Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang

tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang

menempel pada puncak vagina). Kanker serviks biasanya menyerang

wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel

skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel

kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam

rahim. Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona transisional yang

terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.

Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian

terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Sebenarnya

penyakit ini dapat dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan

kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000

penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara

berkembang.

Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan

perilaku sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian

vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di

masa mendatang.

Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti

perilaku seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya

1
kanker serviks. Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu

proses yang kompleks dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.

Pada makalah ini kami akan membahas tentang Kanker Serviks.

Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan problem

kesehatan yang sangat serius karena jumlah penderitanya meningkat

sekitar 20% per tahun. Kanker serviks (mulut rahim) adalah penyakit

pembunuh wanita nomor satu di dunia. Di seluruh dunia, kasus kanker

serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta wanita.

Data yang didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui

terdapat 493.243 jiwa per-tahun penderita kanker serviks baru dengan

angka kematian sebanyak 273.505 jiwa per-tahun. Sampai saat ini kanker

serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia

sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian akibat kanker

serviks yang tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut,

keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah,

keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis

histopatologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan

prognosis dari penderita.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apa saja bagian anatomi alat kandungan?

2. Apa yang dimaksud dengan kanker dan tumor?

2
3. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks dan apa sajakah kalsifikasi

dan gejala klinis dari kanker serviks ?

4. Apa yang menjadi faktor penyebab dan faktor resiko dari kanker

serviks ?

5. Apa saja stadium dari Kanker Serviks dan perkembangannya?

6. Bagaimanakah gambaran epidemiologi kanker serviks ?

7. Bagaimanakah patologi, penyebaran, dan diagnosis dari kanker

serviks ?

8. Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan kanker serviks ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi

Anatomi alat kandungan di bedakan menjadi 2 yaitu genetalia

eksterna dan interna.

1. Genetalia eksterna

a. Monsveneris

Bagian yang menonjol bagian simfisis yang terdiri dari jaringan

lemak,daerah ini di tutup bulu pada masa pubertas.

b. Vulva

Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva

dilingkari oleh labia mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi

satu dan membentuk kommisura posterior dan pereniam. Di bawah

kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.

c. Labia mayora

Labia mayora ( bibir besar ) adalah dua lipatan besar yang

4
membatasi vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar

sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada

sisi lateral.

d. Labia minora

Labia minora ( bibir kecil ) adalah dua lipatan kecil diantara labia

mayora,dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labia

minora adalah vestibulum.

e. Vestibulum

Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil

(labia minora), maka belakang di batasi oleh klitoris dan perenium,

dalam vestibulum terdapat muara – muara dari liang senggama

(introetus vagina uretra, kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri

dan kanan).

f. Himen (selaput dara)

Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang senggama

ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir

keluar, letaknya mulut vagina. Pada bagian ini bentuknya berbeda-

beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan

yang lunak, lubangnya ada seujung jari, ada yang dapat dim lalui

satu jari.

g. Perenium

Terbentuk dari korpus perinium, titik tentu otot-otot dasar panggul

yang ditutupi oleh kulit perenium.

5
2. Genetalia interna

a. Vagina

Tabung yang di lapisi membran dari jenis-jenis epitelium bergaris,

khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya

dari vestibulum sampai uterus 7 1/2. Merupakan penghubung antara

introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina)

9 cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina

sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.

b. Uterus

Organ yang tebal, berotot berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis

antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya

disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan

jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus 7 1/2 cm, lebar ±5 cm, tebal

±2 cm. Berat 59 gr, dan berat 30-60 gr. Uterus terdiri dari :

6
1) Fundus uteri (dasar rahim )

Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada

pemeriksaan kahamilan, perabaan fundus uteri dapat

memperkirakan usia kehamilan.

2) Korpus uteri

Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan,bagian ini berfungsi

sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada

korpus uteri di sebut kavum uteri atau rongga rahim.

3) Servik uteri

Ujung servik yang menuju puncak vagina disebut porsio,hubungan

antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri

internum.

Lapisan-lapisan uterus, meliputi :

a) Endometrium

b) Myometrium

c) Parametium

c. Ovarium

Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus

di bawah merupakan tuba uterine dan terikat di sebelah belakang

oleh ligamentum latum uterus.

d. Tuba fallopi

Tuba fallopi di lapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak

lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus.

7
Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan

nutrisi pada ovum.Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2

saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12cm tetapi tidak

berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk

memeluk ovum saat ovulasi agar masuk kedalam tuba.

B. Definisi kanker dan tumor

Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal atau proliferasi

sel-sel yang tidak dapat diatur. Tingkat poliferasi antara sel kanker

berbeda beda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan sel kanker

dengan sel normal terletak pada sifat sel kanker yang tidak pernah

berhenti membelah.

Kanker merupakan suatu kegagalan morfogenesis normal dan dan

kegagalan difrensiasi normal, artinya pertumbuhan kanker tidak dapat

dikendalikan dan tidak pernah memperoleh struktur normal serta fungsi

khas jaringan tempat sel kanker tumbuh. Setiap kanker mulai dengan

sebuah sel. Kejadian apapun yang mengalihkan sebuah sel normal

menjadi sebuah sel kanker. Sel kanker tidak menyerang massa sel,

maskipun pada stadium akhir kanker, badan dapat mengandung berbiliun

sel kanker dan semuanya itu adalah keturunan sebuah sel pendahulunya.

Tumor sebenarnya adalah pembengkakan yang disebabkan oleh

adanya inflamasi atau peradangan dan pertumbuhan jaringan yang

abnormal di dalam tubuh. Tipe tumor berdasarkan pertumbuhannya dapat

dibedakan menjadi tumor ganas (malignant tumor) dan tumor jinak

8
(benign tumor). Nah, tumor ganas ini sering juga disebut dengan bersifat

Kanker. Tetapi kemungkinan tumor jinak menjadi ganas bisa saja tapi

sangat jarang terjadi, biasanya pada Tumor yang sudah terlalu lama dan

besar. Misalnya Fam (Fibroadenoma mamma), tumor jinak payudara bila

dibiarkan bertahun-tahun ada yang berubah jadi ganas, ini dikenal

sebagai Progressi, persentase kemungkinannya kira-kira hanya 0,5 % -

1% saja. Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari

mutasi-mutasi tersebut menyebabkan munculnya tumor.

Sebenarnya sel kita memiliki mekanisme perbaikan DNA (DNA

repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya

dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis

adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan pembelahan DNA

kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu

sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya

dapat memicu terjadinya kanker.

C. Definisi Kanker Serviks

Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus

merupakan kanker pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker

payudara. Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat

pertama. Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering

menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher

rahim atau serviks, serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan

9
bagian ujung bawah rahim yang menonjol ke liang sanggama (vagina).

Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan

merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya

untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks.

Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90%

dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran

servikal yang menuju kedalam rahim.

Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering

ditemukan dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan

dari suatu epithelium yang normal sampai menjadi Ca invasive yang

memberikan gejala dan merupakan proses yang perlahan-lahan dan

mengambil waktu bertahun-tahun.

Kanker serviks berkembang secara bertahap, tetapi progresif.

Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi

lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel

yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang,

displasia berat, dan akhirnya menjadi karsinoma in-situ (KIS), kemudian

berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan KIS

dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi karsinoma

in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ menjadi

karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun.

Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV)

onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher

10
rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke

organ-organ lain di seluruh tubuh penderita.

D. Klasifikasi Kanker Serviks

Ada beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak penganutnya

adalah yang dibuat oleh IFGO (International Federation of Ginekoloi and

Obstetrics) yaitu sebagai berikut :

Stage 0 : Casrsinoma insitu = Ca intraepithelial = Ca preinvasif.

Stage 1 : Ca terbatas pada cerviks.

Stage 1 a :.Disertai invasi daro stoma (preclinical-Ca) yang hanya

diketahui secara histology.

Stage 1 b : Semua kasus-kasus lainnya dari stage 1.

Stage 2 :.Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke

panggul, telah mengenai dinding vagina tapi tidak

melebihi 2/3 bagian proximal.

Stage 3 :.Sudah sampai dinding panggung dan sepertiga bagian

bawah vagina

Stage 4 : Sudah mengenai organ-organ yang lain

E. Gejala Klinis Kanker Serviks

Tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos dengan

sedikit darah, pendarahan pastkoital atau perdarahan pervagina yang

disangka sebagai perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru

terlihat tanda-tanda yang lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat

11
(terutama dalam bentuk eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit

yang sangat hebat.

Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda

yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :

1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari

vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis

jaringan

2. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian

berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.

3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.

4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan,

berbau dan dapat bercampur dengan darah.

5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.

6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada

radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah,

kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di

tempat-tempat lainnya.

7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,

edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar

bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau

rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

12
F. Etiologi Kanker Serviks

Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan

membelah secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah,

maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa

bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya

disebut kanker serviks. Penyebab terjadinya

kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara

pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang

berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks

yaitu :

1. HPV ( Human Papiloma Virus )

HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma Akuminata)

yang ditularkan melalui hubungan seksual. Ada 8 tipe HPV yang

berhubungan dengan kanker serviks adalah :

1) HPV resiko rendah : HPV 6 dan 11

2) HPV resiko sedang : HPV 33, 35, 39, 40, 43, 45, 51, 56, dan 58

3) HPV resiko tinggi : HPV 16, 18, 31

Infeksi HPV terjadi melalui hubungan seksual dengan masa inkubasi

selama 3 bulan. Bentuk klasik dari infeksi HPV adalah kondiloma

akuminata yaitu kutil yang berbentuk kembang kol pada jaringan ikat di

tengahnya dan ditutup terutama dibagian atas epitel yang

hiperkerotolik. Kondiloma akuminata jarang ditemukan pada serviks

dimana lesinya hanya terbatas pada vulva, anus dan vagina bagian

13
posterior. Kemungkinan peranan terjadinya kanker serviks adalah

dengan melakukan gangguan pada gen yang mengatur pembelahan

virus dan mengakibatkan pembelahan sel menjadi tidak terkontrol

kearah keganasan. Perubahan sel yang terjadi dapat dalam bentuk

jinak kondiloma (NIS 1 : Neoplasma Intraepitel Serviks) atau bentuk

prakanker (NIS 2 dan 3), bahkan dapat menjadi karsinoma invasif.

Faktor resiko minor kanker serviks adalah paritas tinggi dengan jarak

persalinan pendek, hubungan seksual dini dibawah 17 tahun,

multipartner seksual, merokok pasif dan aktif, status ekonomi rendah.

Ko–faktor terdiri dari infeksi klamidia trakomatis, HSV-2 HIV/AIDS,

infeksi kronis dan lainnya.

Penyebab terjadinya Kanker dari luar :

1. Merokok

Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali

lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan

tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga

dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.

2. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini (kurang dari 17

tahun) dan berganti - ganti pasangan seksual

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara lesi prakanker dan kanker serviks dengan aktivitas

seksual pada usia dini, khususnya sebelum umur 17 tahun. Hal ini

diduga ada hubungan dengan belum matangnya daerah transformasi

14
pada usia tersebut bila sering terekspos, Frekuensi hubungan

seksual berpengaruh terhadap lebih tingginya resiko pada usia,

tetapi tidak pada kelompok usia lebih tua. Jumlah pasangan seksual

menimbulkan konsep pria beresiko tinggi sebagai vektor yang dapat

menimbulkan infeksi yang berkaitan dengan penyakit hubungan

seksual. Terjadinya perubahan pada sel leher rahim pada wanita

yang sering berganti – ganti pasangan, penyebabnya adalah sering

terendamnya sperma dengan kadar PH yang berbeda–beda

sehingga dapat mengakibatkan perubahan dari dysplasia menjadi

kanker.

3. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual

pertama pada usia 18 tahun, berganti-berganti pasangan dan pernah

menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks

4. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk

mencegah keguguran

6. Pemakaian Pil KB

Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari

lima tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO

melaporkan resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar

1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.

7. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun

8. Defisiensi Gizi

Terjadinya peningkatan dysplasia ringan dan sedang yang

15
berhubungan dengan defisiensi zat gizi seperti beta karoten, vitamin

A dan asam folat. Banyak mengkonsumsi sayuran dan buah yang

mengandung bahan – bahan antioksidan seperti alpukat, brokoli,

kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam dan tomat berkhasiat

untuk mencegah terjadinya kanker. Dari beberapa penelitian

melaporkan defisiensi terhadap asam folat, vitamin C, vitamin E, beta

karoten atau retinol dapat meningkatkan resiko kanker serviks

9. Golongan ekonomi lemah

Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear

secara rutin dan pendidikan yang rendah.

G. Epidemiologi Kanker Serviks

1. Distribusi Menurut Umur

Proses terjadinya kanker leher rahim dimulai dari sel yang

mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga

terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia

ringan, sedang, displasia berat dan akhirnya menjadi Karsinoma In-Situ

(KIS), kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat

displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkatan pra-

kanker. Klasifikasi terbaru menggunakan nama Neoplasma Intraepitel

Serviks (NIS). NIS 1 untuk displasia ringan, NIS 2 untuk displasia

sedang dan NIS 3 untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.

Menurut Snyder (1976), NIS umumnya ditemukan pada usia muda

setelah hubungan seks pertama terjadi. Selang waktu antara hubungan

16
seks pertama dengan ditemukan NIS adalah 2-33 tahun. Untuk jarak

hubungan seks pertama dengan NIS 1 selang waktu rata-rata adalah

12,2 tahun, NIS 1 dengan NIS 2 rata-rata13,9 tahun dan NIS 2 samppai

NIS 3 rata-rata 11,7 tahun. Sedanhkan menurut Cuppleson LW dan

Brown B (1975) menyebutkan bahwa NIS akan berkembang sesuai

dengan pertambahan usia, sehingga NIS pada usia lebih dari 50 tahun

sudah sedikit dan kanker infiltratif meningkat 2 kali.

Dari laporan FIGO (Internasional Federation Of Gynecology and

Obstetrics) tahun 1988, kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok

umur 60-69 tahun terlihat sama banyaknya. Secara umum, stadium IA

lebih sering ditemukan pada kelompok umur 30-39 tahun, sedangkan

untuk stadium IB dan II sering ditemukan pada kelompok umur 40-49

tahun, stadium III dan IV sering ditemukan pada kelompok umur 60-69

tahun.

Inseden kanker leher larim (Age Standarized Cancer Incidence

Rate / ASR) penduduk Kota Semarang, tercatat pada tahun 1980-1981

menunjukkan ASR 27,9 dan data tahun 1985-1989 ASR 24,4.

Dibandingakan dengan berbagai daerah diluar negeri angka ini sedikit

berbeda, seperti di Thailand (Chiang Mai) dilaporkan ASR tahun 1983-

1987 adalah 33,2 dan di Korea Selatan 13,2 tahun 1982-1983. India

menunjukkan angka lebih tinggi yaitu 41,7 tahun 1982.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSCM Jakarta tahun

1997-1998 ditmukan bahwa stadium IB-IIB sering terdapat pada

17
kelompok umur 35-44 tahun, sedangkan stadium IIIB sering didapatkan

pada kelompok umur 45-54 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh

Litaay, dkk dibeberapa Rumah Sakit di Ujung Pandang (1994-1999)

ditemukan bahwa penderita kanker rahim yang terbanyak berada pada

kelompok umur 46-50 tahun yaitu 17,4%.

2. Distribusi Menurut Tempat

Frekuensi kanker rahim terbanyak dijumpai pada negara-negara

berkembang seperti Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam

dan Filipina. Di Amerika Latin dan Afrika Selatan frekwensi kanker

rahim juga merupakan penyakit keganasan terbanyak dari semua

penyakit keganasan yang ada lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh American Cancer Society (2000)

membuktikan bahwa kanker rahim lebih sering terjadi pada kelompok

wanita minoritas seperti imigran Vietnam, Afrika dan wanita India. Hal

ini berkaitan dengan anggapan mereka bahwa wanita yang tidak

melakukan gonta-ganti pasangan (promikuitas) tidak perlu melakukan

Pap smear.

Menurut perkiraan Departemen Kesehatan tahun 1988-1994

insidens kanker leher rahim mencapai 100/100.000 penduduk pertahun,

sedangkan proporsi kanker leher rahim dari semua jenis kanker

dibeberapa bagian patologi anatomi pada tahun 2000, seperti Surabaya

ditemukan sebesar 24,3%, Yogyakarta 25,7%, Bandung sebesar

25,1%, Surakarta sebesar 28,2% dan Medan sebesar 16,9%.

18
H. Patologi Kanker Serviks

Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi

ektoserviks (portio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo

kolumnar junction (SCJ). Pada wanita muda SCJ terletak diluar OUE,

sedang pada wanita diatas 35 tahun, didalam kanalis serviks. Tumor

dapat tumbuh :

1. Eksofitik. Mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai massa

proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.

2. Endofitik. Mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks dan

cenderung infitratif membentuk ulkus

3. Ulseratif. Mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan

pelvis dengan melibatkan fornices vagina untuk menjadi ulkus yang

luas. Serviks normal secara alami mengalami metaplasi/erosi akibat

saling desak kedua jenis epitel yang melapisinya. Dengan masuknya

mutagen, portio yang erosif (metaplasia skuamos) yang semula faali

berubah menjadi patologik (diplatik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I,

II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasive. Sekali

menjadi mikroinvasive, proses keganasan akan berjalan terus.

19
Gambar 1. Lokasi Kanker Leher Rahim

20
Gambar 2. Progresivitas Kanker Serviks

Gambar 3. Perbandingan Gambaran Serviks yang Normal dan Abnormal

I. Penyebaran Kanker Serviks

Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening

menuju 3 arah : a) ke arah fornices dan dinding vagina, b) ke arah korpus

uterus, dan c) ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut

menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandung kemih.

21
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri

sel tumor dapat menyebar ke kelenjar iliak luar dan kelenjar iliak dalam

(hipogastrika). Penyebaran melalui pembuluh darah (bloodborne

metastasis) tidak lazim. Karsinoma serviks umumnya terbatas pada

daerah panggul saja.

Tergantung dari kondisi immunologik tubuh penderita KIS akan

berkembang menjadi mikro invasif dengan menembus membrana basalis

dengan kedalaman invasi <1mm dan sel tumor masih belum terlihat

dalam pembuluh limfa atau darah. Jika sel tumor sudah terdapat >1mm

dari membrana basalis, atau <1mm tetapi sudah tampak dalam pembuluh

limfa atau darah, maka prosesnya sudah invasif.

Tumor mungkin sudah menginfiltrasi stroma serviks, akan tetapi

secara klinis belum tampak sebagai karsinoma. Tumor yang demikian

disebut sebagai ganas praklinik (tingkat IB-occult). Sesudah tumor

menjadi invasif, penyebaran secara limfogen melalui kelenjar limfa

regional dan secara perkontinuitatum (menjalar) menuju fornices vagina,

korpus uterus, rektum, dan kandung kemih, yang pada tingkat akhir

(terminal stage) dapat menimbulkan fistula rektum atau kandung kemih.

Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar limfa

regional melalui ligamentum latum, kelenjar-kelenjar iliak, obturator,

hipogastrika, prasakral, praaorta, dan seterusnya secara teoritis dapat

lanjut melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena subklavia di kiri

mencapai paru-paru, hati , ginjal, tulang dan otak.

22
Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan

karena perdarahan-perdarahan yang eksesif dan gagal ginjal menahun

akibat uremia oleh karena obstruksi ureter di tempat ureter masuk ke

dalam kandung kencing.

Penyebaran karsinoma serviks terjadi melalui 3 jalan yaitu

perkontinuitatum ke dalam vagina, septum rektovaginal dan dasar

kandung kemih. Penyebaran secara limfogen terjadi terutama paraservikal

dalam parametrium dan stasiun-stasiun kelenjar di pelvis minor, baru

kemudian mengenai kelenjar para aortae terkena dan baru terjadi

penyebaran hematogen (hepar, tulang).

Secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah:

1. fornices dan dinding vagina

2. korpus uteri

3. parametrium dan dalam tingkatan lebih lanjut menginfiltrasi septum

rektovagina dan kandung kemih.

Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar

kelenjar limfe regional melalui ligamentum latum, kelenjar iliaka, obturator,

hipogastrika, parasakral, paraaorta, dan seterusnya ke trunkus limfatik di

kanan dan vena subklvia di kiri mencapai paru, hati, ginjal, tulang serta

otak.

J. Diagnosis Kanker Serviks

Diagnosis kanker serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah

lanjut. Yang menjadi masalah adalah bagaimana melakukan skrining

23
untuk mencegah kanker serviks, dilakukan dengan deteksi, eradikasi, dan

pengamatan terhadap lesi prakanker serviks. Kemampuan untuk

mendeteksi dini kanker serviks disertai dengan kemampuan dalam

penatalaksanaan yang tepat akan dapat menurunkan angka kematian

akibat kanker serviks.

1. Keputihan. Keputihan merupakan gejala yang paling sering ditemukan,

berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.

2. Pendarahan kontak merupakan 75-80% gejala karsinoma serviks.

Perdarahan timbul akibat terbukanya pembuluh darah, yang makin

lama makin sering terjadi diluar senggama.

3. Rasa nyeri, terjadi akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.

4. Gejala lainnya adalah gejala-gejala yang timbul akibat metastase jauh.

Tiga komponen utama yang saling mendukung dalam menegakkan

diagnosa kanker serviks adalah:

1. Sitologi.

Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes Pap sangat

bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus

mengandung komponen ektoserviks dan endoserviks.

24
Gambar 4. Pemeriksaan Pap Smear

25
Gambar 5. Pemeriksaan Pap Smear untuk Deteksi Dini Kanker Leher

Rahim

2. Kolposkopi.

Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop,

yaitu suatu alat seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber

cahaya di dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi merupakan

pemeriksaan standar bila ditemukan pap smear yang abnormal.

Pemeriksaan dengan kolposkopi, merupakan pemeriksaan dengan

pembesaran, melihat kelainan epitel serviks, pembuluh darah setelah

pemberian asam asetat. Pemeriksaan kolposkopi tidak hanya

terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi vulva dan vagina.

Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat diagnosa

26
histologik, tetapi untuk menentukan kapan dan dimana biopsi harus

dilakukan.

Gambar 6. Colposcopy Untuk Mengambil Jaringan yang Abnormal

3. Biopsi

Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah dilakukan

kolposkopi. Jika kanalis servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara

konisasi.

27
Gambar 7. Biopsi Kerucut pada Serviks (Leher Rahim)

K. Pengobatan untuk Kanker Serviks

Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada

lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita

dan rencana penderita untuk hamil lagi.

1. Pembedahan

Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks

paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan

pisau bedah ataupun melalui LEEP. Dengan pengobatan tersebut,

penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali

kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap

smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6

bulan.

Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan

untuk menjalani histerektomi. Pada kanker invasif, dilakukan

histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini

28
disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita

muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak

diangkat.

2. Terapi penyinaran

Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker

invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi

digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan

menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi, yaitu :

 Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar

Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya

dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.

 Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul

dimasukkan langsung ke dalam serviks.

Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita

dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali

selama 1-2 minggu. Efek samping dari terapi penyinaran adalah :

 Iritasi rektum dan vagina

 Kerusakan kandung kemih dan rektum

 Ovarium berhenti berfungsi.

3. Kemoterapi

Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan

untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan

untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan

29
melalui suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan

dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan

periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi denga

pemulihan, begitu seterusnya.

4. Terapi biologis

Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem

kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan

pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang

paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan

dengan kemoterapi.

L. Pencegahan dan Penanganan Kanker Serviks

Pengendalian kinder serviks dengan pencegahan dapat dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu pencegahan prmer, pencegahan sekunder, dan

pencegahan tersier Strategi kesehatan masyarakat dalam mencegah

kematian karena kanker serviks antara lain adalah dengan pencegahan

primer dan pencegaan sekunder.

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan kegiatan uang dapat dilakukan oleh

setiap orang untuk menghindari diri dari faktor-faktor yang dapat

menyebabkan timbulnya kanker serviks. Hal ini dapat dilakukan

dengan cara menekankan perilaku hdup sehat untuk mengurangi atau

menghindari faktor resiko seperti kawin muda, pasangan seksual

30
ganda dan lain-lain. Selain itu juga pencegahan primer dapat dilakukan

dengan imuisasi HPV pada kelompok masyarakat

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan deteksi

dini dan skrining kanker serviks yang bertujuan untuk menemukan

kasus-kasus kanker serviks secara dibni sehingga kemungkinan

penyembuhan dapat ditingkatkan. Perkembangan kanker serviks

memerlukan waktu yang lama. Dari prainvasif ke invasive memerlukan

waktu sekitar 10 tahun atau lebih. Pemeriksaan sitologi merupakan

metode sederhana dan sensitive untuk mwndeteksi karsinoa pra

invasive. Bila diobati dengan baik, karsinoma pra invasive mempunyai

tingkat penyembuhan mendekati 100%. Diagnosa kasus pada fase

invasive hanya memiliki tingkat ketahanan sekitar 35%. Program

skrining dengan pemeriksaan sitologi dikenal dengan Pap mear test

dan telah dilakukan di Negara-negara maju. Pencegahan dengan pap

smear terbukimampu menurunkan tingkat kematian akibat kanker

serviks 50-60% dalamkurun waktu 20 tahun (WHO,1986).

Selain itu, terdapat juga tiga tingkatan pencegahan dan

penanganan kanker serviks, yaitu :

1. Pencegahan Tingkat Pertama

a. Promosi Kesehatan Masyarakat misalnya :

1) Kampanye kesadaran masyarakat

2) Program pendidikan kesehatan masyarakat

31
3) Promosi kesehatan

b. Pencegahan khusus, misalnya :

1) Interfensi sumber keterpaparan

2) Kemopreventif

2. Pencegahan Tingkat Kedua

a. Diagnosis dini, misalnya screening

b. Pengobatan, misalnya :

1) Kemoterapi

2) Bedah

3. Pencegahan Tingkat Ketiga

Rehabilitasi, misalnya perawatan rumah sedangkan penanganan

kanker umumnya ialah secara pendekatan multidiscipline. Hasil

pengobatan radioterapi dan operasi radikal kurang lebih sama,

meskipun sebenarnya sukar untuk dibandingkan karena umumnya

yang dioperasi penderita yang masih muda dan umumnya baik.

Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa

mencegahnya. Anda dapat melakukan banyak tindakan pencegahan

sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya menderita kanker serviks.

Beberapa cara praktis yang dapat Anda lakukan dalam kehidupan

sehari-hari antara lain :

1. Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal

untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi

32
berbagai karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat

mengurangi risiko terkena kanker leher rahim.

2. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau

dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks.

3. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau

belasan tahun.

4. Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk

mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya

kanker serviks.

5. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.

6. Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap

smear bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan

harga terjangkau.

7. Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih

murah dari Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi

HPV.

8. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi

HPV.

9. Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah

vagina toilet. Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan

bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk membersihkan organ intim

wanita dari kotoran dan penyakit.

33
M. Tanaman herbal untuk kanker serviks

1. Umbi sarang semut (Myrmecodia beccarii Hook.f.)

Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang berasal dari papua

yang memiliki potensial sebagai obat. Masyarakat setempat

memanfaatkan serbuk umbi tanaman sebagai minuman seduhan

seperti the. Salah satu khasiat utamanya adalah membantu beberapa

pengobatan berbabagai jenis tumor dan kanker seperti: kanker otak,

kanker payudara, kanker hidung, kanker lever, kanker payudara,

kanker usus, kanker rahim, kanker kulit, kanker prostat dan leukemia.

Kandungan senyawa aktif dalaam tumbuhan ini diantaranya

flavonoid, tannin, dan polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan

dalam tubuh. Selain itu dalamsarang semut juga ditemukan kandungan

senyawa lain diantaranya tokoferol, magnesium, kalsium, besi, fosfor,

natrium dan seng. Senyawa aktif polifenol yang terdapat dalam sarang

semut memiliki khasiat antikanker.

Flavanoid yang terkandung dalam sarang semut menjadi

antioksidan yang dapat menghambat sel HeLa yang merupakan sel

yang terdapat pada kanker serviks. Flavanoid bersifat antikarsinogenik

dari apigenin terkait dengan kemampuannya untuk memodulasi target

utama dan jalur yang terlibat dalam kontrol siklus sel, memicu

apoptosis, menghambat angiogenesis, menghambat invasi sel tumor

dan metastatis, serta transduksi sinyal.

34
Tannin juga berfungsi untuk menghambat pertumbuhan sel

kanker. Tannin merupakan senyawa polifenol dengan berat molekul

yang tinggi (Mr>500). Strukturnya terdiri dari gugus flavan-3-ol yang

terhubung bersama melalui ikatan karbon C4-C6 atau C4-C8. Sifat

tannin sebagai antioksidan sekunder yaitu menangkap radikal bebas

sehingga mencegah teradinya reaksi berantai stress oksidatif.

2. Sirsak (Annona muricata L.)

Tumbuhan ini telah lama diketahui sebagao sumber yang

sangat penting dalam upaya memperthanakan kesehatan masyarakat.

Kandungan fitokimia tanaman ini adalah asetogenin, alkaloid,

kuinolina, isokuinolina, tannin, kumarin, prosianidin, flavanoid dan amil

kaproat. Senyawa bioaktif yang berasal dari tanaman sirsak

Annonaceous acetogenin, telah lama diteliti dan terbukti bersifat

sebagai antikanker.

Annonaceous acetogenin bekerja menghambat dan membunuh

sel kanker secara selektif, karena mampu mendeteksi dan

membedakan sel normal dan sel kanker. Asetogenin menyerang sel

secara selektif, artinya hanya sel yang diidentifikasi sebagai sel kanker

saja yang diserang, sementara sel normal tidak diserang. Mekanisme

ini sangat berbeda dengan cara kerja obat obatan kemoterapi yng

menyerang sel kanker dan juga dan juga sel normal. Akibatnya sel

normal menjadi rusak dan mati yang berakibat pada timbulnya

berbagai macam efek samping.

35
Cara asetogenin dalam membedakan sel kanker dan sel normal

adalah berdasarkan dari kebutuhan sel akan ATP (Adenosine

Trifosfate). Karena sel kanker bergerak, tumbuh dan berduplikasi leboh

cepat dan aktif dibandingkan sel normal, maka sel kanker

membutuhkan ATP dalam jumlah yang lebih banyak. Asetogenin

mendeteksi kebutuhan ATP yang lebih tinggi sebagai sel kanker.

Selanjutnya asetogenin masuk kedalam sel kanker dan menempel

pada dinding sebelah mitokondria, yaitu organ didalam sel yang

berfungsi sebagai tempat memproduksi energy ATP bagi sel.

Selanjutnya asetogenin memblok produksi energi ATP

didalammitokondria sel kanker. Akibatnya suplai energi untuk sel

kanker terputus, sel kanker menjadi lemah dan akhirnya mati.

3. Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Buah mengkudu sudah banyak digunakan sebagai pengobatan

kanker karena dipercaya mengandung tiga senyawa penting yang

berperan dalam mengatasi kanker, yakni damnachantal, proxeronine,

dan alizarin yang mampu menghambat perkembangan sel kanker.

Damnachantal memiliki efek antitoksik dalam hal ini sebagai antikanker

dan antibiotic alami sehingga dapat menjagaorgan tubuh yang belum

terserang kanker untuk menolak kanker, sedangkan proxeronine

berfungsi untuk meregenerasi sel yang rusak pada organ yang hancur

karena kanker sehingga pulih kembali, dan alizarin berfungsi sebagai

36
pemutus hubungan pembuluh darah dan nutrisi ke sel kanker atau

tumor dan menyebabkan jaringan kanker akan luruh kemudian mati.

KASUS

Pasien bernama Park Bo Young berusia 64 tahun dating ke BKTM

dengan keluhan cepat lelah dan frekuensi buang air kecil meningkat,

hilang nafsu makan, adanya bercak darah diurine (hematuria),

mengalami keputihan yang abnormal dan pendarahan vagina yang

abnormal semenjak 5 bulan terakhir. Pasien didiagnosa terkena

kanker serviks stadium 1 sebagai seorang farmasis terapi obat herbal

apa yang anda sarankan.

Jawab:

Dari kasus diatas pasien yang mengalami kanker serviks stadium 1

dapat direkomendasikan untuk meminum rebusan umbi sarang semut

(Myrmecodia beccarii Hook.f.) dimana umbi sarang semut ini memiliki

khasiat antikanker berdasarkan kandungan kimia yang dimilikinya.

37
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal atau proliferasi

sel-sel yang tidak dapat diatur. Kanker serviks adalah tumor ganas yang

tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian

terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks

terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak

terkendali, jika sel-sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu

massa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas,

38
jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks.

Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks dan virus Human

Papiloma Virus, kesalahan dalam pola hidupa seperti merokok, hubungan

seksual pertama dilakukan pada usia dini (kurang dari 17 tahun) dan

berganti-ganti pasangan seksual, pemakaian DES, pemakaian pil KB,

Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun, dan lain–lain.

Stadium karsinoma kanker serviks dari stadium IA–IVB sampai yang

ganas. Kanker serviks dapat dicegah dengan pengobatan sitologi,

kalposkopi, biopsi, pap smear, konisasi dan skirining dapat juga

menggunakan pengobatan herbal untuk menunjang pengobatan.

B. Saran

Disarankan kepada para pembaca khususnya untuk para wanita

agar selalu menjaga kebersihan daerah kewanitaannya selain itu para

wanita juga bisa mencegah kanker serviks dengan cara pola hidup sehat,

tidak merokok, tidak melakukan hubungan seksual di usia muda, tidak

melahirkan banyak anak, hindari pemakaian DES tanpa resep dokter,

melakukan pap smear ketika sudah memiliki anak. Berhati-hatilah dengan

penyakit kanker serviks, lebih baik mencegah dari pada mengobati.

Penyakit bisa kita hindari asal kita selalu berusaha hidup sehat dan

teratur.

39
DAFTAR PUSTAKA

Alfian Elwin Zai. 2009. Skripsi : Karakteristik Penderita Kanker leher


Rahim Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2003-2007. FKM Universitas Sumatera Utara
Medan.

Arifianti L., Sukardiman, Herra S., Rakhmawati, Megawati L., 2014, Uji
Aktivitas Ekstrak Biji Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Sel
Kanker Mamalia Secara In Vitro, Departemen Farmakognosi dan
Fitokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya,
Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol.1 No.2.

Ayu Izza. 2009. Epidemiologi Kanker Serviks.


(http://ayuizza.blogspot.com/2009/12/epidemiologi-kanker-
serviks.html). Diakses Tanggal 6 Desember 2019.

40
Febriansah R., Hanik C., Miftah Ri, 2016, Analisis Kandungan Senyawa
Kimia dan Uji Antikanker Ekstrak Etanolik Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia L.) pada Sel Kanker Serviks HeLa, Program Studi
Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Kumpulan info sehat. 2009. Kanker Serviks Pembunuh Banyak Wanita.


(http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-
kesehatan/237-kanker-serviks-leher-rahim-pembunuh-wanita.html).
Diakses Tanggal 6 Desember 2019.

ModustriartI P.M, LINUS Y. C, ADITYA K.K, 2016,Skrining Fitokimia dan


Uji Aktivitas Sitotoksik dari Tumbuhan Sarang Semut (Myrmecodia
beccarii Hook.f.) Asal Kabupaten Merauke, Program Studi
Farmasi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Cenderawasih,
Jayapura, Papua, Jurnal Biologi Papua Vol.8 No.1

Satyadeng. 2010. Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks).


(http://drvegan.wordpress.com/2010/01/10/kanker-leher-rahim-
kanker-serviks/). Diakses Tanggal 6 Desember 2019.

Wulan K.N, Muhartono, Nora R., 2017, Sarang Semut (Myrmecodia


pendans) sebagai Antikanker, Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung, Lampung.

41

Anda mungkin juga menyukai