Literatur Review
Artikel history
Dikirim, April 08th, 2021
Ditinjau, May 25th, 2021
Diterima, May 27th, 2021
ABSTRACT
Emotional problems are a symptom of violent behavior. Interaction of nerve activity
between the hypothalamus, limbic structures (amygdala and hyppocampus), and the
higher cortical centers which are psychophysiological events of emotion in the human
system. The purpose of this case study is to see the application of Tidal Model recovery
in mental health in the provision of relaxation therapy. The search method used is a
case study, and literature review. The author selects the analyzed journals to find the
effectiveness of relaxation therapy against the risk of violent behavior and a journal on
recovery that links therapeutic communication between nurses and patients. In the
discussion of this paper, the sub-theme of therapeutic relationship between nurses and
patients is found and also the self-awareness of patients who are part of the Tidal
Model. By implementing relaxation therapy with the Tidal Model approach, there is a
reduction in signs and symptoms in patients. Recommendations for nurses are able to
become more empathetic nurses in implementing therapy and can support and
encourage patient awareness in carrying out therapies that will bring patients into
recovery.
Keyword: relaxation therapy; recovery Tidal Model; the risk of violent behaviour
ABSTRAK
Masalah emosi merupakan salah satu tanda gejala yang dimiliki oleh perilaku
kekerasan. Interaksi aktivitas saraf antara hipotalamus, struktur limbik (amygdala dan
hyppocampus), dan pusat – pusat korteks yang lebih tinggi yang merupakan
psikofisiologis terjadinya emosi pada sistem manusia. Tujuan dari studi kasus ini adalah
untuk melihat penerapan Tidal Model recovery in mental health pada pemberian
relaxation therapy. Metode telusur yang digunakan adalah studi kasus, dan literature
review. Penulis memilih jurnal yang sudah dianalisa didapatkan keefektifan relaxation
therapy terhadap resiko perilaku kekerasan dan jurnal mengenai pemulihan yang
mengaitkan komunikasi terapetik antara perawat dan pasien. Pada pembahasan
penulisan ini didapatkan sub tema therapeutic relationship antara perawat dan pasien
dan juga self awareness dari pasien yang merupakan bagian dari Tidal Model. Dengan
pelaksanaan relaxation therapy dengan pendekatan Model Tidal adanya pengurangan
tanda dan gejala pada pasien. Rekomendasi untuk perawat mampu untuk menjadi
perawat yang lebih
117
JKEP. Vol.6 No. 1 Mei 2021 hlm 117-134 118
empati dalam menerapkan terapi dan dapat mendukung dan mendorong kesadaran
pasien dalam melaksanakan terapi yang akan membawa pasien dalam pemulihan.
Kata kunci: relaxation therapy; recovery Tidal Model; resiko perilaku kekerasan
PENDAHULUAN
Perilaku bizar, bicara kacau, afek tidak berasumsi bahwa gangguan jiwa
tepat, waham, halusinasi, dan gangguan merupakan gangguan yang butuh
pikiran merupakan tanda dan gejala diperhatikan oleh pemerintah dan juga
positif dari skizofrenia. Pada gejala keluarga.
negatif merupakan gejala dengan
perilaku normal yang berkurang, gejala Masalah emosi merupakan salah satu
– gejala ini harus timbul setidaknya tanda gejala yang dimiliki oleh perilaku
dalam jangka waktu 1 bulan dan hadir kekerasan. Interaksi aktivitas saraf
berturut antara hipotalamus, struktur limbik
– turut dalam jangka waktu 6 bulan. (amygdala dan hyppocampus), dan
Perilaku ini akan disusun dalam pusat
kategori Kognitif, Persepsi, Emosi, – pusat korteks yang lebih tinggi yang
Perilaku dan Sosialisasi. Gejala merupakan psikofisiologis terjadinya
skizofrenia yang berlangsung dalam emosi pada sistem manusia.
jangka waktu 1 bulan dan kurang dari 6 Ketidakberfungsian dengan baiknya
bulan disebut schizophreniform (Ruiz & amygdala tersebut yang dapat
Sadock, 2017). mengakibatkan terjadinya perilaku
kekerasan (Stuart, 2016). Selain itu
Skizofrenia dapat dialami oleh lebih peningkatan aktivitas dopamin juga
dari 21 juta orang di seluruh dunia dan berkaitan dengan peningkatan perilaku
lebih sering terjadi pada laki–laki (12 kekerasan. Semakin tingginya kejadian
juta) dibandingkan perempuan (9 juta) skizofrenia kemungkinan akan
(WHO,2014). Prevalensi gangguan jiwa meningkatkan kejadian perilaku
berat menurut Riskesdas (2018) terdapat kekerasan.
0,18% per mil kejadian di Indonesia dan
17,7% mengalami pemasungan dan Pada gangguan jiwa kronis diperkirakan
terjadi pada daerah pedesaan. Prevalensi mengalami kekambuhan 50% pada
gangguan jiwa berat pada Provinsi Jawa tahun pertama, dan 70% pada tahun
Barat adalah 0,14%. Dilihat dari kedua. Kekambuhan biasanya terjadi
prevalensi kejadian di atas, penulis karena adanya kejadian-kejadian buruk
sebelum mereka kambuh dan juga dapat untuk menciptakan kerja sama yang
disebabkan oleh beberapa faktor, baik antara pasien dengan perawat.
diantaranya faktor internal dan faktor Komunikasi yang baik akan membuat
eksternal (Suprayitno, 2010 dalam Sari, perawat mengidentifikasi kebutuhan
et al., 2018). Pemulihan yang baik pasien dan memperdayakan kemampuan
merupakan hal yang penting dalam pasien serta membuat komitmen dan
menghindari kekambuhan. Pemulihan mendukung pasien untuk menceritakan
merupakan proses dimana seseorang pengalamannya yang akan bersama-
mampu untuk hidup, bekerja, belajar sama menentukan pelaksanan
dan berpartisipasi secara penuh di keperawatan untuk mengurangi tanda
dalam komunitasnya. Pada pemulihan dan gejala dan menghasilkan
memiliki aspek terpenting yang pemulihan. Dalam hal ini perawat akan
didefinisikan oleh setiap individu memberikan dukungan penuh untuk
dengan pertolongan dari pemberi mengoptimalkan kemandirian pasien
layanan kesehatan jiwa dan orang yang dalam berlatih kegiatan.
terpenting dalam hidup individu
Komitmen tersebut merupakan
tersebut (Stuart, 2013).
penerapan recovery dalam Model Tidal
Recovery (pemulihan) pasien gangguan yang membantu pasien membuat suatu
jiwa ditujukan pada perbaikan gejala, perubahan dalam hidup mereka, tidak
menurunkan angka perawatan di rumah hanya sekedar mengatasi atau
sakit, risiko kekambuhan yang kecil, mengontrol gejala (Barker dalam
dapat bersaing dalam pekerjaan, Townsend, 2014). Kemampuan perawat
memperbaiki kualitas hidup dan meliputi membantu pasien
memperbaikit keterlibatan di mengungkapkan dalam bahasa mereka
masyarakat. Pasien memerlukan sendiri pemahaman mereka tentang
pemulihan atau recovery yang pengalaman pribadi melalui penggunaan
dibutuhkan dalam mencegah cerita, penangkal, dan metafora (Barker
kekambuhan. Tujuan dari recovery dalam Townsend, 2014). Hubungan
(pemulihan) pasien gangguan jiwa saling percaya pasien dan perawat
adalah bebas tanda dan gejala dengan merupakan awal belajar dan berlatih
cara memperbaiki strategi pengurangan keterampilan baru, selain memberikan
tanda dan gejala (Prat, et al. 2014). Pada umpan balik yang tidak menghakimi
pemulihan merupakan hal yang penting
tentang kemajuan terapi, dan menjamin napas dalam akan mendukung
pemberian dukungan selama proses terjadinya pemulihan, dimana akan
terapi. Penyediaan sumberdaya, didapatkan tanda dan gejala perilaku
pemberdayaan sumber daya yang telah kekerasan berkurang jika dilakukan
ada membantu pasien mengambil secara terjadwal. Sejalan dengan temuan
keputusan melakukan recovery, pada penelitian Prasetya, 2018 bahwa
membangun kekuatan pasien sehingga pemberian jadual kegiatan sehari-hari
mendapatkan kembali kontrol atas secara signifikan bermanfaat dalam
hidupnya (Townsend, 2014). menurunkan kemampuan mengontrol
resiko perilaku kekerasan. Kunci untuk
Mendapatkan kembali kontrol pada
membuat pernapasan dalam menjadi
perilaku kekerasan bukan lah hal yang
teknik relaksasi yang efektif adalah
mudah, dengan kerja sama yang baik
dengan sering berlatih dan
antara pasien dengan perawat akan
menerapkannya dalam berbagai situasi.
membuat proses pemulihan dengan
baik. Penulis berasumsi bahwa Dengan bersama-sama pasien dan
Relaxation Therapy dimana tarik napas perawat menentukan Relaxation
dalam merupakan tidakan yang dapat Therapy sebagai terapi yang akan
mengurangi tanda dan gejala resiko dilakukan, dan mendapatkan bantuan
perilaku kekerasan dapat didiskusikan atau dukungan dari perawat maka akan
bersama dengan pasien untuk dapat berkurangnya tanda dan gejala perilaku
menerapkannya dengan baik. Teknik kekerasan dan tercapainya recovery.
relaksasi nafas dalam dapat dilakukan Menurut Keliat, et al (2019) tarik napas
secara sederhana yang terdiri dari napas dalam merupakan terapi relaksasi yang
abdomen dengan frekuensi lambat dan merupakan tindakan keperawatan yang
berirama. Pada penelitian Sutinah, et al diajarkan kepada pasien dengan resiko
(2019) mengatakan ada perbedaan perilaku kekerasan. Seringkali ketika
mengontrol marah sebelum dan sesudah emosi, klien mulai mengambil napas
dilakukan relaksasi nafas dalam pendek dan akhirnya dapat membuat
terhadap mengontrol marah pada mereka merasa ringan kepala, pusing
skizofrenia. Tarik napas dalam yang dan tidak terkendali. Napas dalam juga
merupakan terapi generalis yang banyak dapat mengatasi gejala fisik ini dan juga
sudah digunakan. Dengan memungkinkan individu untuk
dilakukannya tarik
mengambil "waktu" dari situasi tegang untuk tetap dapat melaksanakan
dan fokus pada sesuatu selain apa yang relaxation therapy.
memicu kemarahan pada awalnya.
METODE
Proses ini cukup mudah digunakan dan
Penulisan manuskrip ini berdasarkan
seringkali tidak terlihat oleh orang lain.
pengalaman praktik klinik keperawatan
Berbagai bentuk pelatihan relaksasi
jiwa yang dilakukan oleh penulis.
telah digunakan untuk mengurangi
Penulis mendapatkan pasien kelolaan
dampak buruk kemarahan. Pernapasan
melalui bimbingan pada saat
dalam telah terbukti secara efektif
melaksakan praktik klinik. Pemberian
mengurangi tingkat kemarahan pada
asuhan keperawatan dilakukan secara
individu yang mengalami kesulitan
langsung pada pasien. Pada saat
bersantai dalam situasi kemarahan.
pemberian asuhan keperawatan ini
Napas dalam dapat didefinisikan
penulis memperhatikan aspek etik yang
sebagai pernapasan diafragma
sudah diterapkan sesuai dengan prinsip
lambat yang
etik keperawatan. Desain penulisan
menyeimbangkan kadar oksigen dan
yang digunakan adalah studi kasus dan
karbon dioksida dalam tubuh
literature review. Sumber literature
(Ranjitham, 2016). Laporan kasus ini
review yang didapatkan dari pencarian
bertujuan untuk menyajikan tindakan
google schoolar, science direct, dan
Relaxation Therapy dimana dapat
Wiley. Penulis mendapatkan 34 literatur,
membuat perubahan dalam tanda-tanda
dan literatur yang digunakan sejumlah
dan gejala untuk mendapatkan
10 jurnal. Subjek dalam studi kasus ini
pemulihan (recovery), dimana masih
adalah penderita skizofrenia dengan
sedikit pembahasan mengenai terapi ini
masalah utama resiko perilaku
untuk mendapatkan pemulihan.
kekerasan yang sedang dirawat di
Recovery pasien resiko perilaku
Rumah Sakit pada saat praktik klinik
kekerasan dapat dilakukan oleh perawat
Keperawatan Jiwa. Asuhan keperawatan
jiwa ini dilakukan dengan menggunakan
dilakukan berdasarkan tahapan proses
pendekatan Tidal Model dimana pada
keperawatan. Tahapan ini dimulai dari
kasus ini perawat mencoba untuk
pengkajian, analisis data, penegakkan
memenuhi hubungan saling percaya
diagnosis, perencanaan intervensi
antara perawat dan pasien dan juga
keperawatan, implementasi, serta
meningkatkan kesadaran diri pasien
evaluasi. Identifikasi masalah yang
diterapkan pada pasien dengan kemampuan yang dimiliki untuk
menggunakan scanning pengkajian jiwa mengatasi marah yang dimiliki Tn. A
lanjut secara langsung. Tindakan sangat minimal. Tetapi pasien masih
keperawatan yang dilakukan adalah dapat menyebutkan beberapa tindakan
relaxation therapy. Hal ini juga keperawatan yang sebelumnya sudah
diterapkan pada hasil studi kasus Rizki diajarkan. Pasien juga sudah mulai
& Wardani, (2020) yang juga mengenali faktor yang menyebabkan
menerapkan asuhan keperawatan marah pada dirinya. Pada saat
berdasarkan tahapan proses pengkajian, pasien mengatakan jarang
keperawatan, dari pengkajian, analisis melakukan tindakan keperawatan yang
data, n diagnosis, perencanaan sudah diajarkan di rumah atau hampir
intervensi keperawatan, implementasi, tidak pernah.
serta evaluasi.
Hal ini didukung karena pasien
Ilustrasi Kasus : merasakan tidak adanya dukungan yang
Pada Tn. A (23) adalah pasien dengan pasien dapat untuk membantu pasien
diagnosa keperawatan resiko perilaku dalam menerapkan tindakan
kekerasan yang dirawat. Pasien keperawatan tersebut. Dalam keluarga
melanjutkan pendidikan sampai Tn. A, ia merupakan anak laki-laki satu-
mahasiswa, pasien mengatakan masih satunya atau yang sering disebut dengan
belum dapat menyelesaikan pendidikan anak tunggal. Pasien tinggal bersama
dengan baik. Pasien mengatakan dirinya dengan ayah. Komunikasi di dalam
sempat bekerja tapi tidak lama setelah keluarganya merupakan komunikasi 1
itu pasien kambuh dan harus dibawa ke arah, dimana hubungan pasien dengan
RS. Menurut Tn. A dirinya sudah ayah tidak terlalu dekat. Didapatkan
pernah dirawat di RS ini sebelumnya. hubungan dengan lingkungan sekitarpun
Pada saat pengkajian Tn. A mengatakan kurang baik, dimana stigma mengenai
riwayat dirawat sebelumnya adalah gangguan jiwa masih dirasakan pasien
pada tahun 2019 dan lama rawat selama karena sering dikatakan gila. Dari cerita
1 bulan, menurut Tn. A ini terjadi pasien tersebut pada saat pengkajian
karena jarang minum obat yang membuat pasien akhirnya kambuh dan
disebabkan oleh tidak ada satupun yang tidak bisa menjalankan pemulihan
mengingatkan untuk minum obat di di dengan baik. Pada saat pengkajian pada
rumah. Selain itu
sumber koping bagian positive belief dilakukan juga dengan mandiri, terlihat
pasien mengatakan bahwa pasien pada saat evaluasi. Hal ini sesuai
mempunyai harapan untuk sembuh, dengan terapi generalis ners yang
menjadi lebih dewasa dan berubah. diperuntukkan untuk gangguan resiko
Pasien juga menyatakan harapannya perilaku kekerasan.
kepada tenaga kesehatan untuk dapat
Menurut Keliat, et al (2019) tarik napas
membantu dirinya menjadi lebih baik
dalam merupakan terapi relaksasi yang
dan sembuh. Slade (2010) juga
merupakan tindakan keperawatan yang
menjelaskan bahwa salah satu faktor
diajarkan kepada pasien dengan resiko
yang penting untuk pemulihan adalah
perilaku kekerasan. Hal ini juga
harapan.
disampaikan oleh penelitian (Busch et
Berdasarkan kasus yang didapat al., 2012) mengatakan berkenaan
perawat memberi intervensi Tarik dengan keadaan suasana hati, ditemukan
Napas Dalam pada hari pertama, pengurangan yang signifikan dari
dimana pasien setuju menerapkan tarik ketegangan, kemarahan, dan perasaan
napas dalam untuk intervensi pertama depresi setelah Deep and Slow
mengurangi marah. Kemampuan Breathing, menunjukkan penurunan
relaxation therapy ini sangat tingkat stres yang lebih umum. Pasien
dibutuhkan oleh pasien. Teknik yang mengatakan hal ini dapat menurunkan
perawat ajarkan kepada pasien yaitu rasa marahnya dalam hati. Hasil dari
edukasi pasien di posisi yang rileks dan latihan ini juga dapat membuat pasien
nyaman, lalu tarik nafas dalam dengan menjadi lebih tenang, dibuktikan
lewat hidung dengan hitungan 1,2,3 lalu dengan evaluasi pasien oleh perawat
hembuskan perlahan lahan dan dimana pasien mengatakan bahwa
dilakukan 3 kali atau senyamannya dirinya lebih tenang, ini dapat
mungkin. Irama yang konstan membantu pasien untuk mengontol
dipertahankan dengan menghitung marah. Hal ini juga dijelaskan oleh
dalam hati dan lambat bersama setiap Suhron (2015) membahas Dengan
inhalasi dengan cara hirup, dua, tiga dan demikian efektifitas terapi relaksasi
ekshalasi dengan hembuskan, dua, tiga. nafas dalam menurunkan perilaku
Relaxation therapy ini memerlukan kekerasan pada pasien perilaku
waktu 5 sampai 10 menit. Pasien kekerasan cukup baik, efektif, efisien
mengikutinya dengan baik dan dapat dan mudah dilakukan sendiri. Dengan
melakukan latihan ini tubuh akan diajarkan oleh perawat sebelumnya
berespon untuk menvasodilatasi tetapi pasien tidak pernah
pembuluh darah, meningkatkan melakukannya secara rutin. Evaluasi
ventilasi alveoli dan memberikan dilakukan pada hari selanjutnya dimana
perasaan yang tenang dan nyaman. perawat melakukan pengkajian terhadap
intervensi Relaxation Therapy.
Perawat melakukan evaluasi pada hari
kedua dan pasien dapat melakukannya Pada saat evaluasi perawat meminta
dengan baik dan benar, selain itu pasien kembali untuk melakukan
perawat juga memberikan jadwal untuk kembali terapi tersebut, terlihat pasien
dapat melakukan tindakan tarik napas dapat melakukannya secara mandiri.
dalam secara rutin dan terjadwal. Perawat juga melakukan observasi dan
Tindakan tersebut dimaksudkan kepada wawancara kembali terhadap tanda dan
Relaxation Therapy. Hal ini sesuai gejala yang ada pada pasien. Pasien
dengan terapi generalis ners yang mengatakan bahwa adanya perubahan
diperuntukkan untuk gangguan resiko yang terjadi pada saat melakukan
perilaku kekerasan. Pada saat evaluasi Relaxation Therapy. Pasien mengatakan
pasien mengatakan kembali harapannya intervensi tersebut membuat pasien
yaitu harapan untuk sembuh, menjadi lebih tenang, tidak berpikir negatif dan
lebih dewasa dan berubah. Pasien juga dapat mengontrol rasa ingin marah
mengatakan akan melakukannya lebih pasien. Lalu perawat menggunakan
terjadwal dan sering sehingga dapat intrumen tanda dan gejala terlihat
mencapai harapan yang ada dalam beberapa tanda dan gejala sudah
dirinya. Evaluasi dalam melakukan berkurang, ini didapat dari hasil
relaxation therapy sebelum dan sesudah observasi dan wawancara langsung
dalam waktu asuhan keperawatan 3 kepada pasien. Perubahan tanda dan
hari. Data yang didapat merupakan data gejala belum secara signifikan terlihat,
pada saat pengkajian dan evaluasi pada tetapi pasien mengatakan akan
keesokan harinya. Pada saat pengkajian melakukannya secara rutin, karena
beberapa tanda dan gejala terlihat pada harapan pasien akan sembuh dan
pasien, pasien juga menyebutkan menjadi berubah lebih dewasa. Selain
beberapa tanda dan gejala yang itu diperlukan komitmen untuk pasien
biasanya pasien rasakan pada saat dapat melakuaknnya dalam kegiatan
marah. Pasien mengatakan hal ini sehari- hari. Menurut asumsi penulis
pernah manfaat ini
juga bisa menjadikan pasien dapat dalam secara sistematis dan terjadwal
melakukan tarik napas
Tabel 1. Evaluasi Tanda dan Gejala yang ditemukan pada saat pengkajian dan evaluasi
Tanda dan gejala Pre Post
. Kognitif
1.1 Subjektif
Mengungkapkan ketidakmampuan mengontrol PK ✓ -
Merasa berpikir negatif dalam menghadapi stressor ✓ -
Mengungkapkan keinginan untuk memukul orang lain
Mengungkapkan ketidakmampuan dalam berkomunikasi
1.2 Objektif
Mendominasi pembicaraan
Flight of idea
Perubahan isi piker
Menyalahkan orang lain ✓ ✓
Kurang konsentrasi
Mudah putus asa ✓ ✓
Kepribadian tertutup
Agresif
. Afektif
2.1 Subjektif
Afek labil
Mengungkapkan perasaan curiga
Merasa mudah tersinggung
Merasa tidak nyaman
Merasa jengkel ✓ -
Mengungkapkan keinginan untuk memukul orang
2.2 Objektif
Marah ✓ -
Frustasi
Pemurung
Menunjukkan ketidakpedulian dengan lingkungan/ acuh ✓ ✓
Sering meremehkan sesuatu
Kurang percaya diri ✓ ✓
. Fisiologi
3.1 Subjektif
Mengatakan pusing
Merasa berdebar-debar ✓ -
Mengungkapkan keluhan mual, tidak enak di perut
3.2 Objektif
Muka merah
Pandangan tajam
Rahang mengatup dengan kuat
Tangan mengepal
Wajah tegang dan kewaspadaan meningkat
Frekuensi BAB dan BAK cenderung meningkat
. Perilaku
Tanda dan gejala Pre Post
4.1 Subjektif
Mengatakan selalu curiga ✓ ✓
Mengungkapkan keinginan untuk melukai diri sendiri /orang lain
4.2 Objektif
Mondar-mandir
Memukul benda/orang
Merusak barang
Nada suara tinggi/keras ✓ ✓
Agresif
Suka membentak orang lain
Bersikap sinis terhadap orang lain
. Sosial
5.1 Subjektif
Sering mengungkapkan keinginannya dengan nada mengancam
Secara verbal sering mengejek, mengolok-olok
5.2 Objektif
Menarik diri dalam pergaulan lingkungan sekitar ✓ ✓
Mengasingkan diri
Penolakan
Pasien melaksanakan
Perawat mendukung pasien untuk
relaxation therapy
melaksanakan relaxation therapy
secara mandiri
PEMULIHAN
SIMPULAN
Komunikasi terapetik yang baik perawat untuk menimbulkan rasa empati
dan pasien dapat membangun hubungan perawat dengan pola komunikasi yang
awal yang baik untuk menunjukkan baik menjadikan pasien mau melakukan
bahwa perawat adalah orang yang terapi yang ditentukan bersama yaitu
peduli dan ingin menjadi teman tindakan keperawatan tarik napas dalam
berbicara bagi pasien. Dengan begitu yang dapat mengurangi tanda dan gejala
perawat dapat menghargai cerita resiko perilaku kekerasan, dan
pengalaman pasien dan dapat belajar mengikuti aktivitas keseharian secara
dari pengalaman baik dan