Anda di halaman 1dari 11

TRAKEOSTOMI

2.1. Pengertian Trakeostomi


Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan / anterior trakea untuk
mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian
atas.(Hadikawarta Rusmajono, 2004)
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk
mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian
atas (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).
Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi pasien dengan
ventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernafasan bagian atas. Insisi yang dilakukan pada
trakea disebut dengan trakeotomi sedangkan tindakan yang membuat stoma selanjutnya diikuti
dengan pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru dengan menggunakan
jalan pintas jalan nafas bagian atas disebut dengan trakeostomi (Robert, 1997).
Dapat disimpulkan, trakeostomi adalah tindakan operasi membuat jalan udara melalui leher
dengan membuat stoma atau lubang di dinding depan/ anterior trakea cincin kartilago trakea ketiga
dan keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma, diikuti pemasangan kanul. Bertujuan
mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian
atas saat pasien mengalami ventilasi yang tidak adekuat dan gangguan lalulintas udara pernapasan
karena obstruksi jalan nafas bagian atas.

2.2. Fungsi Trakeostomi


1. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan yang
diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total
dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar (paling
sedikit pipa 7)
2. Proteksi terhadap aspirasi
3. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien dengan
gangguan pernafasan
4. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan
5. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus respiratorius
6. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh tekanan
negative intratoraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang normal

2.3. Indikasi Dan Kontra Indikasi Trakeostomi


Manifestasi Klinis yang mengindikasikan terjadinya trakeostomi:
1) Terjadinya obstruksi jalan nafas atas secretpada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara
fisiologis,missal nya pada pasien dalam keadaan koma.
2) Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).apabila terdapat benda asing di
subglotis.penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas (missal, angina Ludwig),
neoplastik atau traumatic yang timbul melalui mekanisme serupa.
3) Mengurangi ruang rugi disaluran nafas atas seperti rongga mulut,sekitar lidah dan
faring.hal ini sangat berguna pada pasien dengan kerusakan paru-paru,yang kapasitas vital
nya berkurang.

1. Indikasi dari trakeostomi antara lain:


a) Terjadinya obstruksi jalan nafas atas.
b) Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya pada pasien
dalam keadaan koma.
c) Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).
d) Apabila terdapat benda asing di subglotis.
e) Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina ludwig), epiglotitis dan lesi
vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui mekanisme serupa.
f) Obstruksi laring
g) Karena radang akut, misalnya pada laryngitis akut, laryngitis difterika, laryngitis
membranosa, laringo-trakheobronkhitis akut, dan abses laring.
h) Karena radang kronis, misalnya perikondritis, neoplasma jinak dan ganas, trauma laring,
benda asing, spasme pita suara, dan paralise Nerus Rekurens.
i) Sumbatan saluran napas atas karena kelainan kongenital, traumaeksterna dan interna,
infeksi, tumor.
j) Cedera parah pada wajah dan leher.
k) Setelah pembedahan wajah dan leher.
l) Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakibatkan
resiko tinggi terjadinya aspirasi.
m) Penimbunan sekret di saluran pernafasan. Terjadi pada tetanus, trauma kapitis berat, Cerebro
Vascular Disease (CVD), keracunan obat, serta selama dan sesudah operasi laring
2. Kontraindikasi dari trakheostomi antara lain :
Infeksi pada tempat pemasangan, dan gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol,
seperti hemofili.

2.4. Klasifikasi Trakheostomi


1. Menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan menjadi
a. Trakeostomi elektif : Insisi horisontal
b. Trakeostomi emergensi : Insisi vertikal
2. Menurut waktu dilakukannya tindakan, trakeostomi dibedakan menjadi
a. Trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana sangat kurang.
b. Trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik.
3. Menurut lamanya pemasangan, trakheostomi dibagi menjadi
a. Tracheal stoma post laryngectomy : Merupakan tracheostomy permanen. Tracheal
cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas cartilage
mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy tube
(canule).
b. Tracheal stoma without laryngectomy : Merupakan tracheostomy temporer. Trachea dan
jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan tracheostomy
tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada penderita yang sedang
mendapat radiasi dan selama pelaksanaan MRI Scanning).

2.5. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan trakeostomi yaitu :
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Analisa gas darah arteri
3. Rontgen dada (Thorax)
4. Pemeriksaan laboratorium : masa perdarahan dan masa pembekuan (BT,CT,PT,APTT),
Status nutrisi / elektrolit, nilai Hb.
2.6. Komplikasi Trakheostomi

No Waktu Komplikasi
1. Intra-operatif  Haemorrhage (perdarahan).
 Rasa panas pada jalan nafas
 Cedera pada trakea dan laring
 Cedera pada struktur trakeal
 Emboli udara
 Apnea
 Henti jantung
 Perforasi
 Ruptur pleura viseralis
 Sumbatan darah/ secret
2. Post-Operatif  Emfisema subkutan
 Pneumotoraks/ pneumomediastinum
 Infeksi luka
 Trakea nekrosis
 Masalah menelan

3. Jangka panjang  Obstruksi jalan nafas atas


 Infeksi
 Fistula trakeosofagus
 Stenosis trakea
 Iskemia atau nekrosis trakea

2.6. Penatalaksanaan Trakeostomi


1. Jenis Tindakan Trakeostomi
a. Surgical trakeostomy
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi
dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.
b. Percutaneous Tracheostomy
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan
pembuatan lubang diantara cincin trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang
dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan
scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
c. Mini tracheostomy
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini
dimasukan menggunakan kawat dan dilator.
2. Jenis Pipa Trakeostomi
a. Cuffed Tubes
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko
timbulnya aspirasi.
b. Uncuffed Tubes
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai
risiko aspirasi.
c. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam)
Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul
dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi.
d. Silver Negus Tubes
Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak
perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri.
e. Fenestrated Tubes
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga
penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini
memungkinkan penderita untuk dapat berbicara.
3. Alat-Alat Trakeostomi
 puit yang berisi analgesia.
 Pisau bedah.
 Pinset anatomi.
 Gunting panjang tumpul.
 Sepasang pengait tumpul.
 Benang bedah.
 Klem arteri, gunting kecil yang tajam.
 Kanul trakea dengan ukuran yang sesuai.
4. Teknik Trakeostomi
a. Persiapan tindakan :
1. Persiapan pasien : puasa minimal 4 jam sebelum tindakan.
2. Informed consent ke keluarga pasien berupa surat ijin tindakan (SIT) Kedokteran, SIT
Anasthesi, bukti edukasi dan persetujuan ke bagian administrasi.
3. Pemeriksaan laboratorium : masa perdarahan dan masa pembekuan, Hb.
4. Persiapan Alat :
 Kanul trakeostomi ukuran 7fr atau 7,5fr atau sesuai instruksi dokter.
 Set steril untuk tindakan trakeostomi.
 Obat – obatan anasthesi
5. Persiapan Pasien.
 Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bagian kaki lebih rendah 30° untuk
menurunkan tekanan vena sentral pada vena-vena leher.
 Bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk
diekstensikan pada persendian atalanto oksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan
lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher.
 Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup
dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan
fossa suprasternal secara infiltrasi.
6. Prosedur Inti.
 Sayatan kulit 5 sentimeter, vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid
sampai fosa suprasternal, sedangkan sayatan horizontal di pertengahan jarak antara
kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid
orang dewasa.
 Dengan gunting panjang yang tumpul, kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan
lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea
yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila
lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah
ditemukan. Pembuluh darah vena jugularis anterior yang tampak ditarik ke lateral.
Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika
tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya.
Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat kedua tepinya dan disisihkan ke
lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat.

2.7. Perawatan Trakeostomy


1) Perawatan trakeostomi meliputi:
1. Pembersihan secret atau biasa disebut trakeobronkial toilet
2. Perawatan luka pada trakeostomi
3. Perawatan anak kanul
4. Humidifikasi untuk menjaga kelembapan
2) Tujuan Perawatan Trakeostomi
1. Untuk mencegah sumbatan pipa trakeostomi (Pluging)
2. Untuk mencegah infeksi
3. Meningkatkan fungsi pernafasan (ventilasi dan oksigenasi)
4. Bronkial toilet yang efektif
5. Mencegah pipa tercabut

ASUHAN KEPERAWATAN TRAKEOSTOMI

3.1. Pengkajian
1. Anamnnesa
1. Data Demografi : Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
2. Data Subyektif : sesak napas, nyeri
3. Data obyektif : RR meningkat, Saturasi O2 menurun
4. Pemeriksaan Fisik: B1 : Ronchi, RR meningkat, Saturasi O2 menurun
5. Pengkajian Psikososial: Ansietas terjadi pada pasien dengan trakeostomi.

2. Pengkajian Teoritis Lengkap


1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang meliputi : Nama, jenis
kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama dan tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah batuk berdahak,
nyeri dada, sesak napas.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Penderita obstruksi jalan napas menampakkan gejala nyeri dada, batuk berdahak , dan
disertai sesak napas dan adanya edema pada laring.
4. Riwayat Kesehatan terdahulu
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien
pernah menderita penyakit sebelumnya seperti: adanya riwayat merokok, penggunaan
alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral.
5. Riwayat kesehatan Keluarga
Riwayat adanya penyakit obstruksi jalan napas pada anggota keluarga yang lain seperti:
penyakit Asma.
6. Data Dasar Pengkajian Pasien
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek.
Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat, perubahan irama pernapasan, takipnea.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya hipertensi.
3) Tanda : Kenaikan tekanan darah meningkat, penampilan kemerahan, atau pucat.
4) Integritas ego
Gejala : Perasaan takut aka kehilangan suara, mati, terjadinya / berulangnya kanker.
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan
kerja dan keuangan.
Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menola, menyangkal.
5) Makanan/cairan
Gejala : Kesulitan menelan.
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, bengkak, luka (malnutrisi)
6) Neurosensori
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda, ketulian.
Tanda : Parau menetap atau kehilangan suara, kesulitan menelan, ketulian konduksi,
kerusakan membrane mukosa.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) .
Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan).
8) Pernafasan
Gejala : Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau, bekerja dengan debu
serbuk kayu, kimia toksik/serbuk, logam berat, riwayat penggunaan berlebihan
suara, riwayat penyakit paru kronis, batuk dengan/tanpa sputum, drainase darah pada
nasal.
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnea.

3.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Priode Praoperasi
 Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dijalani dan dampak
kondisi pada gaya hidup.
2. Priode Pasca Operasi
 Resiko tinggi inefektif bersihan jalan nafas b.d. peningkatan sekresi sekunder terhadap
trakeostomi, obstruksi kanula dalam, atau perubahan posisi selang trakeostomi.
 Resiko tinggi terhadap infeksi b.d penumpukan sekresi berlebihan dan bypass
pertahanan pernafasan atas.
 Kerusakan komunikasi verbal b.d ketidakmampuan untuk menghasilkan bicara
sekunder terhadap trakeostomi.
 Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh yang b.d proses penyakit, anoreksia,
disfagia, odinofagia, dan status puasa pasca operasi

3.3. Intervensi Keperawatan


1. Periode Praoperasi
NO Dx. Kep Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Ansietas 1. Menyebutkan  Pertegas penjelasan dokter  Menjelaskan tentang apa yang
b.d kurang alasan untuk tentang pembedahan dan diperkirakan terjadi dapat
pengetahua trakeostomi dan alasannya. Bila membantu mengurangi ansietas
n tentang hasil yang memungkinkan, jelaskan klien yang berhubungan
pembedaha diperkirakan. bahwa trakeostomi dengan ketakutan akan hal-hal
n yang 2. Menyebutkan sementara diindikasikan yang tidak diketahui dan tidak
akan keterbatasan dalam edema pascaoperasi diperkirakan.
dijalani bicara dan setelah biopsy, distress  Pengertian tentang terminologi
dan komunikasi yang pernafasan berat, dan memperbaiki pemahaman dan
dampak diantisipasi. gangguan lain, dan bahwa membantu mengurangi
kondisi 3.Menggambark trakeostomi permanen ansietas.
pada gaya an perawatan adalah alternative untuk  Menyiapkan klien untuk apa
hidup. segera intubasi endotrakeal atau yang diperkirakan dapat
pascaoperasi dan nasotrakeal. mengurangi ansietas karena
tindakan  Jelaskan istilah dan konsep ketidaktahuan.
perawatan diri. umum, berikan literature danDengan meminta klien
4. Praoperasi, peralatan aktual, bila mempraktikkan
menunjukkan memungkinkan. Pastikan teknikkomunikasi sebelum
kemampuan klien mengenal hal berikut: prosedur memungkinkan
untuk 1. Prosedur trakeostomi perawat untuk mendeteksi dan
berkomunikasi 2. Stoma berupaya untuk memperbaiki
secara efektif 3. Selang trakeostomi adanya kekurangan yang
menggunaka 4. Suksion dan kateter serius. Penguasaan terhadap
metode lain suksion pengganti komunikasi dapat
selain bicara 5. Kolar pelembab trakeal membantu menurunkan
6. Pengikat trakeostomi perasaan asing dan kesepian,
7. Oto trakea meningkatkan rasa kontrol
 Diskusikan potensial squele klien dan mengurangi ansietas.
bedah trakeostomi, termasuk
:
1. Perubahan penampilan
tubuh
2. Perubahan fungsi tubuh,
misalnya ; bernafas,
bicara, menyanyi, batuk,
dan pembersihan sekresi.
 Jelaskan klien tentang cara-
cara alternative komunikasi
(misal ; kertas atau papan
gambar). Minta klien
menggunakan peragaan
ulang untuk menunjukkan
kemahiran.

2. Periode Pascaprosedur
N Tujua
Dx. Kep Kriteria Hasil Intervensi Rasional
O n
 Posisi ini memudahkan
pernafasan optimal dengan
meningkatkan drainase sekresi.
 Nafas dalam mengurangi
penumpukan sekresi, batuk
membantu mengeluarkan
sekresi.
 Pelembaban diperlukan untuk
 Tinggikan kepala tempat menggantikan pelembaban
tidur 30 - 45 derajat. bypass yang normalnya
 Anjurkan klien untuk diberikan struktur nasofaringeal.
Resiko tinggi
bernafas dalam dan batuk  Kurang pelembaban dapat
inefektif
secara teratur. mengarah pada pengeringan
bersihan jalan
1. Klien akan  Berikan pelembaban mukosa trakeal dan gangguan
nafas b.d
mempertahankan adekuat udara inspirasi. proses transport mukosaliar
peningkatan
selang  Pengisian salin normal dengan mengakibatkan rusaknya
sekresi
trakeostomi steril (5 ml) sesuai mukosa dan kemungkinan
sekunder
paten. kebutuhan trakeitis (Martin, 1989).
1. terhadap
2. Klien batuk  Suksion 5 – 10 detik sesuai Pengisian salin akan mencuci
trakeostomi,
dengan efektif kebutuhan, dengan mukosa trakeal dan bronchial
obstruksi
untuk mempertahankan teknik dan merangsang batuk untuk
kanula dalam,
membersihkan steril sesuai indikasi membersihkan sekresi (Mapp,
atau
jalan nafas. dengan auskultasi paru. 1988).
perubahan
posisi selang  Secara teratur inspeksi dan Suksion membuang sekresi dan
bersihkan selang mencegah stasis. Suksion
trakeostomi.
trakeostomi. berlebihan dapat menimbulkan
 Pertahankan status hidrasi hipoksia dan atau iritasi pada
optimal. mukosa trakeal (Sigler, 1993)
 Sekresi kering dapat
menghambat jalan nafas atau
menjadi sumber infeksi
 Status hidrasi mempengaruhi
jumlah dan karakter sekresi,
klien dehidrasi beresiko terhadap
pembentukan sumbatan oleh
lendir.
 Suksion selang trakeostomi
setiap jam dan sesuai
kebutuhan atau yang telah
dipesankan.
 Pertahankan teknik steril.  Penghisapan teratur
 Gunakan kateter yang telah menghilangkan sekresi yang
diberi pelumas, ukuran yang tertumpuk, yang memberikan
tepat (kurang dari setengah media baik untuk pertumbuhan
diameter selang mikroorganisme.
trakeostomi), lumasi selang  Memberi perlindungan infeksi.
kateter non-silikon dengan  Kateter yang terlalu besar dapat
air, kateter silicon dengan menghambat jalan nafas, kateter
pelumas larut air, yang tidak dilumasi dapat
nonpetroleum. mengetuk selang trakeostomi
 Kaji batas stoma terhadap  Drainase abnormal dapat
Resiko tinggi
edema yang tak biasanya, menunjukkan infeksi (purulen,
terhadap
tanda kerusakan kulit, bau) atau kebocoran duktus
infeksi b.d
drainase, pendarahan, bau, torakal (seperti susu).
penumpukan 1. Klien akan
eritema, lesi, dan krepitus  Penggantian balutan teratur
sekresi bebas dari
udara. membantu mempertahankan
2. berlebihan infeksi pada
 Ganti balutan trakeostomi batas stoma tetap kering dan
dan tempat
setiap shift atau sesuai bebas mukus.
bypass trakeostomi.
pertahanan
kebutuhan.  Ikatan harus cukup aman untuk
pernafasan  Hindari iritasi jaringan di mencegah gerakan turun naik
atas. sekitarnya dengan selang trakeostomi dalam trakea
mengendurkan ruang satu tetapi tidak terlalu kencang karen
jari di antara pengikat dan dapat menekan vena jugularis
leher. eksterna.
 a. Bersihkan sekitar stoma  Pembersihan teratur
setiap 4 jam dan sesuai menghilangkan sumber
kebutuhan ; gunakan kontaminasi potensial. Dokter
hydrogen peroksida mungkin membiarkan stoma
setengah kuat dan larutan tanpa balutan selama periode
salin, dan usap dengan salin. pascaoperasi segera untuk
b.Oleskan salep antibakteri memudahkan pengkajian dan
bila dipesankan. pembersihan.
c.Bila selang trakeostomi
dijahit, bersihkan sekitar
stoma menggunakan bola
kapas.
3. Kerusakan 1. Klien akan  Berdasarkan hasil pengkaji-  Klien mungkin memerlukan
komunikasi mengkomunika an, lakukan konsultasi yang intervensi intensif, khusus unutk
verbal b.d sikan tepat (misal patologis wicara memastikan komunikasi yang
ketidak kebutuhan ,optalmologist, atau otorhi- efektif.
mampuan dasar dengan nolaringologist).  Pengertian klien bahwa
 Sebelum pembedahan jelas-
kan klien tentang efek yang trakeostomi normalnya tidak
diperkirakan dari trakeosto- mengganggu struktur anatomi
mi terhadap bicara. yang bertanggung jawab
 Jelaskan fisiologi normal terhadap penghasilan bunyi, dan
penghasilan bicara dan bahwa kerusakan bunyi mungkin
bagaimana trakeostomi sementara, dapat membantu
untuk
mengganggu mekanisme ini klien mengatasi kerusakan bicara
menghasilkan menggunakan
 Setelah mengidentifikasi dan dapat mendorong
bicara bentuk
me-tode komunikasi penggunaan metode komunikasi
sekunder komunikasi
pengganti yang tepat, pengganti (Trwley, 1987).
terhadap pengganti.
instruksikan kli-en untuk  Penggunaan bentuk komunikasi
trakeostomi.
mempraktikkan pa-da pengganti dapat membantu
praoperasi, bila memung- menurunkan ansietas dan
kinkan. perasaan terisolasi dan asing,
Anjurkan staf dan para pen- meningkatkan control terhadap
dukung untuk mempraktik- situasi, dan meningkatkan
kan juga komunikasi peng- keamanan (Sawyer, 1990).
ganti.
4. Resiko Tinggi 1. Klien  Jelakan peran dan Penjelasan perlunya nutrisi pasca
terhadap mempertahankan pentingnya nutrisi pada operasi optimal dapat membantu
Perubahan berat badan atau pemulihan jaringan pasca meminimalkan miskosepsi dan
Nutrisi : penurunan tidak operasi. memudahkan kepatuhan klien.
Kurang dari lebih dari 2 kg  Pantau berat badan.  Kecenderungan berat badan
Kebutuhan dalam periode  Evaluasi konsistensi dapat mengindikasikan
Tubuh b.d pasca operasi. makanan yang dapat kebutuhan suplemen diet atau
proses 2. Klien ditoleransi pasien tanpa perubahan teknik pemberian
penyakit, mengkonsumsi aspirasi. makan pada klien dengan
anoreksia, jumlah cairan  Berikan makan melalui peningkatan kebutuhan nutrisi
disfagia, dan nutrisi selang (sesuai ketentuan atau mereka yang akan
odinofagia, adekuat untuk atau yang telah dipesankan) diouasakan selama lebih dari 1
dan status memenuhi dan ajarkan prinsip-prinsip sampai 2 hari (Taylor, 1989).
puasa pasca kebutuhan pemberian makan melalui Semi padat atau makanan
operasi. metabolism selang. dihaluskan mungkin ditoleransi
basal pada  Pertahankan hygiene oral lebih baik, karen awal menelan
periode pasca yang baik sebelum dan dan gerakan makanan dari
operasi. setelah makan bila diberikan konsistensi ini dikontrol lebih
3. Masukan makanan peroral. baik daripada cairan
nutrisi dan cairan Bekerja sama dengan ahli (Mendelsohn, 1993).
adekuat tanpa gizi untuk memastikan Untuk mempertahankan berat
aspirasi atau kebutuhan nutrisi pasien bila badan, memudahkan
tersedak sebelum klien mengalami defisit penyembuhan luka, dan
pulang. nutrisi pra operasi atau membantu mencegah infeksi
masukan nutrisi dibatasi (Sigler, 1993).
pada periode pasca operasi.  Untuk menjaga suture tetap
bersih dan merangsang nafsu
makan.
 Bila klien mendapat makan
melalui selang atau mengalami
kesulitan mempertahankan
masukan nutrisi adekuat,
masukan dari ahli gizi mungkin
diperlukan untuk menetapkan
kebutuhan nutrient dan cairan
bagi klien untuk memudahkan
pemulihan luka dan mencegah
dehidrasi.

Anda mungkin juga menyukai