2017
I. Identitas Kasus
1. Nama : SA
2. Usia : 45 tahun
3. Alamat tinggal : JL. Segara Madu Kedonganan
4. Pendidikan : SMP
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Pekerjaan : Asisten Rumah Tangga
7. Status perkawinan : Menikah
8. Jenis kasus sesuai SKDI (kompetensi) : SNH
9. Lokasi kasus diambil : RSUP Sanglah
Pasien datang dalam keadaan sadar ke IGD RSUP Sanglah diantar oleh keluarganya
tanggal 30 Oktober 2017 pk 12.30 wita dengan keluhan utama kelemahan separuh tubuh kanan.
Keluhan dirasakan secara mendadak saat pasien bangun tidur ± 4 jam sebelum masuk rumah
sakit. Kelemahan awalnya dirasakan ringan, dan pasien masih bias beraktivitas memasak.
Keluhan dirasakan semakin memberat seusai pasien memasak, namun pasien memaksakan diri
untuk mandi. Saat mandi pasien merasa kesulitan memegang gayung dengan tangan kanannya,
sehingga gayung terjatuh, pasien juga merasa kaki kanannya melemah dan sulit menopang
tubuhnya, pasien kemudian mandi terburu-buru karena takut terjatuh di kamar mandi. Seusai
mandi pasien langsung istirahat di kamar namun, keluhan dirasakan semakin memberat hingga
tubuh bagian kanan tidak dapat digerakkan sama sekali. Pasien kemudian memanggil
keluarganya untuk meminta bantuan. Keluarga pasien mengeluh suara pasien berubah menjadi
pelo seperti cadel dan sulit dimengerti , pasien seperti kesulitan mengatakan kata-kata yang
mengandung huruf “R” . Keluhan suara pelo muncul ± 1,5 jam sebelum masuk rumah sakit.
Menurut keluarga bibir pasien juga terlihat mencong ke kiri saat berbicara. Pasien juga
mengeluhkan rasa kesemutan pada wajah dan tubuh bagian kanan. Keluhan mual, muntah, nyeri
kepala, penglihatan kabur, disangkal oleh pasien.
Pasien mengatakan baru pertama kali merasakan keluhan kelemahan separuh tubuh
kanan. Riwayat hipertensi tidak diketahui, pasien belum pernah memeriksakan diri ke dokter.
Pasien mengeluh sering mengalami nyeri kepala seperti tertekan benda berat namun tidak
pernah kontrol ke dokter. Riwayat penyakit sistemik lainnya seperti diabetes mellitus disangkal
oleh pasien.
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa. Riwayat penyakit sistemik
dalam keluarga seperti diabetes, penyakit jantung, stroke disangkal.
RIWAYAT PRIBADI DAN SOSIAL
Pasien seorang asisten rumah tangga, belum pernah mengenyam pendidikan formal,
belum menikah. Pasien tidak memiliki riwayat merokok maupun minuman keras.
2. Pemeriksaan Khusus
Rangsangan Selaput Otak
Kaku Kuduk : (-) Brudzinski I : (-)
Tanda Kernig : (-/-) Brudzinski II : (-/-)
Saraf Otak
Kanan Kiri
Nervus I
Subjektif : Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Objektif : Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Nervus II
Visus : >2/60 >2/60
Tes Watenberg : - -
Nervus V
Motorik : Normal Normal
Sensibilitas : Normal Normal
Refleks Kornea
Langsung : + +
Kanan Kiri
Konsensual : + +
Refleks Kornea Mandibular : - -
Refleks Bersin : + +
Refleks Nasal Bechterew : - -
Refleks Masseter : -
Trismus : Tidak ada
Refleks Menetek : - -
Refleks Snout : -
Nyeri Tekan : -
Nervus VII
Otot Wajah Saat Istirahat : Lipatan dahi, sudut mata simetris
, sulkus nasolabialis kanan mendatar
Mengerutkan Dahi : Simetris
Menutup Mata : Normal Normal
Meringis : tertarik ke sisi kiri
Bersiul/mencucu : terdorong ke sisi kiri
Gerakan Involunter : Tidak ada
Tic : Tidak ada
Spasmus : Tidak ada
Indera Pengecap
Asam : Normal Normal
Asin : Normal Normal
Pahit : Normal Normal
Manis : Normal Normal
Sekresi Air Mata : Normal Normal
Hiperakusis : Tidak ada Tidak ada
Tanda Chvostek : Tidak ada Tidak ada
Refleks Glabela : Tidak ada
Nervus VIII
Mendengarkan Suara : Normal Normal
Bisik/Gerakan Jari Tangan
Tes Garpu Tala
Rinne : + +
Swabach : Normal Normal
Webber : Tidak ada lateralisasi
Bing : Tidak ada lateralisasi
Tinitus : Tidak ada Tidak ada
Keseimbangan : Dalam batas normal
Vertigo : Tidak ada
Badan
Keadaan Kolumna Vertebralis
Kelainan Lokal : Tidak ada
Nyeri Tekan/Ketuk Lokal: Tidak ada
Gerakan Fleksi : Normal
Ekstensi : Normal
Deviasi lateral : Normal
Rotasi : Normal
Keadaan otot-otot : Normal, simetris, tidak ada atrofi
R. Kulit dinding perut atas: + -
R. Kulit dinding perut bawah : + -
R. Kremaster : Belum dapat dievaluasi
R. Anal : Belum dapat dievaluasi
Sensibilitas
Perasa raba : Normal Normal
Perasa nyeri : Normal Normal
Perasa suhu : Normal Normal
Koordinasi
Kanan Kiri
Asimetris Serebelar : Normal
Vegetatif
Kandung kencing : Normal
Rectum : Normal
Genetalia : Normal
Gerakan Involunter : Tidak ada
Fungsi Luhur
Afasia motorik : Tidak ada
Afasia sensorik : Tidak ada
Afasia amnestik : Tidak ada
Afasia konduksi : Tidak ada
Afasia global : Tidak ada
Agrafia : Tidak ada
Aleksia : Tidak ada
Apraksia : Tidak ada
Agnosia : Tidak ada
Akalkulia : Tidak ada
Pemeriksaan Lain
Tanda Myerrson : -
Tanda Lhermitte : -
Tanda Naffsinger : -
Tanda Dejerine : -
Tanda Tinel : -
Tanda Lasegue : - -
Tanda O’connel : - -
(Lasegue silang)
WBC 6,54 x 103/µL (8-14); HGB 13,21 g/dL (12-16); HCT 40,6 % (36-49); PLT 258
x103µL (150-440);
PPT 13,4 (10,8-14,4) detik ; aPTT 30 (24-36) detik ; INR 1.08 (0.9-1.1)
BUN 33 mg/dL (8-23); Creatinin 7,9 mg/dL (0,7-1,2); Na 139 mmol/L(136-145); K 4,3
mmol/L (3.5-5.1); Albumin 2,6 g/dL (3.4-4.8) ; HbA1c : 5.3 (4.8-5.9 %) ; kolesterol
total : 284 mg/dL (140-199) ; Trigliserida : 88 mg/dL (<144) ; Kolesterol HDL : 63
mg/dL (40-85) : kolesterol LDL 212 md/dL (<130) ; asam urat 4.3 mg/dL (2-5.7)
VI. Diagnosis
Diagnosis Topis
Susp. Trombus pada kapsula interna sinistra bagian genu
Diagnosis Banding
1. Stroke Non Hemoragik e.c. Susp. Trombus
2. Stroke Non Hemoragik e.c. Susp. Emboli
Diagnosis Mungkin
Stroke Non Hemoragik e.c. Susp. Trombus
Diagnosa Keperawatan
1) Risiko Ketidakefektifan perfusi jaringan otak dengan faktor risiko suspek
infark di parietal kiri
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular
(kelemahan anggota gerak) ditandai dengan pasien tidak mampu
menggerakan ekstremitas bagian kanan dan suara pelo
No Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Risiko Setelah dilakukan asuhan NIC Label: Cerebral Perfusion NIC Label: Cerebral Perfusion
Ketidakefektifan keperawatan selama …x24 Promotion Promotion
perfusi jaringan jam diharapkan 1. Monitor status neurologi pasien 1. Mengetahui apakah ada kelainan
otak dengan ketidakefektifan perfusi (seperti tingkat kesadaran, reflek neurologis
faktor risiko jaringan cerebral dapat patologis dan fisiologis, pupil)
suspek infark di dicegah dengan kriteria tiap 2 jam dan bandingkan
parietal kiri hasil : dengan nilai normal
NOC label: Neurological 2. Monitor status pernafasan pasien 2. Menetahui apakah pasien ada
status (ritme, RR, dan kedalaman mengalami gangguan pernafasan
a. Kesadaran pasien pernafasan). akibat telah mengalami
Compos Mentis penurunan kesadaran
b. Tekanan intracranial 3. Monitor TTV, catat bila ada 3. Mengetahui keadaan umum
dalam batas normal (5- perubahan pasien
10 mmHg) 4. Monitor hasil lab untuk 4. Mengetahui status keadaan
c. Dilatasi pupil dalam perubahan dalam oksigenasi umum pasien
batas normal maupun keseimbangan asam basa
d. Pergerakan mata pasien
normal 5. Naikkan kepala bed setinggi 30 5. Menaikkan kepala bed setinggi
e. Pola pernapasan derajat. 30 derajat dapat mengurangi
reguler tekanan intrakranial pasien
f. Tekanan darah dalam 6. Hindari terjadinya tekukan pada 6. Adanya tekukan pada leher bisa
batas normal 100- leher atau ektremitas bawah menyebabkan alitan darah ke
120/60-80 mmHg otak terhambat sehingga TIK
g. Nadi dalam batas bisa meningkat
normal 60-100 x/menit 7. Berikan Oksigen 2 lpm atau 7. Untuk memenuhi oksigen dalam
h. RR dalam batas normal sesuai indikasi tubuh
12-20 x/menit 8. Kolaborasi pemberian obat 8. Untuk menurunkan tekanan darah
i. Nyeri kepala antihipertensi
menghilang
2 Hambatan Setelah diberikan askep NIC Label Exercise therapy : joint NIC Label Exercise therapy : joint
mobilitas fisik selama 3 x 24 jam, mobility mobility
berhubungan diharapkan hambatan 1. Tentukan keterbatasan gerakan 1. Untuk mengetahui sejauh mana
dengan gangguan mobilitas fisik pasien bisa sendi dan efek dari fungsi pada keterbatasan klien dalam
neuromuscular diatasi dengan kriteria klien bergerak
(kelemahan hasil: 2. Mendorong pasien untuk
anggota gerak) NOC Label: Mobility 2. Lakukan latihan ROM pasif melakukan aktivitas secara
ditandai dengan a. Pasien mampu maupun aktif. teratur
pasien tidak menggerakkan otot 3. Agar keluarga/klien dapat
mampu dengan bebas 3. Anjurkan klien/keluarga melakukan ROM secara mandiri
menggerakan b. Pasien mampu berjalan bagaimana melakukan latihan
ekstremitas sejauh 2 meter ROM pasif, dan aktif. 4. Peningkatan aktivitas secara
bagian kanan dan c. Pasien dapat berpindah 4. Anjurkan klien melakukan bertahap akan menurunkan
suara pelo dengan bebas ambulasi. keletihan dan meningkatkan
ketahanan.
5. Bantu dalam gerakan sendi 5. Mendorong pasien untuk
secara teratur dengan melakukan aktivitas secara
memperhatikan batasan-batasan teratur tanpa menimbulkan rasa
rasa sakit, daya tahan, dan sakit.
mobilitas sendi.
IX. Diskusi
Pasien perlu diedukasi untuk pola hidup sehat yaitu mengatur pola makan
dengan membatasi asupan garam, memperbanyak sayur dan buah serta
olahraga teratur. Pasien disarankan untuk konsul ke Unit Rehabilitasi Medik
agar dapat mengembalikan fungsi sosial pasien setelah nantinya keluar dari
Rumah Sakit.
2. Saran dari prodi ilmu keperawatan:
Pasien diberikan edukasi untuk menaikkan kepala bed setinggi 30 derajat
dengan tujuan untuk mengurangi tekanan pada otak, menghindari adanya
tekukan pada leher dan ekstremitas bawah agar aliran darah tidak terhambat
menuju ke otak. Pasien juga diingatkan untuk melatih gerakan ROM pasif
maupun aktif secara bertahap. Keluarga pasien dianjurkan untuk membantu
pasien dalam melakukan gerakan ROM pasif maupun aktif.
Axanditya, B., Kustiowati, E., & Lestari, P. (2014). Hubungan Faktor Risiko Stroke
Non Hemoragik dengan Fungsi Motorik (Doctoral dissertation, Faculty of
Medicine Diponegoro University).
BNF57. (2009). British National Formulary 57. London: BMJ Group and RPS
Publishing 2009.
Bulechek GM, Butcher HK, Dochterman JM. (2009). Nursing Interventions
Classification (NIC) Fifth Edition. United States of America: Mosby Elsevier
Herdman, T. Heather. (2014). Nursing diagnoses: definitions and classification
2015-2017 Jakarta: EGC.
Husni, A. Laksmawati. (2004). Faktor yang Mempengaruhi Stroke Non Hemoragik
Ulang. Medika Indonesiana, 36(3), 133-44.
Morrhead, S., Johnsos, M., Mass, M.L. & Swanson, E,. (2008). Nursing outcomes
classification (NOC) (5th edition). St. Louis: Mosby Elsevie.
World Health Organization. (2005). WHO STEPS Stroke Manual: The WHO
STEPwise approach to stroke surveillance