Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-undang Kesehatan Jiwa No. 3 tahun 1996,
kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini
berjalan selaras dengan orang lain. Videbeck (2008) menjelaskan kesehatan
jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis dan sosial yang terlihat
dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang
efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional.
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari
kualitas hidup seeseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan
manusia dengan ciri menyadari spenuhnya kemampuan dirinya, mampu
menghadapi stres kehidupan dengan wajar, mampu bekerja dengan produktif
dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan
hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman
bersama dengan orang lain (Keliat, dkk, 2005).
Gangguan jiwa merupakan gangguan dalam cara berpikir
(cognitive), kemauan (volition), emosi (affective) dan tindakan
(psychomotor). Gangguan juga dapat diartikan sebagai gangguan peran sosial
dan pekerjaan yang dapat mengganggu pada sistem sosial-budaya yang luas.
Gangguan jiwa dapat dilihat dari reaksi secara keseluruhan. Seseorang dapat
dikatakan sehat, bukan hanya dilihat dari fisiknya saja namun juga dilihat dari
segi jiwa atau lingkungannya. Seiring dengan kesulitan ekonomi saat ini,
jumlah penderita gangguan jiwa semakin meningkat. Gejala yang muncul
pada klien yang mengalami gangguan jiwa akan menimbulkan permasalahan,
baik bagi lingkungan maupun bagi klien itu sendiri. Perilaku kekerasan
merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan (Fitria, 2009).
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara
kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan
interpersonal (Yosep, 2008). Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu
upaya untuk memfasilitiasi psikoterapis terhadap sejumlah pasien pada waktu
yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota
(Depkes RI, 2008). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi
modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai
terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Keliat, 2005). Terapi
Aktivitas Kelompok ( TAK ) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok
dapat berupa kesempatan persepsi alternative penyelesaian masalah
Penggunaan TAK dalam praktik keperawatan jiwa lebih efektif
diberikan untuk memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan,
pengobatan atau terapi pemulihan kesehatan. Keuntungan yang didapat dari
TAK meliputi dukungan (support), meningkatkan pemecahan masalah, dan
meningkatkan hubungan interpersonal. Keunikan yang dimiliki oleh masing-
masing individu akan mendorong seluruh anggota kelompok untuk
mengungkapkan permasalahannya. Terapi secara kelompok juga akan
meningkatkan keterampilan untuk mengekspresikan diri, keterampilan sosial
serta keterampilan untuk berempati (Direja, 2011).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
b. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
c. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan melalui interaksi sosial.
d. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual
yang biasa dilakukannya.

C. Landasan Teori
1. Konsep Teori Resiko Perilaku Kekerasan
Secara umum, sesorang akan berespon dengan marah apabila
merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara
psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri
seseorang. Ketika seseorang marasa terancam, mungkin dia tidak
menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahanya. Ancaman
dapat berupa internal ataupun eksternal. Contoh stressor internal adalah
tidak berprestasi kerja, kehilangan orang yang dicintai, respon terhadap
penyakit kronis. Contoh stressor ekternal adalah serangan fisik, putus
hubungan, dikritik orang lain. Marah juga bisa disebabkan perasaan
jengkel yang menumpuk di hati atau kehilangan kontrol terhadap situasi.
Prilaku Kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain. Sering juga di sebut gaduh gelisah atau amuk dimana
seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan
motorik yang tidak terkontrol ( Yosep, 2010).
Menurut Fitria, (2009), tanda dan gejala dari perilaku
kekerasan, adalah sebagai berikut:
a. Fisik: pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah, serta postur tubuh kaku.
b. Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, bicara
dengan nada keras dan kasar, sikap ketus.
c. Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain,
merusak lingkungan, sikap menentang, dan amuk/agresif.
d. Emosi: jengkel, selalu menyalahkan, menuntut, perasaan terganggu,
dan ingin berkelahi.
e. Intelektual: mendominasi, cerewet atau bawel, meremehkan, suka
berdebat, dan mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
f. Sosial: penolakan untuk didekati, mengasingkan diri, melakukan
kekerasan, suka mengejek, dan mengkritik.
g. Spiritual: merasa diri berkuasa, tidak realistik, kreatifitas terlambat,
ingin orang lain memenuhi keinginannya, dan merasa diri tidak
berdosa.
2. Konsep Teori Terapi Aktivitas Kelompok : Stimulasi Persepsi
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman
dan / atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah. Tujuan TAK stimulasi persepsi adalah klien mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh
paparan stimulus kepadanya. Sementara tujuan khususnya adalah klien
dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan
tepat dan klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus
yang dialami (Keliat, dkk, 2005)
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai latihan mempresepsikan stimulus yang
disediakan atau stimulus yang dialami. Kemampuan persepsi klien
dievaluasi dan ditingkatkan tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan
respon klien terhadap berbagai stimulasi dalam kehidupan menjadi
adaptif Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif.

D. Klien
1. Kriteria pasien
a. Pasien dengan riwayat gangguan jiwa disertai dengan gangguan
resiko perilaku kekerasan
b. Pasien yang mengikuti aktivitas ini adalah tidak mengalami perilaku
agresif / mengamuk, dalam keadaan tenang
c. Klien dapat diajak bekerjasama (kooperatif)
d. Klien yang bersedia mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok
2. Proses Seleksi
a. Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria
b. Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria
c. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok.

E. Pengorganisasian
1. Waktu dan Tempat
Hari/ tanggal : Kamis, 2 Janiari 2020
Jam : 10.00 Wita
Tempat : Rumah Berdaya
2. Tim terapis
a. Leader
1) Menyiapkan proposal kegiatan TAK stimulasi persepsi : resiko
perilaku kekerasan
2) Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas
kelompok sebelum kegiatan dimulai.
3) Menjelaskan permainan
4) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya
5) Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan
tertib
6) Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
b. Co-Leader
1) Mendampingi leader
2) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang
aktifitas pasien.
3) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari
perencanaan yang telah dibuat.
4) Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking
dalam proses terapi.
c. Fasilitator
1) Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung.
2) Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada
anggota kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi.
d. Observer
1) Mengobservasi jalannya proses kegiatan
2) Mengamati serta mencatat prilaku verbal dan nonverbal pasien
selama kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
3) Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan,
proses hingga penutupan (Prabowo, 2014).

3. Setting Tempat

CL

P P

L
P P

F F

P P

Keterangan gambar :
F : Fasilitator O
P : Pasien
L : Leader
CL : Co Leader
O : Observer
F. Proses Pelaksanaan
Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Minum Obat

A. Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
2. Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar minum obat
B. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
C. Alat
1. Papan tulis dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
D. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
E. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi
b. Menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah,tanda dan gejala
marah serta perilaku kekerasan
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien wajib mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang diminum klien :nama dan warna
(upayakan klien untuk menyampaikan)
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b
d. Menjelaskan 5 benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum
obat, benar dosis obat
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara
bergiliran
f. Berikan pujian pada klien yang benar
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di
whiteboard)
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di
whiteboard)
i. Menjelaskan keuntungan minum obat yaitu salah satu cara
mencegah perilaku kekerasan /kambuh
j. Menjelaskan akibat/kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian perilaku kekerasan/kambuh
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat
dan kerugian tidak patuh minum obat
l. Memberikan pujian setiap kali klien benar
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi
sosial asertif kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan
2) Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan dan
disepakati jika klien perlu TAK yang lain.
5. Evaluasi dan dokumentasi
a. Evalusi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan sesi 5, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui
lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat
jika tidak patuh minum obat.

Formulir Evaluasi sebagai berikut:

No Nama Klien Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan


lima benar keuntungan akibat tidaj patuh
minum obat minum obat minum obat
DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :

Nuha Medika
Fitria , N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan

dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika
Keliat, B.A. (2005). Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC.
__________ (2004). Terapi Aktivitas Kelompok Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta :

Nuha Medika
Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yosep I. (2008). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai