9. Pemeriksaan Abdomen

(a) Inspeksi : Bentuk perut buncit, bersih, tidak terdapat kaput

medusa.

(b) Auskultasi : Bising usus 6 x/menit


(c) Perkusi : Bunyi Timpani

(d) Palpasi : Abdomen teraba hangat, tidak ada nyeri tekan pada

abdomen, kulit elastis.

10. Pemeriksaan Genetalia

(a) Inspeksi : genetalia sedikit kotor , terpasang DC dengan

produksi saat pengkajian 1000 cc.

11. Pemeriksaan Ekstremitas dan Integumen

(a) Inspeksi : Kulit bersih dan tidak pucat. Ekstremitas atas dan

bawah dalam jumlah normal. Terpasang infus NaCl 16tpm

pada tangan kiri.

(b) Palpasi : kulit dan akral hangat , ekstremitas bawah bengkak,

turgor kulit kembali > 3detik

12. Pemeriksaan reflek pada ekstremitas :

(a) Reflek Biseps :Respons klien fleksi lengan pada sendi siku

(b) Reflek Trisep :Respons klien ekstensi lengan bawah pada

sendi

(c) Reflek patela :respon klien tungkai kaki meluruskan

ekstensor

(d) Reflek Achilles :Respon klien pergelangan kaki menekuk

13. Pemeriksaan Neurologi

Kesadaran :Composmentis

GCS :E : 4 V : 5 M : 6 Total : 15
4.2.9 Pemeriksaan penunjang

a) EKG

Pada tanggal 24 juni 2019 didapatkan hasil pemeriksaan EKG Q

patologis,

b) Laboratorium

Jenis : darah lengkap

Hari/tgl/jam : Minggu,23 Juni 2019

Tabel 4.3 Hasil pemeriksaan laboratorium 1


Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Fungsi Hati
Albumin 4.34 3.6-5.1 g/dl
SGPT (ALT) 37 1-31 uL
SGOT (AST) 35* 1-32 uL
METABOLIK
Cholesterol Total 88 50-250 50-250 mg%
Gula Darah Sewaktu 188 ≪200 mg/dl
HDL cholesterol 24* 30-60 mg/dl
LDL Cholesterol 78 ≪1000 mg/dl
Trigliserida 171* 37-149 37-149 mg%
Fungsi ginjal
Creatinin 2.12* 0.5-0.9 mg/dl
Ureum 68* 10-50 mg/dl
Urid acid 6.7* 2.4-5.7 mg/dl
Darah Rutin
RBC (Red Blood Cell) 4.55 3.50-5.50 10^6/uL
WBC (White Blood Cell) 6.78 4.00-10.00 10^3/uL
Haemoglobin 9.3* 11.0-16.0 g/dl
Platelet 407* 100-300 10^3/uL
Neutrofil 59.3* 50.0-70.0 10^3/uL
Lymfosit 32.9* 20.0-40.0 %
Monosit 7.3 3.0-12.0 %
Eosinofil 0.4* 0.5-5.0 %
Basofil 0.1 0.0-1.0 %
Hematokrit 31.3* 37.0-54.0 %
MCV (Mean Corpuscular 68.9* 80.0-100.0 fL
Volume)
MCH (Mean Corpuscular 20.5* 27.0-34.0 Pg
Haemoglobin
4.2.10 Penatalaksanaan

1. Infus NaCl 0,9% 16tpm

2. O2 nasal 4lpm

3. Posisi kepala semi fowler

4. Injeksi Intravena

a. santagesic 2x1 2ml,

b. Furosemide 3x2 amp

c. Ceftriaxone 2x1 amp

5. Oral

a. Asam folat 2x1 mg

b. Aminoral 3x1 mg

c. Calos 2x1 mg

d. Digoxin 1x1 mg

e. Notisil 1x2 mg

f. Ramipril 1x5 mg

Ngawi, 24 Juni 2019

Lala Dwi.P
4.2.11 Analisa Data
Nama : Ny. K Ruang : Mawar
Umur : 59 tahun No Reg : 269xxx

Data Etiologi Problem

DS: P :klien mengatakan nyeri dada Iskemik miokard Nyeri kronis


Q:Nyeri seperti tertekan benda berat
R:Nyeri pada dada sebelah kiri Ketidakseimbangan
S:skala nyeri sedang suplai dan kebutuhan O2
T:nyeri hilang timbul
DO : Metabolisme anaerob
1. Klien tampak meringis kesakitan
2. Tampak memegang dada sebelah Produksi asam laktat↑
kiri
3. Skala nyeri klien 4-6
4. TTV :
TD :110/80mmHg
Nadi :95x/menit
RR :27x/menit
Suhu:36,5°C
DS :Klien mengatakan pusing, sesak, Iskemik Penurunan curah
DO : jantung
1. Klien sesak Gangguan kontraktilitas
2. Klien berkeringat ventrikel kiri
3. Pola nafas takipnea
4. RR:27x/menit
5. Terdapat suara jantung
tambahan:murmur
6. BJ I BJ II ireguler
DS: klien mengatakan harus banyak isirahat Hipotensi dan Intoleransi aktifitas
agar tidak memperberat kerja jantung hipoksemia
DO :
1. Aktivitas keseharaian klien saat di Kelemahan fisik
rumah sakit hanya di tempat tidur
2. Klien tampak lemas,
3. Aktifitas dibantu oleh keluarga
DS :klien tampak bingung, dan bertanya Kondisi dan prognosis Defisiensi
tentang penyakitnya penyakit pengetahuan
DO :
1. Klien belm paham akan Kurangnya informasi
penyakitnya
2. Klien dan keluarga bertanya-tanya
tentang penyakit yang dideritanya

DS :Klien mengeluh sulit tidur, pusing, Tidur berbaring Perubahan pola


nyeri dada, sulit beradaptasi dengan istirahat tidur
lingkungan rumah sakit. Sesak
DO:
1. Wajah tampak layu,
2. Tampak lelah
3. Jumlah jam tidur klien berkurang,
DS :Klien mengatakan takut jika kulitnya kelemahan fisik Resiko kerusakan
rusak intergritas kulit
DO : tirah baring lama
1. Klien hanya tidur ditempat tidur
2. Klien hanya diseka 1x dalm sehari
oleh keluarganya

4.2.12 Prioritas Diagnosa Keperawatan


Nama :Ny. K Ruang: Mawar

Umur :59tahun No.Reg:269 xxx

No. Masalah Keperawatan Tanggal Tanggal Ttd


Ditemukan Teratasi

1 Nyeri kronis berhubungan dengan 24 Juni 2019 25 Juni 2019

iskemia miokard (agen cidera

biologis)

2 Penurunan curah jantung 24 Juni 2019 26 Juni 2019


berhubungan dengan gangguan
kontraktilitas ventrikel kiri
3 Intoleransi aktivitas berhubungan 24 Juni 2019 27 Juni 2019
dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
miokard
4. Defisiensi pengetahuan 26 Juni 2019 27 Juni 2019
berhubungan dengan kurangnya
informasi
5. Perubahan pola istirahat tidur 24 Juni 2019 27 Juni 2019
berhubungan dengan nyeri dada,
sesak nafas.
6. Resiko kerusakan integritas kulit 24Juni 2019 27 Juni 2019
berhubungan dengan tirah baring
lama.
4.2.13 ntervensi Keperawatan
Nama :Ny. K Ruang :Mawar
Umu :59th No.Reg:269 xxx
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri kronis Tujuan :Setelah di lakukan 1. Observasi karakteristik nyeri, 1. Nyeri berat dapat menyebabkan syok
berhubungan dengan tindakan keperawatan 3x24 jam lokasi, intensitas, kardiogenik yang berdampak kematian
iskemia miokard di harapkan nyeri terkontrol lamanya,danpenyebaran. mendadak.
(agen cidera biologis) atau hilang dapat terpenuhi., 2. Observasi ttv 2. Untuk mengetahui keadaan klien,
dengan 3. Atur posisi semifowler 3. Posisi fisiologi akan meningkatkan
KH : 4. Mengajarkan teknik relaksasi dan asupan oksigen ke jaringan yang
1. Tidak tampak meringis distraksi. mengalami iskemia.
kesakitan 5. Berikan oksigen tambahan dengan 4. Untuk mengaihkan rasa nyeri yang
2. Klien mengatakan kanul nasal atau maasker sesuai dirasakan klien
penurunan rasa nyeri dada dengan indikasi. 5. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada
3. Nyeri berkurang atau hilang 6. Menejemen lingkungan : untuk pemakaian miokardium sekaligus
(Skala nyeri ringan 0-2). Lingkungan yang tenang dan mengurangi ketidaknyamanan sekunder
4. Ttv dalam rentang normal batasi pengunjung. terhadap iskemia.
TD:Sistole :100-120, 7. Kolaborasi dengan tim medis 6. Lingkungan yang tenang akan
Diastole :70- 80, dalam pemberian terapi santagesic menurunkan stimulasi nyeri eksternal dan
Nadi :60-100x/menit 2x1 2ml, pembatasan pengunjung akan membantu
RR :18-24x/menit meningkatkan kondisi oksigen ruangan.
Suhu : 36,5- 37,5° 7. Santagesic berguna untuk menurunkan
nyeri
2. Penurunan curah Tujuan :Setelah dilakukan 1. Auskultasi dan catat 1. S3 berhubungan dengan gagal jantung
jantung berhubungan tindakan keperawatan selama terjadinya bunyi jantung S3 kronis atau gagal katup mitral yang di
dengan gangguan 3x24 jam diharakan dapat atau S4 sertai infark berat. S4 berhubungan
kontraktilitas mempertahankan curah jantung 2. Pantau frekuensi jantung dan dengan iskemia, kekakuan ventrikel, atau
ventrikel kiri adekuat, dengan irama jantung hipertensi pulmonal
KH: 3. Berikan makanan dengan 2. Perubahan frekuensi dan irama jantung
1. Tidak sesak porsi sedikit tapi sering dan menunjukan adanya komplikasi disritmia
2. Tidak berkeringt mudah dikunyah, batasi 3. Makanan dengan porsi besar dapat
3. Tidak terdapat suara jantung asupan kafein. meningkatkan kerja miokardium. Kafein
tambahan 4. tingkatkan tirah baring dengan dapat meragsang langsung kerja jantung
4. BJ I J II reguler posisi 45° sehingga dapat meningkatkan frekuensi
jantung.
4. Dengan posisi 45° untu mengurangi sesak
3 Intoleransi aktivitas Tujuan:Setelah dilakukan 1. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas 1. Menurunkan kerja miokard atau konsumsi
berhubungan dengan tindakan keperawatan sela-ma pada dasar nyeri atau respon oksigen, menurunkan resiko komplikasi
ketidakseimbangan 3x24 jam diharapkan klien hemodinamik. 2. Pembicaraan yang panjang sangat
antara suplai dan terbebas dari rasa nyeri dan 2. Batasi pengunjung dan kunjungan mempengaruhi klien, namun periode
kebutuhan oksigen mampu meningkatkan toleransi oleh klien kunjungan yang tenang bersifat terapiutik.
miokard aktivitas, dengan 3. Anjurkan klien menghindari 3. Aktivitas yang memerlukan menahan nafas
KH : peningkatan tekanan abdomen, dan menunduk dapat mengakibatkan
1. aktivitas klien tidak hanya di seperti mengejan saat defekasi. bradikardia, juga menurunkan curah
tempat tidur 4. Jelaskan pola peningkatan bertahap jantung, dan takikardia dengan
2. dapat miring kanan miring dari aktivitas. peningkatan TD
kiri secara mandiri 5. Nilai respon klien 4. Aktivitas yang maju memberikan kontrol
3. dapat duduk tanpa bantuan terhadapkelelahan,sianosis,penurun jantung, meningkatkan regangan dan
an kesadaran,pucat, pusing, dan mencegah aktivitas berlebihan.
nyeri dada. 5. Aktivitas yang di sertai tanda dan gejala
tersebutmengindikasikan tidak adekuatnya
sirkulasi koroner yang mengakibatkan
iskemik dan infark miokard
4. Defisiensi Tujuan:Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan klien tentang 1. Mempermudah dalam memberikan
tindakan keerawatan selama penyakitnya penjelasan pada klien.
pengetahuan
3x24 jam diharapkan klien dan 2. Jelaskan tentang proses penyakit 2. Meningkatkan pengetahuan klien
berhubungan dengan keluarga mengetahui tentang (tanda dn gejala), identifikasi 3. Untuk mencegah keparahan pnyakit
penyakitnya kemungkinan penyebab dari 4. Supaya klien lebih memahami tentang
kurangnya informasi
KH : penyakit yang diderita klien penyakitnya
1. Klien mampu menjelaskan 3. Diskusikan perubahan gaya hidup
tentang penyakitnya yang mungkin digunakan untuk
2. Klien mampu mengenal mencegah komplikasi
kebutuhan perawatan dan 4. Tanyakan kembali pengetahuan
pengobatan klien tentang penyakinya

5. Perubahan pola Tujuan :Setelah dilakukan 1. Nilai adanya faktor yang 1. Perubahan pola tidur menyebabkan
istirahat tidur tindakan keperawatan selama menunjang gangguan pola tidur kecemasan, yang dapat memicu nyeri
berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan dapat (dispneu, sering buang air kecil dada dan meningkatkan konsumsi oksigen
nyeri dada, sesak memenuhi kebutuhan istirahat karena efek deuritik, nyeri, rasa miokard.
nafas. atau tidur klien ,dengan takut, cemas, merasa kesepian, 2. Keluhan fisik yang mengganggu
KH : kebisingan, lampu terlalu terang, kebutuhan istirahat tidur harus dikelola
1. Mata tidak sayu tindakan keperawatan). untuk menunjang kebutuhan istirahat dan
2. Wajah klien segar, 2. Berikan tindakan untuk mengatasi mengurangi kebutuhan oksigen miokard.
3. Tidur klien terpenuhi faktor penyebab (mengatur posisi 3. Prosedur ritual dapat memberikan
tidur yang nyaman, terapi deuretik kenyamanan fisik sebelum tidur yang
diberikan pada pagi hari, menunjang relaksasi.
memberikan obat anti nyeri sesuai 4. Dapat meningkatkan motivasi untuk tidur.
indikasi, memberikan selimut). 5. Obat sedatif menurunkan kecemasan dan
3. Memberikan prosedur ritual membantu untuk tidur.
sebelum waktu tidur yang 6. Efek samping obat yang membahayakan
menunjang istirahat tidur klien harus dikaji ulang.
(menggosok punggung, minum susu
hangat, mengatur suhu ruangan,
memberikan bantal yang nyaman,
mengajak klien berdo’a).
4. Rencanakan tindakan keperawatan
yang tidak mengganggu jam
istirahat tidur klien.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat sedatif atau
tranquilizer (diasepam) sesuai
indikasi.
6. Observasi reaksi, efek samping dan
tanda-tanda toksisitas obat yang
diberikan (bila ada segera laporkan
dokter).
6. Resiko kerusakan Tujuan : Setelah di lakukan 1. Anjurkan klien untuk memakai 1. Kulit berisiko karena gangguan sirkulasi
integritas kulit tindakan keperawatan selama pakaian yang longgr perifer, imobilitas fisik.
berhubungan dengan 3x24 jam di harapkan mampu 2. Hindari kerutan pada tempat tidur 2. Meningkatkan aliran darah, meminimalkan
tirah baring lama. mempertahankan integritas kulit 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap hipoksia jaringan.
, dengan bersih dan kering 3. Kulit yang bersih terhidar dari infeksi
4. Sibin pasien sehari 2x 4. Menghindari bau dan kerusakan kulit
KH : 5. Ubah posisi sering di tempat tidur, 5. Terlalu kering atau lembab dapat merusak
1. Tidak ada tanda – tanda bantu latihan gerak pasif / aktif. kulit dan mempercepat kerusakan
infeksi,
2. Klien diseka 2x dalam sehari
4.2.14 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi
Diagnosa Tgl/jam Catatan tindakan TTD Evaluasi TTD
Keperawatan
1) Nyeri kronis 24/06/19 1. Mengobservasi karakteristik nyeri, lokasi, Tanggal 24 Juni 2019 pukul 21.00
berhubungan 11.30 intensitas, lamanya,danpenyebaran. S :klien mengatakan nyeri dada sedikit
dengan iskemik Respon: klien mengatakan nyeri di dada, seperti berkurang, skala nyeri 4,sesak sedikit
miokard (agen tertekan benda berat, nyeri pada sebelah kiri, berkurang jika diberikan O2 tambahan
cidera fisik) dengan skala nyeri 5, nyei hilang timbul O : klien tampak gelisah, ekspresi wajah
11.35 2. Mengobservasi ttv meringis ksakitan
Respon :TD :110/80 mmHg 1. TD : 120/90 mmHg
Nadi :95x/menit 2. Nadi :89x/menit
RR:27x/menit 3. RR: 25x/menit
Suhu:36,5°C 4. SPO2 : 99%
12.00 3. mengatur posisi semifowler A : masalah belum teratasi
Respon: klien tampak lebih nyaman setelah P : lanjutkan intervensi
diposisikan semi fowler 1. Observasi karakteristik nyeri, lokasi,
13.00 4. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi intensitas, lamanya,danpenyebaran.
Respon: klien mengikuti perawat mengarkan teknik 2. Observasi ttv
relaksasi dengan nafas dalam dan teknik distraksi 3. Atur posisi fisiologis
dengan mendengarkan lagu-lagu 4. Mengajarkan teknik relaksasi dan
13.00 5. Memberikan oksigen tambahan dengan kanul nasal distraksi
atau maasker sesuai dengan indikasi. 5. Berikan oksigen tambahan dengan
Respon:klien tampak lebih rileks setelah diberkan kanul nasal atau maasker sesuai
O2 nasal 4lpm dengan indikasi.
15.00 6. Memenejemen lingkungan : Lingkungan yang 6. Menejemen lingkungan :
tenang dan batasi pengunjung. Lingkungan yang tenang dan batasi
Respon: klien lebih nyaman dengan lingkungan pengunjung.
yang tenang dan pengunjung yang sedikit 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam
16.00 8. Mengkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi santagesic
pemberian terapi santagesic 2x1 2ml,
Respon : setelah diberikan terapi santagesic nyeri
klien berkurang
2) Penurunan curah 24/06/19 1. Mengauskultasi dan catat terjadinya bunyi jantung Tanggal 24Juni 2019 pukul 21.00
jantung 11.35 S3 atau S4 - S : klien mengatakan pusing
berhubungan Respon: BJ 1 dan BJ 2 ireguler dan lemah. Adanya berkurang, sesak sedikit berkurang
dengan gangguan bunyi jantung tambahan murmur O:
kontraktilitas 16.15 2. Memberikan makanan dengan porsi sedikit tapi 1. BJ 1 dan dan BJ 2 ireguler lemah,
ventrikel kiri sering dan mudah dikunyah, batasi asupan kafein. 2. terdengan adanya bunyi jantung
16.20 Respon: klien makan dengan porsi RS habis, dan tambahan murmur
tidak mengkonsumsi kafen A : masalah teratasi sebagian
16.20 3. Meningkatkan tirah baring dengan posisi 45° P : lanjutkan intervensi
Respon: klien tampak tidak sesak setelah 1. Ukur tekanan darah.
diposisikan 45° 2. Berikan makanan dengan porsi
sedikit tapi sering dan mudah
dikunyah, batasi asupan kafein.
3. Tingkatkan tirah baring dengan
posisi 45°
3) Intoleransi aktivitas 24/06/19 1. Mengobservasi TTV Tnggal 24 Juni 219 pukul 21.00
berhubungan 11.35 Respon :TD :110/80 mmHg S : klien mengatakan masih nyeri, hanya
dengan Nadi :95x/menit berbaring ditempat tidur saja
ketidakseimbangan RR:27x/menit O: klien tampak belum mampu beraktifitas,
antara suplai dan Suhu:36,5°C semua aktifitas klien di lakukan di tempat
kebutuhan oksigen 2. Meningkatkan istirahat, batasi aktivitas pada dasar tidur seperti makan, minum dan mandi di
miokard 12.00 nyeri atau respon hemodinamik. bantu oleh keluarga dan perawat,
Respon: klien menurut atas apa yng diperintahkan TD:120/90
perawat Nadi :89x/menit
3. Membatasi pengunjung dan kunjungan oleh klien RR:25x/menit
12.10 Respon : setelah dinasehati perawat keluarga klien A: masalah belum teratasi
akan membatasi pengunjung P:lanjutkan intervensi
4. Menganjurkan klien menghindari peningkatan 1. Observasi ttv
15.00 tekanan abdomen, seperti mengejan saat defekasi. 2. Tingkatkan istirahat, batasi
Respon : klien paham apa yang dijelaskan perawat. aktivitas pada dasar nyeri atau
5. Menilai respon klien terhadap aktivitas yang telah di respon hemodinamik
15.00 lakukan, kelelahan,sianosis,pucat, pusing, dan nyeri 3. Batasi pengunjung
dada. 4. Anjurkan klien menghindari
Respon:: klien hanya tidur ditempat tidur, tidak ada peningkatan tekanan abdomen
aktifitas, tidak kelelahan, tidak sianosis, tidak pucat, 5. Nilai respon klien terhadap aktifitas
sedikit pusing, dan nyeri dada berkurang yang telah dilakukan
4) Perubahan pola 24/06/19 1. Menilai adanya faktor yang menunjang gangguan Tanggal 24 Juni 2019 pukul 21.00
istirahat tidur 11.30 pola tidur (dispneu, sering buang air kecil karena S : klien mengatakan masih pusing, nyeri
berhubungan efek deuritik, nyeri, rasa takut, cemas, merasa daada
dengan nyeri dada, kesepian, kebisingan, lampu terlalu terang, tindakan O : wajah klien tmpak tampak masih layu,
sesak nafas. keperawatan). A : masalah teratasi sebagian
Respon:klien mengatakan tidak bisa tidur karena P : Lanjutkan intervensi
16.30 sesak, nyeri dada, dan lampu terlalu terang, dan 1. Nilai adanya faktor yang menunjang
lingkungan yang rame gangguan pola tidur
2. Memberikan tindakan untuk mengatasi faktor 2. Berikan tindakan untuk mengatasi
penyebab (mengatur posisi tidur yang nyaman, faktor penyebab (mengatur posisi
terapi deuretik diberikan pada pagi hari, tidur yang nyaman, terapi deuretik
19.00 memberikan obat anti nyeri sesuai indikasi, diberikan pada pagi hari,
memberikan selimut). memberikan obat anti nyeri sesuai
Respon: setelah diberikan injeksi furosemide kien indikasi, memberikan selimut).
tidur 3. Berikan prosedur ritual sebelum
3. Memberikan prosedur ritual sebelum waktu tidur waktu tidur yang menunjang
yang menunjang istirahat tidur klien (menggosok istirahat tidur klien
punggung, minum susu hangat, mengatur suhu
ruangan, memberikan bantal yang nyaman,
mengajak klien berdo’a).
Respon: klien mengikuti perintah perawat sebelum
tidur minum air hangat, dan berdoa
.

5) Resiko kerusakan 24/06/19 1. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang Tanggal 24 Juni 2019 pukul 21.00
integritas kulit 15.20 longgar S :-
berhubungan Respon:klien memahami apa yang diperintahkan O : tidak tampak bula-bula, tidak tampak
dengan tirah baring perawat kemerahan disekitar punggung kien
lama 15.20 2. Menghindari kerutan pada tempat tidur A : masalah teratasi
Respon: tempat tidur klien terlihat rapi P :pertahankan intervensi
15.30 3. Menyibin pasien sehari 2x 1. anjurkan klien untuk memakai
Respon: klien mengatakan lebih nyaman jika pakaian yang longgar
disibin 2x dalam sehari 2. hindari kerutan pada tempat tidur
16.00 4. Mengubah posisi sering di tempat tidur, bantu 3. sibin pasien sehari 2x
latihan gerak pasif / aktif. 4. ubah posisi sering ditmpat tidur,
Respon: klien kooperatif bantu latihan gerak aktif/pasif
4.3 Pembahasan
Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang

terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam Asuhan Keperawatan pada

klien dengan Diagnosa medis Old Myocard Infark (OMI) di Ruang Mawar RSUD

Dr.Soeroto Ngawi yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi keperawatan.

4.3.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah langkah pertama melakukan pengumpulan

data yang sengaja di lakukan secara sistematis untuk memperoleh informasi atau

data dari klien sehingga masalah keperawatan klien dapat di rumuskan dengan tepat

(Subekti dkk, 2012).

1. Pengkajian berdasarkan Tinjauan Pustaka

Menurut Udjianti (2013) keluhan yang sereing muncul pada penderita OMI

antara lain nyeri dada sebelah kiri , sesak nafas, jantung berdebar-debar, kulit

tampak pucat, keluar keringat dingin, keletihan, mual dan muntah.

Menurut Udjianti (2013) pemeriksaan fisik pada klien OMI di dapatkan hasil

tekanan darah dapat naik, normal, atau turun, dapat terjadi takikardia atau

bradikardia, frekuensi pernafasan meningkat, suhu tubuh dapat normal, tetapi juga

dapat meningkat, ekspresi wajah menyeringai menahan nyeri, terdapat pernafasan

cuping hidung, sianosis, konjungtiva pucat, distensi pada vena jugularis, adanya

retraksi intercostae, terdapat suara nafas tambahan, ictus cordis pada garis sternal

kiri, perkusi jantung pekak pada ICS III-VI, edema pada ekstremitas.
Menurut Price dan Wilson (2006) hasil pemeriksaan EKG di dapatkan hasil Q

patologis.

2. Pengkajian pada Tinjuan Kasus

Di dalam tinjauan kasus di temukan kaluhan nyeri dada sebelah kiri nyeri

seperti tertekan benda berat yang menjalar ke lengan kiri, bahu kiri, leher, dan

rahang kiri, jantung berdebar – debar, keringat dingin, badan, sesak nafas, terasa

lemas, klien belum BAB selama 3 hari.

Hasil pemeriksaan keadaan umum : kesadaran compos mentis, pada

pemeriksaan fisik di dapatkan hasil tanda – tanda vital : TD: 110/80 mmhg, Nadi :

95 x/menit, respirasi : 27 x/menit, suhu : 365 C terdapat suara nafas tambahan

ronkhi, retraksi dinding dada, terpasang O2 nasal kanul 4 lpm. Bunyi jantung 1

dan 2 irregular dan lemah terdapat bunyi jantung tambahan murmur, akral dingin,

CRT < 3 detik, bising usus 6 x/menit, palpasi abdomen teraba skiballa.

Pemeriksaan EKG pada klien di dapatkan hasil Q patologis. Pada

pemeriksaan radiologi di dapatkan hasil pembesaran pada jantung. Pada

pemeriksaan elektrokardiografi sudah sesuai dengan tinjauan pustaka yaitu adanya

gambaran Q patologis.

3. Kesenjangan antara pengkajian pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus

Pada dasarnya tidak banyak kesenjangan antara tinjauan pustaka dan kasus.

Kesenjangan yang muncul pada tinjauan kasus klien tidak mengalami mual dan

muntah dan odemaperifer. Mual dan muntah pada penderita OMI dapat terjadi

akibat nyeri hebat yang tidak dapat terkontrol akibat terjadi reflek vasofagal, hal

tersebut sesuai dengan teori (Kowalak, 2012), sedangkan pada klien nyeri dada
masih dapat di kontrol. Edema perifer dapat terjadi akibat adanya mekanisme

kompensasi untuk mempertahankan curah jantung, sehingga menyebabkan kortek

adrenal melepaskan aldosteron, aldosteron mensekresi natrium dan air sehingga

dapat menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik, maka terjadilah odema

(Muttaqin, 2012).

4. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu komponen penting pada proses

keperawatan untuk tujuan perencanaan perawatan klien. Diagnosis keperawatan

berasal dari analisis dan sintesis, dan tidak diidentifikasi tersendiri (Christensen &

Kenney, 2009).

. Berdasarkan analisa diatas diperoleh diagnosa keperawatan pada kasus

yang akan dibandingkan dengan diagnosa keperawatan yang ada pada tinjauan

pustaka yaitu sebagai berikut :

4.2.1 Diagnosa keperawatan berdasarkan Tinjauan Pustaka

Menurut NANDA 2015menjelaskan bahwa diagnosa keperawatan yang

mungkin muncul pada penderita OMI yang ada pada tinjuan pustaka ada 10

antara lain :

1. Nyeri Akut berhubungan dengan iskemik miokard (agen cidera biologis).

2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan gangguan kontraksi pada

ventrikel kiri

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi cairan di dalam

alveoli
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen miokard.

6. Kecemasan berhubungan kurang pengetahuan mengenai penyakit jantung

7. Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri dada, sesak nafas dan

hospitalisasi.

8. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual dan muntah

9. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus

10. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring

4.2.2 Diagnosa keperawatan berdasarkan Tinjauan Kasus

Dari 11 diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka tidak semua ada pada

tinjauan kasus. Diagnosa pada tinjauan kasus di sesuaikan dengan tanda dan

gejala yang dialami oleh klien. Terdapat 5 diagnosa keperawatan yang muncul

pada tinjauan kasus yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard (agen cidera biologis)

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas

ventrikel kiri

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen miokard

4. Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri dada, sesak nafas

dan hospitalisasi.
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring

4.2.3 Kesenjangan antara Diagnosa keperawatan pada Tinjauan Pustaka dan

Tinjauan Kasus

Sedangkan diagnosa keperawatan dari tinjauan pustaka yang tidak muncul pada

tinjauan kasus antara lain :

1. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan natrium

dan air dan peningkatan hiodrostatik

Pada tinjauan teori masalah ini muncul jika terjadi peningkatan reflek

simpatis adregenik yang kemudian menyebabkan pelepasan renin, dapat

merangsang pembentukan angiostensin yang merangsang korteks adrenal

untuk mensekresi aldosteron, hormon aldosteron ini menyebabkan retensi Na

dan Air yang kemudian dapat menyebakan peningkatan volume intravaskuler

dan menyebabkan edema(Kowalak, 2013). Sedangkan pada klien karena

sudah di berikan terapi injeksi diuretik, di mana fungsi diuretik adalah untuk

mengeluarkan kelebihan cairan di dalam tubuh. Di buktikan dengan tidak

adanya odema perifer Dan pola sehari – hari klien minum air putih (di batasi)

± 1500 cc/hari, cairan infus 1000 cc / hari. BAK terpasang cateter urine 1000

cc/24 jam.

2. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah

Pada tinjauan teori masalah ini muncul akibat nyeri hebat, yang

menstimulasi reflek vasofagal (reflek syaraf vagus). Akibat dari stimulasi

reflek ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah (kowalak, 2013).


Sedangkan pada kasus Ny. K masalah ini tidak di temukan karena saat

pengkajian klien tidak mengeluh mual dan muntah. Yang di buktikan dengan

pola sehari – hari klien selama di rumah sakit makan nasi halus (sesuai diet

dari ahli gizi), klien makan 3 kali / hari, satu porsi habis

3. Gangguan perfusi jaringan

Pada tinjauan teori muncul diagnosa gangguan perfusi jaringan

berhubungan dengan penurunan curah jantung diakibatkan oleh perubahan

homeodinamik yang mengakibatkan hipoksemia (kowalak, 2013). Sedangkan

pada kasus Ny. K tidak terjadi hipoksemia, melainkan kondisi tubuh memiliki

kelebihan oksigen.

4. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai penyakit

jantung

Pada tinjauan teori muncul diagnosa kecemasan brhubungan dengan kurang

pengetahuan mengenai penyakit jantung diakibatkan oleh kondisi pasien

yang lemah, lalu pasien cemas akan penyakitnya. Sedangkan pada kasus Ny.

K , klien tidak cemas sedikitpun tentang penyakitnya.

5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus

6. Perencanaan keperawatan

Intervensi (perencanaan) merupakan rencanayang didasarkan pada pengkajian

dan diagnosis dari status kesehatan klien, kekuatan, dan masalah klien. Setelah

diagnosis keperawatan divalidasi, diagnosis keperawatan tersebut memberikan

arahann untuk menentukan cara membantu klien guna menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan pemulihan, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan

(Christensen & Kenney, 2009).

Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada tinjauan

pustaka perencanaan menggunakan kriteria hasil yang mengacu pada pencapaian

tujuan.

Sedangkan pada tinjauan kasus perencanaan menggunakan sasaran, dalam

intervensinya dengan alasan penulis berupaya memandirikan klien dan keluarga

dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan melalui peningkatan

pengetahuan (Kognitif ), keterampilan mengenai masalah (Psikomotor) dan

perubahan tingkah laku klien (Afektif ).

Dalam tujuan pada tinjauan kasus dicantumkan kriteria waktu karena pada

kasus nyata keadaan klien secara langsung. Intervensi diagnosa keperawatan yang

ditampilakan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesamaan namun

masing – masing intervensi tetap mengacu pada sasaran, data dan kriteria hasil

yang telah di tetapkan. Adapun rencana keperawatan sudah sesuai dengan diagnosa

keperawatan, antara lain sebagai berikut :

5.3.1 Nyeri dada akut berhubungan dengan iskemia miokard (agen cidera

biologis)

Pada tinjauan pustaka menurut Doenges (2014), rencana asuhan

keperawatan dengan diagnosa nyeri dada akut berhubungan dengan iskemia

miokard (agen cidera biologis) di lakukan keperawtan selama 1x24 jam di

harapkan menyatakan penurunan nyeri dada (skala nyeri 0-3), pola EKG

isoelektris, normal, TTV dalam batas normal (TD 110/80mmhg, nadi 60-
100x/menit, respirasi 18 – 24 x/menit. Intervensi untuk mengatasi diagnosa nyeri

akut berhubungan dengan iskemia miokard (agen cidera biologis) antara lain

Observasi karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lamanya, dan penyebaran,

Lakukan menejemen nyeri (atur posisi semifowler, istirahatkan klien, pertahankan

pemberian oksigen), lakukan menejemen sentuhan (masase pada daerah dada),

kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian santagesic.

Pada tinjauan kasus rencana asuhan keperawatan dengan diagnosa nyeri

dada akut berhubungan dengan iskemia miokard (agen cidera biologis) di lakukan

keperawtan selama 3x24 jam menit di harapkan menyatakan penurunan nyeri

dada (skala nyeri 0-2), pola EKG isoelektris, kardiak izoenzim normal, TTV

dalam batas normal (TD sistole 120/80 mmhg, nadi 60-100x/menit, respirasi 18 –

24 x/menit.intervensi yang di lakukan untuk mengatasi diagnosa ini antara

lain,observasi karakteristik nyeri, lakukan menejemen keperawatan ( atur posisi,

ishtirahatkan klien, berikan oksigen tambahan), lakukan menegemen nyeri

(masase pada daerah nyeri), kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi

santagesic 2x1 2ml,

Kesenjangan yang muncul adalah pada kriteria waktu, pada tinjauan

pustaka disebutkan bahwa waktu minimal untuk menyelesaikan masalah nyeri

akut adalah 1x24 jam, tetapi dalam tinjauan kasus penulis melakukan tindakan

keperawatan selama 2x24 jam. Waktu pada tinjauan pustaka 1x24 jam, hanya

untuk menangani kegawatdaruratnya saja, sedangkan pada tinjauan kasus 3x24

jam, tidak hanya menangani kegawatdaruratnya tetapi juga untuk memulihkan

status kesehatan klien dan mencegah terjadinya serangan ulang. Selain itu
intervensi melakukan kolaborasi dalam pemberian terapi non-farmakologis

(PTCA & CABG) tidak di lakukan karena dokter tidak menganjurkan selain itu

fasilitas tersebut belum di rumah sakit belum ada.

5.3.2 Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas

ventrikel kiri

Pada tinjauan pustaka menurut Doenges (2014), rencana asuhan

keperawatan dengan diagnosa penurunan curah jantung berhubungan dengan

gangguan kontraktilitas ventrikel kiri. Setelah di lakukan tindakan keperawatan

selama 15 menit di harapkan dapat mempertahankan curah jantung adekuat

dengan kriteria hasil tanda – tanda vital dalam batas normal (TD sistole : 100-

120 mmhg diastole : 70-80 mmhg, nadi 60-100 x/menit, suhu 365-375 C), irama

jantung tidak menunjukan tanda – tanda disritmia (jantung berdebar, keringat

dingin, takikardia, bradikardia), akral hangat, wajah tidak pucat konjungtiva

merah muda, BJ 1 dan BJ2 2 reguler dan kuat, tidak ada suara jantung tambahan

dengan intervensi sebagai berikut : ukur tekanan darah dan bandingkan tekanan

darah kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, dan duduk bila

memungkinkan, evaluasi kualitas denyut nadi, auskultasi dan catat adanya bunyi

jantung tambahan, pantau frekuensi jantung dan irama jantung, kolaborasi

dengan tim medis untuk pemberian heparin melalui intravena, pantau data

laboratorium enzim jantung, GDA, dan elektrolit.


Pada tinjauan kasus rencana asuhan keperawatan dengan diagnosa

penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas

ventrikel kiri. Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam di

harapkan dapat mempertahankan curah jantung adekuat dengan kriteria hasil

tanda – tanda vital dalam batas normal (TD sistole : 100-120 mmhg diastole :

70-80 mmhg, nadi 60-100 x/menit, suhu 365-375 C), irama jantung tidak

menunjukan tanda – tanda disritmia (jantung berdebar, keringat dingin,

takikardia, bradikardia), akral hangat, wajah tidak pucat konjungtiva merah

muda, BJ 1 dan BJ2 2 reguler dan kuat, tidak ada suara jantung tambahan.

Dengan intervensi antara lain ukur tekanan darah, evaluasi kualitas denyut

nadai, auskultasi bunyi jantung, pantau frekuensi dan irama jantung.

Kesenjangan yang muncul adalah pada kriteria waktu, pada tinjauan

pustaka disebutkan bahwa waktu minimal untuk menyelesaikan masalah

penurunan curah jantung adalah 15 menit , tetapi dalam tinjauan kasus penulis

melakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam. Waktu pada tinjauan

pustaka 15 menit, hanya untuk menangani kegawatdaruratnya saja, sedangkan

pada tinjauan kasus 4x24 jam, tidak hanya menangani kegawatdaruratnya tetapi

juga untuk memulihkan status kesehatan klien sampai klien benar – benar di

nyatakan sembuh. Selain itu intervensi kolaborasi pemberian heparin melalui IV

dan memantau data enzim jantung tidak di lakukan karena dokter tidak

menganjurkan..

5.3.3 Intoleransi aktrifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara supali

dan kebutuhan oksigen miokard


Pada tinjauan pustaka menurut Doenges (2014), rencana asuhan

keperawatan dengan intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard di lakukan tindakan keperawatan

selama 45 menit di harapkan terbebas dari nyeri dan mampu memenuhi kebutuhan

secara mandiri dengan kriteria hasil tidak ada keluhan nyeri saat melakukan

aktivitas, aktivitas tidak hanya di tempat tidur, klien dapat miring kanan dan kiri

secara mandiri, dapat duduk tanpa bantuan, makan dan minum secara mandiri.

Dengan intervensi sebagai berikut :catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan

TD sebelum, selama, sesudah aktivitas sesuai indikasi, tingkatkan istirahat, batasi

pengunjung, anjurkan klien menghindari peningkatan tekanan abdomen, seperti

mengejan saat defekasi, jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktivitas, nilai

respon klien terhadap aktivitas yang di lakukan, rujuk ke program rehabilitasi

jantung.

Pada tinjauan kasus rencana asuhan keperawatan dengan intoleransi aktifitas

berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

miokard di lakukan tindakan keperawatan selama 4x 24 jam menit di harapkan

terbebas dari nyeri dan mampu memenuhi kebutuhan secara mandiri dengan

kriteria hasil tidak ada keluhan nyeri saat melakukan aktivitas, aktivitas tidak

hanya di tempat tidur, klien dapat miring kanan dan kiri secara mandiri, dapat

duduk tanpa bantuan, makan dan minum secara mandiri. Dengan intervensi

sebagai berikut :catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD sebelum,

selama, sesudah aktivitas sesuai indikasi, tingkatkan istirahat, batasi pengunjung,


jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktivitas, nilai respon klien terhadap

aktivitas yang di lakukan.

Kesenjangan yang muncul adalah pada kriteria waktu, pada tinjauan pustaka

disebutkan bahwa waktu minimal untuk menyelesaikan masalah intoleransi

aktifitas adalah 45 menit, tetapi dalam tinjauan kasus dengan waktu tersebut

ternyata masalah belum teratasi, sehingga penulis melakukan tindakan

keperawatan selama 4 x 24 jam. Waktu pada tinjauan pustaka 45 menit, hanya

untuk menangani kegawatdaruratnya saja, sedangkan pada tinjauan kasus 4x24

jam, tidak hanya menangani kegawatdaruratnya tetapi juga untuk memulihkan

status kesehatan klien sampai klien benar – benar di nyatakan sembuh. Selain itu

intervensi rujuk ke rehabilitasi jantung tidak di lakukan karena belum adanya

fasilitas untuk rehabilitasi khusus jantung di rumah sakit.

5.3.4 Tindakan keperawatan

Tindakan adalah perwujudan atau realisasi dari perencanaan yang telah

disusun. Pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum dapat direalisasikan karena

hanya membahas teori asuhan keperawatan. Sedangkan pada kasus nyata

pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada klien dan ada

pendokumentasian dan intervensi keperawatan.

Tindakan rencana keperawatan dilakukan secara terkoordinasi dan

terintegrasi untuk pelaksanaan diagnosa pada kasus tidak semua sama pada

tinjauan pustaka, hal itu karena disesuaikan dengan keadaan klien yang

sebenarnya.
Dalam melaksanakan tindakan ini ada faktor penunjang maupun faktor

penghambat yang penulis alami. Hal – hal yang menunjang dalam asuhan

keperawatan yaitu antara lain : adanya kerjasama yang baik dari perawat maupun

dokter ruangan dan tim kesehatan lainnya, tersedianya sarana dan prasarana

diruangan yang menunjang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan

penerimaan adanya penulis. Dalam pembahasan ini akan diuraikan tentang

bagaimana tindakan keperawatan pada klien dengan penyakit jantung koroner

adalah sebagai berikut :

Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard (agen cidera biologis)

Pada tinjauan pustaka pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan

dengan iskemia miokard (agen cidera biologis) tindakan keperawatan antara lain

menngobservasi karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lamanya, dan penyebaran,

melakukan menejemen nyeri (atur posisi semifowler, istirahatkan klien,

pertahankan pemberian oksigen), lakukan menejemen sentuhan (masase pada

daerah dada), melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi

antiangina, kolaborasi dalam pemberian terapi farmakologis antikoagulan,

kolaborasi dalam pemberian terapi farmakologis trombolitik.

Pada tinjauan kasus pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan

dengan iskemia miokard (agen cidera biologis) pada tanggal 24 juni 2019 di

lakukan tindakan antara lain melakukan menejemen keperawatan ( atur posisi,

istirahatkan klien, berikan oksigen tambahan nasal kanul 4 lpm), melakukan

menegemen nyeri (masase pada daerah nyeri), melakukan kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian terapi santagesic 2x1, observasi karakteristik nyeri.

Tindakan keperawatan hari selanjutnya sama dengan tindakan pada hari pertama.

Semua tindakan keperawatan dilakukan pada kasus karena menyesuaikan dengan

kondisi klien.

Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas ventrikel

kiri

Pada tinjauan pustaka penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan

kontraktilitas ventrikel kiri di lakukan tindakan keperawatan antara lain mengukur

tekanan darah dan bandingkan tekanan darah kedua lengan, ukur dalam keadaan

berbaring, dan duduk bila memungkinkan, mengevaluasi kualitas denyut nadi,

mendengarkandan catat adanya bunyi jantung tambahan, memantau frekuensi jantung

dan irama jantung, melakukan, kolaborasi dengan tim medis lainya.

Pada tinjauan kasus resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan

gangguan kontraktilitas ventrikel kiri dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 24

Juni 2019 antara lainmengukur tekanan darah, mengevaluasi kualitas denyut nadi,

mendengarkan bunyi jantung, pantau frekuensi dan irama jantung. Tindakan

keperawatan hari selanjutnya sama dengan tindakan pada hari pertama. Semua tindakan

keperawatan dilakukan pada kasus karena menyesuaikan dengan kondisi klien.

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen miokard

Pada tinjauan pustaka intoleransi aktifits berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard di lakukan tindakan


keperawatan antara lain mencatat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD sebelum,

selama, sesudah aktivitas sesuai indikasi, meningkatkan istirahat, membatasi

pengunjung, menganjurkan klien menghindari peningkatan tekanan abdomen, seperti

mengejan saat defekasi, menjelaskan pola peningkatan bertahap dari aktivitas, menilai

respon klien terhadap aktivitas yang di lakukan, merujuk ke program rehabilitasi

jantung.

Pada tinjauan pustaka intoleransi aktifits berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard pada tanggal 24

Juni 2019 di lakukan tindakan keperawatan antara lain mencatat frekuensi

jantung, irama, dan perubahan TD sesudah aktivitas sesuai indikasi, tingkatkan

istirahat, membatasi pengunjung, menjelaskan pola peningkatan bertahap dari

aktivitas,menilai respon klien terhadap aktivitas yang di lakukan. Tindakan

keperawatan hari selanjutnya sama dengan tindakan pada hari pertama. Semua

tindakan keperawatan dilakukan pada kasus karena menyesuaikan dengan kondisi

klien.

4.5 Evaluasi keperawatan

Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilaksanakan karena merupakan

kasus semu (Dermawan 2012), sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat

dilakukan karena dapat diketahui keadaan klien dan masalahnya secara langsung.

Evaluasi Dalam tinjauan kasus pada Ny. K ini, dilakukan evaluasi setiap hari

untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan yang diharapkan atau timbul

masalah baru.Jika belum tercapai, rencana keperawatan bisa tetap diteruskan atau

ditambahkan rencana keperawatan baru. Pada klien infark miokard akut setelah
dilakukan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan sesuai dengan teori

yang ada dapat disimpulkan bahwa tujuan dari tindakan keperawatan telah

tercapai, dan dapat dilanjutkan dengan perencanaan pulang, antara lain sebagai

berikut :

4.5.1 Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard (agen cidera biologis)

Pada tinjauan pustaka dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan

iskemia miokard (agen cidera biologis) masalah teratasi dengan mengacu pada

(Dongoes, 2014) dengan kriteria hasil klien mengatakan penurunan nyeri dada,

skala nyeri 0-3, tanda – tanda vital dalam batas normal, (sistole 100-120 diastole

70-80 mmhg, nadi nadi 100 x/menit, pola EKG ST isoelektris.

Pada tinjauan kasus di lakukan evaluasi keperawatan selama 4x24 jam. Pada

tanggal 1 maret 2018 masalah klien teratasi. Respon klien sama dengan hasil

yang diharapkan yaitu klien tidak merasakan nyeri dada, hasil pemeriksaan

tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi 78x/menit dan frekuensi pernafasan

20 x/menit, skala nyeri 0, hasil pemeriksaan Elektrokardiogram ulangan

didapatkan hasil normal EKG, sehingga keadaan seperti ini sudah diperbolehkan

pulang oleh dokter. Sebelum klien pulang

4.5.2 Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas

ventrikel kiri

Pada tinjauan pustaka dengan diagnosa penurunan curah jantung

berhubungan dengan gangguan kontraktilitas ventrikel kiri masalah teratasi dengan

mengacu pada (Dongoes, 2014) dengan kriteria tanda – tanda vital dalam batas
normal, (sistole 100-120 diastole 70-80 mmhg, nadi nadi 100 x/menit, jantung tidak

berdebar debar, akral hangat, wajah tidak pucat.

Pada tinjauan kasus di lakukan evaluasi keperawatan selama 3x24 jam. Pada

tanggal 26 Juni 2019 masalah klien teratasi. Dengan respon klien mengatakan

sudah tidak tidak pusing, jantung tidak berdebar, tidak keluar keringat dingin, hasil

pemeriksaan tekanan darah 120/70 mmhg, frekuensi nadi 78 x/menit denyut nadi

teratur dan kuat, sehingga masalah dapat teratasi serta pasien diperbolehkan pulang

oleh dokter. Sebelum pasien pulang, perawat melakukan pendidikan kesehatan

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan OMI yang dapat memperparah dan harus

dihindari seperti menghindari aktivitas berat dan kelelahan serta menghindari

makan-makanan yang tinggi lemak serta menghindari rokok. Anjurkan klien untuk

makan makanan yang tidak mengandung banyak lemak. Bila terdapat keluhan,

pasien dianjurkan segera memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan atau

rumah sakit dan minum obat secara teratur

1.5.4 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen jaringan miokard

Pada tinjauan pustaka dengan diagnosa ntoleransi aktifitas berhubungan

dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen jaringan miokard

masalah teratasi mengacu pada (dongoes, 2014) dengan kriteria tidak ada nyeri

saat melakukan aktivitas, aktivitas klien tidak hanya di tempat tidur, dapat miring

kanan, dan kiri secara mandiri, dapat duduk tanpa bantuan, dapat makan dan

minum secara mandiri.


Pada tinjauan kasus di lakukan evaluasi selama 3x24 jam. Pada tanggal 27

Juni 2019 masalah teratasi dengan respon klien tidak mearasakan nyeri saat

aktivitas, aktifitas dilakukan secara mandiri, BAK ke kamar mandi, sudah tidak

terpasang kateter urin, duduk tanpa bantuan, jalan-jalan keluar kamar secara

mandiri. Sehingga masalah keperawatan dapat teratasi dan diperbolehkan pulang

oleh dokter. Sebelum klien pulang perawat memberikan pengetahuan tentang

meningkatkan istirahat dan membatasi aktivitas klien. menganjurkan klien untuk

menghindari peningkatan tekanan abdomen, seperti mengejan saat defekasi.


BAB V
PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan


secara langsung pada klien dengan kasus Old Myocard Infark (OMI) di Ruang Mawar
RSUD Dr. Soeroto Ngawi, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sekaligus
saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan klien
dengan OMI

5.1 Simpulan

Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada
klien infark miokard akut maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:

1. Pada pengkajian di temukan adanya keluhan utama yaitu nyeri dada sebelah
kiri dan sesak.
2. Pada diagnosa di tinjauan pustaka terdapat 10 diagnosa keperawatan, pada
tinjaun kasus ditemukan 5 diagnosa yang sesuai tinjauan pustaka dengan
diagnosa prioritas nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard (agen
cidera biologis)
3. Intervensi atau perencanaan tindakan keperawatan telah disesuaikan dengan
tinjauan teori yang telah dimodifikasi sesuai kondisi klien.
4. Dalam melaksanakan implementasi keperawatan diperlukan kerjasama secara
tim, baik oleh klien, keluarga, tim medis yang lain seperti (ahli gzi, radiologi,
dan laboratorium). Implementasi asuhan keperawatan yang dilakukan sama
dengan teori dalam tinjauan pustaka dan rencana tindakan dilakukan sesuai
dengan keadaan klien yang sesungguhnya.
5. Pada akhir evaluasi semua masalah dapat teratasi karena adanya kerjasama
yang baik antara klien, keluarga dan tim kesehatan. Sehingga klien
diperbolehkan untuk pulang pada tanggal 27 Juni 2019.
6. Pada pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa
medis infark miokard akut dilakukan mulai tahan pengkajian, analisa data,
rencana asuha keperawatan, tindakan keperawatan sampai evaluasi.
1.2 Saran
Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Lahan Praktik
Hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan
perawatan serta pengobatan terutama bagi klien Old Myocard Infark (OMI). Hal
ini dapat dilakukan dengan cara menyediakan fasilitas-fasilitas yang belum
tersedia di lahan praktik, serta meningkatkan sumber daya manusia dari tenaga –
tenaga keperawatan, non perawatan maupun medis, salah satunya dengan sering
mengadakan pelatihan maupun dengan meraih jenjang yang lebih tinggi.
2. Bagi Institusi
Meningkatkan mutu pendidikan dan pengetahuan mahasiswa secara
formal dan informal khususnya pengetahuan dalam bidang keperawatan pada
klien dengan Old Myocard Infark (OMI), serta memberikan sarana dan
prasarana untuk menunjang penulisan karya tulis ilmiah yang lebih baik lagi
seperti penambahan literatur melalui e-book, jurnal langganan yang mudah
untuk diakses.
3. Bagi Profesi Perawat

a. Diharapkan perawat melatih ketrampilan, ilmu pengetahuan dan kesabaran


dalam hal berkomunikasi saat menghadapi klien sehingga dapat menggali
data keperawatan yang tepat dan akurat.
b. Ketepatan dan kecermatan dalam melaksanakan setiap prosedur keperawatan
menjadi kunci utama dalam mengatasi masalah klien
c. Kerja sama antar perawat dan tim kesehatan lain sangat diperlukan, karena
dengan keselarasan dan keharmonisan hubungan, kemajuan klien dapat di
capai secara optimal.
d. Di harapkan perawat dapat melakukan home care ke rumah klien untuk
memantau kondisi dan perkembangan klien setelah klien pulang dari rumah
sakit
4. Bagi peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan mencari literatur dengan tahun terbit


terbaru dan menuliskan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan literatur
acuan serta mencari literatur melalui e-book atau jurnal-jurnal pada kasus Old
Myocard Infark (OMI) sehingga lebih mudah dalam penyusunan karya tulis
ilmiah.

5. Bagi Keluarga
Keluarga di harapkan berpartisipasi untuk mengingatkan tentang terapi
yang harus dipatuhi oleh klien dan memberikan motivasi serta dukungan pada
klien agar pasien taat menjalani program terapi yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai