Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Persaingan kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari perubahan tersebut merupakan salah satu
stressor bagi individu, apabila seseorang tidak bisa bertahan dengan perubahan yang terjadi. Hal tersebut
akan dirasakan sebagai stressor yang berkepanjangan, koping individu yang tidak efektif menjadikan
seseorang mengalami gangguan secara psikologis.

Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO), bahwa 10% dari populasi mengalami gangguan jiwa,
hal ini didukung oleh laporan dari hasil studi bank dunia dan hasil survei Badan Pusat Statistik yang
melaporkan bahwa penyakit yang merupakan akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1% yang
merupakan angka tertinggi dibanding prosentase penyakit lain.

Menurut catatan seminar tentang gangguan jiwa (Kompas, 2000), angka gangguan jiwa di Indonesia
makin meningkat. Satu dari lima penduduk di Indonesia menderita gangguan jiwa dan mental. Hasil
Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) tahun 1995 ditemukan 185 per 1000 penduduk di
Indonesia menunjukan adanya gejala gangguan jiwa (Republika, 5 April 2001), hal ini didukung data dari
depkes RI yang melaporkan bahwa di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sekitar 6 juta orang
atau sekitar 2,5% dari total penduduk di Indonesia.

Salah satu terapi modalitas dalam praktik keperawatan jiwa adalah Terapi Aktifitas Kelompok
(TAK), yang bertujuan memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan, dan pemulihan
kesehatan yaitu perilaku yang adaptif. TAK merupakan bagian Asuhan Keperawatan untuk
menyelesaikan masalah klien, dengan TAK klien mendapat bantuan penyelesaian masalah melalui
kelompoknya. Terapi Aktifitas Kelompok yaitu suatu kegiatan yang diberikan kepada suatu kelompok
pasien dengan tujuan memberikan fungsi terapi bagi anggotanya (Stuart and sundeen, 1991) Terapi
Aktifitas Kelompok yaitu suatu bentuk terapi yang meliputi sekelompok individu yang setiap kali
mengadakan pertemuan dengan terapi akan berfokus pada kesadaran dan mengerti diri sendiri,
memperbaiki hubungan interpersonal dan merubah perilaku (Keliat,1996).

Salah satu gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah gangguan persepsi sensori:
Halusinasi merupakan salah satu masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan sensori persepsi;
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita klien diantaranya
dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan asyik dengan fikirannya sendiri. Salah satu
penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk
mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.

Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di RSJ yang ada sebagian besar pasien menderita halusinasi.
Oleh karena itu, perlu diadakan Terapi Aktivitas Kelompok tentang halusinasi.

1.2 Rumusan Masalah

1
a. Apa yang dimaksud Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)?
b. Bagaimanakah penerapan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) yang diberikan kepada pasien
halusinasi?

1.3 Tujuan Makalah


a. Untuk membantu mahasiswa mengerti dengan penatalaksanaan pada terapi aktifitas kelompok
(TAK)
b. Untuk membantu mahasiswa dapat mengerti dengan penerapan bagaimana cara menerapkan
terapi aktifitas kelompok khususnya pasien dengan gangguan jiwa : halusinasi yaitu :
 Klien dapat mengenal halusinasi.
 Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
 Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
 Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.
 Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.

1.4 Manfaat Makalah


a. Agar mahasiswa dapat memahami dengan penatalaksanaan pada terapi aktifitas kelompok(TAK)
b. Agar mahasiswa dapat memahami dengan penerapan bagaimana cara menerapkan terapi aktifitas
kelompok khususnya pasien dengan gangguan jiwa : halusinasi yaitu :
 Klien dapat mengenal halusinasi.
 Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
 Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
 Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.
 Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)

Kelompok adalah sekumpulan individu yang mempunyai hubungan satu sama lain, saling
bergantung, dan mempunyai norma yang sama (Stuart, 2013). Umumnya, anggota kelompok merupakan
individu yang mempunyai latar belakang berbeda. Walaupun begitu, hal ini akan membuat antar individu
dalam kelompok dapat belajar satu sama lain melalui cerita atau pengalaman yang diutarakan. Pada
pasien dengan gangguan jiwa, kelompok dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk terapi yang dinamakan
terapi aktivitas kelompok. Terapi ini merupakan tanggung jawab penuh seorang perawat (Keliat, B &
Akemat, 2009). Manfaat dari terapi aktivitas kelompok secara umum adalah untuk mengembangkan
motivasi klien, melakukan sosialisasi, dan meningkatkan kemampuan realitas melalui komunikasi dan
umpan balik terhadap orang lain (Susana & Sri, 2011).

Terapi aktivitas kelompok dilakukan oleh 7-10 orang. Sebelum melakukan terapi aktivitas
kelompok, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain lingkungan yang kondusif, rasa aman
dan nyaman klien dengan menjaga privasinya, serta dilakukan pada waktu yang tepat (Direja, 2011).
Selanjutnya, terdapat 4 macam terapi aktivitas kelompok yaitu TAK stimulasi kognitif atau persepsi,
TAK stimulasi sensori, TAK orientasi realita, dan TAK sosialisasi. Pada LTM ini akan diuraikan
mengenai TAK stimulasi kognitif atau persepsi dan TAK stimulasi sensori.

TAK stimulasi kognitif atau persepsi merupakan terapi yang terfokus kepada pengalaman klien.
Tujuan dari TAK stimulasi kognitif atau persepsi adalah agar pasien mampu untuk menyelesaikan
masalah akibat stimulus yang diberikan kepadanya (Keliat, 2005). Stimulus tersebut dapat berupa marah,
benci, atau pandangan negatif kepada orang lain. Menurut Keliat & Akemat (2009), stimulasi kognitif
diterapkan pada klien dengan kondisi:

1. Klien dengan Harga Diri Rendah (HDR) menerapkan TAK stimulasi persepi dengan 2 sesi yaitu
mengidentifikasi hal positif pada diri dan melatih hal positif pada diri.
2. Klien dengan halusinasi terdapat 5 sesi TAK yaitu mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi dengan
menghardik, mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan, mencegah halusinasi melalui
berbincang dengan orang lain, dan mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
3. Klien dengan risiko perilaku kekerasan terdapat 5 sesi TAK yaitu mengenal perilaku kekerasan yang
dilakukan, mencegah perilaku kekerasan fisik, mencegah perilaku kekerasan fisik, mencegah perilaku
kekrasan sosial, mencegah perilaku kekerasan spiritual, dan mencegah perilaku kekerasan dengan
patuh mengonsumi obat.
4. Klien dengan defisit perawatan diri mempunyai 5 sesi yaitu mengetahui manfaat perawatan diri,
menjaga kebersihan diri, tata cara makan dan minum, tata cara eliminasi, dan tata cara berhias.

Klien TAK persepsi/kognitif dilatih kognitif dan persepsinya melalui pelatihan seperti menonton tv,
membaca buku, dan melihat gambar untuk divisualisasikan. Namun, jika pada tahap memvisualisasikan
gambar klien tidak mampu untuk memberikan tanggapan, maka ajukan klien ke TAK stimulasi sensori.

Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori terfokus kepada klien dengan gangguan sensori.
Stimulasi sensori bertujuan untuk menstimulasi sensori dan diobservasi dengan melihat ekspresi perasaan

3
klien nonverbal seperti ekspresi wajah dan gerakan tubuh (Keliat, 2005). Menurut Keliat & Akemat
(2011), terdapat beberapa kondisi klien yang menggunakan terapi aktivitas kelompok ini antara lain klien
isolasi sosial, menarik diri, harga diri rendah yang disertai dengan kurang komunikasi verbal. Bentuk
aktivitas pada stimulasi sensori seperti mendengarkan musik, menggambar, menonton, dan menyesuaikan
hobi klien. Macam-macam tahap pada stimulasi sensori mempunyai evaluasi yang berbeda.

Menurut Keliat & Akemat (2011), pada tahap mendengarkan musik evaluasinya adalah klien
mampu memberikan respon terhadap musik, memberi pendapat mengenai musik, dan menjelaskan
perasaan saat mendengarkan musik. Selanjutnya, pada tahap menggambar evaluasinya adalah klien
menyebutkan apa yang digambar dan menceritakan makna dari gambar. Pada tahap ke tiga yaitu
menonton, evaluasinya adalah klien mampu untuk mengikuti kegiatan atau tontonan dari awal hingga
akhir dan dapat berespon terhadap tontonan seperti senyum, sedih, dan gembira, menceritakan isi
tontonan, dan mengungkapkan perasaannya ketika menonton (Keliat, B & Akemat, 2011).

Intervensi keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa dapat melalui terapi aktivitas kelompok.
Tujuannya adalah agar klien mampu bersosialisasi, meningkatkan motivasi, dan mencoba berkomunikasi
dengan anggota kelompoknya dengan memberikan umpan balik. Intervensi melalui metode ini
merupakan tanggung jawab penuh perawat. Sehingga, agar dapat melaksanakan terapi aktivitas kelompok
dengan baik, penting bagi perawat maupun calon perawat untuk mengetahui macam-macam terapi
aktivitas kelompok dan indikasinya.

Perawat sebagai salah satu terapis untuk pasien gangguan jiwa akan berperan sebagai pemimpin,
pendamping, fasilitator dan observer sehingga dalam terapi ini harus dilakukan oleh sekelompok perawat.
Dari masing-masing peran tersebut perawat akan memilih salah satu konsep dari TAK kemudian akan
mengadakan role play yang didalamnya berisi terapi terhadap klien.

4
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) pada klien gangguan persepsi sensori : Halusinasi

a. Sesi I : Klien mengenal halusinasi


Sesi I : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
b. Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
c. Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
d. Sesi IV : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal

Klien

1. Kriteria klien
a. Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol
b. Klien yang mengalami perubahan persepsi.
2. Proses seleks
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan tujuan TAK pada
klien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam kelompok

Kriteria Hasil
1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan klien untuk
berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Posisi tempat dilantai menggunakan tikar
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.
2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam antisipasi
masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang berfungsi
sebagai evaluator kelompok
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
3. Evaluasi Hasil
Diharapkan 75% dari kelompok mampu:
a. Menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa yang dilihat
b. Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas

5
Antisipasi Masalah

Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas


a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau klien lain
Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a. Panggil nama klien
b. Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
Bila klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang telah dipilih
b. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti oleh klien tersebut
c. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi pesan pada kegiatan ini

Pengorganisasian
1. TOPIK
Sesi 1 : Mengenal Halusinasi dan menghardik

2. TUJUAN
a) TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan TAK sesi I diharapkan klien dapat mengenal halusinasinya.
b) TUJUAN KHUSUS
 Klien dapat mengenal halusinasi
 Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
 Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
 Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi

3 KLIEN
Karakteristik/kriteria klien
 Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol.
 Klien yang mengalami perubahan persepsi.
Proses seleksi
 Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
 Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
 Mengumpulkan klien yang masuk kriteria
Jumlah klien

5. PENGORGANISASIAN
Waktu
Tanggal :
Hari : senin
Jam : 09.00
Lama tiap langkah kegiatan :45 menit
Tim terapis
Leader :

6
 Mengkoordinasi seluruh kegiatan
 Memimpin jalannya terapi kelompok
 Memimpin diskusi

Co.leader :
 Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
 Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
 Membantu memimpin jalannya kegiatan
 Menggantikan leader jika terhalang tugas

Fasilitator :
 Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
 Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
 Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
 Membimbing kelompok selama permainan diskusi
 Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
 Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah

Observer :
 Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan jalannya acara
 Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok denga evaluasi kelompok
 Seetting tempat :
a) terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b) tempat tenang dan nyaman.

L CL

K K

F F

K K

F K F

Keterangan Gambar :

L : Leader

7
Co Leader : Wakil leader
F : Fasilitator
O : Observator

 Metode dan media


a. Media
 spidol
 Papan tulis/whiteboard/flipchart
b. Metode
 Diskusi dan tanya jawab
 Bermain peran atau simulasi

PROSES PELAKSANAAN

A. Persiapan
1) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan sensori persepsi : halusinasi
2) Membuat kontrak dengan klien
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
B. Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada klien
b) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
c) Menanyuakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
2) Validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini
3) Kontrak
a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu mengenal suara-suara yang
didengar.
b) Terapis menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin pada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
C. Tahap kerja
1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-suara yang didengar
(halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan klien pada saat
terjadi.

8
2) Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya, situasi yang membuat
terjadi, dan perasaan klien saat terjadi halusinasi. Mulai dari klien dari sebelah kanan, secara
berurutan sampai semua klien mendapat klien. Hasilnya tulis di whiteboard.
3) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
4) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara yang biasa didengar
D. TAHAP TERMINASI
1) Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaannya jika terjadi halusinasi.
3) Kontrak yang akan datang
 Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrolhalusinasi
 Menyepakati waktu dan tempat
4) Format evaluasi

No Nama klien Menyebut isi Menyebut Menyebut Menyebut


halusinasi waktu terjadi situasi terjadi perasaan saat
halusinasi halusinasi halusinasi
1
2
3
4
5
6
7
8

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi, waktu situasi, dan perasaan. Beri
tanda  jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak mampu
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi 1. Klien mampu menyebutkan isi

9
halusinasi (menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam), situasi (jika sedang sendiri), perasaan (kesal
dan geram) anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.

TOPIK

Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat


1. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan TAK sesi I diharapkan klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk
mengatasi halusinasi
b. Tujuan Khusus
1) klien memahami pentingnya patuh minum obat
2) klien memahami akibat tidak patuh minum obat
3) klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat

2. KLIEN
a. Karakteristik/kriteria klien
 Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol.
 Klien yang mengalami perubahan persepsi.
b. Proses seleksi
 Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
 Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
 Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
 Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan tujuan TAK
pada klien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam kelompok
c. Jumlah klien 7 orang

3. PENGORGANISASIAN
a. Waktu
Tanggal :
Hari : selasa
Jam : 09-09.45 wib
Lama tiap langkah kegiatan : 45 menit
b. Tim terapis

10
Leader :

 Mengkoordinasi seluruh kegiatan


 Memimpin jalannya terapi kelompok
 Memimpin diskusi

Co.leader :
 Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
 Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
 Membantu memimpin jalannya kegiatan
 Menggantikan leader jika terhalang tugas

Fasilitator :
 Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
 Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
 Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
 Membimbing kelompok selama permainan diskusi
 Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
 Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah

Observer :
 Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan jalannya acara
 Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok denga evaluasi kelompok

c. Setting tempat
- Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
- Ruangan nyaman dan tenang
d. Metode dan media
Alat
- spidol dan whiteboard/papan tulis/flipchart
- jadwal kegiatan harian
- beberapa contoh obat
Metode
- diskusi dan tanya jawab
- melengkapi jadwal harian

11
4. PROSES PELAKSANAAN
a. persiapan
- mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 4
- mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. orientasi
- salam teraupetik
 salam dari terapis kepada klien
 terapis dan klien memakai papan nama
- evaluasi/validasi
 menanyakan perasaan klien saat ini
 terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah menggunakan tiga cara yang
telah di pelajari (menghardik,menyibukkan diri dengan kegiatan,dan bercakap cakap)
- kontrak
 terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
 menjelaskan aturan main tersebut
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada petugas
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

- tahap kerja
a) Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat,yaitu mencegah kambuh karena obat memberi
perasaan tenang,dan memperlambat kambuh.
b) Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat,yaitu penyebab kambuh
c) Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang di makan dan waktu memakanya. Buat daftar
di whiteboard
d) Menjelaskan lima benar minum obat,yaitu benar obat, benar waktu minum obat,benar orang yang
minum obat,benar cara minum obat,benar dosis obat
e) Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran
f) Berikan pujian pada klien yang benar
g) Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat d whiteboard)
h) Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat d whiteboard)
i) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat,yaitu salah satu cara mencegah halusinasi/kambuh
j) Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat,yaitu kejadian halusinasi/kambuh
k) Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian tidak patuh minum
obat
l) Memberi pujian tiap kali klien benar

- tahap terminasi
a) evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah d pelajari

12
3. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) tindak lanjut
mengajurkan klien menggunakan empat cara mengontrol halusinasi,yaitu menghardik,melakukan
kegiatan harian,bercakap cakap dan patuh minum obat
c) kontrak yang akan datang
1. Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi pesepsi untuk mengontrol halusinasi
2. Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi klien

- Evaluasi dan dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,khususnya pada tahap kerja.aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan halusinasi sesi 5,kemampuan klien yang di harapakan adalah menyebutkan
5 benar minum obat keuntungan minum obat dan akibat tidak patuh minum obat formulir evaluasi sebagai
berikut.

Sesi 2: TAK

Stimulasi persepsi :halusinasi

Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi

n Nama klien Menyebutkan 5 Menyebutkan Menyebutkan akibat


o benar cara minum keuntungan minum tidak patuh minum
obat obat obat
1
2
3
4
5
6
7
8

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien,beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar cara minum
obat.beri tanda V jika klien mampu dan tanda x jika klien tidak mampu

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang memiliki klien pada catatan proses keperawatan tiap
klien.contoh : mengikuti sesi 5, TAK stimulasi persepsi halusinasi. Klien mampu menyebutkan 5 benar

13
cara minum obat, manfaat minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat (kambuh) anjurkan klien
minum obat dengan cara yang benar

TOPIK

Sesi 3 : Mencegah Halusinasi dengan Bercakap-cakap


5. TUJUAN
c. Tujuan Umum
Setelah dilakukan TAK sesi IV diharapkan klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk
mengatasi halusinasi

d. Tujuan Khusus
- Klien memahami perlunya bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah munculnya halusinasi
- Klien dapat bercakap – cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi.
6. KLIEN
d. Karakteristik/kriteria klien
 Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol.
 Klien yang mengalami perubahan persepsi.
e. Proses seleksi
 Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
 Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
 Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
 Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan tujuan TAK pada
klien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam kelompok
f. Jumlah klien

7. PENGORGANISASIAN
e. Waktu
Tanggal :
Hari :
Jam :
Lama tiap langkah kegiatan :
f. Tim terapis
Leader :

14
 Mengkoordinasi seluruh kegiatan
 Memimpin jalannya terapi kelompok
 Memimpin diskusi

Co.leader :
 Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
 Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
 Membantu memimpin jalannya kegiatan
 Menggantikan leader jika terhalang tugas

Fasilitator :
 Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
 Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
 Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
 Membimbing kelompok selama permainan diskusi
 Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
 Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah

Observer :
 Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan jalannya acara
 Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok denga evaluasi kelompok
g. Setting tempat
- Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
- Ruangan nyaman dan tenang
h. Metode dan media
Alat
- Spidol dan whiteboard/papan tulis / flipchart
- Jadwal kegiatan harian
Metode
- Diskusi kelompok
Bermain peran / stimulasi
8. PROSES PELAKSANAAN
1. Persiapan
 Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 3

15
 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
- Salam terapeutik
 Mengingatkan kontrak dengan klien yang yang mengikuti sesi.
 Terapis membuat kontrak dengan klien 3
 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
- Evaluasi / validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
 Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang telah dipelajari ( menghardik,
menyibukan diri, dengan kegiatan terarah ) untuk mencegah halusinasi
- Kontrak
 Terapis menjelaskan tujuan , yaitu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
 Terapis menjelaskan aturan main berikut
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk mengontrol dan
mencegah halusinasi
b. Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa diajak bercakap-cakap
c. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokokpembicaraan yang biasa dan bisa dilakukan
d. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul “suster,ada suara ditelinga,
saya mau ngobrol saja dengan suster”atau” suster saya mau ngobrol tentang kapan saya boleh
pulang “
e. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang di sebelahnnya
f. Berikan pujian atas keberhasilan klien
g. Ulangi e dan f sampai semua klien dapat giliran
4. Tahap terminasi

Evaluasi

 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK


 Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih
 Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

16
- Tindak lanjut
 Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi, yaitu menghardik , melakukan
kegiatan harian , dan bercakap-cakap
- Kontrak yang akan datang
 Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol
halusinasi dengan patuh minum obat.
 Terapis menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan Dokumen

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk stimulus persepsio halusinasi Sesi
4, kemampuan yang diharapkan adalah mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap. Folmulir evaluasi
sebagai berikut.

Sesi 3: TAK

Stimulasi persepsi: halusinasi

Kemampuan bercakap- cakap untuk mencegah halusinasi

N Aspek yang dinilai Nama klien


o
1 Menyebutkan orang yang bisa
di ajak bicara
2 Memperagakan percakapan
3 Menyusun jadwal percakapan
4 Menyebutkan tiga cara
mengontrol dan mencegah
halusinasi

Petunjuk:

1. tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan orang yang bisa diajak bicara,
memperagakan percakapan, menyusun jadwal percakapan, menyebutkan 3 cara mencegah halusinasi.

17
Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh. Klien mengikuti TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 4. Klien belum mampu secara
lancer bercakap- cakap dengan orang lain. Anjurkan klien bercakap- cakap dengan perawat dank lien lain
di ruang rawat.

TOPIK

Sesi 4 : Melakukan halusinasi dengan melakukan kegiatan

9. TUJUAN
e. Tujuan Umum
Setelah dilakukan TAK sesi III diharapkan klien dapat Melakukan halusinasi dengan melakukan
kegiatan
f. Tujuan Khusus
- Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah munculnya halusinasi
- Klien dapat menyusul jadwalkegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi

10. KLIEN
g. Karakteristik/kriteria klien
 Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol.
 Klien yang mengalami perubahan persepsi.
h. Proses seleksi
 Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
 Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
 Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
 Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan tujuan TAK pada klien,
rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam kelompok
i. Jumlah klien

11. PENGORGANISASIAN
i. Waktu

18
Tanggal :
Hari :
Jam :
Lama tiap langkah kegiatan :
j. Tim terapis
Leader :
 Mengkoordinasi seluruh kegiatan
 Memimpin jalannya terapi kelompok
 Memimpin diskusi

Co.leader :
 Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
 Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
 Membantu memimpin jalannya kegiatan
 Menggantikan leader jika terhalang tugas

Fasilitator :
 Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
 Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
 Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
 Membimbing kelompok selama permainan diskusi
 Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
 Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah

Observer :
 Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan jalannya acara
 Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok denga evaluasi kelompok
k. Setting tempat
- Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
- Ruangan nyaman dan tenang
l. Metode dan media
Alat
1. Jadwal kegiatan harian.
2. Pulpen.

19
3. Spidol dan whiteboard/papan tulis/flifchart
Metode
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Bermain peran/simulasi dan latihan
12. PROSES PELAKSANAAN
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan alat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Klien dan terapis pakai papan nama
b. evaluasi/validasi
 terapis menanyakan keadaan klien saat ini .
 terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari
 terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik halusinasi

c. kontrak
 terapis menjelaskan tujuan kegiatan,yaitu mencegah terjadinya halusinasi dengan melakukan
kegiatan.
 menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,harus meminta ijin kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dara awal sampai selesai

3. Tahap kerja
 terapis menjelaskan cara kedua yaitu melakukan kegiatan sehari hari.jelaskan bahwa dengan
melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah munculnya halusinasi.
 Terapi meminta setiap klien menyampaikan kegiatan yang bisa dilakukan sehari hari dan tulis di
whiteboard.
 terapis membagikan formulir jadwal kegiatan seharian .terpis menulis formulir yang sama di
whiteboard.
 terapis membingbing satu persatu klien untuk membuat jadual kegiatan harian dari bangun pagi
sampai tidur malam.klien menggunakan formulir terapis menggunakan whiteboard.

20
 terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun.
 berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah selesai membuat jadualdan
mempragakan kegiatan.
4. tahap terminasi
a. evaluasi
 terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadual kegiatan dan mempragakannya.
 terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. tindak lanjut
terapis meganjurkan klien melaksanakan 2 cara mengontrol halusinasi yaitu menghardik dan
melakukan kegiatan.
c. Kontrak yang akan datang
 terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya ,yaitu belajar cara mengontrol
halusinasi dengan bercakp cakap.
 terapis membuat waktu dan kesepakatan

5. Evaluasi dan dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,khususnya pada tahap kerja.aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuanTAK.untuk TAK stimulasi halusinasi persepsi
sesi 3 kemampuan yang di harapkan adalah klien melakukan kegiatan harian untuk mencegah timbulnya
halusinasi.formulir evaluasi sebagai berikut

Sesi 4 TAK stimulasi persepsi halusinasi


Kemampuan mencegah halusinasi dengan melukan kegiatan

Nama klien

N
Aspek yang dinilai
o

1 Menyebut kegiatan yang biasa


dilakukan

21
2 Mempragakan percakapan yang
biasa dilakukan

3 Menyusun jadwal kegiatan harian

4 Menyebut dua cara mengontrol


dan mencegah halusinasi

Petunjuk
1.tulis nama panggilan klien yang mengikuti TAK pada kolom nama klien
2.untuk setiap klien ,beri penilaian atas kemampuan menyebutkan kegiatan harian yang biasa
dilakukan ,memperagakan salah satu kegiatan ,menyusun jadwal kegiatan harian dan
menyebutkan dua cara mencegah halusinasi .beri tanda ceklis jika klien mampu dan tanda silang
jika klien tidak mampu

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan pada tiap
klien .contoh:klien mengikuti TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 3.klien mampu mempragakan
kegiatan harian dan menyusun jadual .anjurkan klien melakukan kegiatan untuk mencegah halusinasi.

22
BAB IV

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas yang
menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai stimulasi yang terkait dengan pengalaman dengan
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi dibagi dalam 4 sesi, yaitu:
1. Sesi I : Klien mengenal halusinasi
2. Sesi I : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
3. Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
4. Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap -cakap dengan orang lain
5. Sesi IV : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
Terjadwal
Intervensi keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa dapat melalui terapi aktivitas kelompok.
Tujuannya adalah agar klien mampu bersosialisasi, meningkatkan motivasi, dan mencoba berkomunikasi
dengan anggota kelompoknya dengan memberikan umpan balik. Intervensi melalui metode ini
merupakan tanggung jawab penuh perawat. Sehingga, agar dapat melaksanakan terapi aktivitas kelompok
dengan baik, penting bagi perawat maupun calon perawat untuk mengetahui macam-macam terapi
aktivitas kelompok dan indikasinya.

Perawat sebagai salah satu terapis untuk pasien gangguan jiwa akan berperan sebagai pemimpin,
pendamping, fasilitator dan observer sehingga dalam terapi ini harus dilakukan oleh sekelompok perawat.
Dari masing-masing peran tersebut perawat akan memilih salah satu konsep dari TAK kemudian akan
mengadakan role play yang didalamnya berisi terapi terhadap klien.

3.2 Saran

Mahasiswa disarankan mampu mengerti dan memahami tentang bagaimana menerapkan Terapi Aktifitas
Kelompok (TAK) entah dalam role play maupun dalam kehidupan masyarakat yang nyata.

Dan kami tim penyusun dalam makalah ini mohon maaf sebesar-besarnya karena dalam makalah ini
belum benar atau belum sempurna untuk itu kami mohon saran dan kritikan dari dosen pengampu agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik dan sempurna serta bermanfaat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Keliat, B & Akemat. (2011). Keperawatan jiwa: Terapi aktivitas fisik. Jakarta: EGC

24

Anda mungkin juga menyukai