Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

N DENGAN
RESPIRATORY FAILURE e.c CAP POST VP SHUNT
e.c INTRAVENTIKULER HAEMORAGIC (IVH) DI GICU IA
RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Laporan Kasus

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Program Profesi Ners


pada Stase Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis

Disusun Oleh :

RESTU WIJAYANTI

220112180112

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. N DENGAN
RESPIRATORY FAILURE e.c CAP POST VP SHUNT e.c
INTRAVENTIKULER HAEMORAGIC (IVH) DI GICU IA
RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

I. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. N
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Sunda
Agama : Islam
Alamat : Tasikmalaya
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : Sarjana
Status : Menikah
Tanggal Masuk RS : 07 September 2018
Masuk GICU A : 07 September 2018
Tanggal Pengkajian : 26 Februari 2019
No medrec : 0001742788
Diagnosa Medis : Respiratory failure e.c CAP post Vp Shunt e.c
Intraventikuler haemoraguc (IVH)

B. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. A
Usia : 35 tahun
Pendidikan : Sarjana
Hubungan : Anak
Alamat : Tasikmalaya
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Sulit terkaji, klien penurunan kesadaran (E3M2VT)
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 26 Februari 2019, klien tampak
sakit berat terpasang tracheostomi tersambung dengan ventilator mode
CPAP PSV, dengan PSV: 12, PEEP: 5, FiO2: 50%, nafas spontan ada.
Tampak sekret berwarna putih kekuningan didalam mulut pasien, di
lubang traheostomi, serta di sirkuit ventilator. Suara paru di apek atas
kanan dan kiri ronchi +/+ dan terdengarvesikuler di apek bawah. Selang
NGT terpasang di hidung kanan kedalaman 55 cm untuk diet (+), kateter
urine terpasang dengan produksi urine (+) warna kuning jernih. Terpasang
bedside monitor untuk memonitor HR, RR, TD, SpO2. Keluhan sulit
terkaji karena klien mengalami penurunan kesadaran (E3M2Vt).
Kebutuhan ADL dibantu total oleh perawat.
Keluarga klien mengatakan pada bulan September 2018 klien mengalami
stroke ringan dan dibawa ke RS Tasikmalaya untuk dilakukan perawatan,
klien dirawat selama 2 minggu dan mengalami perbaikan hingga
dipulangkan. Pada masa pemulihan, 1 minggu setelah dirawat klien tiba-
tiba merasa pusing dan tidak sadarkan diri. Klien lalu dibawa ke RS
Tasikmalaya dan dilakukan CT scan. Klien kemudian dirujuk ke RSHS
untuk penanganan selanjutnya karena perdarahan di dalam kepala klien
cukup banyak. Klien di bawa ke IGD RSHS pada tanggal 07 September
2018 dan dilakukan tindakan Vp Shunt serta pemasangan ventilator
mekanik. Setelah dilakukan tindakan operasi klien dipindahkan ke ruang
Gicu 1A dan mengalami penurunan kesadaran hingga sekarang. Pada
tanggal 21 September 2018 klien dilakukan tindakan tracheostomi untuk
disambungkan ke ventilator mekanik.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga klien mengatakan sebelum sakit yang diderita saat ini klien belum
pernah dirawat atau mengalami sakit yang berat. Keluarga juga mengatakan
klien diketahui menderita hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, namun tidak
kontrol maupun minum obat secara teratur. Klien juga tidak membatasi
makanan yang dikonsumsinya. Klien sangat menyukai daging serta jeroan.
Keluarga juga mengatakan beberapa kali klien mengeluhkan nyeri kepala
dan nyeri di leher belakang namun dianggap kelelahan biasa dan hanya
meminum jamu atau obat warung saja.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien mengatakan dikeluarga klien ada yang memiliki hipertensi
seperti kakak klien dan ibu klien.
Genogram :

Keterangan :
Laki-laki Klien Tinggal serumah
Perempuan Meninggal Hipertensi

5. Riwayat psikososial spiritual


1) Pengkajian Psikososial
a) Status emosi
Tidak terkaji
b) Konsep diri
Tidak terkaji
2) Pengkajian Spiritual
Menurut penuturan keluarga, ketika sehat dahulu klien adalah seorang
muslim yang taat beribadah, klien aktif dalam kegiatan keagamaan dan
rajin shalat berjamaah di masjid. Namun saat sakit klien sama sekali
tidak mampu melaksanakan ibadah. Keluarga hanya berbisik
mengingatkan di telinga klien jika waktu shalat telah tiba.
3) Pengkajian sosial
Menurut penuturan keluarga saat sehat dulu klien cukup baik dalam
bersosialisasi, baik dengan keluarga, teman kantor, maupun lingkungan
di sekitar tempat tinggalnya. Ketika awal dirawat, kerabat, tetangga,
dan teman silih berganti menjenguk klien. Namun saat ini tidak karena
klien sudah terlalu lama di RS dan lokasi rumah serta tempat tinggal
klien yang jauh.

6. Riwayat Activity Daily Living (ADL)


Kebutuhan Sebelum masuk RS Setelah masuk RS
dasar
Pola nutrisi
 Makan Keluarga klien mengatakan Diet: klien diberikan diet susu
klien sehari 3x habis 1 porsi 6x/hari , jenis:entramix : 230
bisa lebih dengan lauk pauk ml (1455ml/24 jam)
beragam. Klien sering Klien makan via NGT.
makan daging dan jeroan.
Klien makan secara mandiri.

 Minum Lebih sering minum air putih Kebutuhan cairan klien 1350
bisa 2 liter atau lebih per hari cc/24 jam, cairan dibeikan
Klien minum secara mandiri intravena RL : 500cc/24 jam
(20 cc/jam) dan NaCl 0,9% 10
cc/jam.

Eliminasi
 BAB Keluarga klien mengatakan Klien BAB 1x/hari lembek,
klien BAB 1x/hari warna spontan di diapers, dibantu
kecoklatan konsistensi total oleh perawat.
lembek, BAB mandiri

 BAK 6-7x/hari, warna kuning Dengan kateter urine, produksi


jernih ±15-80 cc/jam/ ±734 cc/24 jam
(0.7 cc/kgbb/jam). Warna
kuning jernih

Istirahat tidur ±7 jam/hari, klien tidur Klien mengalami penurunan


kesadaran sehingga sulit dikaji

Personal hygiene 1-2x/hari dengan mandiri 1x/hari diseka dengan bantuan


perawat. Oral hygiene
dilakukan 1x/hari oleh perawat
Kemampuan ADL menurut Barthel Indeks

Kemampuan Skor Nilai


perawatan diri
Makan dan minum 0 = Tidak mampu 0
1= Butuh bantuan memotong, mengoles
mentega, dll
2 =mandiri
Mandi 0 = Tergantung orang lain 0
1= Mandiri
Perawatan diri 0= Membutuhkan bantuan orang lain 0
1= Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi
dan bercukur
Berpakaian 0= Tergantung orang lain 0
1 = Sebagian dibantu
BAK 0= Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak 0
terkontrol
1= Kadang inkontinensia (maks, 1 x 24 jam)
2= kontinensia (teratur)
BAB 0= Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema) 0
1= Kadang inkontinensia (sekali seminggu)
2= kontinensia (teratur)
Toileting 0= Tergantung bantuan orang lain 0
1= Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri
2=Mandiri
Transfer 0= Tidak mampu 0
1= Butuh bantuan untuk bisa duduk `
2= Mandiri
Mobilitas 0= Immobile 0
1= Menggunakan kursi roda
2= Berjalan dengan bantuan orang lain
3= Mandiri
Naik Turun Tangga 0= Tidak mampu 0
1= Membutuhkan bantuan
2= Mandiri
Total = 0 (ketergantungan total)
Penilaian Risiko Jatuh Menurut Morse Fall Scale (MFS)

Risiko Jatuh (Morse Fall Scale)


No Pengkajian Skala Nilai
1 Apakah pasien pernah jatuh dalam 3 bulan 0 (tidak 25
terakhir pernah)
25 (pernah)
2 Diagnosa sekunder: Apakah pasien memiliki lebih 15 (ada) 15
dari satu penyakit 0 (tidak ada)
3 Alat bantu jalan: 0
- Bedrest/dibantu perawat 0
- Kruk/tongkat/ walker 15
- Berpegangan pada benda-benda sekitar 30
4 Terapi intravena: Apakah saat ini pasien 20 (ya) 20
terpasang infus 0 (tidak)
5 Gaya berjalan/cara berpindah: 0
- Normal/bedrest/immobile 0
- Lemah tidak bertenaga 10
- Terganggu 20
6 Status mental : bisa menyadari kondisi dirinya 0 (ya) 15
15 (tidak)
Total= 75 (pasien berisiko tinggi)

D. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : klien tampak lemah, terpasang tracheostomi tersambung
dengan ventilator
a. Kesadaran : Sopor
b. GCS : E3M2Vt
c. Tekanan Darah : 150/71 mmHg, MAP: 95
d. Nadi : 123 x/menit
e. Pernapasan : 30 x/menit
f. Suhu : 37,2˚C
2. Antropometri
BB : 45
TB :150
IMT : 20 (normal)
3. Pemeriksaan per sistem
a. Sistem respirasi
PCH (-), pergerakan dada simetris, tidak tampak retraksi otot
pernafasan. Tampak terpasang tracheostomi tersambung ventilator
dengan mode CPAP PSV, FiO2: 50%, Positif end-exspiratory pressure
(PEEP): 5, PEAK pressure: 19, terpasang saturasi oksigen 100%. Suara
paru ronkhi di apek paru atas kanan dan kiri . Terdapat sekret pada
lubang tracheostomi, saat dilakukan close suction sekret berwarna
putih.
b. Sistem kardiovaskular
Tidak ada peningkatan JVP , terpasang CVC line di vena jugularis
kanan dan tersambung dengan cairan infus RL 20cc/jam. Apeks jantung
pada ICS V rongga depan mediastinum midklavikula sinistra (teraba).
Bunyi jantung reguler, terdengar kuat. Akral teraba hangat, CRT 3
detik, terdapat pitting oedema derajat +4
c. Sistem gastrointestinal
Mulut dan lidah bersih, gusi kemerahan, gigi tampak kuning kecoklatan
dan sebagian besar gigi tampak sudah tanggal. Terpasang NGT untuk
diit, reflek menelan (-), BU 5x/menit, distensi abdomen (-).
d. Sistem muskuloskeletal
Ekstremitas atas tampak oedema, kekuatan otot 1/1. Ekstremitas bawah
bentuk simetris, terdapat oedema dikedua kaki kekuatan otot 1/1.
e. Sistem endokrin
Warna kulit klien kecoklatan, tidak tampak hiperpigmentasi, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
f. Sistem integumen
Turgor kulit kembali lambat, terdapat luka di perut kuadran kiri atas
bekas pengeluaran vp shunt peritoneal, luka tampak kehitaman
terbungkus colostomi bag.
g. Sistem neurologi
1. Olfaktorius (I) : sulit terkaji
2. Optikus (II) dan okulomotorius (III) : isokor, respon pupil terhadap
cahaya +/+ (3mm/3mm)
3. Trochelar (IV), trigeminus (V), abducens (VI) : sulit terkaji
4. Facial (VII): klien dapat mengernyitkan dahi
5. Vestibulakoklearis : sulit terkaji
6. Vagus (X) : reflek muntah (-), bising usus 5x/menit
7. Aksesorius (XI) : posisi bahu sejajar satu sama lain
8. Hipoglosus (XII) : lidah klien simetris, tidak ada atropi
E. Kebutuhan Nutrisi
a. Antropometri
Berat Badan : 45 kg
Tinggi : 150 cm
IMT : 20 (normal)

b. Kebutuhan nutrisi (rumus mifflin):


Kebutuhan = (10 x bb) + (6,25 x tb )- (5 x usia) +5
= (10 x 45) + (6,25 x 150) – (5 x 57) +5
= 450+937.5-285+5
= 1107,5 kkal
=1107,5 x 1,1 x 1,7
= 1949,2 kkal
Karbohidrat = 60% x 2.148 / 4 = 459,13 gr/hari
Protein = 15% x 2.148/4 = 73,095 gr/hari
Lemak = 25% x 2.148/9 = 65 gr/hari
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Ro Thorax
Tanggal 07-09-2018
Kesan:
- Penumonia kanan
- Tidak tampak kardiomegali
Tanggal 20-10-2018
Kesan :
- Bronchopneumonia kanan perbaikan
- Efusi pleura kanan minimal perbaikan
- Kardiomegali tanpa bendungan paru

b. Laboratorium
Tanggal 18-02-19
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematologi 14 Parameter
Hemoglobin 10.4 g/dL 12,3-15,3
Hematokrit 32 % 36-45
Leukosit 14.92 103/uL 4,5-11
Eritrosit 3.61 juta/uL 4,2-5,5
Trombosit 240 ribu/uL 150-450
Index Eritrosit
MCV 89.2 fL 80-96
MCH 28.8 Pg 27,5-33,2
MCHC 32.3 % 33,4-35,5
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 1 % 0-4
Neutrofil batang 0 % 3-5
Neutrofil Segmen 88 % 45-73
Limfosit 9 % 18-44
Monosit 2 % 3-8
Kimia
Ureum 50 mg/dL 15-39
Kreatinin 0.68 mg/dL 0,6-1,0
Analisa Gas Darah
Arteri
pH 7.427 7.35-7.45
pCO2 35.1 mmHg 35.0-45.0
pO2 172.3 mmHg 80-105
Status Asam Basa
HCO3 23.4 mmol/L 22-26
tCo2 24.5 mmol/L 23.05-27.35
Standar BE-b -0.1 mmol/L (-2)-(+2)
Saturasi O2 97 % 95-100

G. Terapi
Obat dosis Indikasi Kontraindikasi
Captopril 3x12.5m Captopril adalah obat kondisi alergi
g tekanan darah tinggi (hipersensitif) terhadap
atau hipertensi. obat golongan
ACEI;Pasien tidak dapat
Terdapat bayak
berkemih
golongan obat (anuria);Penyempitan
antihipertensi. pembuluh darah
Captopril termasuk ginjal (stenosis bilateral
dalam golongan arteri renal);Kehamilan
obat inhibitor enzim trimester 2 dan 3 karena
angiotensin konverter berisiko menyebabkan
kecacatan atau kematian
(angiotensin-
janin
converting enzyme
inhibitor, ACEI).
N- 3x200mg Acetylcysteine adalah Hipersensivitas, wanita
Acetylcystein obat golongan hamil dan menyusui,
e mukolitik yang anak-anak,
Penderita asma serta diabe
berfungsi untuk
tes.
mengencerkan dahak
yang menghalangi
saluran pernapasan.
Paracetamol 4x100mg Paracetamol adalah Paracetamol tidak dapat
po salah satu obat yang digunakan pada pasien
masuk ke dalam yang memiliki
golongan analgesik
hipersensitivitas
(pereda nyeri) dan
antipiretik (penurun terhadap paracetamol dan p
demam). Obat ini enyakit hepar aktif derajat
dipakai untuk berat.
meredakan rasa sakit
ringan hingga
menengah, serta
menurunkan demam.
Omeprazole 1x40 mg antisekresi/ Omeprazole dikontraindika
IV penghambat pump sikan untuk pasien yang
inhibitor (PPI) yang diketahui hipersensitivitas t
mempunyai tempat erhadap obat ini atau bahan
kerja dan bekerja lain yang terdapat dalam
langsung pada pompa formulasi.
asam (H+ K+ ATPase)
yang merupakan tahap
akhir proses sekresi
asam lambung dan
sel-sel parietal
dilambung.
Nebu Nacl Nacl merupakan Efek samping jarang
3% sebuah zat untuk terjadi, hanya terkadang
nebulizer sebagai membuat iritasi saluran
obat yang memiliki pernapasan jika sering
fungsi atau kegunaan dilakukan
untuk mengencerkan
dahak
Amlodipin 1x10 mg bekerja dnegan cara Hipersensitivitas terhadap
tablet melemaskan dinding amlodipine atau komponen
dan melebarkan lain dalam sediaan.
diameter pembuluh
darah. Efeknya akan
memperlancar aliran
darah menuju jantung
dan mengurangi
tekanan darah dalam
pembuluh darah
Amikacyn 1x1 gr Amikasin sulfat Penderita
adalah antibiotik golo
ngan aminoglikosida yang hipersensitif terhadap
yang mempunyai amikasin dan antibiotik
spektrum luas golongan aminoglikosida
yang aktif terhadap ba
lain, karena terdapat
kteri gram negatif
termasuk sensitivitas silang.
Pseudomonas spp.
Untuk pengobatan
jangka pendek pada in
feksi serius yang
disebabkan oleh
bakteri yang sensitif
baik gram negatif dan
positif.
Lansoprazole 1x30 mg penghambat sekresi Hipersensivitas
IV asam lambung dengan
menghambat (H+/K+)
ATPase (proton
pump) pada sel
parietal sel mukosa
lambung.

H. Analisa data
Data Etiologi Masalah
DS:- Invasi bakteri ke dalam tubuh Gangguan

DO: ventilasi spontan
Kerusakan endotelial
Terpasang selang ↓
Peningkatan permeabilitas
ETT no 7 kedalaman
membran kapiler
22cm ↓
Distribusi volume darah
Tersambung
terganggu
ventilator dengan ↓
Aliran darah yang mengangkut
mode PS: 16,
O2 ke pulmonal mengalami
PEEP:8, FiO2: 40%, penurunan

TV: 423
Sel-sel dalam paru hipoksia
HR: 56x/menit ↓
Pengingkatan respirasi rate
AGD tgl 13-02-19:
sebagai awal kompensasi paru
pCO2: 50.3 mmHg ↓
Penurunan respirasi rate karena
pO2: 75.6 mmHg
otot-otot
pernafasan kelelahan

Distres otot-otot pernafasan

Gangguan ventilasi spontan
DS:- Invasi bakteri ke dalam tubuh Gangguan

DO: pertukaran gas
Kerusakan endotelial
Terpasang selang ↓
Peningkatan permeabilitas
ETT no 7 kedalaman
membran kapiler
22cm ↓
Distribusi volume darah ke organ
Tersambung
terganggu
ventilator dengan ↓
mode PS: 16, Aliran darah yang mengangkut
O2 ke pulmonal mengalami
PEEP:8, FiO2: 40%
penurunan
AGD tgl 13-02-19: ↓
Hipoventilasi
pCO2: 50.3 mmHg

pO2: 75.6 mmHg Gangguan pertukaran gas
DS:- Pemasangan selang ETT Ketidakefektifan

DO: bersihan jalan
Merangsang peningkatan
Terpasang selang produksi sekret+kesulitan nafas
mengeluarkan dahak (reflek
ETT no 7 kedalaman
batuk menurun)
22cm ↓
Akumulasi sekret di jalan nafas
Tersambung

ventilator dengan Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
mode PS: 16,
PEEP:8, FiO2: 40%
Terdapat sekret
berwarna putih di
selang ETT
DS:- Invasi Cardiomiopati, Penurunan curah
bakteri ke arteroskeloris
DO: jantung
dalam tubuh ↓
- Terpasang selang ↓ Terganggunya
Infeksi aliran darah
ETT no 7
↓ preload,
kedalaman 22cm Respon afterload dan
sistemik otot jantung
- Tersambung

ventilator dengan Sepsis

mode PS: 16
Peningkatan
- Peningkatan vena permeabilita
s membran
jugularis
kapiler
- Oedema di kaki
kanan derajat +1 ↓
- CRT 2 detik Distribusi volume darah
terganggu
- TD: 125/67 ↓
mmHg Penurunan aliran darah ke organ
- N: 56x/menit ↓
- Interpretasi EKG penurunan aliran darah ke
jantung
tgl 12-02-19: AV

blok derajat II Penurunan curah jantung
tipe 1
- Ro thorax kesan:
Arterosklerosis
DS: Invasi bakteri ke dalam tubuh Resiko syok

DO:
Infeksi
- Terpasang selang ↓
Respon sistemik
ETT no 7

kedalaman 22cm Sepsis

- Tersambung
Gangguan hemodinamik
ventilator dengan ↓
Resiko Syok
mode PS:16,
PEEP:8, FiO2:
40%
- TD: 125/67
mmHg
- N: 56x/menit
- S: 36.6 C
- Lab 13-02-19:
- L: 12900
- Ro : efusi pleura

I. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan ventilasi spontan b.d distres otot-otot pernafasan
2. Gangguan pertukaran gas b.d hipoventilasi
3. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas jantung dan
perubahan preload,afterload
4. Resiko syok b.d sepsis
II. Rencana Tindakan Keperawatan
Nama pasien : Ny. A Ruangan : CICU
No Medrek : 0001742788 Nama mahasiswa : Yuyun melinda
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan ventilasi Dalam waktu 3x24 jam pasien 1. Kolaborasi dengan dokter untuk 1. Membantu pasien dalam
spontan dapat : pemasangan pressure support mengatasi distres pernafasan
 Mempunyai tingkat energi dengan ventilator dengan ventilator dan endotrakeal
dan fungsi otot yang 2. Hati-hati memotong kelebihan tube
adekuat untuk mendapatkan panjang dari ujung proksimal 2. Menurunkan kematian dan
ventilasi spontan endotrakeal tube mengurangi kerja pernafasan
 HR : 60-100x/menit 3. Kolaborasi dengan dokter dan 3. Mencegah produksi
 Hasil AGD normal nutrisian untuk memastikan karbondioksida berlebih

pH: 7.35-7.45 bahwa setidaknya 50% dari 4. Karena setiap situasi berbeda dan

pO2: 80-105 sumber kalori nonprotein diet beragam dalam opsi penyapihan

PCO2:35-45 adalah dalam bentuk lemak 5. Untuk meningkatkan keseluruhan

Hco3: 22-26 daripada karbohidrat dan fungsi otot pernafasan


4. Kolaborasi dengan dokter 6. Mempromosikan kemandirian
mengenai metode penyapihan dan mengurangi kecemasan
(weaning) yang baik bagi pasien 7. Memberikan istirahat pada otot
5. Kolaborasi dengan dokter pernafasan
mengenai rencana ambulasi dini 8. Untuk penggunaan otot ventilasi
dan pengkondisian progresif yang baik dan untuk
6. Tentukan sarana komunikasi yang memfasilitasi turunnya diafragma
paling efektif bagi pasien 9. Memberikan pengertian kepada
7. Pastikan pasien menerima pasien apa yang diharapkan dan
setidaknya 2 sampai 4 jam waktu bagaimana ikut berpartisipasi
untuk tidur. Kolaborasi mengenai 10. Menghindari kelelahan pada
pemakaian ventilator penuh saat pasien
malam hari 11. Mengurangi kecemasan pasien
8. Posisikan pasien semifowler 12. Dapat dilakukan ketika pasien
9. Jelaskan prosedur penyapihan berhasil disapih
sebelum latihan
10. Monitor pasien selama latihan
penyapihan untuk memastikan
adanya kelelahan otot pernafasan
11. Kolaborasi dengan dokter dan
terapist okupasi untuk
memberikan aktifitas pengalihan
selama latihan penyapihan
12. Kolaborasi dengan dokter dan
ahli paru mengenai pelepasan
ventilator dan jalan nafas buatan
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Pasang pulse oximetri secara 1. Mengevaluasi saturasi oksigen
pertukaran gas b.d keperawatans selama 3x24 jam berkelanjutan atau monitor SpO2 2. Membuka alveoli yang kolaps
hipoventilasi pertukaran gas seimbang setiap jam dan meningkatkan luas
dengan kriteria: 2. Kolaborasi dengan dokter dalam permukaan untuk pertukaran
 Saturasi Oksigen 95-100% memberikan oksigen dengan gas
 Hasil AGD normal memberikan aliran oksigen tinggi 3. Mengevaluasi efektifas terapi
pH: 7.35-7.45 via nasal canule atau BIPAP via oksigen
pO2: 80-105 non invasive ventilation atau 4. Karena bagian paru kanan
PCO2:35-45 positif end expiratori pressure lebih luas dibanding paru kiri
Hco3: 22-26 (PEEP) via ventilasi mekanik memberi area yang lebih luas
3. Kolaborasi pemeriksaan untuk ventilasi dan perfusi
laboratorium analisa gas darah 5. Sedasi untuk menurunkan
4. Posisikan pasien dalam ketidaksinkronan ventilator,
pemberian ventilasi: untuk pasien agen blok neuromuskular
dengan penyakit paru bilateral, untuk menurunkan kebutuhan
posisikan dengan paru-paru kanan oksigen, analgesik untuk
kebawah atau rubah posisi setiap mengurangi nyeri
2 jam
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian sedasi, agen
pengahambat neuromuscular, dan
analgesik
3. Penurunan curah Setelah dilakuka tindakan 1. Kolaborasi dengan dokter dalam 1. Mencegah hipoksia jaringan
jantung keperawatans selama 3x24 jam pemberian oksigen untuk 2. Memfasilitasi nidentifikasi awal
curah jantung adekuat, dnegan mempertahankan SpO2 >92% dan perawatan komplikasi
kriteria : 2. Monitor tanda-tanda dari 3. Memfasilitasi regulasi dari
 Tekanan darah sisitolik, penurunan perfusi jaringan dan keseimbangan cairan pasien
diastolik dan MAP dalam asidosis 4. Menurunkan resiko tromboemboli
batas normal (sistol 100- 3. Monitor balance cairan setiap 5.
130, diastole : 60-90, MAP: jam dan kumulatifkan 24 jam dan
60-100) berat badan perhari
 Heart Rate dalam batas 4. Kolaborasi pemberian obat
normal (60-100x/menit) antikoagulan : heparin 1x5000
 CVP dalam batas normal unit SC, mini aspi 1x1 tablet
(8-13) 5. Kolaborasi dengan dokter untuk
 Hipotensi orthistatis tidak pemberian vasokontriksi vascon
ada mulai dari 0,01 mcg/kgbb/jam
 Nadi perifer kuat 6. Monitor tanda-tanda vitasl
 Tidak ada oedema perifer 7. Monitor adanya distrimia

 Kesadaran compos mentis 8. Monitor adanya oedema perifer

 Haluarab urine (0.5-1 dan distensi vena jugularis

cc/kgbb/jam) 9. Monitor CVP


10. Lakukan EKG 12 lead
11. Kolaborasi pemberian cairan
intravena 1500 cc/24 jam
4. Resiko syok Setelah dilakukan intervensi Kontrol infeksi : 1. Menghindari mikrooragnisme
keperawatan selama 3x24 jam 1. Cuci tangan sebelum dan masuk
syok tidak terjadi dengan sesudah tindakan 2. Mengurangi infeksi
kriteria : 2. Ganti laken setiap hari 3. Mengurnagi infeksi
Infeksi terkontrol 3. Ganti baju klien setiap hari memberikan kenyamanan pada
Suhu : 36,5-37,5 4. Monitor suhu pasien
Leukosit 4,5-11 5. Kolaborasi pemberian 4. Mengurangi infeksi dengan
antibiotik ceftazidime 3x2 mengambat pertumbuhan
gram IV bakteri
Levofloxacin 1x750 mg IV 5. Memgurangi peradangan
6. Kolaborasi pemberian
antiradang metilpredisolon
2x62,5 mg IV
7. Pantau hasil laboratorium
terutama leukosit
III. Catatan Tindakan Keperawatan
Tanggal/ DX Implementasi Respon Paraf
jam
13-02-19 1 1. Memposisikan
pasien semifowler
2. Kolaborasi dengan
dokter untuk metode
penyapihan
3. Memonitoring
pasien selama proses
weaning
2 1.

Tanggal/
DX Implementasi Respon Paraf
jam
13-02-19 1. Mengkaji kesadaran 1. Klien dalam Yuyun
14.00 klien pengaruh obat
15.00 2. Mengobservasi midazolam 2
hemodinamik mg/jam IV via
15.00 3. Memantau kepatenan syringe pump
ETT 2. TD: 120/60, N:
15.30 4. Memantau mode 55x/menit, RR:
ventilator, VT, 26x/menit, S: 36,7
respirasi, C, IWL: 29
perbandingan I:E, 3. ETT terpasang
PEEP, PEAK dengan baik,
16.00
5. Mencatat haularan bersih
16.00 urine/jam 4. Mode ventilator
6. Memberikan terapi PS: 16 VT:432,
ceftazidime 2 gram I:E= 1:2.8, PEEP:
drip NacL 0.9 % 8, PEAK:20
dalam 100cc habis 5. Urine keluar
16.15 dalam 3 jam 10cc/jam
7. Memberikan 6. Terapi
peningkatan oksigen ceftazidime 2 gr
pada ventilator drip 100 cc nacl
16.15 sebelum nebulisasi 0,9% habis dalam
8. Memberikan waktu 3 jam
nebulisasi dengan 7. Peningkatan
combivent dan oksigen diberikan
16.30 flxothloe via sebelum close
ventilator suctioning
17.00 9. Mengecek retensi 8. Suctioning close
lambung dilakukan: sekret
10. Memberikan test (+), warna putih,
17.00 feeding dengan kental
dekstrose 5% 40cc 9. Retensi lambung
11. Mengobservasi (+) 10 cc
hemodinamik (TD, N, 10. Memberikan test
S, RR, Saturasi feeeding dengan
oksigen) D5% 40 cc via
12. Memberikan terapi enteral
cairan Nacl 0.9%= 11. TD: 110/70
60cc/jam mmHg, N:
13. Mencatat intake 54x/menit, RR:
output/8 jam 28x/menit, S: 36,7
C, saturasi 95%
12. Nacl 0,9%
60cc/jam dengan
infus pump
13. Intake:
480+100+40+0,8
cc= 620.8
Output:
Urine:12cc/jam=
96+232= +292,8/8
jam
14-02-19 1. Mengkaji 1. Kesadaran
kesadaran composmentis
2. Mengobservasi (E4M6Vt)
hemodinamik 2. TD: 130/80, nadi:
3. Memantau 84x/menit,
kepatenan ETT, RR:28x/menit, S:
4. Memantau VT, 37,5 C, IWL: 29
PEAK, PEEP, I:E, 3. ETT terpasang
RR, 4. Mode ventilator
5. Memberikan PS:14, PEEP: 5,
nebulisasi I:E= 1:2.9,
combivent dan RR:28x/menit
flxothloe 5. Nebulisasi
6. Melakukan diberikan dalam
suctioning close waktu 15 menit
7. Memberikan terapi via ventilator
ceftazidime 2 gr 6. Suctioning close
drip nacl 100 cc (+) warna putih
habis dalam 3 jam dan kental
8. Memberikan terapi 7. Ceftazidime 2 gr
heparin 5000 unit dalam 100 nacl
SC 0.9% habis dalam
9. Mengecek retensi waktu 3 jam
lambung 8. Terapi heparin
10. Memberikan diit 5000 unit
susu 50cc 9. Retensi 5 cc
11. Memantau jernih
haularan urine 10. Diit susu 50cc
12. Mengukur CVP diberikan via
13. Menghitung intake enteral dan bilas
output 30cc=80 cc
11. Urine 80cc/8 jam
12. CVP: 14 cc
13. Intake:
480+100+80+0,8
=660,8
Output : 248+
80=328
660,8-
328=+328/8 jam
15-02-19 1. Mengkaji 14.
kesadaran klien
2. Mengobservasi
hemodinamik
3. Mengkaji
kepatenan ETT
4.

IV. Catatan Perkembangan


Nama pasien : Tn. A Ruangan : NIC Azalea
No Medrek : 0001712252 Nama mahasiswa : Yuyun Melinda
Tanggal/
DX Catatan Perkembangan Paraf
jam
Dp1 Yuyun
Dp2 Yuyun
Dp3 Yuyun
Dp4 Yuyun
DAFTAR PUSTAKA

Blackwell, W. (2014). Nursing Diagnosis Definition & Classification 2018-2020.


UK: Nanda International.
Bulechek, G.(2013). Nursing Intervention Classification (NIC).6th Edition.
Missouri:Elseiver Mosby
Kowalak, Jennifer P., William W., Brenna M. 2013. Buku Ajar Patofisiologi.
Jakarta :EGC
Moorhead, S. (2013).Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of
Health Outcomes.5th Edition. Missouri: Elsevier Saunder
Kutty, R. K., Gebrekidan, H. G., Lerebo, W. T., & Gebretsadik, A. (2014). Neural
Mobilization A Therapeutic Efficacy In A Piriformis Syndrome Model:An
Experimental Study Quick Response code. Int J Physiother Res, 2(3), 577–
83. Retrieved from www.ijmhr.org/ijpr.html

V.

Anda mungkin juga menyukai