Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


RUANG TERATAI 1 RS POLRI

KASUS CA. MAMMAE

Dosen Pembimbing:
Ns. Fiora Ladesvita, M.Kep., Sp. Kep. MB

Disusun Oleh:
Nur Aulia Fikri 2110721050

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2021
A. Konsep Dasar
1. Anatomi Fisiologi
Jaringan payudara di bentuk oleh gladula yang sifatnya yaitu
memproduksi sebuah air susu atau disebut juga dengan (lobulus) yaitu
yang biasanya dialirkan ke arah putting atau disebut (nipple) yaitu melalui
duktus. Struktur lainnya yaitu adalah sebuah jaringan lemak yang juga
merupakan sebuah komponen yang terbesar, dan connective tissue, dengan
pembuluh darah dan juga saluran yang beserta kelenjar limfatik. Maka
Setiap dari payudara itu akan mengandung kira-kira 15-20 lobus yang
dapat tersusun sirkuler. Pada Jaringan lemak (subcutaneous adipose tissue)
yaitu yang membungkus satu lobus dapat memberikan sebuah bentuk dan
ukuran dari payudara (Kirnantoro & Maryana, 2019).
Pada Tiap lobus itu juga terdiri dari beberapa lobules yang juga
merupakan tempat untuk produksi air susu yang berfungsi sebagai respon
dari suatu signal dan hormonal. Terdapat 3 macam jenis hormon yang bisa
mempengaruhi dari payudara yaitu yakni estrogen, progesterone, dan
prolactin., yang menyebabkan jaringan grandula payudara dan di uterus
terus mengalami banyak perubahan selama dalam menjalani siklus
menstruasi. dan Areola adalah hiperpigmentasi di sekitar nipple. Jaringan
pada payudara juga dapat didukung oleh sebuah ligamentum suspensorim
cooper.
Pada sebuah Ligament ini akan terus berjalan sepanjang jalur
parengkim dan juga dari fasia bagian dalam atau (deep fasia) dan akan
melekat ke bagian dermis. Jika ligamentum inimemendek oleh karena
infiltrasi sel kanker, akan menarik dermis yang memberikan gambaran
skin dampling. Tidak ada otot dalam payudara, tapi otot terletak dibawah
payudara dan menutup iga. Aliran darah ke arah kulit payudara itu
tergantung juga pada pleksus subdermal,juga beserta yang terhubung
dengan pembuluh darah yang sangat dalam atau bisa juga disebut dengan
(deeper vessel) fingsinya yang akan mensuplai aliran darah ke parengkim
payudara.
Suplai darah berasal dari:
a) Perforator dari arteri mamaria interna.
b) Arteri torakalis lateralis.
c) Arteri torakodorsalis.
d) Perforator arteri interkostalis.
e) Arteri torakoakromialis.
Innervasi sensori berasal dari cabang anterolateral dan anteromedial
nervus interkostalis T3-T5. Nervus supraklavikula atau yaitu yang berasal
juga dari pleksus servikalis dan akan juga mensarafi bagian paling atas dan
pada bagian lateral payudara. Para peneliti meyakini sensasi daerah nipple
berasal dari cabang cutaneous lateral T4. Pembuluh darah dari limfatik dan
dari kelenjar getah bening (kgb) dari glandula payudara dalah sangat
penting. Pembuluh limfatik ini akan berjalan-jalan di tepi bagian lateral di
muskulus pektoralis mayor dan akan bersatu dengan kgb pectoral, yang
akan selalu mengiringi pembuluh darah torakalis lateralis. Kelenjar getah
bening menyebar ke muskulus seratus anterior dari sini aliran limfatik
kemudian ke kgb aksila (mesenterika superior dan interpektoral). Jalur
limfatik drainage lainnya adalah melalu pektoralis mayor dekat garis
parasternal dan melalui intercostal space menuju kgb parasternal yang
terletak sepanjang pembuluh darah mammaria interna.

Gambar 1. Anatomi Payudara Wanita


Drainase limfatik dapat juga menuju kelenjar getah bening
supraklavikula melalui kelenjar getah bening mesenterika superior dan
melalui kelenjar getah bening infra klavikula. Terdapat juga jalur drainase
intramuscular yang melewati pektoralis mayor langsung ke kelenjar getah
bening. Disini termasuk kelenjar getah bening interpektoral (roternode)
yang terletak diantara dua otot dada yang mengalirkan ke deep kelenjar
getah bening (aksila) atau langsung ke apical axillary lymp nodes. Surgical
level (berg’s level) dari kelenjar getah bening payudara dikelompokkan ke
dalam tiga macam level.
a) Level 1 adalah sebuah kelompok besar kelenjar getah bening yang akan
selalu berada di leteral otot pektoralis atau minor yang akan terus
meliputi sekelompok kgb dari mammaria eksterna dan juga kelenjar
getah bening dari vena aksilaris.
b) Pada Level II dari kgb yang berada di dalam posterior pektoralis minor
yaitu yakni kgb sentral.
c) Dan pada Level III kelenjar getah bening yang berada di sebelah
pektoralis minor hingga sampai dengan pada ligamentum Halsted yaitu
sebuah kelompok dari kgb subklavikula.

2. Pengertian
Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya
pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut
untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan
langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel
ketempat yang jauh (metastasis) (Sitepu et al., 2021). Metasase bisa juga
terjadi yaitu pada sebuah kelenjar getah bening pada ketiak atau pun bisa
juga yaitu diatas tulang belikat. Selain itu pada sel-sel kanker juga bisa
bersarang di dalam tulang, bisa juga di paru-paru, di kulit dan di bawah
kulit dan kanker payudara merupakan sebuah penyakit yang bisa juga
disebabkan karna terjadiya pembelahan sebuah sel-sel di dalam tubuh
seseorang secara tidak teratur dan sehingga pada pertumbuhan sel juga
tidak dapat dikendalikan dan dia akan tumbuh menjadi sebuah benjolan
atau tumor (kanker) dari sel tersebut (Brunner & Suddarth, 2015).
Ca mamae adalah yaitu sekelompok sel yang tidak normal pada
sebuah payudara akan dan terus menerus tumbuh akan berupa ganda.
Metastase bisa juga terjadi pada sebuah kelenjar getah bening atau (limfe)
di ketiak ataupun bisa juga diatas tulang belikat. Selain itu kanker juga
akan bisa bersarang di dalam tulang, di paru-paru, di hati dan kulit
(Darwati et al., 2021)

3. Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara,
sebaliknya serangkaian factor genetic, hormonal dan kemungkinan
kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini. Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa.
Faktor-faktor risiko timbulnya Ca Mammae menurut (Brunner &
Suddarth, 2015), yaitu:
a) Usia
Risiko terjadinya kanker payudara meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Kebanyakan kasus kanker timbul pada wanita yang
berusia lebih dari 60 tahun.
Secara anatomi dan fingsional, payudara akan mengalami atrofi dengan
bertambahnya usia. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada
masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor
terjadi sebelum terjadinya perubahan klinis,
b) Genetik
Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga
langsung) dari wanita dengan kanker payudara. Risikonya meningkat
dua kali jika ibunya terkena kanker sebelum berusia 60 tahun, risiko
meningkat 4 sampai 6 kali jika kanker payudara terjadi pada dua orang
saudara langsung.
c) Menarke dini.
Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi sebelum usia 12 tahun.
d) Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama.
Wanita yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun
mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara
dibanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada
usia 20 tahun.
e) Menopause pada usia lanjut.
Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan risiko untuk
mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah
menjalani ooferoktomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai
risiko sepertiganya.
f) Riwayat penyakit payudara jinak.
Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel
proliferative mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami kanker
payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai risiko empat
kali lipat untuk mengalami penyakit ini.
g) Obesitas-risiko terendah diantara wanita pascamenopause.
Wanita gemuk yang didiaganosa penyakit ini mempunyai angka
kematian lebih tinggi yang paling sering berhubungan dengan diagnosis
yang lambat.
h) Kontrasepsi oral.
Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk
mengalami kanker payudara. Risiko tinggi ini menurun dengan cepat
setelah penghentian medikasi.
i) Terapi penggantian hormone.
Wanita yang berusia lebih tua yang menggunakan estrogen suplemen
dan menggunakannya untuk jangka panjang (lebih dari 10 sampai 15
tahun) dapat mengalami peningkatan risiko. Sementara penambahan
progesterone terhadap penggantian estrogen meningkatkan insidens
kanker endometrium, hal ini tidak menurunkan kanker payudara.
4. Patofisiologi + patoflow
Untuk dapat menegakkan diagnosa kanker dengan baik, terutama
untuk melakukan pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang
proses terjadinya kanker dan perubahan strukturnya. Tumor atau
neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri proliferasi
yang berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan
sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi
jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara
menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut
telah terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir
semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi
maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas di antara sel normal
(Riezma, 2015).
Sel kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan
permeabilitas kapiler akan terganggu sehingga sel kanker dapat
berkembang pada jaringan kulit. Sel kanker tersebut akan terus
menginfiltrasi jaringan kulit, menghambat dan merusak pembuluh darah
kapiler yang mensuplai darah ke jaringan kulit. Akibatnya jaringan dan
lapisan kulit akan mati (nekrosis) kemudian timbul luka kanker. Jaringan
nekrosis merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, baik
bakteri aerob atau anaerob. Bakteri tersebut akan menginfeksi dasar luka
kanker sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, sel kanker
dan proses infeksi itu sendiri akan merusak permeabilitas kapiler
kemudian menimbulkan cairan luka (eksudat) yang banyak.
Cairan yang banyak dapat menimbulkan iritasi sekitar luka dan juga
gatal-gatal. Pada jaringan yang rusak dan terjadi infeksi akan merangsang
pengeluaran reseptor nyeri sebagai respon tubuh secara fisiologis,
akibatnya timbul gejala nyeri yang hebat. Sel kanker itu sendiri juga
merupakan sel imatur yang bersifat rapuh dan merusak pembuluh darah
kapiler yang menyebabkan mudah pendarahan. Adanya luka kanker, bau
yang tidak sedap dan cairan yang banyak keluar akan menyebabkan
masalah psikologis pada pasien. Akhirnya, pasien cenderung merasa
rendah diri, mudah marah atau tersinggung, menarik dini dan membatasi
kegiatannya. Hal tersebut yang akan menurunkan kualitas hidup pasien
kanker (Masisake et al., 2018).
Patoflow
5. Maninfestasi klinik
Tanda Ca Mammae kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada
tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips.
Gejala carcinoma kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari
puting susu, puting eritemme, mengeras asimetik, inversi, gejala lain nyeri
tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase
(Nurarif & Kusuma, 2015). Beberapa gejala kanker payudara yang dapat
terasa dan terlihat cukup jelas menurut (Riezma, 2015) antara lain:
a. Munculnya benjolan pada payudara
Benjolan di payudara atau ketiak yang muncul setelah siklus menstruasi
seringkali menjadi gejala awal kanker payudara yang paling jelas.
Benjolan yang berhubungan dengan kanker payudara biasanya tidak
menimbulkan rasa sakit, meskipun kadang-kadang dapat menyebabkan
sensasi tajam pada beberapa penderita.
b. Munculnya benjolan di ketiak (aksila)
Kadang-kadang benjolan kecil dan keras muncul di ketiak dan bisa
menjadi tanda bahwa kanker payudara telah menyebar hingga kelenjar
getah bening. Benjolan ini terasa lunak, tetapi seringkali terasa
menyakitkan dan nyeri.
c. Perubahan bentuk dan ukuran payudara Bentuk dan ukuran salah satu
payudara mungkin terlihat berubah.
Bisa lebih kecil atau lebih besar daripada payudara sebelahnya. Bisa
juga terlihat turun
d. Keluarnya cairan dari puting (Nipple Discharge)
Jika puting susu ditekan, secara umum tubuh bereaksi dengan
mengeluarkan cairan. Namun, apabila cairan keluar tanpa menekan
putting susu, terjadi hanya pada salah satu payudara disertai darah atau
nanah berwarna kuning sampai kehijauan, mungkin itu merupakan
tanda kanker payudara.
e. Perubahan pada puting susu
Puting susu terasa seperti terbakar, gatal dan muncul luka yang
sulit/lama sembuh. Selain itu puting terlihat tertarik masuk ke dalam
(retraksi), berubah bentuk atau posisi, memerah atau berkerak. Kerak,
bisul atau sisik pada puting susu mungkin merupakan tanda dari
beberapa jenis kanker payudara yang jarang terjadi.
f. Kulit payudara berkerut
Muncul kerutan-kerutan seperti jeruk purut pada kulit payudara. Selain
itu kulit payudara terlihat memerah dan terasa panas.
g. Tanda-tanda kanker telah menyebar
Pada stadium lanjut bisa timbul tanda-tanda dan gejala yang
menunjukkan bahwa kanker telah tumbuh membesar atau menyebar ke
bagian lain dari tubuh lainnya. Tanda-tanda yang muncul seperti nyeri
tulang, pembengkakan lengan atau luka pada kulit, penumpukan cairan
disekitar paru-paru (efusi pleura), mual, kehilangan nafsu makan,
penurunan berat badan, penyakit kuning, sesak napas, atau penglihatan
ganda.

6. Stadium Ca Mammae
Stadium kanker menurut Pudiastuti (2011 dalam Laksono, 2018) antara
lain:
a) Stadium 0: kanker insitu dimana sel kanker berada pada tempatnya
didalam jaringan payudara normal.
b) Stadium I: tumor dengan garis tengah kurang 2 cm dan belum
menyebar ke luar payudara.
c) Stadium IIA: tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang
2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
d) Stadium IIB: tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan
belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan
garis tengah 2- 5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening
ketiak.
e) Stadium IIIA: tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah
menyebar kekelenjar getahbening ketiak disertai perlengketan satu
sama lain atau perlengketan ke struktur lainnya

7. Komplikasi
Carcinoma Mammae bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh,
carcinoma mammae bermetastase dengan penyebaran langsung ke
jaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran
darah.Tempat yang paling sering untuk metastase yang jauh atau sistemik
adalah paru paru, pleura, tulang (terutama tengkorak, vertebra dan
panggul), adrenal dan hati (Irianto, 2015 dalam Laksono, 2018).

8. Penatalaksanaan Medis
Menurut Martin dan (Griffin, 2014 dalam Winarti, 2018),
penatalaksanaan carcinoma mammae dilakukan mastektomi. Mastektomi
adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat payudara, tipe-tipe
mastektomi antara lain:
a. Mastektomi radikal luas, pembedahan yang dilakukan untuk
mengangkat payudara di tambah eksisi kelenjar limfe mammae
internal, beberapa bagian rusuk harus diangkat untuk mencapai kelenjar
mammae internal.
b. Mastektomi radikal (haistedclasic).
Melalui insisi vertikal, seluruh payudara diangkat dengan batas kulit
yang bermakna disekitar puting, areola, dan tumor. Otot pektoralis
mayor dan minor diangkat, vena aksila dipotong, dalam pembedahan
kulit yang tipis ditinggalkan.
c. Mastektomi radikal modifikasi.
Seluruh payudara dan sebagian besar kelenjar limfe pada aksila
diangkat, vena aksila dipotong, otot pektoralis dipertahankan.
d. Mastektomi sederhana (total).
Seluruh payudara diangkat, tetapi kelenjar aksila dan otot pektoralis
tidak, apabila kanker telah menyebar, aksila diradiasi atau dilakukan
mastektomi radikal
e. Mastektomi sebagian (reseksi segmen, reseksi potongan).
Tumor dan besar segmen di sekitar jaringan payudara, dibawah fasia,
dan kulit di atasnya diangkat biasanya sekitar sepertiga payudara.
f. Lumpektomi, tilektomi atau eksisi lokal.
Tumor berukuran 3 cm sampai 5 cm jaringan pada kedua sisi diangkat,
memepertahankan jaringan dan kulit payudara lainnya.
g. Mastektomi subkutan Jaringan payudara, termasuk kedua aksila,
diangkat melalui insisi di bawah payudara. Semua kulit payudara,
termasuk puting dan areola serta tonjolan jaringankecil di bawah
puting, dibiarkan ditempatnya. Implan silikon disisipkan, baik pada saat
pembedahan awal atau beberapa bulan sesudahnya.

Menurut Riezma (2015) penatalaksanaan carcinoma mammae antara lain:


a. Radioterapi
Radioterapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan
membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi.
Tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi
lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara
menghitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat
dari radiasi, pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan
lumpektomi atau mastektomi.
b. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker
dalam bentuk pil, kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh
sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan
kanker yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya,
dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah
serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada
saat kemoterapi.
c. Terapi Hormonal
Terapi ini biasa disebut terapi anti-estrogen yang sistem kerjannya
memblok kemampuan estrogen dalam menstimulus perkembangan
carcinoma mammae

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pertama dalam proses keperawatan,
pengkajian merupakan metode penggalian informasi atau data yang
dibutuhkan untuk menentukan diagnosa dan intervensi keperawatan.
Menurut (Brunner & Suddarth, 2015) dibawah ini merupakan hal-hal yang
harus dikaji dalam pasien carcinoma mammae :
a) Identitas Pasien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku, bangsa,
agama, status perkawinan, alamat, nomor rekam medis, tanggal masuk
dan penanggung jawab.
b) Keluhan Utama
Ungkapan keluhan apa yang dirasakan oleh pasien saat itu. Bahwa
pasien dengan carcinoma mammae biasanya mengalami resiko infeksi
dikarenakan luka post op mastektomi
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pasien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah,
mengeras, bengkak, dan nyeri.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat carcinoma mammae sebelumnya atau ada kelainan
pada payudara.
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami carcinoma mammae atau penyakit
kanker lainnya.
f) Genogram
Merupakan gambaran silsilah keluarga mulai dari tiga keturunan.
g) Riwayat alergi
Menggambarkan apakah pasien mempunyai riwayat alergi makanan
maupun obat.
h) Observasi Dan Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital diukur untuk menentukan status kesehatan
pasien untuk menguji respon pasien terhadap stress fisiologis atau
psikologi terhadap terapi medik
2) Kepala dan Wajah
• Inspeksi: Lihat apakah kulit kepala dan wajah terdapat lesi atau
tidak, apakah ada edema atau tidak. Pada rambut terlihat kotor,
kusam dan kering. Lihat apakah wajah simetris atau tidak.
• Palpasi: Raba dan tentukan ada benjolan atau tidak di kepala,
tekstur kulit kasar/halus, ada nyeri tekan atau tidak dan raba juga
apakah rambut halus/kasar maupun adanya kerontokan
3) Penglihatan
• Inspeksi: Lihat bentuk mata simetris atau tidak, apakah ada lesi
dikelopak mata. Pada pemeriksaan mata terdapat konjungtiva
yang tampak anemis disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat,
amati reaksi pupil terhadap cahaya isokor/anisokor dan amati
sklera ikterus/tidak.
• Palpasi: Raba apakah ada tekanan intra okuler dengan cara
ditekan ringan jika ada peningkatan akan teraba keras, kaji
apakah ada nyeri tekan pada mata.
4) Pernafasan
• Inpeksi: terjadi peningkatan frekuensi pernafasan yang disertai
penggunaan otot bantu pernafasan. Gerakan pernafasan ekpansi
dada yang simetris (pergerakan dada yang tertinggal pada sisi
yang sakit).
• Palpasi: pendorongan mediastinum kearah hemithoraks
kontralateral yang diketahui dari posisi trakea dan ictus cordis.
Taktil fremitus menurun terutama pada pasien yang mengalami
komplikasi pada pleura. Disamping itu, pada palpasi juga
ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada
yang sakit.
• Perkusi: suara perkusi redup hingga pekak tergantung dari
jumlah cairannya.
• Auskultasi: terdapat suara nafas menurun sampai menghilang
pada sisi yang sakit.
5) Telinga
• Inspeksi: Cek apakah telinga simetris/tidak, terdapat lesi/tidak,
melihat kebersihan telinga dengan adanya serumen/tidak.
• Palpasi: Adanya nyeri tekan pada telinga atau tida
6) Leher
• Inspeksi: Mengamati adanya bekas luka, kesimetrisan, ataupun
massa yang abnormal
• Palpasi: Mengkaji adakah pembesaran vena jugularis, kelenjar
getah bening dan kelenjar tiroid
7) Payudara
• Inspeksi: Biasanya ada benjolan yang menekan payudara,
adanya ulkus dan berwarna merah, keluar cairan dari puttng.
Serta payudara mengerut seperti kulit jeruk.
• Palpasi: Teraba benjolan payudara yang menegeras dan teraba
pembengkakakan, teraba pembesaran kelenjar getah bening
diketiak atau timbul benjilan kecil di bawah ketiak. Dan pada
penederita Ca Mammae yang sudah parah akan terdapat cairan
yang keluar dari puting ketika ditekan.
8) Paru-paru
1. Inspeksi
• Pada stadium 1: Biasanya bentuk dada klien tidak simetris
kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan pada
payudara,dengan ukuran 1-2 cm.
• Pada stadium 2: Biasanya bentuk dada klien tidak simetris
kiri dan kanan yang juga disebabkan payudara dengan
ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.
• Pada stadium 3A: Biasanya dada klien juga tidak simetris
kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan tumor
yang sudah meluas dalam payudara besar tumor 5-10 cm.
• Pada stadium 3B: Bentuk dada juga tidak simetris kiri dan
kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan kanker
sudah melebar ke seluruh bagian payudara,bahkan mencapai
kulit, dinding dada,tulang rusuk,dan otot dada.
• Pada stadium 4 : Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan
yang disebabkan oleh pembengkakan dan mestastase jauh
keorgan lain seperti paru-paru.
2. Palpasi
• Pada stadium 1: Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri
dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain
• Pada stadium 2: Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri
dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain
• Pada stadium 3A: Biasanya taktil fremitus pada paru paru
kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan
lain
• Pada stadium 3B: Biasanya taktil fremitus pada paru paru
kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan
lain seperti tulang rusuk, dinding dada dan otot dada.
• Pada stadium 4: Biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang
juga disebabkan oleh karena kanker sudah metastase ke
organ yang lebih jauh seperti paru-paru sehingga
mengakibatkan paru-paru mengalami kerusakan dan tidak
mampu melakukan fungsiny
3. Perkusi
• Pada stadium 1: Biasanya akan terdengar sonor pada
lapangan paru-paru klien.
• Pada stadium 2: Biasanya akan terdengar sonor pada
lapangan paru-paru klien karena kanker belum mengalami
metastase.
• Pada stadium 3A: Masih akan terdengar sonor pada
lapangan paru karena kanker belum metastase.
• Pada stadium 3B: Biasanya terdengar bunyi redup yang
dapat di temukan pada infiltrate paru dimana parenkim paru
lebih padat / mengadung sedikit udara dan bunyi pekak pada
paru-paru pasien yang disebabkan pada paru paru pasien
didapatkan berisi cairan disebut pleura jika kanker telah
bermetastase pada organ paru.
• Pada stadium 4: Biasanya akan terdengar pekak pada paru-
paru pasien yang disebabkan pada paru-paru pasien
didapatkanberisi cairan yang disebut dengan efusi pleura
akibat metastase dari kanker payudara yang berlanjut,dan
nafas akan terasa sesak.
4. Auskultasi
• Pada stadium 1: Biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi
hampir terdengar seluruh lapangan paru dan inspirasi lebih
panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi.
suara nafas tambahan tidak ada, seprti ronchi (-) dan
wheezing (-)
• Pada stadium 2: Biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler
(bunyi hampir seluruh lapangan paru dan inspirasi lebih
panjang lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi.
Biasanya buni nafas klien juga dapat terdengar
bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan
tidak ada, seperti ronchi (-) dan wheezing (-) (3)
• Pada stadium 3 A: Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler
(bunyi hampir seluruh lapangan paru dan inspirasi yang
lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari
ekspirasi, dan bronkovesikuler yaitu pada daerah
suprasternal, interscapula: campuran antara element
vaskuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada,
seperti: Ronchi (+) dan wheezing (-)
• Pada stadium 3B : Biasanya nafas klien bisa terdengar
bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras nadanya
lebih tinggi dari pada inspirasi dan terdengar dan terdapat
suara nafas tambahan seperti: Ronchi dan Wheezing ini
disebabkan oleh kanker sudah menyebar ke seluruh bagian
payudara, dan mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan
otot dada sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan
ekspansi paru dan compressive atelectasis
• Pada stadium 4: Biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar
bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya
lebih tinggi, dari pada inspirasi dan terdengar. Dan terdapat
suara tambahan seperti: Ronchi dan wheezing. Ini
disebabkan oleh kanker metastase ke bagian tubuh lainnya
seperti paru-paru sehingga mengakibatkan terjadinya
penurunan ekspansi paru dan compressive atelektasis
sehingga terjadi penumpukan secret pada daerah lobus paru
9) Kardiovaskuler
Keadaan umum baik
10) Perkemihan
Perubahan eliminasi urinarius, hematuria (sering berkemih),
eliminasi urin 6-7x/hari.
11) Pencernaan
Pasien biasanya akan mengalami mual muntah, lama flatus dan
distensi abdomen.
12) Integumen
Terdapat luka operasi pada pasien post operasi.
13) System Reproduksi dan Genitalia
Faktor reproduksi dan hormonal juga berperan besar menimbulkan
kelainan pada carcinoma mammae.Usia menarce yang lebih dini
yakni dibawah 12 tahun meningkatkan risiko carcinoma mammae
sedangkan usia menopause yang lebih lambat juga meningkatkan
risiko carcinoma mammae. Tidak ada gangguan pada sistem
reproduksi dan genetalia
14) Ekstermitas
• Inspeksi Mengkaji kesimetrisan dan pergerakan ekstremitas
atas dan bawah, lihat ada tidaknya lesi, lihat ada tidaknya
cyanosis, periksa kekuatan otot lemah/kuat
• Palpasi Mengkaji bila terjadi pembengkakan pada ekstremitas
atas maupun bawah.
d. Status Psikososial
Respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-hari. Pada penderita kanker payudara akan
terjadi perubahan tubuh sejak kanker mulai menyebar pada tubuh,
menyebabkan perubahan persepsi sehingga pasien harus beradaptasi
dari sisi fisiologis dan psikososial baik konsep diri, peran fungsi dan
interdependensi

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan carcinoma
mammae menurut Brunner & Suddarth (2013) yang dikonversikan ke
(SDKI, 2017) adalah sebagai berikut:
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah.
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan atau perubahan
payudara
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan ruang
gerak.
d. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan karena destruksi jaringan oleh massa tumor.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan yang
berhubungan dengan kurang terpajan dan salah interpretasi informasi.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
g. Cemas berhubungan dengan krisis situasi
h. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nutrisi yang masuk ke tubuh tidak bisa digunakan optimal oleh
tubuh, intake tidak adekuat dan mual (kemoterapi).

3. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan merupakan tindakan yang harus dilakukan
perawat untuk membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan.
Perencanaan keperawatan pada pasien carcinoma mammae dengan
masalah resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif,
menurut Brunner & Suddarth (2013) yang dikonversikan ke (SDKI, 2017):
• Tujuan:
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) (SDKI, 2017):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
pasien mampu kontrol risiko dengan kriteria hasil:
a) Tidak pernah menunjukan tanda dan gejala infeksi (rubor, calor,
dolor, tumor, dan fungsiolaesa)
b) Kemampuan modifikasi gaya hidup
c) Kemampuan mengenali perubahan status kesehatan
• Rencana tindakan: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
(SDKI, 2017):
a) Pencegahan infeksi
1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik (rubor,
calor, dolor, tumor, fungsiolaesa)
2) Batasi jumlah pengunjung
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
4) Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
5) Libatkan keluarga dalam perawatan pada pasien carcinoma
mammae. Peran keluarga pada penderita carcinoma mammae
yaitu sebagai pendorong, keluarga harus mampu memberikan
motivasi, semangat dan membantu secara finansial serta selalu
mendampingi sehingga anggota keluarga yang sakitcarcinoma
mammae dapat menjalani pengobatan dengan antusias dan
tidak terganggu emosi serta psikologi akibat merasa
terkucilkan maupun memikirkan beban administrasi
pengobatan
6) Jelaskan tanda dan gejala infeksi g) Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
7) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
8) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
9) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
10) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu.

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah tindakan yang dilakukan sesuai dalam rencana
keperawatan, dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi
keperawatan menurut Tarwoto dan Wartonah (2015) yaitu:
a. Tindakan Independen
Tindakan Independen atau tindakan mandiri keperawatan merupakan
tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat tanpa arahan atau
perintah dari tenaga kesehatan lainnya. Tindakan mandiri perawat pada
pasien carcinoma mammae antara lain monitor tanda-tanda infeksi,
monitor tanda-tanda vital.
b. Tindakan Interdependen
Tindakan Interdependen adalah tindakan kolaborasi tim keperawatan
atau tim kesehatan lain seperti dokter, misalnya dalam pemberian obat
antibiotik dan tindakan pembedahan pada pasien carcinoma mammae.
c. Tindakan Dependen
Tindakan Dependen merupakan tindakan rujukan atau delegasi dari
tim kesehatan lain seperti fisioterapi, psikolog dan ahli gizi. Tindakan
dependen pada pasien carcinoma mammae antara lain menggunakan
electrotherapeutic atau manual terapi yang bertujuan untuk
mengurangi nyeri
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir proses keperawatan
didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan
keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahn perilaku
dari criteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu
(Nursalam, 2011). Evaluasi ini sangat penting karena manakala setelah
dievaluasi ternyata tujuan tidak tercapai atau tercapai sebagian, maka
harus di reassesment kembali kenapa tujuan tidak tercapai. Dalam evaluasi
menggunakan metode SOAP (subyektif, obyektif, assessment, planning).
Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (12th ed.).
EGC.

Darwati, L., Nikmah, K., & Aziz, M. N. A. (2021). Sosialisasi SADARI


(Pemeriksaan Payudara Sendiri) sebagai upaya awal pencegahan Ca Mamae.
Journal of Community Engagement in Health, 4(2), 325–331.
https://doi.org/10.30994/jceh.v4i2.236

Kemenkes RI. (2020). Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor


hk.01.07/menkes/328/2020 tentang panduan pencegahan dan pengendalian.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan Dan
Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), 2019.

Kirnantoro, & Maryana. (2019). Anatomi Fisiologi. Pustala Baru.

Laksono. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny.E dengan Karsinoma Mammae di


RSUD Kota Yogyakarta.

Masisake, J., Rompas, S., & Kundre, R. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Harga Diri Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi di
Ruang Delima RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.

Nursalam. (2011). Proses dan Pendokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik.


Jakarta: Salemba Medika.

Rahman, M., Haryanto, T., & Ardiyani, V. (2018). Hubungan Antara Pelaksanaan
Prosedur Pencegahan Infeksi pada Pasien Post Operasi dengan Proses
Penyembuhan Luka di Rumah Sakit Islam Unisma Malang.

Riezma, P. S. (2015). Buku Lengkap Kanker Payudara. Laksana.

SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) : Definisi dan


Indikator Diagnostik (III). DPP PPNI.

Sitepu, K., Arianto, A., Br Ginting, L. R., & Damanik, H. D. (2021). Tindakan
Kemoterapi Dengan Tingkat Kecemasan Pada Klien Kanker Di Rumah Sakit
Grandmed Lubuk Pakam Tahun 2021. Jurnal Pengmas Kestra (Jpk), 1(1),
180–185. https://doi.org/10.35451/jpk.v1i1.767

Winarti, T. (2018). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Carcinoma Mammae di


Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Waha Sjahranie Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai