Anda di halaman 1dari 23

BAB I

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Definisi
Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen
yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara
(Dunstall, 2007). Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam
jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu,
jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2013). Ca mammae
(carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran
kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca
mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker
bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun
jaringan ikat pada payudara (Saryono, 2010). Dari beberapa pengertian ca
mammae di atas dapat disimpulkan bahwa Ca mammae adalah tumor ganas yang
tumbuh di dalam jaringan payudara.

B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Mammae

Mammae merupakan kelenjar asesoris kulit yang berfungsi menghasilkan


susu. Mammae terdapat pada laki-laki dan perempuan. Bentuk Mammae sama
pada laki-laki dan perempuan yang belum dewasa. Papilla mammaria kecil dan
dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap, disebut areola
mammae. Jaringan mammae tersusun atas sekelompok kecil sistem saluran
yang terdapat di dalam jaringan penyambung dan bermuara di daerah areola.
Pada masa pubertas, glandula mammaria perempuan lambat laun membesar
dan akan berbentuk setengah lingkaran. Pembesaran ini diduga disebabkan oleh
pengaruh hormon-hormon ovarium. Salurannya memanjang, meskipun
demikian pembesaran kelenjar terutama disebabkan penimbunan lemak. Dasar
mammae terbentang dari iga kedua sampai keenam dan dari pinggir lateral
sternum sampai linea axillaries media. Sebagian besar glandula mammaria
terletak didalam fascia superficialis. Sebagian kecil, yang disebut processus
axillaris, meluas ke atas dan lateal, menembus fascia profunda pada pinggir
caudal musculus pectoralis major, dan sampai axilla.
Setiap payudara terdiri dari 15-20 lobus, yang tersusun radier dan berpusat
pada papilla mammaria. Saluran utama dari setiap lobus bermuara di papilla
mammaria, dan mempunyai ampulla yang melebar tepat sebelum ujungnya.
Dasar papilla mammaria dikelilingi oleh areola. Tonjolan-tonjolan halus pada
areola diakibatkan oleh kelenjar areola di bawahnya. Lobus-lobus kelenjar
dipisahkan oleh septa fibrosa. Septa di bagian atas kelenjar berkembang dengan
baik dan terbentang dari kulit sampai ke fascia profunda dan berfungsi sebagai
ligamentum suspensorium. Glandula mammaria dipisahkan dari fascia
profunda yang membungkus otot-otot di bawahnya oleh spatium
retromammaria yang berisi jaringan ikat jarang. Pada perempuan muda,
payudara cenderung menonjol ke depan dari dasar yang sirkular; pada
perempuan yang lebih tua payudara cenderung menggantung. Mammae
mencapai ukuran maksimal selama masa laktasi.
a. Vaskularisasi mammae
1) Arteriae
a) Cabang-cabang perforantesa mammaria interna. Cabang-cabang I, II,
III, IV, V dari arteria mammaria interna menembus di dinding dada
dekat tepi sternum pada interkostal yang sesuai, menembus muskulus
pektoralis mayor dan memberi aliran darah pada tepi medial glandulla
mamma.
b) Rami pektoralis arteri thorako-akromialis. Arteri ini berjalan turun di
antara muskulus pektoralis minor dan muskulus pektoralis mayor.
Pembuluh ini merupakan pembuluh utama muskulus pektoralis mayor,
arteri ini akan memberikan aliran darah ke glandula mamma bagian
dalam (deep surface)
c) Arteri thorakalis lateralis (arteri mammae eksternal). Pembuluh darah
ini berjalan turun menyusuri tepi lateral muskulus pektoralis mayor
untuk mendarahi bagian lateral payudara.
2) Vena
a) Cabang-cabang perforantes vena mammaria interna. Vena ini
merupakan vena yang tersebar pada jaringan payudara yang
mengalirkan darah dari payudara dan bermuara pada vena mammaria
interna yang kemudian bermuara pada vena minominata.
b) Cabang-cabang vena aksillaris, yang terdiri dari vena thorako-
akromialis. vena thoraklais lateralis dan vena thorako-dorsalis.
c) Vena-vena kecil bermuara pada vena interkostalis. Vena interkostalis
bermuara pada vena vertebralis, kemudian bermuara pada azygos
(melalui vena-vena ini, keganasan pada payudara akan dapat
bermetastase langsung ke paru).
b. Aliran Limfe
Karsinoma sering timbul pada glandula ini dan penyebaran sel-sel ganas
sepanjang pembuluh limfe ke kelenjar limfe. Untuk keperluan praktis, aliran
limfe mammaria dibagi menjadi kuadran-kuadran. Kuadran lateral
mengalirkan cairan limfenya ke nodi axillaris anterior atau kelompok
pectorales. Kuadran medial mengalirkan cairan limfenya melalui pembuluh-
pembuluh yang menembus ruangan intercostalis dan masuk ke dalam
kelompok nodi thoracales internae. Beberapa pembuluh limfe mengikuti
arteriae intercostales posterior dan mengalirkan cairan limfenya ke posterior
ke dalam nodi intercostales posterior (Dunstall, 2007).
2. Fisiologi Mammae
Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon.
Esterogen diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron
memulai perkembangan lobulus-lobulus payudara juga diferensiasi sel epitelial.
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon,
antara lain:
a. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa hidup
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak
pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus.
b. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-
8 haid, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan
yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara
menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak
mungkin dilakukan. Begitu haid dimulai, semuanya berkurang.
c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa
kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus
alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin
dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel
alveolus mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting
susu (Dunstall, 2007).

C. Etiologi
Belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti
telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Riset lebih lanjut tentang faktor-
faktor resiko akan membantu dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk
mencegah kanker  payudara. Faktor-faktor resiko mencakup (Hartanto, A., 2009) :
1. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara
karena  pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya
perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke
arah sel ganas.
2. Ca Payudara yang terdahulu
Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ
berpasangan.
3. Anak perempuan dari ibu dengan kanker payudara (herediter).
4. Menarke dini
Resiko Ca payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi
sebelum usia 12 tahun.
5. Nulipara dan usia maternal. Lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang
melahirkan setelah usia 30 tahun lebih berisiko mengalami kanker payudara.
6. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun.
7. Riwayat penyakit payudara jinak.
8. Kontrasepsi oral.
9. Masukan alkohol setiap hari
10. Hormon, diduga tidak adanya keseimbangan estrogen sehingga dapat
menyebabkan carcinoma mammae. Oleh sebab itu carcinoma mammae lebih
banyak  perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
11. Pernah menjalani operasi ginekologi misalnya tumor ovarium.
12. Pernah mengalami radiasi didaerah dada.
13. Pernah mengalami operasi pada payudara kelainan jinak atau tumor ganas
mammae.
14. Disebabkan oleh tumor yang terjadi karena trauma yang berulang-ulang iritasi
yang berjalan kronis oleh karena rangsangan oleh bahan-bahan kimiawi, zat
pewarna, sinar radioaktif.
15. Obesitas pasca maunopause

D. Manifestasi Klinis
1. Adanya massa atau benjolan pada buah dada
2. Perubahan simetri pada buah dada
3. Perubahan kulit pada buah dada, penebalan, cekungan, kulit pucat sekitr puting
susu, adanya mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus.
4. Perubahan temperatur kulit (hangat, panas, kemerahan)
5. Adanya cairan yang keluar dari puting susu
6. Perubahan pada puting susu, seperti gatal, terbakar, adanya erosi dan terjadi
retraksi.
7. Rasa sakit
8. Penyebaran kanker ke tulang sehingga tulang mudah rapuh dan terjadi
peningkatan kalsium di dalam darah
9. Pembengkakan di daerah lengan (Suryaningsih, 2009).

E. Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-
zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat
menyebabkan kanker payudara. Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial,
dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel
dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma
insitu dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk
bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat
dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika
sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering
terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin
berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-
benjolan pada kulit ulserasi. Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh
dengan cepat terjadi kirakira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-
gejalanya mirip dengan infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas,
edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan jaringan limfe. Tempat
yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan tulang.
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan
sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Kanker payudara
tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang dekat maupun yang jauh
antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi benjolan,
dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo
mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal (Price, 2006).
F. Pathway

Lingkungan Genetik Hormon

Terpapar karsinogen, mutasi gen kerentanan >H. Estrogen akan menyebabkan perkembangan
sinar UV (BRCA 1, BRCA 2) jaringan stoma payudara

kerusakan sel pertumbuhan sistem duktus

berkumpul dan menyebar deposit lemak pada payudara

Tumor jinak

Sel tumor jinak menyebar


kebagian tubuh lain ( payudara)

Tumor ganas

Kanker payudara
Benjolan kelainan kulit pengeluaran perabaan kemoterapi
Abnormal cairan dari puting susu pd benjolan

Rasa sakit berlebih areola bersisik, merah dan mengeras mual muntah
Risiko infeksi
pd payudara bengkak

Kurang Ketidakseimbangan
Nyeri pengetahuan nutrisi kurang dari
Ansietas
kebutuhan tubuh
tidakan pembedahan pada ketiak
dan terapi
kekakuan lengan
hilangnya rambut

Gg. Mobilitas fisik


Gg. Harga diri
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan adalah (Rasjidi, 2009):
1. Laboratorium :
a. Morfologi sel darah
b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau
plasma
e. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang
keluar spontan dari putting payudara, cairan kista atau cairan yang keluar
dari ekskoriasi
2. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini.
Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak
teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa
menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan
kelenjar kurang tampak.
3. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada
mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan
kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
4. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
5. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-
pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi
sekitar sisi tumor.
6. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan
cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan
berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
7. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
8. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah
dengan sendimental dan sentrifugis darah

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan
meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru
adalah terapi imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan
kanker atau membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-
gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara
individual.
1. Pembedahan
Jenis pembedahan pada kanker payudara:
a. Mastektomi
1) Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh
payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar
getah bening aksilaris level I sampai II secara en bloc. Indikasi MRM
adalah kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB.
2) Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks
puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah
bening aksilaris level I, II, III secara en bloc. Indikasi mastektomi radikal
klasik adalah kanker payudara stadium IIIb yang masih operable Tumor
dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
3) Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu
ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara
tanpa meninggalkan prinsip bedah onkologi.
4) Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta
kompleks puting- areolar, tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi mastektomi simple adalah tumor phyllodes besar, Keganasan
payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif menghilangkan tumor,
penyakit paget tanpa massa tumor, DCIS.
5) Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara,
dengan preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa
diseksi kelenjar getah bening aksila. Indikasi: Mastektomi profilaktik,
prosedur onkoplasti
b. Breast Conserving Therapy (BCT)
BCS adalah pembedahan atas tumor payudara dengan mempertahankan
bentuk (cosmetic) payudara, dibarengi atau tanpa dibarengi dengan
rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan adalah lumpektomi atau
kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah bening aksila level 1 dan
level 2. Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi tumor secara onkologis
dengan mempertahankan bentuk payudara dan fungsi sensasi.
c. Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada kanker
payudara. Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara para ahli,
namun dikatakan metastasektomi mempunyai angka harapan hidup yang
lebih panjang bila memenuhi indikasi dan syarat tertentu (Pierce & Neil,
2007).
2. Non pembedahan
a. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk
membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
b. Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon
dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada
stadium akhir.
c. Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awa lataupun tahap lanjut
penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa
digunakan secara tunggal atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya
adalah Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh
enzim yang adapada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja.
d. Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu
pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini,
trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang
HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi.
Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan
terapi dengan trastuzumab (Saryono, 2010).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama, umur (bisa terjadi pada semua umur), jenis kelamin (baik perempuan
ataupun laki-laki), pekerjaan, agama, alamat, pendidikan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri pada, payudara, terdapat benjolan dan kesulitan untuk bernafas
(Saryono, 2010).
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan
yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras,
bengkak dan nyeri
c. Riwayat kesehatan lalu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae,
kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada
sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker
serviks.
d. Riwayat kesehatam keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker
serviks.
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada
payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.
b. Pola nutrisi metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah
dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi
makanan mengandung MSG.
c. Pola eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena,
nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
d. Pola aktivitas-latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien
terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
e. Pola tidur – istirahat
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
f. Pola kognitif perceptual
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan
ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
g. Pola toleransi – koping stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus
asaan.
h. Persepsi diri / konsep diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat
operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya
sebagai wanita normal.
i. Pola seksual – reproduksi
Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat
kepuasan
j. Pola hubungan dan peran
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam
melakukan perannya dalam berinteraksi social.
k. Pola nilai kepercayaan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan
lapang dada.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala: normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan
tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
b. Rambut:biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
c. Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis,
tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga :normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda
infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e. Hidung :bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
f. Mulut   : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
g. Leher    : biasanya terjadi pembesaran KGB.
h. Dada   : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi atau
tanda-tanda radang.
i. Hepar  : biasanya tidak ada pembesaran hepar.
j. Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan (Herdman, 2018):
Pre Oprasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
3. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya
edema, destruksi jaringan.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh primer menurun.
Post Oprasi
c. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
tindakan operasi.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
C. Intervensi
Intervensi adalah (Bulechek, 2016) (Moorhead, 2016):
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC) RASIONAL
1 Nyeri akut berhubungan dengan Kontrol nyeri Pain management Agar pasien mampu mengenali
agen cidera biologis a. Pasien mampu mengenali kapan a. Lakukan pengkajian nyeri secara kapan nyeri muncul dan
nyeri terjadi dipertahankan dari komprehensif termasuk lokasi, diharapkan nyeri yang pasien
level 1 ditingkatkan ke level 3 karakteristik, durasi, frekuensi, rasakan berkurang
b. Pasien mampu menggambarkan kualitas dan faktor presipitasi
faktor penyebab nyeri di b. Observasi reaksi non verbal dari
pertahankan dari level 1 ketidaknyamanan
ditingkatkan ke level 4 c. Gunakan teknik komunikasi
c. Pasien mampu menggunakan terapeutik untuk mengetahui
tindakan pencegahan dipertahankan pengalaman nyeri pasien
dari level 1 ditinggkatkan ke level 4 d. Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
e. Tingkatkan istirahat
f. Analgesic administration
g. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
h. Cek intruksi dokter teentang
jenis obat, dosis dan frekuensi
i. Cek riwayat alergi
j. Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
k. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
2 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang Nafsu makan Nutrition management - Untuk mengetahui apakah
dari kebutuhan tubuh a. Hasrat atau keinginan untuk makan a. Kaji adanya alergi makanan pasien memiliki alergi
berhubungan dengan intake yang dipertahankan dari level 3 b. Kalaborasi dengan ahli gizi makanan sehingga tidak
tidak adekuat. ditingkatkan ke level 4 untuk menentukan jumlah kalori memperburuk kondisi pasien
b. Rangsangan untuk makan dan nutrisi yang dibutuhkan - Agar BB pasien masih dalam
dipertahankan pada level 3 pasien batas normal
ditingkankan ke level 4 c. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
d. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
e. Berikan substansi gula
Nutrition monitoring
a. BB pasien dalam batas normal
b. Monitor adanya penurunan
berat badan
c. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
d. Monitor lingkungan selama
makan

3 Kerusakan intergritas kulit Integritas jaringan: kulit dan Pengurangan perdarahan: luka Agar tidak terjadi perdarahan
berhubungan dengan perubahan membrane mukosa a. Gunakan tekanan manual pada yang menyebabkan syok
sirkulasi, adanya edema, destruksi a. Suhu kulit ditingkatkan dari level 1 area perdarahan atau area yang hipovolemia
jaringan. (sangat terganggu) ke level 4 berppotensi perdarahan
(sedikit terganggu) b. Gunakan balutan tekan pada
b. Sensasi ditingkatkan dari level 1 bagian yang berdarah
(sangat terganggu) ke level 4 c. Ganti atau tambahkan balut
(sedikit terganggu) tekan jika diperlukan
c. Perfusi jaringan ditingkatkan dari d. Monitor tanda-tanda vital
level 1 (sangat terganggu) ke level 4
(sedikit terganggu)
d. Integritas kulit ditingkatkan dari
level 1 (sangat terganggu) ke level 4
(sedikit terganggu)
4 Gangguan citra tubuh Citra tubuh Peningkatan citra tubuh Agar citra tubuh pasien meningkat
berhubungan dengan penyakit. a. Gambaran internal diri ditingkatkan a. Tentukan harapan citra diri
dari level 3 (kadang-kadang positif) paien didasarkan pada tahap
ke level 5 (konsisten positif) perkembangan
b. Deskripsi bagian tubuh yang b. Gunakan bimbingan antisipasif,
terkena (dampak) ditingkatkan dari menyiapkan pasien terkait
level 3 (kadang-kadang positif) ke dengan perubahan – perubahan
level 5 (konsisten positif) citra tubuh yang (telah)
c. Kepuasan dengan penampilan tubuh diprediksi.
ditingkatkan dari level 3 (kadang- c. Tentukan jika terdapat perasaan
kadang positif) ke level 5 (konsisten tidak suka terhadap karakteristik
positif)penyesuaian terhadap fisik khusus yang emnciptakan
perubahan tampilan fisik disfungsi paralisis social untuk
ditingkatkan dari level 3 (kadang- remaja danj kelompok dengan
kadang positif) ke level 5 (konsisten risiko tinggi lain.
positif)
d. Penyesuaian terhadap fungsi tubuh
ditingkatkan dari level 3 (kadang-
kadang positif) ke level 5 (konsisten
positif)
e. Penyesuaian terhadap perubahan
status kesehatan ditingkatkan dari
level 3 (kadang-kadang positif) ke
level 5 (konsisten positif)
5 Risiko infeksi berhubungan Kontrol risiko Kontrol infeksi Agar infeksi tidak terjadi
dengan imunitas tubuh primer a. Mencari informasi tentang risiko a. Alokasikan kesesuaian luas
menurun. kesehatan ditingkatkan dari level 3 ruangan per pasien, seperti yang
(kadang-kadang menunjukkan) ke diindikasikan oleh pedoman
level 5 (secara konsisten Pusat Pengendalian dan
menunjukkan) Pencegahan Penyakit (Centers
b. Mengidentifikasi faktor risiko for Diasease Control and
ditingkatkan dari level 3 (kadang- Prevention/CDC)
kadang menunjukkan) ke level 5 b. Bersihkan lingkungan dengan
(secara konsisten menunjukkan) baik setelah digunakan untuk
c. Mengenali kemampuan untuk setiap pasien ganti peralata
mengubah perilaku ditingkatkan perawatan per pasien
dari level 3 (kadang-kadang c. Ajarkan cara cuci tangan
menunjukkan) ke level 5 (secara d. Anjurkan pengunjung untuk
konsisten menunjukkan) mencuci tangan pada saat
d. Memodifikasi gaya hidup untuk memasuki dan meninggalkan
mengurangi risiko ditingkatkan dari ruangan pasien
level 3 (kadang-kadang
menunjukkan) ke level 5 (secara
konsisten menunjukkan)
D. Evaluasi
Menurut Nursalam (2011) evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Evaluasi formatif
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai
dengan tujuan tercapai.
2. Evaluasi somatif
Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan
SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek et al. (2016). Nursing Interventions Clasification. Ed 6. Yogyakarta:


ELSEVIER

Dunstall, M. 2010. Anatomi Dan fisiologi Untuk Bidan. Jakarta : EGC.

Hartanto, A. 2009. Deteksi dan Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta : Sagung
Seto Bulechek et al. (2016). Nursing Interventions Clasification. Ed 6.
Yogyakarta: ELSEVIER

Herdman, T. Heather. (2015). NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2015-2017, Ed. 10. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Moorhead et al. (2016). Nursing Outcomes Clasification, Ed.5. Yogyakarta:


ELSEVIER

Nursalam. 2011. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep Dan Praktek.


Jakarta: Salemba Medika

Price Sylvia, A .2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta.


EGC

Rasjidi, I. 2009. Deteksi Dini Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta:Fakultas


Kedokteran Pelita Harapan.

Suryaningsih Kori Endang.2009. Kupas tuntas kanker payudara. Yogyakarta:


Paradigm Indonesia.

Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Buku


Kesehatan

Tjindarbumi. 2011. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penaggulangannya, Dalam:


Deteksi Dini Kanker.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Wijaya. 2013.Carsinoma Mammae. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai