A. Definisi
Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen
yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara
(Dunstall, 2007). Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam
jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu,
jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2013). Ca mammae
(carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran
kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca
mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker
bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun
jaringan ikat pada payudara (Saryono, 2010). Dari beberapa pengertian ca
mammae di atas dapat disimpulkan bahwa Ca mammae adalah tumor ganas yang
tumbuh di dalam jaringan payudara.
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Mammae
C. Etiologi
Belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti
telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Riset lebih lanjut tentang faktor-
faktor resiko akan membantu dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk
mencegah kanker payudara. Faktor-faktor resiko mencakup (Hartanto, A., 2009) :
1. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara
karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya
perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke
arah sel ganas.
2. Ca Payudara yang terdahulu
Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ
berpasangan.
3. Anak perempuan dari ibu dengan kanker payudara (herediter).
4. Menarke dini
Resiko Ca payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi
sebelum usia 12 tahun.
5. Nulipara dan usia maternal. Lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang
melahirkan setelah usia 30 tahun lebih berisiko mengalami kanker payudara.
6. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun.
7. Riwayat penyakit payudara jinak.
8. Kontrasepsi oral.
9. Masukan alkohol setiap hari
10. Hormon, diduga tidak adanya keseimbangan estrogen sehingga dapat
menyebabkan carcinoma mammae. Oleh sebab itu carcinoma mammae lebih
banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
11. Pernah menjalani operasi ginekologi misalnya tumor ovarium.
12. Pernah mengalami radiasi didaerah dada.
13. Pernah mengalami operasi pada payudara kelainan jinak atau tumor ganas
mammae.
14. Disebabkan oleh tumor yang terjadi karena trauma yang berulang-ulang iritasi
yang berjalan kronis oleh karena rangsangan oleh bahan-bahan kimiawi, zat
pewarna, sinar radioaktif.
15. Obesitas pasca maunopause
D. Manifestasi Klinis
1. Adanya massa atau benjolan pada buah dada
2. Perubahan simetri pada buah dada
3. Perubahan kulit pada buah dada, penebalan, cekungan, kulit pucat sekitr puting
susu, adanya mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus.
4. Perubahan temperatur kulit (hangat, panas, kemerahan)
5. Adanya cairan yang keluar dari puting susu
6. Perubahan pada puting susu, seperti gatal, terbakar, adanya erosi dan terjadi
retraksi.
7. Rasa sakit
8. Penyebaran kanker ke tulang sehingga tulang mudah rapuh dan terjadi
peningkatan kalsium di dalam darah
9. Pembengkakan di daerah lengan (Suryaningsih, 2009).
E. Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-
zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat
menyebabkan kanker payudara. Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial,
dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel
dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma
insitu dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk
bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat
dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika
sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering
terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin
berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-
benjolan pada kulit ulserasi. Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh
dengan cepat terjadi kirakira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-
gejalanya mirip dengan infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas,
edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan jaringan limfe. Tempat
yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan tulang.
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan
sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Kanker payudara
tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang dekat maupun yang jauh
antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi benjolan,
dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo
mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal (Price, 2006).
F. Pathway
Terpapar karsinogen, mutasi gen kerentanan >H. Estrogen akan menyebabkan perkembangan
sinar UV (BRCA 1, BRCA 2) jaringan stoma payudara
Tumor jinak
Tumor ganas
Kanker payudara
Benjolan kelainan kulit pengeluaran perabaan kemoterapi
Abnormal cairan dari puting susu pd benjolan
Rasa sakit berlebih areola bersisik, merah dan mengeras mual muntah
Risiko infeksi
pd payudara bengkak
Kurang Ketidakseimbangan
Nyeri pengetahuan nutrisi kurang dari
Ansietas
kebutuhan tubuh
tidakan pembedahan pada ketiak
dan terapi
kekakuan lengan
hilangnya rambut
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan
meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru
adalah terapi imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan
kanker atau membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-
gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara
individual.
1. Pembedahan
Jenis pembedahan pada kanker payudara:
a. Mastektomi
1) Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh
payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar
getah bening aksilaris level I sampai II secara en bloc. Indikasi MRM
adalah kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB.
2) Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks
puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah
bening aksilaris level I, II, III secara en bloc. Indikasi mastektomi radikal
klasik adalah kanker payudara stadium IIIb yang masih operable Tumor
dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
3) Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu
ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara
tanpa meninggalkan prinsip bedah onkologi.
4) Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta
kompleks puting- areolar, tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi mastektomi simple adalah tumor phyllodes besar, Keganasan
payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif menghilangkan tumor,
penyakit paget tanpa massa tumor, DCIS.
5) Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara,
dengan preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa
diseksi kelenjar getah bening aksila. Indikasi: Mastektomi profilaktik,
prosedur onkoplasti
b. Breast Conserving Therapy (BCT)
BCS adalah pembedahan atas tumor payudara dengan mempertahankan
bentuk (cosmetic) payudara, dibarengi atau tanpa dibarengi dengan
rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan adalah lumpektomi atau
kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah bening aksila level 1 dan
level 2. Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi tumor secara onkologis
dengan mempertahankan bentuk payudara dan fungsi sensasi.
c. Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada kanker
payudara. Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara para ahli,
namun dikatakan metastasektomi mempunyai angka harapan hidup yang
lebih panjang bila memenuhi indikasi dan syarat tertentu (Pierce & Neil,
2007).
2. Non pembedahan
a. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk
membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
b. Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon
dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada
stadium akhir.
c. Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awa lataupun tahap lanjut
penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa
digunakan secara tunggal atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya
adalah Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh
enzim yang adapada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja.
d. Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu
pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini,
trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang
HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi.
Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan
terapi dengan trastuzumab (Saryono, 2010).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama, umur (bisa terjadi pada semua umur), jenis kelamin (baik perempuan
ataupun laki-laki), pekerjaan, agama, alamat, pendidikan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri pada, payudara, terdapat benjolan dan kesulitan untuk bernafas
(Saryono, 2010).
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan
yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras,
bengkak dan nyeri
c. Riwayat kesehatan lalu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae,
kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada
sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker
serviks.
d. Riwayat kesehatam keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker
serviks.
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada
payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.
b. Pola nutrisi metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah
dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi
makanan mengandung MSG.
c. Pola eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena,
nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
d. Pola aktivitas-latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien
terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
e. Pola tidur – istirahat
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
f. Pola kognitif perceptual
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan
ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
g. Pola toleransi – koping stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus
asaan.
h. Persepsi diri / konsep diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat
operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya
sebagai wanita normal.
i. Pola seksual – reproduksi
Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat
kepuasan
j. Pola hubungan dan peran
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam
melakukan perannya dalam berinteraksi social.
k. Pola nilai kepercayaan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan
lapang dada.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala: normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan
tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
b. Rambut:biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
c. Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis,
tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga :normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda
infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e. Hidung :bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
f. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
g. Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.
h. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi atau
tanda-tanda radang.
i. Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.
j. Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan (Herdman, 2018):
Pre Oprasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
3. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya
edema, destruksi jaringan.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh primer menurun.
Post Oprasi
c. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
tindakan operasi.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
C. Intervensi
Intervensi adalah (Bulechek, 2016) (Moorhead, 2016):
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC) RASIONAL
1 Nyeri akut berhubungan dengan Kontrol nyeri Pain management Agar pasien mampu mengenali
agen cidera biologis a. Pasien mampu mengenali kapan a. Lakukan pengkajian nyeri secara kapan nyeri muncul dan
nyeri terjadi dipertahankan dari komprehensif termasuk lokasi, diharapkan nyeri yang pasien
level 1 ditingkatkan ke level 3 karakteristik, durasi, frekuensi, rasakan berkurang
b. Pasien mampu menggambarkan kualitas dan faktor presipitasi
faktor penyebab nyeri di b. Observasi reaksi non verbal dari
pertahankan dari level 1 ketidaknyamanan
ditingkatkan ke level 4 c. Gunakan teknik komunikasi
c. Pasien mampu menggunakan terapeutik untuk mengetahui
tindakan pencegahan dipertahankan pengalaman nyeri pasien
dari level 1 ditinggkatkan ke level 4 d. Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
e. Tingkatkan istirahat
f. Analgesic administration
g. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
h. Cek intruksi dokter teentang
jenis obat, dosis dan frekuensi
i. Cek riwayat alergi
j. Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
k. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
2 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang Nafsu makan Nutrition management - Untuk mengetahui apakah
dari kebutuhan tubuh a. Hasrat atau keinginan untuk makan a. Kaji adanya alergi makanan pasien memiliki alergi
berhubungan dengan intake yang dipertahankan dari level 3 b. Kalaborasi dengan ahli gizi makanan sehingga tidak
tidak adekuat. ditingkatkan ke level 4 untuk menentukan jumlah kalori memperburuk kondisi pasien
b. Rangsangan untuk makan dan nutrisi yang dibutuhkan - Agar BB pasien masih dalam
dipertahankan pada level 3 pasien batas normal
ditingkankan ke level 4 c. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
d. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
e. Berikan substansi gula
Nutrition monitoring
a. BB pasien dalam batas normal
b. Monitor adanya penurunan
berat badan
c. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
d. Monitor lingkungan selama
makan
3 Kerusakan intergritas kulit Integritas jaringan: kulit dan Pengurangan perdarahan: luka Agar tidak terjadi perdarahan
berhubungan dengan perubahan membrane mukosa a. Gunakan tekanan manual pada yang menyebabkan syok
sirkulasi, adanya edema, destruksi a. Suhu kulit ditingkatkan dari level 1 area perdarahan atau area yang hipovolemia
jaringan. (sangat terganggu) ke level 4 berppotensi perdarahan
(sedikit terganggu) b. Gunakan balutan tekan pada
b. Sensasi ditingkatkan dari level 1 bagian yang berdarah
(sangat terganggu) ke level 4 c. Ganti atau tambahkan balut
(sedikit terganggu) tekan jika diperlukan
c. Perfusi jaringan ditingkatkan dari d. Monitor tanda-tanda vital
level 1 (sangat terganggu) ke level 4
(sedikit terganggu)
d. Integritas kulit ditingkatkan dari
level 1 (sangat terganggu) ke level 4
(sedikit terganggu)
4 Gangguan citra tubuh Citra tubuh Peningkatan citra tubuh Agar citra tubuh pasien meningkat
berhubungan dengan penyakit. a. Gambaran internal diri ditingkatkan a. Tentukan harapan citra diri
dari level 3 (kadang-kadang positif) paien didasarkan pada tahap
ke level 5 (konsisten positif) perkembangan
b. Deskripsi bagian tubuh yang b. Gunakan bimbingan antisipasif,
terkena (dampak) ditingkatkan dari menyiapkan pasien terkait
level 3 (kadang-kadang positif) ke dengan perubahan – perubahan
level 5 (konsisten positif) citra tubuh yang (telah)
c. Kepuasan dengan penampilan tubuh diprediksi.
ditingkatkan dari level 3 (kadang- c. Tentukan jika terdapat perasaan
kadang positif) ke level 5 (konsisten tidak suka terhadap karakteristik
positif)penyesuaian terhadap fisik khusus yang emnciptakan
perubahan tampilan fisik disfungsi paralisis social untuk
ditingkatkan dari level 3 (kadang- remaja danj kelompok dengan
kadang positif) ke level 5 (konsisten risiko tinggi lain.
positif)
d. Penyesuaian terhadap fungsi tubuh
ditingkatkan dari level 3 (kadang-
kadang positif) ke level 5 (konsisten
positif)
e. Penyesuaian terhadap perubahan
status kesehatan ditingkatkan dari
level 3 (kadang-kadang positif) ke
level 5 (konsisten positif)
5 Risiko infeksi berhubungan Kontrol risiko Kontrol infeksi Agar infeksi tidak terjadi
dengan imunitas tubuh primer a. Mencari informasi tentang risiko a. Alokasikan kesesuaian luas
menurun. kesehatan ditingkatkan dari level 3 ruangan per pasien, seperti yang
(kadang-kadang menunjukkan) ke diindikasikan oleh pedoman
level 5 (secara konsisten Pusat Pengendalian dan
menunjukkan) Pencegahan Penyakit (Centers
b. Mengidentifikasi faktor risiko for Diasease Control and
ditingkatkan dari level 3 (kadang- Prevention/CDC)
kadang menunjukkan) ke level 5 b. Bersihkan lingkungan dengan
(secara konsisten menunjukkan) baik setelah digunakan untuk
c. Mengenali kemampuan untuk setiap pasien ganti peralata
mengubah perilaku ditingkatkan perawatan per pasien
dari level 3 (kadang-kadang c. Ajarkan cara cuci tangan
menunjukkan) ke level 5 (secara d. Anjurkan pengunjung untuk
konsisten menunjukkan) mencuci tangan pada saat
d. Memodifikasi gaya hidup untuk memasuki dan meninggalkan
mengurangi risiko ditingkatkan dari ruangan pasien
level 3 (kadang-kadang
menunjukkan) ke level 5 (secara
konsisten menunjukkan)
D. Evaluasi
Menurut Nursalam (2011) evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Evaluasi formatif
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai
dengan tujuan tercapai.
2. Evaluasi somatif
Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan
SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Hartanto, A. 2009. Deteksi dan Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta : Sagung
Seto Bulechek et al. (2016). Nursing Interventions Clasification. Ed 6.
Yogyakarta: ELSEVIER