Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Menurut (Brunner & Suddarth, 2013) Hipertensi merupakan

faktor resiko utama untuk penyakit kardiovaskuler aterosklerotik,

gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Hipertensi menimbulkan

resiko morbiditas tau mortalitas dini, yang meningkatkan saat

tekanan sistolik dan diastolik meningkat. Hipertensi juga di

defisinikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg, bedasarkan dua kali

pengukuran atau lebih.

Derajat hipertensi atau yg sering di kenal dengan sebutan

tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah

seseorang berada di batas normal atau optimal 120mmHg untuk

sistolik 80mmHg untuk diastolik penyakit ini dikatagorikan sebagai

“the slient disease” karena penderita tidak mengetahui dirinya

mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.

Hipertensi dalam jangaka waktu lama dan terus menerus dapat

memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan

penyebab gagal ginjal kronik (purnomo, 2009).

Pada umumnya Hipertensi sendiri dapat didefinisikan

sebagai tekanan darah presisten dimana tekanan sistolik diatas 140


mmHg dan diastolic 90 mmHg. Sedangakan pada lansia dikatakan

hipertensi jika tekanan sistolic 160 mmHg dan diastolik 90 mmHg

(Sheps, 2010).

2. Klasifikasi

Beberapa klasifikasi hipertensi :

a. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)

Menurut WHO dan International Society of Hypertension

Working Group (ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam

klasifikasi optimal, normal, normal-tinggi, hipertensi ringan,

hipertensi sedang, dan hipertensi berat (Sani, 2008).

adalah khas untuk hipertensi pada gambar 2.1.

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistol (mmHg) Diatol (mmHg)
Optimal
Normal < 120 < 80
Normal-Tinggi < 130 < 85
130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi
140-159 90-99
Ringan)
140-149 90-94
Sub-group: perbatasan
Tingkat 2 (Hipertensi
160-179 100-109
Sedang)
Tingkat 3 (Hipertensi
≥ 180 ≥ 110
Berat)
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
(Isolated systolic
hypertension)
Sub-group: perbatasan 140-149 <90
b. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7

Komite eksekutif dari National High Blood Pressure

Education Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri

dari 46 professionalm sukarelawan, dan agen federal. Mereka

mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure)

pada tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika

Serikat (Sani, 2008).

Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on


Prevention, Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood
Pressure)
Kategori Kategori Tekanan dan/ Tekanan
Tekanan Tekanan Darah atau Darah
Darah Darah Sistol Diastol
menurut JNC menurut JNC (mmHg) (mmHg)
7 6
Normal Optimal < 120 Dan < 80
Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-89
- Nornal < 130 Dan < 85
- Normal- 130-139 atau 85-89
Tinggi
Hipertensi: Hipertensi:
Tahap 1 Tahap 1 140-159 atau 90-99
Tahap 2 - ≥ 160 atau ≥ 100
- Tahap 2 160-179 atau 100-109
Tahap 3 ≥ 180 atau ≥ 110

Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang

sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan

peningkatan resiko komplikasi kardiovaskuler. Data ini mendorong

pembuatan klasifikasi baru yang disebut pra hipertensi (Sani, 2008).


Berdasarkan penyebab dikenal 2 jenis hipertensi, yaitu

1. Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI),

Hipertensi primer atau esensial adalah jenis yang paling umum dari

Hipertensi. Jenis Hipertensi ini cenderung terjadi pada seseorang

selama bertahun-tahun seumur hidupnya (NHLBI,2015). Hipertensi

esensial didefinisikan sebagai Hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari

seluruh kasus Hipertensi (Yogiantaro,2006). Hipertensi esensial

dapat diklasifikasikan sebagai benigna dan maligna. Hipertensi

benigna bersifat progresif lambat, sedangkan Hipertensi maligna

adalah suatu keadaan klinis dalam penyakit Hipertensi yang

bertambah berat dengan cepat sehingga dapat menyebabkan

kerusakan berat pada berbagai organ. Organ sasaran utama keadaan

ini adalah jantung, otak, ginjal, mata. Hipertensi maligna bisa

diartikan sebagai Hipertensi berat dengan tekanan diastolic lebih

tinggi dari 120 mmHg (Price dan Wilson, 2006).

2. Hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi medis lain atau

penggunaan obat-obatan tertentu. Jenis ini biasanya sembuh setelah

penyebabnya diobati atau dihilangkan (NHLBI, 2015). Hipertensi

sekunder adalah Hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain atau

kelainan organik yang jelas diketahui dan meliputi 2-10% dari

seluruh penderita Hipertensi (Madhur,2014). Jenis Hipertensi

sekunder sering sekali dapat diobati. Apapun penyebabnya tekanan


arteri naik karena terjadi peningkatan curah jantung, peningkatan

resistensi pembuluh sistemik atau keduanya. Peningkatan curah

jantung sering sekali di sertai penambahan volume darah dan

aktivasi neurohumonal di jantung (Klabunde, 2015). Hipertensi

sekunder sudah diketahui penyebabnya seperti disebabkan oleh

penyakit ginjal (parenkim ginjal), renovaskular, endoktrin

(gangguan aldosteronisme primer), kehamilan (preeklampsia), sleep

apnea, dan obat – obatan (Widyanto dan Triwibowo, 2013).

Patofisiologi hipertensi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor

ini bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis

dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks

danabdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk

impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan

merangsang serabut saraf pascaganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah

(Brunner, 2002).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor.

Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norpinefrin, meskipun


tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin,

2005).

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Korteks

adrenal mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang dapat

memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan

pelepasan renin. Renin merangsang pembentukkan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal

sehingga menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor

tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Brunner, 2002).

Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah

perifer bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi pada

lanjut usia. Perubahaan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya

elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh

darah yang menyebabkan penurunan distensi dan daya regang pembuluh

darah. Akibat hal tersebut, aorta dan arteri besar mengalami penurunan

kemampuan dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh

jantung (volume sekuncup) sehingga mengakibatkan penurunan curah

jantung dan peningkatan tahanan perifer (Corwin, 2005).


3. Tanda dan Gejala hipertensi

Tekanan darah tinggi sering disebut sebagai silent killer, hal ini

diibaratkan sebagai bom waktu yang pada awal tidak menunjukan tanda dan

gejala yang sepesifik, sehingga orang sering kali mengabaikannya.

Walaupun menujukan gejala, biasanya ringan dan tidak spesifik, seperti

pusing, muka merah, sakit kepala, dan keluar darah dari hidung. Jika muncul

gejala bersamaan dan di yakini berhubungan dengan penyakit hipertensi.

Namun gejala tersebut tidak berkaitan dengan hipertensi. Namun demikian,

jika hipertensinya berat atau sudah berlangsung lama dan tidak mendapat

pengobatan, akan timbul gejala seperti : sakit kepala, kelelahan, mual,

muntah, sesak napas, tercengang – cengang, pandangan mata kabur dan

berkunang – kunang. Terjadi pembengkakan pada kaki dan pergelangan

kaki, keluar keringat yang berlebih, kulit tampak pucat dan kemerahan,

denyut jantung yang kuat, cepat dan tidak teratur. Kemudian muncul gejala

yang menyebabkan gangguan psikologis seperti : emosional, gelisah dan

sulit tidur (Ira, 2014)

4. Faktor – faktor resiko Hipertensi

Ada dua faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu faktor

yang dapat di ubah dan faktor yang tidak dapat di ubah. Faktor – faktor yang

dapat di ubah antara lain :


a. Konsumsi lemak berlebih

Meskipun banyak mengkonsumsi lemak makan terlalu

banyak lemak terutama lemak jenuh yang ditemukan pada daging

dan produk olahan susu tidak secara langsung dapat mengakibatkan

kenaikan tekanan darah, tapi tetap merukapan salah satu faktor

resiko penyakit kardiovaskuler karena hal tersebut menyebabkan

tingginya kadar kolestrol didalam darah (Anna & Bryan, 2007)

b. Obesitas

Berat badan lahir dan indeks masa tubuh berhubungan

dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik (Jaya, 2009)

c. Merokok

Menurut (Anna & Bryan, 2007) walaupun merokok hanya

menyebabkan peningkatan darah sesaat, namun merokok yang

berlangsung lama akan menyebabkan resiko terkena penyakit

jantung dan stroke.

d. Stress

Stress akan mengakibatkan penurunan permukaan filtrasi,

aktivitas saraf sipatis yang berlebih serta produksi berlebih rennin

angiotensin. Aktivitas berlebih dari saraf simpatis menyebakan

peningkatan kontraktilas sehingga dapat meningkatkan tekanan

darah (Martuti, 2009)


e. Kurang olahraga

Berolahraga secara rutin seperti bersepeda, joging dan senam

aerobik dapat memperlancar aliran darah sehingga mengurangi

resiko tekanan darah tinggi. Orang yang kurang aktif berolahraga

juga dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas. Berolahraga

juga dapat mengurangi asupan garam ke dalam tubuh, yang mana

garam akan keluar dari tubuh bersama kringat (Setiawan, 2008).

Faktor resiko yang tidak dapat di di ubah

a. Usia

Sejalan dengan bertambahnya usia seseorang, maka

memiliki resiko tinggi mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan

sistolik meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik akan

terus meningkat sampai usia 55-60 tahun (Ira, 2014).

b. Keturunan

Faktor keturunan mempunyai peranan penting, jika orang tua

menderita atau mempunyai riwat hipertensi, maka garis keturunan

berikutnya memiliki resiko hipertensi yang lebih besar (Whidarto,

2007)

c. Jenis kelamin

Dikarenkan laki – laki dianggap lebih rentah terkena pemyakit

hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini disebabkan

gaya hidup yang buruk dan tingkat stress yang dihadapi oleh laki-

laki dari pada perempuan (Jaya, 2009).


5. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang dapat

menimbulkan berbagai komplikasi, misalnya stroke, gagal ginjal, dan

hipoterapi vertikel kanan (Bustan, 2007).

Sedangkan komplikasi hipertensi menurut (Sustrani, 2006 dalam

didik, 2014) adalah :

1. Penyakit jantung koroner

Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di dalam

tubuh akan mengeras, terutama jantung, otak, dan ginal.

2. Payah jantung

Payah jantung adalah dimana kondisi jantung tidak mampu lagi

memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena

kerusakan otot jantung.

3. Stroke

Hipertensi adalah faktor penyebab terjadinya stroke, karena tekanan

darah terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah

lemah menjadi pecah. Hal ini jika terjadi pada pembuluh otak, maka akan

terjadi pendarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat

terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang berhenti di pembuluh

darah yang sudah menyempit.

4. Kerusakan pada Ginjal


Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang

menuju ginjal, yang berfungsi sebagai kotoran tubuh. Adanya gangguan

tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membungang kembali

ke darah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.

5. Gangguan pada Mata

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata,

sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.

Terapi hipertensi

Penatalaksanaan farmakologis

a. Obat yang terkenal dari jenis Beta-blocker adalah Propanolol,

Atenolol, Pindolol dan lainnya

b. Obat yang bekerja sentral

Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non

adrenalin sehingga menurunkan aktivitas saraf adrenegik perifer dan

turunnya tekanan darah.

Penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi

ortostatik. Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah Cioridine,

Guanfacine dan Metildopa.

1. Vasodilator

Obat Vasodilator mempunyai efek mengembangkan dinding

arteriole sehingga daya tahan perifer berkurang dan tekanan darah


menurun. Obat yang dalam jenis ini adalah Hidralazine dan

Ecarazine.

2. Antagonis kalsium

antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan ion

kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh darah vasodilatasi dan

turunnya tekanan darah. Jenis obat antaginis kalsium yang terknal

adalah Nifedipine dan Verapamil.

3. Penghambat ACE

Obat Catropil dan Enalapril menurunkan tekanan dengan

cara menghambat angiostensin converting enzim yang berdaya

vasokontriksi kuat.

Penatalaksanaan Non-Farmakologis

Menurut Lenny dan Danang (2008) penatalaksanaan non-farmakologis

hipertensi sebagi berikut

1. Melakukan diet rendah garam atau kolestrol atau

lemak jenuh

2. Mengurangi berat badan agar menurunkan beban

kerja jantung sehingga kecepatan denyut jantung dan

volume sekuncup juga berkurang


3. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh,

sebaiknya mengurangi asupan nutrisi <100 menurut

Masjoer (2001) yang dikutip Danang (2008)

4. Menciptakan keadaan rileks. Berbagai macam cara

relaksasi seperti hipnosis, yoga dan meditasi dapat

mengontrol sistem syaraf yang akhirnya dapat

menurunkan tekanan darah

5. Melakukan olah raga secra teratur seperti jalan cepat

selama 30-40 menit sebanyak 3 sampai 4 kali dalam

satu minggu. Olah raga meningkatkan kadar High

Density Lipoprotein (HDL) yang dapat mengurangi

hipertensi yang terkait arteroklerosis

6. Mengurangi merokok dan mengurangi

mengkonsumsi alkohol. Berhenti merokok sangat

penting untuk mengurangi efek jangka panjang

hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan

aliran darah ke organ dan dapat meningkatkan kerja

jantun

B. Pengobatan non farmakologis timun sebagai terapi

1. Pengertian

Mentimun mempunyai daun bertangkai panjang, bentuknya

lebar bertaju, dengan pangkal berbentuk jantung, ujung runcing, dan


tepi bergigi. Batangnya berbulu halus, bungannya bewarna kuning,

serta buahnya berbentuk bulat panjang, tumbuh bergantung,

bewarna hijau keputihan sepanjang 10-20 cm, berbiji banyak dan

mengandung air.

Buah dari tumbuhan yang bernama latin cucumis sativus.

Mentimun dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti watang, turus,

suri, dan krai. Buah dari tumbuhan yang bernama latin cucumis

sativus.

2. Kandungan dan Manfaat

Mentimun di percaya mengandung zat – zat saponin (yang

mengeluarkan lendir), protein , lemak, kalsium, fosfor, besi,

belerang, serta vitamin A, B1, dan C. Sedangkan biji mentimun

mengandung banyak vitamin E untuk menghambat penuaan dan

menghilangkan kriput.

Mentimun mentah bersifat menurunkan panas dalam,

meningkatkan stamina, dan lain-lain. Selain itu, mentimun juga

mengandung flavonoid dan palifenol sebagai anti radang serta

mengandung asam malonat yang berfungsi menekan gula agar tidak

berubah menjadi lemak, yang berperan mengurangi berat badan.

Kandunga serat yang tinggi dalam mentimun berguna untuk

melancarkan buang air besar (BAB), menurunkan kolestrol, dan

menetralkan racun. Mentimun juga mengandung kukurbitasin C,


yang berkhasiat meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah

penyakit depatitis.

Mentimun ternyata memiliki banyak khasiat. Buahnya dapat

digunakan untuk mengobati penyakit disentri/pusing/demam.

Sedangkang, bijinya mengandung racun alkaloid jenis hipoxanti

yang bisa mengobati anak – anak menderita cacingan serata

tenggorokan. Selain itu, mentimun juga bermanfaat untuk

menghilangakan jerawat, mengatasi sariawan, menurunkan tekanan

darah tinggi, dan membersikan ginjal.

Menurut Dendy et al (2011) bahwa dengan mengkonsumsi

jus mentimun sebanyak 1 gelas (±200 cc) sehari selama 7 hari dapat

menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di Pekan Baru.

Menurut (Suryon & Agus S, 2010) penggunaan mentimun

untuk menurunkan tekanan darah dengan cara mengkonsumsinya

setiap hari dalam bentuk juice dengan dosisi (±250 cc) diminum 2

kali sehari pada pagi dan sore hari minimal selama 3 hari efektifjuice

mentimun terhadap penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi di Dusun Klaten Desa Brenggolo Kecamatan Plosoklaten

Kabupaten Kediri.

C. Wortel sebagai Terapi

1. Pengertian

Tanaman wortel (dacus carota) mempunyai batang panjang

berupa sekumpulan pelepah (tangkai daun) yang muncul dari


pangkal buah bagian atas (umbi akar). Akarnya berupa akar

tunggang serta berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi yang

bentuknya bulat dan memanjang. Akar samping sangat sedikit dan

tumbuh pada umbinya. Umbi bewarna kuning kemerah – merahan,

berkulit tipis, serta jika dimakan mentah terasa renyah dan agak

manis.

Bedasarkan bentuk umbinya, tanaman wortel dibedakan

menjadi 3 tipe yaitu tipe imperator(umbi berbentuk bulat panjang

dengan ujung runcing), tipe chantenay (umbi berbentuk bulat

panjang dengan ujung tumpul), serta tipe nantes (tipe peralihan

antara tipe imperator dengan tipe chantenay).

2. Kandungan dan Manfaat

Wortel diketahui banyak mengandung protein, karbohidrat,

lemak, serat, vitamin A, glutamin, beta karoten, dan unsur – unsur

alkalin, seperti kalsium, magnesium, zat besi, fosfor, sulfur, silikon,

dan klorin. Dengan kandungan tersebut, wortel bisa menurunkan

darah tinggi, kolestrol tinggi, kanker pangkreas, kanker paru – paru,

hepatitis, dan mencegah stroke.

Menurut (Nurul F.H & Sri H , 2012) penggunaan wortel

untuk menurunkan tekanan darah dengan cara mengkonsumsinya

setiap hari dalam bentuk juice dengan dosisi (±130 cc) diminum 1

kali sehari pada pagi dan sore hari minimal selama 5 hari efektif
juice mentimun terhadap penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi di panti sosial tresna werdha (pstw) unik budhi luhur

kasongan bantul yogykarta.

D. Pepaya sebagai terapi

1. Pengertian

Nama latin pepaya ialah carica papaya. Sedangkan,

masyarakat Australia menyebut paw paw. Buah ini tersohor sebagi

tanaman obat di berbagai belahan dunia. Khasiat bisa dipetik dari

hampir seluruh bagian tanamannya, namun buahnyalah yang paling

sering digunakan karena mudah di peroleh dan terasa lezat.

2. Kandungan dan Manfaat

Jus pepaya sangat baik digunakan untuk mengurangi kadar

keasaman lambung, sehingga dapat mengatasi penyakit mag.

Pepaya bisa memabantu mencegah serat makanan dalam sistem

pencernaan.

Adapun beragam manfaat pepaya adalah sebagai berikut :

a. Pepaya mengandung berbagia enzim, vitamin, dan mineral.

Bahkan, kandungan vitamin A-nya lebih banyak dari pada

wortel, dan vitamin C-nya lebih tinggi dari pada jeruk.

Pepaya kaya pula dengan vitamin B kompleks dan vitamin E


b. Buah pepaya mengandung enzim papain. Enzin ini sangat

aktif memiliki kemampuan mempercepat proses pencernaan

protein.

c. Kadar protein dalam buah pepaya tidak terlalu tinggi, hanya

4-6 g per kg berat buah. Namun, jumlah yang sedikit itu

seluruhnya dapat dicerna dan diserap oleh tubuh. Ini

dikarenakan enzim papain dalam buah mampu mencerna zat

sebanyak 35 kali lebih besar dari pada ukuran sendiri.

d. Enzim papain bisa mencegah protein menjadi arginin.

Senyawa arginin menjadi salah satu asam amini esensial

yang dalam kondisi normal tidak dapat diproduksi oleh

tubuh dan bisa diperoleh melalui makanan, seperti telor dan

ragi. Proses pembentukan anginin dan papanin ini turut

mempengaruhi produksi hormon pertumbuhan manusia

(yang populer dengan sebutan human growth hormone atau

HGH). Sebab, arginin tergolong salah satu sarat wajib dalam

pembentukan HGH.

e. Enzim papain juga dapat mencegah makanan yang

mengandung protein hingga terbentuk berbagai senyawa

asam amino yang bersifat autointoxicating atau otomatis

hilangkan bentuknya subtansi yang tidak diinginkan akibat

pencernaan yang tidak sempurna. Tekanan darah tinggi,

susah buang air besar. Radang sendi, serta epilepsi dan


kencing manis merupakan penyakit – penyakit yang muncul

karena proses pencernaan makanan yang tidak sempurna.

Mempunyai penyakit hipertensi setelah mengonsumsi 6 gr

ekstrak L. Citruline dari buah semangka selama 6 minggu

menunjukkan penurunan tekanan darah dari dari tinggi menuju ke

normal. (Zeng et al., 2011).

Sedangkan penelitian Oluwule (2014) didapatkan dari 40

orang dewasa yang diberikan semangka selama 7 hari didapatkan

penurunan tekanan darah diastolik baik pada responden laki-laki

maupun wanita. Selain semangka, pepaya juga menjadi buah pilihan

lain yang dapat dikonsumsi untuk menurunkan tekanan darah pada

pasien dengan hipertensi.


Kerangka teori

Faktor Hipertensi Hipertensi a. Beta blocker


1. Prapanolol
a. Faktor yang dapat di
2. Atenolol
ubah
3. Pindolol
1. Konsumsi lemak
berlebih Metodes
b. Vasodilator
2. Obesitas
1. Hidralazine
3. Merokok
2. Ecarazine
4. Stress
5. Kurang oalahraga
c. Antogon kalsium
1. Nifedipine
b. Faktor yang tidak Non farmakologis farmakologis
2. Verapami
dapat di ubah
1. Usia
d. Penghambat ACE
2. Keturunan
1. Catropil
3. Jenis kelamin
2. Enalapril
4. Komplikasi
hipertensi

Pemberian jus Pemberian jus Pemberian jus


timun wortel pepaya

Kandungan Kandungan Kandungan

1. Zat saponin 1. Protein 1. Mineral


2. Protein 2. Karbohidrat 2. Vitamin A
3. Lemak kalsium 3. Lemak 3. Vitamin C
4. Fosfor 4. Serat 4. Enzim papain
5. Besi belerang 5. Vitamin A 5. protein
6. Vitamin A, B1, C 6. Glutamin
7. Biji mentimun 7. Beta karoten
mengandung
Vitamin E
Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian pada tabel 2.3 sebagai berikut

Pengetahuan hipertensi

Kepercayaan terhadap Penggunaan Obat


obat tradisional dan Tradisional dan Obat
obat anti hipertensi Anti Hipertensi

Pemakaian Obat
Tradisional dan Obat
Anti Hipertensi

Alur penelitian

Tekanan darah sebelum


intervensi

Kelompok yang
diberikan obat
tradisional
Status perubahan
tekanan darah

Tekanan darah setelah 1. Menurun


intervensi 2. Tetap
3. naik

Gambar 2.3 kerangka konsep penelitian

Anda mungkin juga menyukai