Anda di halaman 1dari 12

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENYALURAN ENERGI TERAPI

SENI MELUKIS PADA KLIEN PERILAKU KEKERASAN DI RUANGAN

SADEWA RSUD BANYUMAS

DISUSUN OLEH :

YOSI PRICHATIN 1811040016


DWI SEPTI SULISTIANA 18110400
OVI TRI RAHAYU 18110400
JULIANI IDA RAHAYU 1811040048
TOTO RAHARJO 18110400

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2018/2019
A. TOPIK

Terapi seni untuk klien dengan perilaku kekerasan

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Klien dapat menyalurkan energinya secara konstruksif dan

memberikan stimulasi pada klien agar mampu mengekspresikan

perasaanya melalui terapi melukis.

2. Tujuan khusus

a. Klien mampu melatih konsentrasi dan meminimalkan penggunaan

energi serta emosional untuk aktivitas

b. Klien mampu mengeluarkan energinya untuk melakukan kegiatan

positif

c. Klien

C. LANDASAN TEORITIS

1. Perilaku Kekerasan

a) Definisi

Perilaku kekerasan adalah suati keadaan dimana seorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik

kepada diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang

dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari, 2015).

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan bentuk perilaku

yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun

psikologis. Marah tidak memiliki tujuan khusus, tapi lebih merujuk


pada suatu perangkat perasaan – perasaan tertentu yang biasanya

disebut dengan perasaan marah (Dermawan dan Rusdi, 2013).

Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang

dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang

lain dan barang – barang (Fitria, 2010).

b) Tanda dan gejala

Menurut (Fitria, 2010) tanda dan gejala perilaku kekerasan antara

lain :

1. Fisik : mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal,

rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur

tubuh kaku.

2. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata – kata kotor,

berbicara dengan nada keras, kasar dan ketus.

3. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri/ orang

lain, merusak lingkungan, amuk/agresif.

4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa

terganggu, dendam jengkel, tidak berdaya, bernusuhan,

mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.

5. Intelektual : mendominasi cerewet, kasar, berdebat,

meremehkan dan tidak jarang mengeluarkan kata – kata

bernada sarkasme.

6. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu –

raguan, tidak bermoral dan kreativitas terhambat.


7. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan,

ejekan dan sindiran.

8. Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpanan

sosial.

c) Mekanisme koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme orang lain.

2. Terapi Aktivitas Kelompok

a) Pengertian

Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya

untuk identitas hubungan yang kurang efektif dan mengubah

tingkah laku yang maladaptive (Stuart & Sundeen, 2005).

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas

yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang

mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan

sebagi terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan

(Kelliat, 2011).

b) Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok

1) Tujuan Umum

a. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu

memperoleh pemahaman dan cara membedakan sesuatu

yang nyata dan khayalan.

b. Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan

untuk berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling


memperhatikan memberikan tanggapan terhadap pandapat

maupun perasaan ortang lain.

c. Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional

diri sendiri dengan prilaku defensif yaitu suatu cara untuk

menghindarkan diri dari rasa tidak enak karena merasa diri

tidak berharga atau ditolak.

d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi

psikologis seperti fungsi kognitif dan afektif.

2) Tujuan Khusus

a. Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang

mempunyai identifikasi diri tentang mengenal dirinya di

dalam lingkungannya.

b. Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang

sangat dibutuhkan oleh seseorang untuk menjaga kesehatan

mentalnya. Di dalam kelompok akan ada waktu bagi

anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk didengar

dan dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.

c. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk

kehidupan sehari-hari, terdapat kesempatan bagi anggota

kelompok untuk saling berkomunikasi yang memungkinkan

peningkatan hubungan sosial dalam kesehariannya.


c) Jenis Terapi Aktivitas Kelompok

Kegiatan kelompok dibedakan berdasarkan kegiatan kelompok

sebagai tindakan keperawatan pada kelompok dan terapi

kelompok. Menurut kelliat, 2005 membagi kelompok menjadi tiga

yaitu :

1) Terapi kelompok.

Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien

ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang

memenuhi persyaratan tertentu. Focus terapi kelompok adalah

membuat sadar diri, peningkatan hubungan interpersonal,

membuat perubahan atau ketiganya.

2) Kelompok terapeutik.

Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi,

penyakit fisik krisis, tumbuh kembang, atau penyesuaian social,

misalnya kelompok ibu hamil yang akan menjadi ibu, individu

yang kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak kelompok

terapeutik dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari

kelompok ini adalah sebagai berikut : mencegah masalah

kesehatan, mendidik dan mengembangkan potensi anggota

kelompok, meningkatkan kualitas kelompok. antara anggota

kelompok saling membantu dalam menyelesaiakan masalah.


3) Terapi aktivitas kelompok (TAK).

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang

menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan

pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam

kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan

persepsi atau alternative penyelesaian masalah. Tujuan umum

terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah klien

mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang

diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya. Sedangkan

tujuan khususnya adalah klien dapat mempersepsikan stimulus

yang dipaparkan kepadanya dengan tepat, klien dapat

menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang

dialami. Aktivitas terapi kelompok stimulasi persepsi dibagi

dalam empat (4) bagian yaitu :

a. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari. Klien

yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan

perubahan perubahan persepsi sensori dan klien menarik diri

yang telah mengikuti terapi aktivitas kelompok sosialisasi.

Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat

dipisahkan, yaitu aktivitas menonton televisi, aktivitas

membaca majalah/Koran/artikel dan aktivitas melihat gambar.

a. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata dan respon yang

dialami dalam kehidupan. Klien yang mempunyai indikasi


aktivitas ini adalah klien dengan perilaku kekerasan yang telah

kooperatif. Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tidak

dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengenal kekerasan yang

biasa dilakukan, aktivitas mencegah kekerasan melalui

kegiatan fisik, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui

interaksi social asertif, aktivitas mencegah perilaku kekerasan

melalui kepatuhan minum obat, aktivitas mencegah perilaku

kekerasan melalui kegiatan ibadah

b. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata yang menyebabkan

harga diri rendah. Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini

adalah klien gangguan konsep diri : harga diri rendah. Aktivitas

ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan,

yaitu : aktivitas mengidentifikasikan aspek yang membuat

harga diri rendah dan aspek positif kemempuan yang dimiliki

selama hidup (di rumah dan di rumah sakit), aktivitas melatih

kemampuan yang dapat digunakan di rumah sakit dan di

rumah.

e. Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon

yang dialami dalam kehidupan.Klien yang mempunyai

indikasi aktivitas ini adalah klien yang mengalami

perubahan persepsi sensori : halusinasi. Aktivitas ini dibagi

dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu :

aktivitas mengenal halusinasi, aktivitas


mengusir/menghardik halusinasi, aktivitas mengontrol

halusinasi dengan melakukan kegiatan, aktivitas

mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap, aktivitas

mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

D. KLIEN

1. Karakteristik/ Kriteria Klien :

a) Klien yang bersedia mengikuti terapi aktivitas kelompok

b) Klien dengan masalah riwayat perilaku kekerasan

c) Klien yang kooperatif dan tidak menganggu berlangsungnya terapi

aktivitas kelompok

d) Klien laki – laki

e) Klien dengan usia

2. Proses seleksi

Proses seleksi dilakukan sehari sebelum pelaksanaan TAK dengan

melihat catatan medis pasien yang dirawat di ruangn Sadewa,

mengobservasi dan wawancara yang direncanakan mengikuti terapi

aktivitas kelompok (TAK) kemudian melakukan kontrak apakah klien

bersedia atau tidak untuk ikut serta dalam terapi aktivitas kelompok

(TAK).

3. Nama – nama Klien yang mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok (

TAK)

E. PENGORGANISASIAN

1. Waktu dan tempat kegiatan :


Tempat : Ruang Sadewa

Hari :

Tanggal :

Jam :

Durasi :

2. TIM terapis

Leader :

Fasilitator :

Observer :

3. Peran dan tugas dalam TAK :

a. Leader :

Nama :
Tugas dari leader meliputi :
a. Memimpin acara, menjelaskan tujuan dan hasil yang
diterapkan
b. Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan klien
c. Memotivasi anggota/klien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya.
d. Mengatasi masalah yang mungkin timbul dalam kelompok
e. Menjelaskan permainan.
b. Fasilitator
Nama :
Untuk fasilitator tugas yang dilakukan saat terapi aktivitas
berlangsung yaitu:
a. Memotivasi pasien yang kurang/tidak aktif dalam kegiatan
TAK
b. Memfasilitasi klien dalam melaksanakan TAK
c. Ikut serta menjadi peserta untuk mendampingi peserta inti
d. Menghindarkan klien dari distraksi selama kegiatan
berlangsung
c. Observer
Nama :
Dalam terapi aktivitas kelompok ini, observer bertugas menjadi :
a. Mengobservasi jalannya TAK dari awal sampai akhir
b. Mengobservasi semua perilaku klien dan peran anggota
terapis
c. Mengevaluasi jalanya TAK dari awal sampai akhir
d. Mengamati lamanya proses kegiatan sebagai acuan untuk
mengevaluasi.
e. Mengamati jalannya kegiatan, kekurangan dan kelebihan
sesuai dengan tujuan.
f. Mencatat perilaku verbal/non verbal pasien selama
berlangsungnya kegiatan dan laporkan pada leader.
g. Mengevaluasi hasil kegiatan klien.
4. Metode yang digunakan

1) Dinamika kelompok

2) Diskusi tanya jawab

5. Alat dan bahan yang diperlukan

Alat :

Bahan :

6. Setting tempat

Terapi aktivitas kelompok pemyaluran energi ini akan menggunakan

setting tempay seperti pada gambar :


7. Progran antisipasi

a) Apabila klien berhenti mengikuti jalannya terapi dengan alasan

sakit maka salah satu fasilitator bisa menepi dan menemani klien

beristirahat di tempat.

b) Apabila klien walk out saat jalannya terapi, fasilitator


mendampingi dengan melakukan tindakan mengumpulkan klien
c) Apabila klien kesulitan maka fasilitor dapat membantu klien
selama terapi sedang berlangsung.
d) Selama kegiatan berlangsung apabila leader mengalami kesulitan
dapat digantikan/ dibantu oleh fasilitator
F. PROSES PELAKSANAAN

1. Persiapan

a. Mengumpulkan semua klien yang terjadwal ikut terapi seni

kelompok

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi (5 Menit)

a. Salam perkenalan

1) Salam dari leader terapi seni kelompok pada klien

2) Perkenalkannamadanpanggilaninstruktur terapi seni kelompok.


3) Leader mengevaluasi keadaan hari ini
4) Leader menjelaskan aturan main
5) Atur posisi pasien dalam lingakaran

Anda mungkin juga menyukai