Anda di halaman 1dari 22

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI


HALUSINASI DIRUANG MAWAR RUMAH SAKIT JIWA
Dr. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA
SESI II

Disusun Oleh :
DEWI KURAESIN
NIM . 16313026

PROGRAM PROFESI NERS STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI TANGERANG
TAHUN 2016 - 2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.

Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi

merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa

adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,

dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap

positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005)

Menurut Sekretaris Jendral Departemen Kesehatan (Depkes), dr H.

Syafii Ahmad MPH, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah

kesehatan global bagi setiap Negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi

dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan dampak terhadap

nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua

orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyesuaikan dengan

berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut (Direktorat

Bina Pelayanan Keperawatan Dan Pelayanan Medik Departemen

Kesehatan, 2007).

Menurut Azwar (2008), Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan

Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan dan World Health

Organization (WHO) memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita


gangguan jiwa ditemukan di dunia. Bahkan berdasarkan data studi World

Bank di beberapa negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan global

masyarakat (Global Burden Disease) disebabkan oleh masalah gangguan

kesehatan jiwa yang menunjukkan dampak lebih besar dari TBC (7,2%),

kanker (5,8%), jantung (4,4%), dan malaria (2,6%).

Menurut Azwar (2008), Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat

Departemen Kesehatan mengatakan bahwa masalah kesehatan jiwa

merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi

dibandingkan dengan masalah kesehatan lainyang ada di masyarakat.

Adapun jenis gangguan kesehatan jiwa yang banyak di derita masyarakat

Indonesia antara lain psikosis, demensia, retardasi mental, mental emosional

usia 4 - 15 tahun, mental emosional lebih dari 15 tahun dan gangguan

kesehatan jiwa lainnya.

Gangguan-gangguan tersebut menunjukkan seperti klien berbicara

sendiri, mata melihat ke kanan-ke kiri, jalan mondar-mandir, sering

tersenyum sendiri dan sering mendengar suara-suara. Halusinasi merupakan

gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu

yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada

rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi

melalui panca indra yaitu persepsi palsu (Maramis, 2005).

Hasil data yang di dapat dari RS jiwa Dr. Soeharto Heerdjan ruang

mawar tahun 2017 tiga bulan terakhir dari 130 pasien yang dirawat diruang
tersebut 88 orang (67%) diantaranya dengan gangguan persepsi sensori

halusinasi. Dan sisanya 36 orang (27%) dengann Isos, 5 orang (4,3%)

dengann RPK dan sisanya 1 orang (0,7%) dengan HDR.

Salah satu terapi yang dilakukan pada pasien jiwa adalah Terapi

aktivitas kelompok (TAK), Terapi aktivitas kelompok adalah merupakan

salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada kelompok klien

yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang

digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan,

didalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling tergantung, saling

membutuhkan dan menjadi tempat klien berlatih perilaku baru yang adaftif

untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

Setiap peserta membutuhkan terapi aktivitas kelompok, dimana

aktivitas ini memungkinkan peserta agar beorientasi dengan orang lain dan

mengenal lingkungan disekitar mereka, dimana pengertian kelompok itu

sendiri adalah kumpulan individu yang lain, saling tergantung dan memiliki

norma yang sama (Stuart & Laraia, 2009). Dan atas dasar data tersebut di

ataslah maka penulis memutuskan melakukan “terapi aktivitas kelompok

pada pasien jiwa dengann gangguan persepsi sensori halusinasi “.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Setelah dilakukan TAK klien mampu mengenal halusinasi yang

dialaminya dan klien memiliki kemampuan untuk menyelesaikan

masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Klien mampu mengenal halusinasinya

2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi

3. Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi

4. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi

5. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk

mengatasi halusinasi

6. Klien dapat memahami dan memperagakan cara menghardik

halusinasi, cara mengobrol dan dengan melaksanakan kegiatan

yang sering dilakukan

1.3 Manfaat

Menurut Purwaningsih dan Karlina (2009), TAK mempunyai manfaat

terapeutik, yaitu manfaat umum, khusus dan rehabilitasi. Selengkapnya

seperti pada uraian berikut:

1.3.1 Manfaat umum

1) Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui

komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.

2) Melakukan sosialisasi.
3) Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan

afektif.

1.3.2 Manfaat khusus

1) Meningkatkan identitas diri.

2) Menyalurkan emosi secara konstruktif.

3) Meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau sosial.

1.3.3 Manfaat rehabilitasi

1) Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.

2) Meningkatkan keterampilan sosial.

3) Meningkatkan kemampuan empati.

4) Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

2.1.1 Penyakit

Halusinasi adalah distorsi persepsi yang terjadi pada respon neurobiologis

yang maladaptif, pengalaman sensori yang salah atau palsu yang dapat

terjadi pada indra pendengaran, penglihatan, pengecapan, perabaan,

penciuman (Stuart and Laraia, 2005).

2.1.2 TAK

Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi

yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan

pengalaman dan kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil

diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif

penyelesaian masalah aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan

respon yang dialami dalam kehidupan, khususnya untuk klien dengan

halusinasi (Keliat, 2006).

Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai

target asuhan. Didalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling

bergantung dan sebagai tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif

untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

Salah satu aktivitas kelompok yang akan digunakan untuk mengatasi

masalah keperawatan Halusinasi adalah Terapi Aktivitas Kelompok


stimulasi persepsi halusinasi sesi II (Kedua). TAK ini merupakan suatu

bentuk aktivitas kelompok dimana seorang terapis mengajak klien sebagai

anggota kelompok terapi.

2.2 Kriteria Anggota

a. Kondisi pasien kooperatif

Pasien yang bisa diajak untuk bekerjasama

b. Jenis masalah keperawatan sesuai indikasi terapi modalitas

Karaktersitik klien pada Terapi Aktivitas Kelompok : Stimulasi

Persepsi adalah klien dengan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

c. Jumlah peserta

Jumlah peserta dalam aktivitas kelompok berjumlah 5 orang

d. Kesediaan klien mengikuti terapi modalitas Klien yang mengikuti

terapi yaitu klien yang bersedia mengikuti terapi aktivitas kelompok

e. Proses seleksi pemilihan klien

1) Berdasarkan observasi dan wawancara.

2) Informasi dan keterangan dari klien sendiri dan perawatan.

3) Kontrak dengan klien yaitu kesediaan klien untuk mengikuti

berdasarkan. kesepakatan mengenai kegiatan tempat dan

waktu.

4) Klien cukup kooperatif dan dapat memahami pertanyaan yang

diberikan.
2.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

a. Tempat pelaksanaan:

b. Waktu pelaksanaan : biasanya 45’

c. Alokasi waktu : Perkenalan dan Pengarahan (10 menit)

Terapi kelompok (30 menit)

Penutup (5 menit)

2.4 Nama klien


1. Tn. A
2. Tn. B
3. Dst.

2.5 Metode
a. Demonstrasi
b. Permainan
Permainan akan dilakukan oleh peserta TAK, permainan ini bertujuan
untuk melatih motorik kasar dan motorik halus, dimana permainan ini
membutuhkan konsentrasi dan kecepatan gerak peserta TAK. Cara
bermainnya yaitu dengan tim terapis menyediakan tape, kaset dan
peserta TAK membentuk barisan dan dua orang di depan barisan yang
membentangkan tangan keatas sambil berhadapan satu sama lain,
trapis akan memutarkan musik dan peserta TAK melewati dua orang di
depan barisan yang membentangkan tangan keatas dan mengikuti
berhentinya musik yang diputar, peserta TAK yang terkurung akan
berhenti dengan peserta terapi aktivitas.

2.6 Media dan Alat


- Buku catatan dan pulpen
- Kertas manila
- Tape + kaset
- Spidol

2.7 Susunan Pelaksanaan


a. Leader
b. Pembantu pemimpin ( Co Leader )
c. Fasilitator
d. Observer

2.8 Uraian tugas Pelaksanan


a. Tugas leader :
- Memimpin berlangsungnya TAK
- Merencanakan, mengontrol dan mengatur berlangsungnya TAK
- Menyampaikan materi tentang TAK
- Memimpin diskusi kelompok
b. Tugas Co leader:
- Membantu leader
- Mendampingi leader
- Mengambil alih posisi leader jika leader bloking
- Menyarankan kembali kepada leader posisi leader
c. Tugas fasilitator:
- Mempersiapkan tempat
- Membantu klien dalam permainan
d. Tugas observer;
- Menilai respon klien
- Mengawasi berlangsungnya proses TAK

2.9 Setting TAK


- Terapis dan klien berbaris bersama di halaman berbentuk huruf I
- Ruangan nyaman dan tenang
Denah :
Keterangan:
Ledear Kl. kl. Kl. Kl. Kl. Kl. Kl. Kl.
1 2 3 4 5 6 7 8
Co. L eader

observer fasilitator

2.10 Tata Tertib


- Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK dari awal sampai akhir
- Berpakaian rapih dan bersih
- Peserta tidak diperkenankan makan dan minum, selama kegiatan
TAK
- Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan selama kegiatan TAK
- Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai
- Peserta yang ingin mengajukan pertanyaan, mengangkat tangan
terlebih dahulu dan berbicara setelah dipersilakan
- TAK berlangsung selama 45 menit

2.11 Langkah Kegiatan TAK


a. Fase persiapan
- Kontrak dengan klien yang akan mengikuti TAK
- Memilih klien dengan diagnosa halusinasi pendengaran
- Mempersiapkan alat serta tempat TAK
b. Fase orientasi
1) SalamTerapeutik
- Salam dari terapis kepada klien
- Klien pakai papan nama
2) Evaluasi / Validasi
- Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
- Terapis menanyakan tentang isi halusinasi, waktu dan
respon klien.
3) Kontrak waktu
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu latihan cara
mengontrol halusinasi : dengan cara menghardik
c. Fase kerja
- Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada
saat mengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya. Ulangi
sampai semua klien mendapat giliran
- Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
- Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan
menghardik halusinasi saat halusinasi muncul
- Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi
- Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara
menghardik halusinasi dimulai dari klien di sebelah kanan
terapis berurutan berlawanan arah jarum jam sampai semua
peserta mendapatkan giliran
- Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien
bertepuk tangan saat klien selesai memperagakan menghardik
halusinasi
Cara menghardik halusinasi :
1. Untuk halusinasi pendengaran : tutup telinga sambil
mengatakan : “ kamu suara palsu, aku tidak mau
dengar.” Lakukan berulang-ulang sampai suara tak
terdengar lagi
2. Untuk halusinasi penglihatan : tutup mata sambil
mengatakan. “kamu bayangan palsu, aku tidak mau
lihat.” Lakukan berulang-ulang sampai bayangan tak
terlihat lagi.
d. Fase terminasi
a. Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
- Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang
telah dipelajari jika halusinasi muncul
- Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan
harian klien
c. Kontrak yang akan datang
- Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK
yang berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi
dengan melakukan kegiatan
- Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK
berikutnya

2.13 Evaluasi
- Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasikan adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK.
- Diharapkan klien mampu mengikuti kegiatan TAK dengan halusinasi
pendengaran sesi II (mengontrol halusinasi dengan menghardik) dengan
pencapaian 100%
Sesi 2 : TAK
Stimulasi persepsi : Halusinasi
No Nama Menyebutkan cara Menyebutkan Menyebutkan cara Memperagakan
klien yang selama ini isi halusinasi mengatasi menghardik
digunakan mengatasi halusinasi dengan halusinasi
halusinasi menghardik
1
2
3
4
5
6

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mnyebutkan : cara yang
biasa digunakan untuk mengatasi halusinasi, keefektifannya, cara
menghardik halusinasi dan memperagakannya. Beri tanda (√) jika klien
mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu.

2.14 Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien mampu mengikuti TAK.
BAB III

PELAKSANAAN TAK SESI II


(mengontrol Halusinasi dengan cara menghardik)

4.1 Pengorganisasian (Pelaksanaan)

1. Hari/ tanggal : Jum’at, 9 Juni 2017

2. Waktu : Jam 09 00- selesai

3. Alokasi waktu : perkenalan (5 Menit)

Terapi Kelompok (15 Menit)

Penutup (5 Menit)

4. Tempat : Ruang Mawar

5. Jumlah Klien : 8 orang pasien dengan halusinasi

4.2 Nama Klien yang mengikuti TAK Jum’at , 9 Juni 2017

1. Tn. Seno

2. Tn. Entus

3. Nn. Irza

4. Ny. Citra

5. Ny. Sobriah

6. Ny.Aling

7. Tn. Irfan

8. Tn. Antares
4.3 Tim terapi

1. Leader sesi : Dewi Kuraesin

2. Co leader : Tiomanna Manurung

3. Observer Sesi II : Nita Sukmayati Ridwanah

4. Fasilitator Sesi II : Siti Napsiah

Wismah

4.3 Metode dan Media

1. Metode :

1) Diskusi dan tanya jawab

2) Bermain peran/stimulasi

2. Media

1) Papan nama

2) Whiteboard

3) Spidol

4) Jadwal kegiatan klien

4.4 Langkah kegiatan

1) Persiapan

a. Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi I

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan


2) Orientasi

a. Salam terapeutik

a) Salam terapeutik

”Selamat Pagi ’ Perkenalkan nama saya Dewi kuraesin saya

biasa dipanggil Dewi. Namanya Bapak dan ibu siapa ya ?

Baiklah bapak /ibu saya mahasiswa keperawatan dari STIKes

Yatsi Tangerang yang akan merawat disini selama 2 minggu

kedepan. Setiap perawat memperkenalkan namanya maka

tempelkan papan nama sesuai nama masing-masing perawat

begitu pun bila klien memperkenalkan namanya maka Klien dan

terapis pakai papan nama.

b. Orientasi

a) Leader menanyakan perasaan klien saat ini

“bagaimanakah perasaan bapak-ibu saat ini ?

b) Leader menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi:

Satu-satu pasien maju untuk mengungkapkan pengalaman

halusinasi yang dialaminya

c) situasi dan perasaan

3) Kontrak

a. Menjelaskan tujuan kegiatan: latihan cara mengontrol halusinasi

dengan cara menghardik

b. Menjelaskan aturan main


a) Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta

izin kepada leader

b) Lama kegiata 20 menit

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

4) Tahap keja

a. Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat

mengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya . Ulangi sampai

semua pasien mendapat giliran.

b. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita

c. Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik

halusinasi pada saat halusinasi muncul

d. Co-Leader memperagakan cara menghardik halusinasi yaitu:

”Pergi, pergi jangan ganggu saya, kamu suara palsu...”

e. Leader meminta masing-masing klien memperagakan cara

menghardik halusinasi.

f. Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk

tangan setiap klien memperagakan menghardik halusinasi

5) Tahap terminasi

a. Evaluasi

a) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

b) Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok


b. Tindak Lanjut

a) Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telah

dipelajari jika halusinasi muncul

b) Memasukkan kegiatan menghardik ke dalam jadwal kegiatan

harian klien

c. Kontrak yang akan datang

a) Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK

berikutnya yaitu cara mengontrol halusinasi dengan melakukan

bercakap-cakap dengan orang lain.

b) Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK

berikutnya

6) Evaluasi dan Dokumentasi

1.4 Evaluasi

Sesi II: Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)


Kemampuan Menghardik Halusinasi

Nama Klien
No Aspek yang dinilai
Citra Aling Sobriah Seno Entus Irfan Antares Irza
1 Menyebutkan cara yang
selama ini digunakan untuk V V V V V V V V
mengatasi halusinasi

2 Menyebutkan efektivitas
cara yang digunakan V V V V V V V V
Menyebutkan cara mengatasi V V V V V V V V
3 halusinasi dengan
menghardik

Memperagakan cara V V V V V V V V
4 menghardik halusinasi

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama

2. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan menyebutkan;

cara yang biasa digunakan untuk mengatasi halusinasi,

efektifitas cara yang digunakan, cara mengatasi halusinasi

dengan menghardik dan memperagakan cara menghardik

halusinasi. Beri tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda X

jika klien tidak mampu.

1.5 Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh: klien mengikuti
TAK stimulasi persepsi sensori. Klien mampu memperagakan cara
menghardik halusinasi, anjurkan klien mengguanakannnya jika
halusinasi muncul.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Halusinasi adalah distorsi persepsi yang terjadi pada respon

neurobiologis yang maladaptif, pengalaman sensori yang salah atau palsu

yang dapat terjadi pada indra pendengaran, penglihatan, pengecapan,

perabaan, penciuman

2. Terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah terapi yang menggunakan

aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan kehidupan

untuk didiskusikan dalam kelompok. Aktivitas digunakan sebagai terapi

dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Dan didalam kelompok

terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung dan sebagai tempat

klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku

pasien yang maladaptif.

3. Dengan terapi aktivitas kelompok dapat merubah kemampuan pasien

untuk menghalau halusinasi dengan mandiri.

4.2 Saran

TAK dapat menjadi suatu kegiatan rutin yang dilakukan guna meningkatkan

kemampuan klien untuk mampu menghalau segala halusinani yang datang

disaat-saat tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Achir Yani S. (2008). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan


Jiwa Jakarta: EGC.
Keliat, (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Darurat. Jakarta : Widya
Medika
Kusumawati, F. & Hartono, Y. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.
Maramis, W. F, (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya : airlangga
University Press.
Nurdwiyanti, (2008). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa; Manajemen,
Proses Keperwatan Dan Hubungan Terapeutik Perawat- Klien
Yogyakarta : Nuha Medika.
Stuart and Laraia, (2009). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC.
Yosep, Iyus, (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai