Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS KISTA OVARIUM
DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL
RS POLRI SUKAMTO

Dosen Pembimbing: Ns. Mareta Dea Rosaline, S. Kep., M. Kep.

Disusun Oleh:

Sitti Latifah Faradiba Suaidy

2110721111

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii


BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian ............................................................................................ 3
2.2 Anatomi dan Fisiologi Ovarium........................................................... 4
2.3 Sifat Kista............................................................................................. 6
2.4 Etiologi ................................................................................................ 7
2.5 Manifestasi Klinis ................................................................................ 8
2.6 Klasifikasi............................................................................................. 9
2.7 Patofisiologi ......................................................................................... 13
2.8 Pathway................................................................................................. 15
2.9 Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 16
2.10 Penatalaksanaan.................................................................................. 16
2.11 Komplikasi ......................................................................................... 16
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KISTA OVARIUM
3.1 Pengkajian Keperawatan ..................................................................... 20
3.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................... 21
3.3 Intervensi Keperawatan........................................................................ 21
3.4 Implementasi Keperawatan.................................................................. 24
3.5 Evaluasi Keperawatan.......................................................................... 24
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................... 25
4.2 Saran..................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ovarium mempunyai fungsi yang sangat krusial pada reproduksi dan
menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang
paling sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan
kanker ovarium. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit
reproduksi yang banyak menyerang wanita.
Kista adalah pertumbuhan berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh
dibagian tubuh tertentu. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi
cairan atau materi semisolid yang tumbuh dalam ovarium. Sebagian besar
kista tidak menimbulkan gejala yang nyata, namun sebagian lagi
menimbulkan masalah seperti rasa sakit dan perdarahan. Bahkan kista
ovarium yang malignan tidak menimbulkan gejala pada stadium awal,
sehingga sering ditemukan dalam stadium yang lanjut. Komplikasi yang
paling sering dan paling serius pada kista ovarium yang terjadi dalam
kehamilan adalah peristiwa torsio atau terpeluntir. Ada beberapa kista yang
dapat menjadi ganas, dengan risiko terjadinya karsinoma terutama pada
wanita wanita yang mulai menopause.
Keganasan ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan
penyebab kematian oleh karena keganasan ginekologi. Insidensi keganasan
ovarium memiliki variasi yang luas rerata tertinggi terdapat di Negara
Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000 populasi). Di Amerika, insidensi
keganasan ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000 populasi pada
tahun 1988 sampai 1991. Penatalaksanaan kista ovarium didasarkan pada
jenis kista tersebut. Jadi tidak semua kista ovarium ditatalaksanai melalui
pembedahan, apalagi ternyata kista tersebut dapat resolusi spontan. Namun,
sebagian besar memerlukan pembedahan untuk mengangkat kista tersebut.
Penanganannya melibatkan keputusan yang sukar dan dapat mempengaruhi
status hormonal dan fertilitas seorang wanita.

1
1.2. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan
perioperatif pada pasien dengan kista ovarium dan dapat
mengaplikasikannya dalam lingkup keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian kista ovarium
b. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi ovarium
c. Untuk mengetahui sifat kista ovarium
d. Untuk mengetahui etiologi kista ovarium
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis kista ovarium
f. Untuk mrngetahui klasifikasi kista ovarium
g. Untuk mengetahui patofisiologi kista ovarium
h. Untuk mengetahui pathway kista ovarium
i. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang kista ovarium
j. Untuk mengetahui penatalaksanaan kista ovarium
k. Untuk mengetahui komplikasi kista ovarium

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus selaput semacam jaringan.
Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan
tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak
relatif mudah diangkat dengan jalan pembedahan, dan tidak membahayakan
kesehatan penderitanya.
Secara harfiah, tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam
tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan
setempat pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya.
Istilah neoplasma pada dasarnya memiliki makna sama dengan tumor.
Keganasan merujuk kepada segala penyakit yang ditandai hiperplasia sel
ganas.
Kista ovarium adalah kantong berisi cairan seperti balon, yang berada di
dalam atau di permukaan ovarium (indung telur).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada
ovarium yang membentuk seperti kantong.
Kista ovarium merupakan tumor jinak berupa kantong abnormal berisi
cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam ovarium.

Gambar 1: Kista Ovarium

3
2.2. Anatomi dan Fisiologi Ovarium
Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri dengan
mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum kiri dan kanan.
Ovarium berukuran sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira- kira 4
cm, lebar dan tebal kira- kira 1,5 cm. Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan
dengan mesovarium tempat ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan
serabut-serabut saraf untuk ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Permukaan
belakangnya ke atas dan belakang, sedangkan permukaan depannya ke bawah dan
depan. Ujung yang dekat dengan tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang
dekat dengan uterus, dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari
infundibulum. Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus
dengan ligamentum ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang
menjadi satu dengan yang ada di ligamentum rotundum. Embriologik kedua
ligamentum berasal dari gubernakulum. Struktur ovarium terdiri atas :
1. Korteks ovarium ; terletak di sebelah luar yang diliputi oleh epitelium
germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta
folikel- folikel primordial
2. Medulla ; terletak di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma
dengan pembuluh- pembuluh darah, serabut – serabut saraf dan sedikit
otot polos.
Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap
bulan satu folikel akan keluar, kadang- kadang dua folikel yang dalam
perkembangannya akan menjadi folikel de Graff. Folikel – folikel ini merupakan
bagian terpenting dari ovarium dan dapat dilihat di korteks ovarii dalam letak
yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat- tingkat perkembangan dari satu sel
telur dikelilingi oleh satu lapisan sel- sel saja sampai menjadi folikel de Graff
yang matang terisi dengan likour folikulli, mengandung estrogen dan siap untuk
berovulasi. Folikel de Graff yang matang terdiri atas :
1. Ovum ; yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm yang mempunyai
nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus
pula

4
2. Stratum granulosum yang terdiri atas sel- sel granulisa, yakni sel- sel bulat
kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum ; pada
perkembangan lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu rongga terisi likour
folikuli
3. Teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan
sel- sel yang lebih kecil daripada sel granulosa
4. Teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak
Pada ovulasi, folikel yang matang dan yang mendekati permukaan ovarium
pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel- sel granulosa yang melekat
pada ovum yang membentuk korona radiata bersama- sama ovum ikut dilepas.
Sebelum dilepas, ovum mulai mengalami pematangan dalam dua tahap sebagai
persiapan untuk dapat dibuahi. Setelah ovulasi, sel- sel stratum granulosum di
ovarium mulai berproliferasi dan masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan
likour folikuli. Demikian pula jaringan ikat dan pembuluh- pembuluh darah kecil
yang ada di situ. Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang menyebabkan bekas
folikel diberi nama korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya sebentar. Di
dalam sel- selnya timbul pigmen kuning, dan korpus rubrum menjadi korpus
luteum. Sel- selnya membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapiler dan
jaringan ikat diantaranya.
Di tengah- tengah masih terdapat bekas perdarahan. Jika tidak ada
pembuahan ovum, sel- sel yang besar serta mengandung lutein mengecil dan
menjadi atrofik, sedangkan jaringan ikatnya bertambah. Korpus luteum lambat
laun menjadi korpus albikans. Jika pembuahan terjadi, korpus luteum tetap ada,
malahan menjadi lebih besar, sehingga mempunyai diameter 2,5 cm pada
kehamilan 4 bulan.

5
Gambar 2 : Anatomi ovarium

2.3. Sifat Kista

1. Kista Fisiologis
Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan
folikelnya berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya
kista tersebut berukuran dibawah 4 cm, dapat dideteksi dengan
menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang.
Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak
berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati
apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak. Kista yang
bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena
masih mengalami menstruasi. Biasanya kista fisiologis tidak
menimbuklkan nyeri pada saat haid. Beberapa jenis kista fisiologis
diantaranya adalah kista korpus luteal, kista folikular, kista teka-
lutein.
2. Kista Patologis
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker
ovarium.Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak
dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi karena
penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa gejala dan tanpa

6
menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga
60-70% pasien datang pada stadium lanjut, penyakit ini disebut
juga sebagai silent killer. Angka kematian penyakit ini di Indonesia
belum diketahui dengan pasti. Pada kista patologis, pembesaran
bisa terjadi relatif cepat, yang kadang tidak disadari
penderita.Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti
penyakit umumnya.Itu sebabnya diagnosa agak sulit
dilakukan.Gejala gejala seperti perut yang agak membuncit serta
bagian bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan
saat ukuranya sudah cukup besar. Jika sudah demikian biasanya
perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui proses laparoskopi.
Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada
yang bersifat jinak dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot
dan benjolan yang tidak menyebar. Meski jinak kista ini dapat
berubah menjadi ganas. Tetapi sampai saat ini, belum diketahui
dengan pasti penyebab perubahan sifat tersebut. Kista ganas yang
mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan dinding sel tebal
dan tidak teratur. Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi
cairan, kista abnormal memperlihatkan campuran cairan dan
jaringan solid dan dapat bersifat ganas.

2.4. Etiologi

Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan


hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri. Kista ovarium
timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.
Faktor resiko terjadinya kista ovarium.
a. Riwayat kista ovarium sebelumnya
b. Siklus menstruasi yang tidak teratur
c. Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas
d. Menstruasi dini
e. Tingkat kesuburan

7
f. Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang
g. Terapi tamosifen pada kanker mamma
Sedangkan pada tumor padat, etiologi pasti belum diketahui, diduga akibat
abnormalitas pertumbuhan sel embrional, atau sifat genetis kanker yang tercetus
oleh radikal bebas atau bahan bahan karsinogenik.

2.5. Manifestasi Klinis

Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam


waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik antara
lain:

1. Stadium Awal

a. Gangguan haid/nyeri saat menstruasi


b. Siklus menstruasi tidak teratur/bisa juga jumlah darah yang keluar banyak
c. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih, terkadang disertai nyeri saat BAB/BAK.
d. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan
nyeri spontan dan sakit di perut.
e. Nyeri saat bersenggama.
f. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.

2. Stadium Lanjut

a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga perut
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

8
2.6. Klasifikasi

1. Kista Ovarium Non-Neoplastik


a. Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi,
namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel
primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak
mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi
kista.bisa di dapati satu kista atau beberapa dan besarnya biasanya
berdiameter 1-1 ½cm. Dalam menangani tumor ovarium timbul persoalan
apakah tumor yang dihadapi itu neoplasma atau kista folikel. Umumnya
jika diameter tumor tidak lebih dari 5 cm, dapat di tunggu dahulu karena
kista folikel dalam 2 bulan akan hilang sendiri.

Gambar 3 : Kista Folikel

b. Kista Korpus Lutein


Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan
menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum akan
mempertahankan diri (korpus luteum persisten); perdarahan yang terjadi di
dalamnya akan menyebabkan kista, berisi cairan berwarna merah coklat
karena darah tua. Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberi
gambaran yang khas.Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning,
terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka.Penanganan kista
luteum ini menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal ini dilakukan

9
operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu,kista korpus luteum
diangkat tanpa mengorbankan ovarium.

Gambar 4 : Kista Korpus Luteal

c. Kista Teka Lutein


Kista biasanya bilateral dan sebesar tinju. Pada pemeriksaan
mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka.Tumbuhnya kista ini ialah
akibat pengaruh hormone koriogonadrotropin yang berlebihan. Kista
granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur yang
fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh
penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus
menstruasi. Kista teka-lutein biasanya berisi cairan bening, berwarna
seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari growth indung
telur, serta terapi hormon.

Gambar 5 : Kista Teka Lutein

d. Kista Inklusi Germinal

10
Terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian terkecil dari
epitel germinativum pada permukaan ovarium. Biasanya terjadi pada
wanita usia lanjut dan besarnya jarang melebihi 1 cm. Kista terletak di
bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel
kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serous.

Gambar 6 : Kista Inklusi Germinal

2. Tumor Neoplastik Jinak

a. Kistadenoma Ovarii Serosum


Kista ini ditemukan dalam frekwensi yang hampir sama
dengan kistadenoma musinosum dan dijumpai pada golongan
umur yang sama. Kista ini sering ditemukan bilateral (10-20%)
daripada kistadenoma musinosum. Tumor serosa dapat membesar
sehingga memenuhi ruang abnomen, tetapi lebih kecil dibanding
dengan ukuran kistadenoma musinosum. Permukaan tumor
biasanya licin, tetapi dapat juga lobulated karena kista serosum
pun dapat berbentuk multikolur, meskipun lazimnya berongga
satu. Warna kista putih keabuan. Ciri khas dari kista ini adalah
potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%
dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair,
kuning dan kadang-kadang coklat karena bercampur darah. Tidak
jarang, kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papiloma)

11
Gambar 7 : Kista Ovarium Serosum
b. Kista Endometroid
Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya
terlepas sewaktu haid dan terlihat keluar dari kemaluan seperti
darah); tidak terletak dalam rahim tetapi melekat pada dinding
luar ovarium. Akibat peristiwa ini setiap kali haid, lapisan
tersebut menghasilkan darah haid yang akan terus menerus
tertimbun dan menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung
telur. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama sewaktu haid/
sexual intercourse.

Gambar 8 :Kista Endometroid

c. Kista Dermoid
Tumor ini merupakan 10% dan seluruh neoplasma ovarium
yang kistik,  dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih
muda. 25% dari  semua kista dermoid bilateral, lazimnya
dijumpai pada masa reproduksi walaupun dapat ditemukan pada
anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran sangat besar,
sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram. Pada kista
dermoid dapat terjadi torsio tangkai dengan gejala nyeri
mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan terjadinya
sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam
rongga   peritoneum.Perubahan keganasan dari kista sangat
jarang, hanya 1,5% dari semua kista dermoid dan biasanya pada
wanita lewat menopause.

12
Gambar 9 : Kista Dermoid

2.7. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit,
korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif.
Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang
berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak.
Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista
theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk
FSH dan HCG.
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia
tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan
kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, hcg menyebabkan
kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas,
induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau
terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi
ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia

13
yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh
ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada
sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan
multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.

14
2.8. Pathway

2.9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang umum digunakan adalah :


1. Ultrasonografi (USG)
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan kista,
membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau
padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis apakah tumor
tersebut bersifat jinak atau ganas.Berikut pemeriksaan yang umum dilakukan
untuk mendiagnosis kista ovarium.
 Pemeriksaan Beta-HCG Pemeriksaan ini
digunakan untuk screening awal apakah wanita tersebut hamil atau
tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan kemungkinan kehamilan
ektopik.
 Pemeriksaan Darah Lengkap Untuk sebuah
penyakit keganasan, dapat diperkirakan melalui LED. Parameter lain
seperti leukosit, HB, HT juga dapat membantu pemeriksa menilai
keadaan pasien.
 Urinalisis Urinalisis penting untuk mencari
apakah ada kemungkinan lain, baik batu saluran kemih, atau infeksi
dan untuk menyingkirkan diagnosis banding.
 Pemeriksaan Tumor Marker Tumor marker
spesifik pada kegana.
3. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari tumor
ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan proses operasi,
kemudian sampel difiksasi dan diperiksa dibawah mikroskop.

15
2.10. Penatalaksanaan

1. Observasi dan Manajemen Gejala

Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama 1-2
bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu
atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas. Apabila
terdapat nyeri, maka dapat diberikan obat-obatan simptomatik seperti penghilang
nyeri NSAID.

2. Operasi

Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni dilakukan


pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi. Biasanya kista
yang ganas tumbuh dengan cepat dan pasien mengalami penurunan berat badan
yang signifikan. Akan tetapi kepastian suatu kista itu bersifat jinak atau ganas jika
telah dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi setelah dilakukan pengangkatan
kista itu sendiri melalui operasi. Biasanya untuk laparoskopi diperbolehkan
pulang pada hari ke-3 atau ke-4, sedangkan untuk laparotomi diperbolehkan
pulang pada hari ke-8 atau ke-9. Indikasi umum operasi pada tumor ovarium
melalui screening USG umumnya dilakukan apabila besar tumor melebihi 5cm
baik dengan gejala maupun tanpa gejala. Hal tersebut diikuti dengan pemeriksaan
patologi anatomi untuk memastikan keganasan sel dari tumor tersebut.

2.11. Komplikasi

Kista ovarium yang besar bisa mengakibatkan ketidaknyamanan pada


ovarium. Jika kista yang besar menekan kandung kemih akan mangakibatkan
seseorang menjadi sering berkemih karena kapasitas kandung kemih menjadi
berkurang. Beberapa wanita dengan kista ovarium tidak menimbulkan keluhan,

16
tapi dokterlah yang menemukan pada pemeriksaan pelvis. Masa kista ovarium
yang berkembang setelah menopause mungkin akan menjadi suatu keganasan
(kanker).

Beberapa komplikasi dari kista ovarium antara lain:

1. Torsio Kista Ovarium. Komplikasi kista ovarium bisa berat. Komplikasi


paling sering dan paling berbahaya adalah torsio dari kista ovarium yang
merupakan kegawatdaruratan medis yang menyebabkan tuba falopi
berotasi, situasi ini bisa menyebabkan nekrosis. Kondisi ini sering
menyebabkan infertilitas. Manifestasi dari torsio kista ovarium adalah
nyeri perut unilateral yang biasanya menyebar turun ke kaki. Pada kondisi
ini pasien harus segera di bawa ke rumah sakit. Jika pembedahan selesai
pada 6 jam pertama setelah onset krisis, intervensi pada kista torsio bisa
dilakukan. Jika torsio lebih dari 6 jam dan tuba falopi sudah nekrosis,
pasien akan kehilangan tuba falopinya.
2. Perdarahan dan ruptur kista. Komplikasi lain adalah perdarahan atau
rupturnya kista yang ditandai dengan ascites dan sering sulit untuk
dibedakan dari kehamilan ektopik. Situasi ini juga perlu pembedahan
darurat. Gejala dominan dari komplikasi ini adalah nyeri kuat yang
berlokasi di salah satu sisi dari abdomen (pada ovarium yang mengandung
kista). Ruptur kista ovarium juga mengakibatkan anemia. Ruptur kista
ovarium sulit dikenali karena pada beberapa kasus tidak ditemukan gejala.
Tanda pertama yang bisa terjadi adalah terasa nyeri di abdomen bagian
bawah, mual, muntah dan demam.
3. Infeksi. Infeksi bisa mengikuti komplikasi dari kista ovarium. Kista
ovarium yang tidak terdeteksi dan susah untuk didiagnosis bisa
mengakibatkan kematian akibat septikemia. Gejala infeksi pertama adalah
demam, malaise, menggigil dan nyeri pelvis.

17
BAB 3
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KISTA OVARIUM

3.1 Pengkajian
a.    Biodata Klien
b.    Riwayat penyakit sekarang
c.    Keluhan utama
      Klien biasanya mengeluh nyeri pada perut kanan bawah
      Klien biasanya merasa berat pada daerah pelvis dan cepat merasa lelah.
d.   Riwayat penyakit dahulu
•      Tanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit ini sebelumnya
•      Tanyakan apakah klien ada mengalami / menderita penyakt molahidatidos /
kehamilan anggur, kehamilan ektopik.
e.    Riwayat penyakit Keluarga
Tanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama denagn
klien
f.     Riwayat Obestri
      Tanyakan kapan menstruasi terakhir?
      Tanyakan haid pertama dan terakhir?
      Tanyakan siklus menstruasi klien, apakah teratur atau tidak?
      Tanyakan lamanya menstruasi dan banyaknya darah saat menstruasi?
      Tanyakan apakah ada keluhan saat menstruasi?
      Pernahkah mengalami abortus? Berapa lama perdarahan?
      Apakah partus sebelumnya spontan, atern atau proterm?
g.      Pola Kebiasaan
1)        Aktivitas / istirahat
      Perubahan pola istirahat dan jam tidur pada malam hari, adanya faktor-
faktor yang mempengaruhi tidur seperti: nyeri, cemas, berkeringat malam.
      Kelemahan atau keletihan.

18
      Keterbatasan latihan ( dalam berpartisipasi terhadap latihan ).
2)       Sirkulasi.
Palpitasi (denyut jantung cepat / tidak beraturan / berdebar-debar), nyeri dada,
perubahan tekanan darah.
3)       Integritas ego
         Faktor stres (pekerjaan, keuangan, perubahan peran), cara mengatasi stres
(keyakinan, merokok, minum alkohol dan lain-lain).
         Masalah dalam perubahan dalam penampilan : pembedahan, bentuk
tubuh.
         Menyangkal, menarik diri, marah.
4)       Eliminasi.
           Perubahan pola defekasi, darah pada feces, nyeri pada defekasi.
           Perubahan buang air kecil : nyeri saat berkemih, nematuri, sering
berkemih.
           Perubahan pada bising usus : distensi abdoment.
5)       Makanan / cairan
           Keadaan / kebiasaan diet buruk : rendah serat, tinggi lemak, adiktif,
bahan pengawet
           Anorexsia, mual-muntah.
           Intoleransi makanan.
           Perubahan berat badan.
           Perubahan pada kulit: edema, kelembaban.
6)       Neurosensori
Pusing, sinkope (kehilangan kesadaran secara tiba-tiba)
7)       Nyeri
Derajat nyeri (ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat)
h.      Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1)       Inspeksi

Kepala         :  Rambut rontok, mudah tercabut, warna rambut.

Mata            :  Konjungtiva tampak anemis, icterus pada sklera.

19
Leher           : Tampak adanya pembesaran kelenjar limfe dan bendungan vena

jugularis.

Payudara :  Kesimetrisan bentuk, adanya massa.

Dada :  Kesimetrisan, ekspansi dada, tarikan dinding dada pada inspirasi,

frekuensi per-nafasan.

Perut  :   Terdapat luka operasi, bentuk, warna kulit, pelebaran vena-vena

abdomen, tampak pembesaran striae.

Genitalia      :   Sekret, keputihan, peradangan, perdarahan, lesi.

Ekstremitas :   Oedem, atrofi, hipertrofi, tonus dan kekuatan otot.

2)       Palpasi

Leher           :   Pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar submandibularis.

Ketiak         :   Pembesaran kelenjar limfe aksiler dan nyeri tekan.

Payudara     :   Teraba massa abnormal, nyeri tekan.

Abdomen    :  Teraba massa, ukuran dan konsistensi massa, nyeri tekan,

perabaan hepar, ginjal dan hati.

3)       Perkusi

Abdomen    :   Hipertympani, tympani, redup, pekak, batas-batas hepar.

Refleks       :   Fisiologis dan patologis

4)       Auskultasi

Abdomen meliputi peristaltik usus, bising usus, aorta abdominalis arteri

renalis dan arteri iliaca.

3.2 Dignosa Keperawatan


a.    Preoperasi
1)       Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses penyakit
(penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang abdomen.

20
2)       Gangguan eliminasi urinarius, perubahan/retensi berhubungan dengan
adanya edema pada jaringan lokal.
3)       Cemas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan
b.    Post operasi
1)       Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan luka post operasi
2)       Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif dan pembedahan
3)       Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas (nyeri paska
pembedahan).
3.3 Intervensi Keperawatan

a.    Preoperasi

Perencanaan
No Dx
Tujuan Intervensi Rasional

1. I Rasa nyeri klien hilang/        Kaji penyebab nyeri ♦      Penyebab diketahui sehingga dapat
berkurang setelah tinakan dengan mudah menentukan
keperawatan 2 × 24 jam. intervensi
Kriteria hasil:         Monitor TTV
♦      Perubahan TTV merupakan
        Klien tidak mengeluh identifikasi diri terhadap
nyeri / nyeri berkurang perkembangan px
        TTV normal ♦      Tehnik relaksasi akan membantu
        Menunjukkan nyeri        Ajarkan tehnik relaksasi otot-otot berelaksasi sehingg
berkurang/terkontrol persepsi nyeri akan berkurang
        Menunjukkan ekspresi ♦      Posisi yang sesuai/nyaman akan
wajah/postur tubuh rileks mambantu otot-otot berelaksasi
        Berpartisipasi dalam        Atur posisi yang nyaman sehingga nyeri berkurang
aktivitas dan tidur/istirahat
dengan tepat ♦      Skala nyeri menunjukan respon px
        Skala nyeri 0 dari skala terhadap nyeri.
nyeri 0-10.
        Kaji skala nyeri

Gangguan eliminasi urin


dapat berkurang/hilang
setelah dilakukan tindakan
keperawatan kurang ♦      Informasi ini sangat penting untuk
selama 2 × 24 jam. merncakan perawatan dan
Kriteria hasil: mempengaruhi pilihan intervensi
♦      Klien dapat♦       Pantau pola penolakan. invidu.
2. II ♦ Distensi kanung kemih
mempertahankan atau      

memperoleh pola eliminasi mengindikasi retensi urinarius.


yang efektif ♦      Mempertahankan hidrasi aekuat
♦      Klien ikut serta dalam        Palpasi kandung kemih dan meningkatkan fungsi ginjal.
pengobatan.
♦      Memulai perubahan gaya ♦      Ekspresi kekecewaan akan
        Tingkatkan masukan cairan

21
hidup yang diperlu 2000 – 3000 ml/hari (28 tpm - menurunkan rasa percaya diri dan
48 tpm) tidak membantu mensukseskan
cemas dapat berkurang dan         Hindari tanda - tanda program.
hilang dan pengetahuan penolakan verbal atan
klien bertambah setelah nonverbal.
dilakukan tindakan
keperawatan 2 × 24 jam. ♦      Hubungan yang terapeutik dapat
Kriteria hasil: menurunkan tingkat kecemasan
♦      Klien dapat menuturkan klien.
pemahanan kondisi, efek♦       Bina hubungan yang terapeutik♦      Mengidentifikasi lingkup masalah
prosedur dan pengobatan dengan klien. secara dini, sebagai pedoman
♦      Klien dapat tindakan selanjutnya.
3. III menunjukkan prosedur♦       Kaji dan pantau terus tingkat♦      Informasi yang tepat menambah
yang diperlukan dan kecemasan klien. wawasan klien sehingga klien tahu
menjelaskan alasan suatu tentang keadaan dirinya.
tindakan ♦       Berikan penjelasan tentang
♦      Klien memulai perubahan semua permasalahan yang
gaya hidup yang berkaitan dengan penyakitnya. ♦      Menjamin sistem pendukung untuk
diperlukan dan ikut serta        Libatkan orang terdekat ssesuai klien dan memungkinkan orang
dalam program perawatan terdekat terlibat dengan tepat.
indikasi bila keputusan penting
akan dibuat.
b.        Post Operasi

Perencanaan
No Dx
Tujuan Intervensi Rasional

1. I Gangguan rasa nyaman        Kaji skala nyeri         Untuk mengetahui tingkat nyeri
(nyeri) berkurang / hilang         Dapat membantu perawat dalam
setelah tindakan        Kaji faktor yang memperberat memberikan intervensi berikutnya
keperawatan 2 × 24 jam. dan memperingan nyeri         Peningkatan Tekanan Darah dan
Kriteria hasil:         Observasi TTV nadi menandakan adanya nyeri
        Klien mengatakan tidak         Mengurangi rasa nyeri
pernah nyeri lagi
        Klien tidak tampak         Memberikan rasa nyaman pada
        Atur posisi klien senyaman
meringis lagi klien
        Klien tidak lagi mungkin         Agar klien tidak terlalu merasakan
        Anjurkan tehnik relaksasi
memegangi area nyeri nyerinya
        Skala nyeri 0 (tidak ada         Memberikan kenyamanan sehingga
nyeri) dari skala nyeri 0-        Alihkan perhatian klien dari mengurangi nyeri
10. rasa nyeri Kolaborasi:
        TTV dalam batas normal         Ciptakan lingkungan nyaman        Analgetik dapat mengurangi nyeri
        Klien tampak rileks bagi klien
Kolaborasi:
♦       Berikan analgetik sesuai        Dapat menentukan intervensi yang
indikasi tepat
        Mengetahui status kesadaran
Resiko infeksi pada luka        Kaji tanda-tanda infeksi umum klien
post operasi dapat dicegah         Meminimalkan masuknya mikro
setelah dilakukan tindakan organisme
        Observasi TTV klien
keperawatan 2 × 24 jam.
2. II Kriteria hasil:         Mencegah penyebaran infeksi
        Tidak terdapat tanda-        Lakukan perawatan luka
tanda infeksi seperti dengan tehnik aseptik dan anti
kemerahan, bengkak, septik
nyeri, panas pada area luka        Jaga kebersihan area sekitar

22
post op luka. Diskusikan dengan klien
       Insisi luka operasi tampak dan keluarga klien tentang
mongering perawatan luka post operasi         Istirahat menurunkan proses
        Suhu tubuh klien dalam        Tingkatkan istirahat metabolisme, memungkinkan O2
batas normal (36-37,2 C) dan nutrien digunakan untuk
penyembuhan
Kolaborasi
        Anti
biotik untuk mematikan mikro
organisme
Kolaborasi:
        Beri
Antibiotik sesuai indikasi

        Untuk menentukan dan


mengetahui tingkat defisit
Defisit perawatan diri        Kaji defisit perawatan diri klien perawatan klien guna memberikan
tidak terjadi setelah perawatan.
dilakukan tindakan         Agar kebersihan diri klien tetap
keperawatan 2 × 24 jam.         Anjurkan keluarga untuk terjaga
Kriteria hasil: menyeka klien tiap pagi dan
        Klien dapat mandi sendiri sore hari         Agar klien merasa nyaman dengan
        Klien bebas dari bau         Anjurkan keluarga klien untuk pakaian yang bersih.
        Klien tampak mengganti pakaian klien 2 ×
3. III menunjukkan kebersihan sehari
        Untuk meningkatkan pengetahuan
        Klien nyaman         Berikan penjelasan kepada
klien tentang personal hygene
klien dan keluarga tentang
setelah post operasi
pentingnya kebersihan diri
setelah post operasi.
        Personal hygene terpenuhi
        Agar klien merasa nyaman dan
        Menyeka klien
bersih.
        Mengganti sprei

        Mengobservasi adanya kegagalan


Luka operasi mencapai        Periksa luka secara teratur, proses penyembuhan luka
        Mencegah kontaminasi luka
penyembuhan setelah catat karakteristik dan integritas
tindakan keperawatan 2 × kulit.
24 jam.         Anjurkan pasien untuk tidak
Kriteria hasil : menyentuh daerah luka         Mengurangi resiko trauma kulit.
        Tercapainya        Secara hati-hati lepaskan
penyembuhan luka perekat dan pembalut saat
        Mencegah komplikasi
mengganti balutan         Diberikan secara profilaksis atau
        Tidak timbul jaringan
Kolaborasi untuk mengobati infeksi khusus dan
parut         Pemberian antibiotik meningkatkan penyembuhan.

IV

23
3.4 Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi ; keterampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari
rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4).

3.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan
dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak.
Dalam mengevaluasi, perawat harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk memahami respon terhadap intervensi keperawatan,
kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai, serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.

24
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di
dalam atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau
tumor ovarium. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar
hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari
ovarium. Sampai sekarang ini penyebab dari Kista Ovarium belum
sepenuhnya dimengerti, tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan
dalam pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan balik ovarium-
hipotalamus.
Pengobatan yang dilakukan bergantung pada umur, jenis dan ukuran kista
dan gejala-gejala yang diderita. Jika kistanya tidak menimbulkan gejala,
biasanya cuma dimonitor 1-2 bulan, karena jika kista fungsional, akan hilang
dengan sendirinya setelah 1 atau 2 siklus haid. Jika kistanya membesar, maka
dilakukan tindakan pembedahan. Jenis dan luasnya pembedahan tergantung
beberapa faktor: ukuran dan jenis kista, usia, gejala dan keinginan memiliki
anak.

4.2 Saran
Perlu dilakukan skrining awal pada wanita-wanita yang berisiko untuk
terjadinya kista ovarium agar dapat dilakukan penanganan yang lebih awal
sehingga komplikasi terjadinya keganasan dapat dihindari khususnya kepada
anak-anak dan remaja.

25
DAFTAR PUSTAKA
A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :
EGC.
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.
Mansjoer, Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapus.
Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta:EGC.
Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC).
United States of America:Mosby.
Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of
America:Mosby.

Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, l 1027; Jakarta, 1998
Sutoto, M.S.J. Tumor Jinak Pada Alat Genital. Dalam: Wiknjosastro, H. Buku
Ilmu Kandungan. Edisi Kedua. Cetakan Keenam. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Prawirohardjo. 2009:13-14.
William Helm, C. Ovarian Cysts. 2005. American College of Obstetricians and
Gynecologists
Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 2., editor: Saifuddin A.B,dkk.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.1999: 13-14

Anda mungkin juga menyukai