Anda di halaman 1dari 9

no Judul Study Purpose Participant Intervensi Alat ukur Setting Hasil penelitian

lokasi
1. Kepatuhan dan quasi mengetahui Jumlah sampel 90  Kelompok untuk Rumah Hasil
Komitmen eksperime pengaruh responden. intervensi 1, pengukuran sakit di penelitian ini
Klien ntal Acceptance  Sebanyak 30 intervensi 2, kemampuan Medan ditemukan
Skizofrenia preposttest and reponden dan kelompok menerima penurunan gejala
<eningkat with Commitment mendapatkan kontrol sama- dan risiko perilaku
Setelah control Therapy ACT dan sama berkomitmen kekerasan,
Diberikan group, (ACT) dan pendidikan mendapatkan pada halusinasi dan
Acceptance pendidikan kesehatan minum terapi pengobatan harga diri rendah
and kesehatan obat (intervensi generalis menggunakan serta
Commitment kepatuhan 1), sesuai dengan Acceptance and peningkatan
Therapy Dan minum obat  30 responden standar yang Action kemampuan
Pendidikan terhadap mendapatkan berlaku di Questionnaire menerima dan
Kesehatan gejala, ACT (intervensi rumah sakit, (AAQ II; berkomitmen
Kepatuhan kemampuan 2),  untuk Hayes, Jason, pada pengobatan
Minum Obat menerima  30 responden kelompok Frank, Akihiko, dan kepatuhan
dan kelompok kontrol. intervensi & Jason 2006) klien skizofrenia
Jek Amidos berkomitmen diberikan juga dan Kepatuhan yang
Pardede, Budi klien Berdasarkan Kriteria: ACT sebanyak pengukurannya mendapatkan
Anna Keliat, Ice skizofrenia - terdiagnosa 4 sesi menggunakan ACT dan
Yulia skizofrenia, masingmasing Medication pendidikan
- berusia 18±60 tahun selama 30±45 Adherence kesehatan
2015 - klien relaps/kambuh menit. Rating Scale for kepatuhan
1 kali - Pada sesi 1: the minum obat
- klien masuk rumah Klien psychoses lebih besar
sakit karena alasan dibimbing (MARS; secara bermakna
perilaku kekerasan untuk Thompson, dibandingkan
(marah-marah, mengidentifika Kulkarni, & kelompok yang
amuk, mencederai si kejadian Sergejew, hanya
diri sendiri, orang buruk dan 2000). mendapatkan
lain maupun mengungkapka terapi ACT (p<
lingkungan), n pikiran, 0,05). Terapi
- klien dengan perasaan dan ACT dan
diagnosis perilaku yang pendidikan
keperawatan: risiko muncul akibat kesehatan
perilaku kekerasan, kejadian kepatuhan
halusinasi, dan tersebut. minum obat
harga diri rendah, - Sesi 2: Klien direkomendasika
serta telah mengidentifika n
mendapatkan terapi si dan memilih sebagai terapi
generalis nilai hidupnya keperawatan
keperawatan, berdasarkan klien skizofrenia
- klien tenang atau pengalaman dengan risiko
tidak dalam sehingga dapat perilaku
perilaku amuk, membantu kekerasan,
klien dapat menyelesaikan halusinasi dan
membaca dan masalah yang harga diri
menulis dihadapi dan rendah.
- klien bersedia merubah pola
menjadi responden pikir yang
dan mengikuti salah menjadi
terapi serta benar.
pendidikan - Pada sesi 3:
kesehatan yang Klien berlatih
diberikan. menerima
kejadian
berdasarkan
nilai yang
sudah dipilih
atau klien
diajarkan
mengklarifikas
i nilai dan
kemampuan
yang dimiliki.
- Sesi 4: Klien
melakukan
komitmen
terhadap nilai
yang dipilih
untuk merubah
perilaku untuk
mencegah
kekambuhan.
 Kelompok
intervensi 1
juga
mendapatkan
pendidikan
kesehatan
kepatuhan
minum obat
yang terdiri
dari 2 sesi
masing-masing
selama
25±30menit.
- Sesi 1:
Menjelaskan
manajemen
pengobatan
untuk pasien
skizofrenia
dengan risiko
perilaku
kekerasan,
halusinasi dan
harga diri
rendah.
- Sesi 2:
Penetapan
tujuan dan
bentuk rencana
tindakan.

2. Effect Of Quasi Untuk 70 pasien rawat inap - Pretest Psychotic El- - kelompok
Applying experimen mengetahui laki-laki dengan menggunakan Symptom Maamoura intervensi
Acceptance tal efektifitas skizofrenia dipilih tools dari Rating Scales Hospital yang
and penerapan dan dibagi rata PSYRATS- (PSYRATS- for berpartisipasi
Commitment ACT pada menjadi penelitian AH, VAAS, AHs) and Psychiatric dalam sesi
Therapy On halusinasi dan kontrol dan dengan Voices Medicine ACT ada
Auditory pendengaran kelompok (35 pasien mewawancarai Acceptance in penurunan
Hallucination di antara di setiap kelompok). sosio- and Action Alexandria, semua item
Among pasien demografis Scale (VAAS) Egypt Peringkat
Patients with dengan Kriteria inklusi dan klinis Gejala
Schizofrenia skizofrenia. - diagnosis dengan setiap pasien Psikotik
skizofrenia secara Skala- AH
Ayman - tanpa individual. pada skor dan
Mohamed Nasr komorbiditas, Waktu setiap
El Ashry, - memiliki wawancara subskala
Samia halusinasi adalah 30-45 segera setelah
Mohamed Abd pendengaran menit, tiga intervensi dan
El Dayem, tercatat dalam hari/minggu. skor rata-rata
Professor, rekam medis - Posttest sedikit
Fatma Hussien - pasien saat ini Survei pasca meningkat
Ramadan, mengakui penilaian setelah tiga
Professor memilikinya, dilakukan bulan
- mampuberkomun dengan intervensi.
2021 ikasi secara menggunakan - ada
koheren dan alat peningkatan
relevan, PSYRATS- skor rata-rata
- durasi penyakit AH dan semua
tidak lebih dari 5 VAAS pada Subskala
tahun, masing- VAAS dalam
- mereka sudah masing kelompok
bisa membaca kelompok intervensi
dan menulis kontrol yang
(35pasien) dan berpartisipasi
kelompok dalam sesi
intervensi (35 ACT ,segera
pasien) setelah setelah
menyelesaikan penilaian, dan
sesi ACT bahkan
dalam waktu 4 stabilitas skor
hingga 7 hari rata-rata
untuk menilai dipasca tiga
terapi pada bulan setelah
halusinasi. pasien keluar
Selain itu, tes dari rumah
pasca tiga sakit
bulan di klinik - sebagian besar
rawat jalan kelompok
dilakukan lagi intervensi
dengan pada pasien
menggunakan dengan
alat dari skizofrenia
PSYRATS- patuh dengan
AH dan pengobatan
VAAS pada mereka
kelompok setelah tiga
yang dipelajari bulan
untuk menilai intervensi
terapi pada (88,6%),
suara-suara dibandingkan
setelah pasien dengan sekitar
dipulangkan. seperempat
Juga, untuk dari kontrol
menilai efek kelompok
ACT pada (25,7%) dan
tingkat rawat ada perbedaan
inap ulang dan yang sangat
kepatuhan signifikan
obat secara
statistikditem
ukan antara
kedua
kelompok.
Menurut
rawat inap
ulang setelah
keluar dari
rumah sakit
selama
periode tiga
bulan,
sebagian besar
kelompok
studi (88,6%)
tidak masuk
kembali ke
rumah sakit
selama tiga
bulan,
dibandingkan
dengan lebih
dari sepertiga
dari kelompok
kontrol
(37,1%)
.
Pembahasan

Berdasarkan hasil pencarian literatur yang menghasilkan beberapa jurnal, didapatkan dua
jurnal yang telah dikaji mengenai pengaruh intervensi terapi ACT terhadap kepatuhan
minum obat pada pasien dengan skizofrenia.Lama pemberian ACT pada artikel yang pertama
di berikan sebanyak 4 sesi dengan durasi 30-45 menit, sedangkan pada artikel yang kedua
intervensi diberikan lebih lama selama 4- 7 hari.

Dari kedua penelitian ini di dapatkan hasil adanya peningkatan komitmen dan kepatuhan dari
minum obat pada pasien dengan skizofrenia. Dilihat dari terjadinya penurunan gejala pada
responden skizofrenia dan penurunan dalam 3 bulan terakhir kejadian rawat kembali pada
responden yang diberikan intervensi setelah pulang kerumah

Pada gejala resiko perilaku kekerasan hasil penelitian menunjukan penurunan antara sebelum
dan sesudah diberikan intervensi ACT, namun lebih signifikan pada kelompok yang
diberikan intervensi ACT dan Pendidikan Kesehatan kepatuhan pada minum obat. Menurut
Sulistiowati et al (2012) hal ini dikarenaka ACT membantu klien menerima keadaannya dan
kejadian yang membuat dirinya berperilaku buruk atau tidak baik sehingga klien harus
berkomitmen merubah perilakunya untuk mencegah kekambuhan.

Pada gejala halusinasi terdapat penurunan, membuktikan peningkatan pada kepatuhan minum
obat setelah diberikan ACT. Sejalan dengan penelitian Sulistiowati et al (2012) yang
menerangkan pemberian ACT pada klien dengan skizofrenia dengan halusinasi mampu
menurunkan gejala yang signifikan. Hayes dan Smith (2005) Hayes dan Smith (2005)
menegaskan ACT mengajarkan klien untuk tidak menghindari tujuan hidupnya atau mampu
menerima hidupnya dan berkomitmen terhadap dirinya sehingga mampu mengatasi
masalahnya. Hal ini di dukung oleh Stuart (2009) yang mengatakan klien harus dapat
bertahan dengan apa yang sudah dipilihnya ketika sudah berkomitmen sehingga dengan
mampu menerima dan berkomitmen klien diharapkan tidak akan mengalami kekambuhan
lagi. Harapannya terapi keperawatan seperti ACT perlu diberikan pada beberapa klien
sehingga mampu menurunkan gejala penyakit, karena dapat dilihat ACT ditambah dengan
pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat mampu menurunkan gejala dengan baik.

ACT dan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat lebih besar pengaruhnya dalam
menurunkan gejala harga diri rendah dibandingkan dengan terapi lain. Sedangkan yang hanya
menggunakan ACT tidak begitu berpengaruh dalam menurunkan gejala harga diri rendah
pada penelitian ini sehingga dapat dikatakan dengan kombinasi ACT dan pendidikan
kesehatan lebih baik dilakukan daripada hanya ACT saja.
KESIMPULAN

Hasil penelitian membuktikan ACT yang diberikan pada klien skizofrenia dapat
meningkatkan kemampuan menerima dan berkomitmen pada pengobatan. Hasil juga
menunjukkan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat dapat meningkatkan kepatuhan
klien untuk minum obat. Keduanya mampu menurunkan gejala risiko perilaku kekerasan,
halusinasi, dan harga diri rendah klien skizofrenia sehingga dapat diaplikasikan sebagai terapi
spesialis jiwa di rumah sakit maupun di komunitas. Pardede, et al., Kepatuhan dan Komitmen
Klien Skizofrenia Meningkat 165 Hasil penelitian ini dapat dijadikan evidence based dalam
membandingkan pengaruh beberapa terapi yang dapat diberikan pada klien skizofrenia
maupun klien dengan diagnosa lain. Penelitian ini perlu dikembangkan dengan
menggabungkan ACT dengan FPE (Family Psychoeducation) karena klien perlu sistem
pendukung dari keluarga sebagai pemberi materiil maupun moril sehingga klien mau
menerima dan berkomitmen pada pengobatan. Selain FPE, ACT juga dapat dikombinasikan
dengan Logo terapi, Progressive Muscle Relaxation (PMR), dan lainnya. Pendidikan
kesehatan kepatuhan minum obat juga perlu dikombinasikan dengan BT, CBT, REBT,
RECBT, dan terapi lainnya sehingga klien yang dirawat mau patuh minum obat, yang artinya
salah satu terapi yang disarankan perlu dikombinasikan dengan pendidikan kesehatan
kepatuhan minum obat (BA, TN, PN).

Anda mungkin juga menyukai