BIDANG KLINIS
DISUSUN OLEH:
MEGA PRIMASWARI
T. 100185007
PENDAHULUAN
Das Sain (Penderita/Caregiver) Kanker
Fenomena: Penderita kanker tahun 2012 yang berjumlah 8,2 Grottberg (dalam Hendriani,
juta orang pertahun (Kemenkes RI, 2015) ; Menurut WHO
kanker merupakan penyakit dengan jumlah kematian tertinggi 2018) mengatakan resiliensi
di dunia, yaitu 9, 6 juta kematian (cnnindonesia, 2018) ; Di adalah kemampuan untuk
Indonesia sendiri kematian akibat kanker diperkirakan bertahan dan beradapatasi,
berjumlah 347.792 orang (Kemenkes RI, 2015). serta kapasitas manusia untuk
Data wawancara: Pada awalnya subjek merasa takut saat menghadapi dan
didiagnosa sakit kanker, akan tetapi subjek mempunyai pikiran memecahkan masalah setelah
jika sudah dioperasi akan langsung sembuh subjek menjadi
tidak takut dan khawatir (SW/44-48) mengalami kesengsaraan.
Manfaat Penelitian
Modul terapi kelompok pendukung ini Interaksi dalam kelompok dapat dilakukan
disusun berdasarkan tahapan intervensi dalam bentuk terapi kelompok
dengan pendekatan kelompok dan suportif pendukung.Terapi Kelompok Pendukung
(Brabender, Smolar, & Fallon, 2004). Modul merupakan bagian dari terapi kelompok
terapi kelompok pendukung lazim (Yalom, 2010). Terapi kelompok terdiri dari
lima hingga sepuluh individu yang bertemu
digunakan pada kasus-kasus klinis seperti
untuk menyelesaikan masalah tertentu. Anggota
pasien penyakit kronis dan kelompok kelompok didorong untuk memberikan umpan
marjinal seperti penderita kanker (Brabender balik terhadap anggota kelompok lainnya.
et al., 2004). Basis terapi kelompok Umpan balik dapat berbentuk ekspresi perasaan
pendukung adalah universalitas pengalaman ataupun respons perilaku terhadap anggota
yang dialami oleh subjek digunakan untuk kelompok lain. Interaksi antar anggota
mengurangi stigma negatif sebagai korban kelompok terjadi dalam bentuk saling
memberikan dorongan dan kesempatan kepada
kekerasan dan saling berbagi perasaan. masing-masing anggota untuk mencoba cara
baru dalam berinteraksi dengan orang lain.
Keaslian penelitian
KAJIAN PUSTAKA
Pengidap/caregiver
Kanker
1. Merasa Stress, 1. Pasien.caregive
tidak percaya
r kanker
diri, bingung
Terapi Dukungan merasa tidak
2. Menyadari
Kelompok Sosial sendiri dalam
akan ada
dengan tahapan: menghadapi
perubahan
kehidupan 1. Partisipan masalahnya
3. Merasa hanya mengungkapkan ide 2. Kemampuan
sendiri untuk dan perasaan.,serta untuk
menghadapi permasalahan. menerima diri
kanker 2. Memantau dan
meningkat
4. Tidak dapat sharing penerapan
menyesuaikan kendala 3. Kesehatan
diri dengan D. Hipotesa:pelaksanakan
Hipotesis pada tetap stabil
penelitian ini adalah terapi berbasis dukungan
materi.
penyakitnya kelompok dapatupmempengaruhi
3. Follow setelah 15 resiliensi pada pasien kanker. Terapi
hari dari pertemuan
terakhir.
berbasis dukungan kelompok dianggap berhasil apabila resiliensi pada pasien
kanker meningkat setelah terapi.
Resiliensi
Pengertian Resiliensi
Faktor-faktor Resiliensi
Menurut Reivich dan Shatte (dalam Hendriani, 2018) terdapat tujuh faktor yang
mempengaruhi resiliensi seeorang, yaitu:
Regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi yang
menekan. Kemampuan yang baik dalam meregulasi emosi akan berkontribusi
terhadap kemudahan dalam mengelola respons saat berinteraksi. Ada 2
keterampilan yang dapat menolong untuk meregulasi emosi, yaitu kemampuan
calming dan focusing.
c. Optimisme (Optimism)
Menurut Reivich dan Shatte (2002) individu yang resilien adalah individu yang
optimis yakin dapat menghadapai segala permasalahan yang yang di
hidupnya. Optimisme akan semakin maksimal jika dibaregi dengan efikasi
diri. Optimisme yang dibutuhkan adalah realistic optimism, yaitu rasa optimis
yang diiringi dengan usaha
e. Empati (Empathy)
g. Reaching Out
Aspek-aspek Resiliensi
Resiliensi memiliki tiga komponen atau aspek (Grotberg, dalam Hendriani, 2018)
yaitu:
I have adalah sumber resiliensi yang berhubungan dari besarnya dukungan sosial
yang di peroleh dari sekitar. Sumber I have memiliki beberapa kualitas yang
dapat menjadi penentu bagi pembentukan resiliensi, yaitu:
3. Model-model peran.
b. I am (inner strengths)
I am adalah sumber resiliensi yang berkaitan dengan kekuatan pribadi dalam diri
individu. Hal ini mencangkup perasaan, sikap, dan keyakinan pribadi.
Beberapa kualitas pribadi yang mempengaruhi I am dalam membentuk
resiliensi adalah:
Merupakan sumber resiliensi yang berkaitan dengan usaha yang di lakukan oleh
seseorang dalam memecahkan masalah menuju keberhasilan dengan kekuatan
diri sendiri. I can mencangkup kemampuan menyelesaikan persoalan,
keterampilan sosial, dan interpersonal. Sumber resiliensi ini terdiri dari:
Terapi kelompok terdiri dari lima hingga sepuluh individu yang bertemu untuk
menyelesaikan masalah tertentu. Anggota kelompok didorong untuk memberikan
umpan balik terhadap anggota kelompok lainnya. Umpan balik dapat berbentuk
ekspresi perasaan ataupun respons perilaku terhadap anggota kelompok lain.
Interaksi antar anggota kelompok terjadi dalam bentuk saling memberikan
dorongan dan kesempatan kepada masing-masing anggota untuk mencoba cara
baru dalam berinteraksi dengan orang lain.
Ada dua tujuan terapeutik yang muncul dalam proses terapi kelompok pendukung
yang dilakukan oleh tim peneliti. Tujuan pertama merujuk pada outcome goals
(hasil akhir proses terapi). Outcome goals mengacu pada perubahan perilaku dan
emosi anggota kelompok setelah terapi berakhir. Perubahan perilaku dapat berupa
peningkatan kemampuan interpersonal, keterampilan analisis masalah, dan atau
kemampuan untuk bangkit dari peristiwa yang tidak menyenangkan. Tujuan
kedua merujuk pada process goal (proses selama terapi berlangsung). Tujuan ini
melekat pada anggota kelompok selama proses terapi. Peningkatan level
kenyamanan, kemauan untuk terbuka dengan anggota kelompok lain, dan belajar
untuk memberikan argumentasi terhadap pendapat anggota lain adalah beberapa
contoh process goal (Ward, 2010; Kurniawan & Noviza, 2017 ).
METODE PENETITIAN
A. Identifikasi Variabel
1. Variabel Tergantung : Stres Pengasuhan pada Orang Tua dengan
Anak Autis
2. Variabel Bebas : Pelatihan stepping stones triple P
B. Definisi Operasional
1. Stres Pengasuhan pada Orang Tua dengan Anak Autis adalah
Tingkat stres pengasuhan diukur dengan skala Parenting Stress
Index-Short Form (PSI-SF) dari Abidin (1995) yang telah
dilakukan modifikasi dan diterjemahkan oleh ahli bahasa di
lembaga pendidikan bahasa, skala ini terdiri dari 36 aitem
pertanyaan yang mengandung tiga aspek stres pengasuhan parent
distress (PD), parent-child dysfunction interaction (PCDI), dan
difficult child (DC).
2. Pelatihan stepping stones triple P adalah pelatihan untuk orang tua
dengan anak autis yang memiliki stress pengasuhan guna
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kepercayaan diri
orang tua. Pelaksanaan pelatihan ini dilakukan oleh professional
dengan panduan proswdur yang telah dibakukan.
C. Subjek Penelitian
1. Orang tua yang memiliki anak autis dengan ciri-ciri memiliki anak autis
yang mengikuti terapi di PLA Surakarta
2. Belum pernah mengikuti pelatihan pengasuhan untuk orang tua yang
memiliki anak autis
3. Rentang usia dewasa (25 tahun – 45 tahun)
4. Tingkat ekonomi rendah; memiliki skor stres pengasuhan sedang hingga
tinggi; bersedia mengikuti pelatihan
5. Latar belakang pendidikan menengah. Hal ini dikarenakan dengan latar
belakang pendidikan tersebut diharapkan memiliki kemampuan berpikir
konseptual sekaligus praktis sehingga lebih mudah memahami materi yang
diberikan.
D. Alat Ukur
Pada penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur berupa skala Parenting
Stress Index-Short Form (PSI-SF) dari Abidin (1995) yang telah dilakukan
modifikasi dan diterjemahkan oleh ahli bahasa di lembaga pendidikan bahasa,
skala ini terdiri dari 36 aitem pertanyaan yang mengandung tiga aspek stres
pengasuhan parent distress (PD), parent-child dysfunction interaction (PCDI),
dan difficult child (DC).
Respon Favourable
S 3
R 2
TS 1
E. Rancangan eksperimen
Penelitian ini menggunakan single case experimental designs atau
eksperimen dengan Partisipan berjumlah sedikit. Desain eksperimen satu-kasus
(single case experimental designs) merupakan strategi penelitian di mana variabel
independen dimanipulasi untuk sedikit individu sehingga memungkinkan
diambilnya kesimpulan tentang sebab-akibat, tetapi memiliki daya generalisasi
yang terbatas (Durand, 2006)
Keterangan Hari ke S1 S2 S3
Fase P1 P1 P1
A/baseline
Fase B Pelatihan 1 X1 X1 X1
O1 O1 O1
P2.1 P2.1 P2.1
berul
(repe
urem
meas
Peng
ukur
ated
ent)
wal
ang
des
thd
ign
Wi
A-
B-
an
ra
A
Pelatihan 2 X2 X2 X2
O2 O2 O2
P2.2 P2.2 P2.2
Pelatihan 3 X3 X3 X3
O3 O3 O3
P2.3 P2.3 P2.3
Fase A/ ~X ~X ~X
Follow-Up P3 P3 P3
Keterangan:
S= partisipan
P1= pengukuran tahap baseline (PSI-SF)
P2= pengukuran tahap pelatihan (PSI-SF)
P3= pengukuran tahap follow-up (PSI-SF)
O= observasi
X= pemberian pelatihan
F. Rancangan Intervensi
Sesi Tema Kegiatan Waktu
Sesi 1 Intake interview Orang tua diwawancarai untuk 1 jam
mengumpulkan informasi mengenai
anak dan keluarga yang komprehensif.
Rincian masalah atau masalah
perilaku ditentukan dan orang tua
diminta untuk melengkapi
serangkaian kuesioner. kuesioner
tersebut dirancang untuk menyaring
faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhi perkembangan atau
perilaku anak. Dalam sesi ini, orang
tua juga diperkenalkan pada berbagai
teknik perekaman yang dapat mereka
gunakan untuk melacak tingkah laku /
ketertarikannya beberapa minggu
mendatang.
Sesi 2 Obsrevasi dan Sesi ini diawali dengan pengamatan 1 jam
diskusi hasil tnteraksi antara keluarga dengan anak-
asesmen anak. Kemudian dilanjutkan diskusi
umpan balik dengan orang tua saja.
Praktisi menggunakan panduan
partisipasi model untuk melibatkan
orang tua dalam tinjauan semua
informasi penilaian, mengembangkan
konseptualisasi bersama mengenai
masalah dan penyebabnya, kemudian
menegosiasikan tujuan dan petunjuk
treatment.
Sesi 3 Mempromosikan Selama sesi ini, orang tua belajar 1 jam
perkembangan prinsip-prinsip positif
anak Mengasuh anak, strategi untuk
mengembangkan hubungan positif
dengan anak, bagaimana mendorong
perilaku yang diinginkan dan strategi
untuk mengajari anak-anak
keterampilan dan perilaku baru.
Sesi 4 Mengelola Sesi ini melibatkan pengenalan orang 1 jam
kenakalan tua terhadap strategi untuk menangani
perilaku buruk, mengembangkan
rutinitas parenting dan menyelesaikan
grafik perilaku mereka.
Sesi 5-7 Latihan sesi 1-3 Latihan sesi 1-3. Sesi ini membantu 1 jam
orang tua dalam menggunakan strategi
perubahan tingkah laku. Praktisi
mengamati interaksi orangtua-anak 10
menit dimana orang tua telah
menetapkan tujuan untuk berlatih
menggunakan yang spesifik strategi
mengasuh anak. Praktisi kemudian
memiliki kesempatan untuk
mendorong evaluasi diri orang tua dan
tujuannya pengaturan untuk
memperbaiki penggunaan strategi
pengasuhan yang spesifik
Sesi 8 Perencanaan ke Selama sesi ini, orang tua 1 jam
depan mengidentifikasi aktivitas rumah dan
masyarakat berisiko tinggi (Misalnya
perjalanan belanja, sesi terapi,
persiapan sekolah). Praktisi kemudian
mengajarkan mereka bagaimana
mengembangkannya, merencanakan
rutinitas di depan untuk mencegah
perilaku buruk, mendorong
pengembangan keterampilan, dan
mengelola perilaku salah dalam diri
seseorang Atau lebih banyak situasi
berisiko tinggi yang diidentifikasi
orang tua. Orangtua kemudian
merencanakan untuk melaksanakan
rutinitas mereka selama seminggu.
Sesi 9 Merencanakan Merencanakan sesi latihan berikutnya. 1 jam
latihan sesi Selama sesi ini, praktik orang tua
berikutnya mendorong anak mereka untuk
melakukannya. Bermain secara
independen saat mereka
mendiskusikan rutinitas perencanaan
mereka di depan dengan praktisi.
Praktisi juga mengamati orang tua
agar anak tersebut siap keluar dan
memberikan umpan balik sebelum
mengakhiri sesi
Sesi 10 Penutup Praktisi melakukan tinjauan kemajuan 1 jam
dan membahas gagasan orang tua
untuk mempertahankan perubahan
baik yang telah dilakukan, bagaimana
menyelesaikan masalah di masa
depan, dan apakah rujukan untuk
dukungan lebih lanjut sudah sesuai.
Orang tua kemudian menyelesaikan
pre-post asesment yang serupa dengan
kuesioner awal yang mereka
selesaikan.
Selain itu, di berikan pula waktu untuk mengisi kuesioner dan mempersiapkan
sesi follow up. Di bawah ini adalah panduan waktu dalam pelaksanaannya:
Konsultasi Scoring Dukungan Sesi Catatan Total
tatap muka kuesioner melalui persiapan kasus dan waktu
atau sesi dan telfon atau dan post- laporan
kelompok pemberian home visit session penulisan
masukan debrief/p
pre-post enawasan
assessment
(client
satisfaction
questioner)
Standa 7 jam (1 1,5 jam 3 jam (3 2,5 jam 1 jam 15 jam
r stepp- jam per kali per
ing sesi) kunjungan, keluar
stones setiap ga
triple P kunjungan
1 jam
G. Analisa Data
Penelitian ini melihat perbedaan tingkat stres pengasuhan pada orang tua
dengan anak autis dengan membandingkan hasil individual. Analisis data dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis kuantitatif dan analisis
kualitatif.
Analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji statistik
Wilcoxon Signed Rank Test. Selain itu data kuantitatif juga disajikan dengan
menggunakan analisis data visual inspection untuk melihat setiap perubahan
partisipan dari waktu ke waktu (Barlow&Hersen, 2009). Hasil pengukuran tingkat
stres antar partisipan dibandingkan dengan cara visual inspection.
Tingkat stres pengasuhan pada orang tua dengan anak autis dibandingkan
antara hasil pengukuran pada saat baseline, saat pelaksanaan terapi atau perlakuan
berlangsung, dan saat pengukuran tindak lanjut/follow up. Perbandingannya
tampak pada kenaikan atau penurunan yang disajikan melalui tabel dan grafik
(Breakwell, 2004). Sedangkan analisis kualitatif dilakukan terhadap data yang
diperoleh dari hasil observasi selama pelatihan, tahap sebelum pelatihan,
pengisian diary, serta wawancara informal.
DAFTAR PUSTAKA